• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KELAS IV SDLB NEGERI KEBAKALAN

KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa

Jurusan Ilmu Pendidikan

Disusun Oleh : MURNIYATI

X5211030

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Murniyati

NIM : X5211030

Jurusan/Program Studi : PLB / PPKHB / Pendidikan Luar Biasa

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “UPAYA MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG MENGENAL UKURAN WAKTU MELALUI METODE PERMAINAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB NEGERI KEBAKALAN KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012” ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri .

Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan

(3)

perpustakaan.uns.ac.id Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi digilib.uns.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

...

Pembimbing II

(4)

perpustakaan.uns.ac.id Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi digilib.uns.ac.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Jum’at Tnggal : 13 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs.Hermawan , M.Si ... Sekertaris : Sugini, M.Pd ...

Penguji I : Drs. Maryadi, M.Ag ... Penguji II : Priyono, S.Pd. M.Si ...

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

a/n Dekan,

(5)

perpustakaan.uns.ac.id Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itudigilib.uns.ac.id sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT,

kupersembahkan karya kecil ini kepada :

Bapak dan Ibu

Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak terbatas dan kasih sayang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian, tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.

Suami tercinta Toto Legowo

Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku dengan perhatian dan semangat dan selalu ada disampingku baik di saat kutegar berdiri maupun saat kujatuh dan terluka.

Ananda Yoga, Rizky dan Riska

(7)

perpustakaan.uns.ac.id PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB NEGERIKEBAKALAN KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA digilib.uns.ac.id TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 , Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011-2012.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara sebanyak 6 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu menbandingkan hasil belajar ( nilai tes ) antar siklus dan observasi maupun wawancara dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Metode Permainan dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011-2012.

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Murniyati, EFFORTS TO IMPROVE MATH LEARNING ACHIEVEMENT OF KNOWN SIZE METHOD OF GAME TIME IN CHILDREN THROUGH SMALL CLASS IV Tunagrahita SDLB KEBAKALAN STATE DISTRICT OF LESSONS MANDIRAJA Festival 2011/2012, Scripsi, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, University of Surakarta of March, July 2012

The purpose of this study is to improve learning achievement in Mathematics on the size of the child Tunagrahita Time mild class IV SDLB State Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Lessons Year 2011-2012

This research uses descriptive comparative method. The subjects of this study were fourth grade students SDLB State Kebakalan Mandiraja Banjarnegara as many as 6 students. Data collection techniques using the techniques of documentation, observation, and tests. Data analysis technique used was analyzed by studying the results of a comparative descriptive analysis of the comparative learning outcomes (test scores) between cycles and observation and interviews with a descriptive analysis based on the results of observation and reflection.

Based on the research results can be concluded that the method can increase the game learn math achievement at the time of the size of fourth grade children mild Tunagrahita SDLB State Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Lessons Year 2011-2012.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id karuniaNya , sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Proses pembelajaran akan berjalan baik apabila guru memiliki kemampuan dalam menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan. Untuk itu guru harus memiliki kemampuan dalam menyampaikan bahan ajar secara profesional.

Penulis berharap, semoga laporan ini menjadi salah satu alternative yang dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran sekolah dasar, khususnya di SDLB Negeri Kebakalan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kecamatan Mandiraja.

Penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Yth : 1. Rektor Universitas Sebelas Maret;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sebelas Maret; 3. Drs. Maryadi, M.Ag selaku dosen pembimbing I ;

4. Priyono, S.Pd,M.Si selaku dosen pembimbing II;

5. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banjarnegara; 9. Kepala UPT Dindikpora Kecamatan Mandiraja beserta stafnya;

10. Kepala SDLB Kebakalan.

11. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga selesai laporan ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang sempurna. Peneliti mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini dimasa mendatang.

Akhirnya peneliti berharap,semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan, khususnya di sekolah dasar luar biasa.

Mandiraja, Juli 2012

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

LEMBAR JUDUL PENELITIAN …... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ………... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ……….. vii

KATA PENGANTAR ……….... viii

DAFTAR ISI ………... x

DAFTAR TABEL ………... xi

DAFTAR GAMBAR ……….. xii

DAFTAR LAMPIRAN ………... Xiii BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………... 4

C. Tujuan Penelitian ………. 4

D. Manfaat Penelitian ……….. 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………... 6

A. Kajian Teori 6 B. Kerangka Berpikir ………... 27

C. Hipotesis Tindakan ……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN ……… 29

A. Setting Penelitian ……….... 29

B. Subjek Penelitian ……… 30

C. Data Dan Sumber Data ………... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 31

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ………... 40

A. Deskripsi Pratindakan ………... 40

B. Deskripsi Siklus I ………... 43

C. Deskripsi Siklus II……….... 51

D. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ... 57

E. Pembahasan Hasil Penelitian ...………... 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………... 62

A. SIMPULAN ……… 62

B. IMPLIKASI... 62

C. SARAN ………... 62

DAFTAR PUSTAKA ……… 64

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.1 Tabel Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...……. 29

4.1 Hasil Pre Test pada kondisi awal ... 40

4.2 Hasil Pengamatan Siswa Studi Awal…... 42

4.3 Rekapitulasi Hasil tes Siswa Siklus I…... 46

4.4 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I….……… 49

4.5 Rekapitulasi Hasil tes Siswa Siklus II... 54

4.6 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II….………... 56

4.7 Rekapitulasi Hasil tes siswa Siklus III…..……... 58

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1 Gambar alur Kerangka berfikir………... 28

3.2 Alur Penelitian Tindakan Kelas………... 36

4.1 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Kondisi awal. ………... 41

4.2 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa kondisi awal... 42

4.3 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ..…... 47

4.4 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 50

4.5 Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ……... 54

4.6 Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Siklus II. ... 57

4.7 Grafik Prosentase Hasil tes Kondisi awal sampai siklus II... 59

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1 RPP Siklus I ………. 67

2 Lembar kerja kelompok Suklus I………... 76

3 Soal tes Formatif Siklus I...…………. 79

4 RPP Siklus II ……… 85

5 Lembar kerja kelompok Suklus II………... 95

6 Soal tes Formatif Siklus II...………… 97

7 Kunci Jawaban Lembar kerja kelompok Suklus I………... 103

8 Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus I…………...……….. 104

9 Kunci Jawaban Lembar kerja kelompok Suklus II………... 105

10 Kunci Jawaban Tes Formatif Siklus II…………...………. 106

11 Lembar Observasi Aktifitas Guru... 107

12 Lembar Observasi Aktifitas Siswa ... 109

13 Daftar Nilai tes Formatif Siklus I dan II... 111

14 Silabus... 112

15 Kisi-kisi Soal... 113

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hal yang paling penting bagi manusia adalah pendidikan, sebab dengan proses pendidikan manusia akan dapat mengembangkan semua potensi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, yaitu tercapainya tingkat kedewasaan. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan pembangunan manusia di bidang pendidikan adalah upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang adil makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang memungkinkan mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

Untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut telah diatur dalam Pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang di atur dengan Undang-Undang. Ini sesuai dengan isi Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab V Pasal 13 ayat (1) menyebutkan bahwa pendidikan dilaksanakan dengan jalur yang terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pada Pasal 32 mengenai pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus pada ayat (1) menjelaskan, pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.

Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami kekurangan atau keterbatasan dari segi mental intelektualnya, di bawah rata-rata norma, sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus. Maksud dari memerlukan pendidikan khusus yaitu anak tunagrahita memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan karakteristiknya. Salah satu karakteristik yang dimiliki anak tunagrahita adalah kurang konsentrasi yang berakibat sulit menerima dan mempelajari hal-hal akademik.

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tunagrahita membawa implikasi terhadap hal-hal yang khas dan kompleks secara nyata nampak pada aspek intelegensi atau kecerdasan, serta nampak pada aspek sosialnya. Namun anak tunagrahita masih mempunyai kemampuan, potensi, minat dan harapan yang perlu diarahkan dan dikembangkan agar dapat memberikan tambahan yang positif pada diri anak, sehingga pembelajarannya harus disesuaikan dengan kondisinya.

Sekolah Dasar Luar Biasa merupakan lembaga pendidikan pertama bagi peserta didik yang mengalami ketunaan untuk belajar terutama belajar membaca, menulis dan berhitung. Ketiga kecakapan tersebut merupakan landasan pokok yang menjadi syarat mutlak dikuasai sebelum peserta didik menempuh ke jenjang yang lebih tinggi, tetapi karena ketunagrahitaan mereka lambat dalam memahami pelajaran khususnya pelajaran matematika.

Anggapan bahwa pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang sulit, rumit dan abstrak menyebabkan pelajaran tersebut menjadi pelajaran yang menakutkan bagi sebagian siswa. Hal tersebut menyebabkan sebagian siswa memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran. Seringkali siswa juga kurang menyukai pelajaran Matematika.

Kondisi ini dialami oleh penulis, yaitu di SDLB Negeri Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Siswa di SDLB Negeri Kebakalan memiliki tingkat kemampuan yang bervariasi. Namun demikian, penulis percaya bahwa setiap siswa memiliki bakat dan kemampuan serta potensi yang berbeda satu dengan lainnya. Potensi inilah yang seharusnya terus digali sehingga kekurangan yang ada dapat tertutupi dan saling melengkapi.

Siswa kelas IV di SDLB Negeri Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara berjumlah 6 anak. Pada pelajaran Matematika, siswa di kelas ini masih memiliki prestasi yang cukup rendah. Berdasarkan hasil ulangan harian siswa pada materi tentang ukuran waktu, dari 6 siswa, siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM hanya sekitar 10%, selebihnya masih berada di bawah nilai KKM. Kondisi ini cukup memprihatinkan. Untuk itu peneliti berusaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut dengan melakukan pendekatan pembelajaran

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan pemberian umpan balik sehingga dapat menumbuhkan minat dan rasa senang siswa terhadap pelajaran Matematika.

Berdasar pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat teridentifikasi beberapa masalah yang menghambat keberhasilan pembelajaran antara lain :

1. Daya serap siswa terhadap materi ajar belum maksimal.

2. Rendahnya penguasaan atau tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran Matematika.

3. Rendahnya minat belajar siswa terhadap materi ajar. 4. Siswa kurang menyenangni model penyajian materi.

Berdasar refleksi dan observasi teman sejawat dapat dianalisis beberapa kemungkinan yang menyebabkan tidak berhasilnya pembelajaran yaitu :

1. Model penyajian materi yang digunakan guru menyampaikan materi tidak sesuai dengan karakteristik siswa SDLB.

2. Pendekatan yang digunakan guru tidak mampu memperdayakan siswa. 3. Guru tidak mampu mengembangkan metode yang efektif, aktif dan kreatif. 4. Kurangnya pengalaman nyata yang diberikan guru berkaitan dengan materi ajar. 5. Penjelasan guru yang bersifat verbalisme melalui metode ceramah menyebabkan

abstraksi konsep.

Metode permainan Salah satu strategi yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Menurut Yahya Nur Sidik (2008), metode permainan (games) disebut juga metode pemanasan (ice breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harafiah ice breaker adalah pemecah es. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab) dan dari jenuh menjadi riang. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sulit atau berat. Sebaliknya, permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika tentang Mengenal Ukuran Waktu Melalui Metode Permainan Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011 / 2012”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Apakah Metode Permainan dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011-2012 ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan bagian yang terpenting dalam pelaksanaan penelitian ilmiah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

“Untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Ukuran Waktu pada anak Tunagrahita ringan kelas IV SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara tahun Pelajaran 2011-2012 melalui metode Permainan”

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Menambah khasanah pengetahuan tentang metode permainan dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV anak tunagrahita di SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Secara Praktis

a. Bagi Guru

Bagi Guru SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Banjarnegara dapat mengembangkan kreatifitas dalam kegiatan pembelajaran Matematika terutama dalam pengembangan kemampuan meningkatkan prestasi belajar siswa pada anak tunagrahita.

b. Bagi Siswa

Siswa merasa situasi pembelajaran yang dilakukannya mendorong untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan dalam proses belajar mengajar.

c. Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat dijadikan sebagai dasar untuk pemberian layanan pendidikan terutama untuk pengembangan peningkatan prestasi belajar matematika siswa anak tunagrahita dengan menggunakan metode permainan pada saat peneliti berkecimpung di lapangan.

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita ringan merupakan salah satu macam dari anak tunagrahita yang sering disebut “ the sducable mentally retarded child, debil,” atau moron dengan IQ sekitar 50/55 – 70/75. Ada beberapa istilah mengenai anak tunagrahita, yaitu terbelakang mental, tuna mental, lemah otak, dan mentally retarded. Smith, et.all., (2002 : 43) mengemukakan bahwa :

People who are mentally retarded overtime have been rejerred to us dumb, stupid, immature defective, deficient, subnormal, incompetent, and dull. Term such as idiot, imbelice, moron and feebleminded were commonly used historically to label this population. Although the word faal referred to those who were mentally ill, and the word idiot was directed toward individuals who were severely retarded, these terms were frequently used interchangeably.

(Di waktu yang lalu orang-orang menyebut retardasi mental dengan istilah dungu (dumb), bodoh (stupid), tidak masuk (immature), cacat (defective), kurang sempurna (deficient), dan tumpul (dull). Istilah lainnya idiot, imbecile, moron dan feebleminded digunakan untuk melabel kelompok menyandang tersebut. Walaupun kata tolol (fool) menunjuk ke orang sakit mental, dan kata idiot, mengarah individu yang cacat berat, keduanya sering digunakan secara bergantian.

Menurut Munzayanah (2000 : 13) “Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam bidang intelektual serta seluruh kepribadiannya, sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di dalam masyarakat”.

Sunaryo Kartadinata (1996 : 83) mengemukakan bahwa, “Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata, sukar mengikuti program pendidikan di sekolah umum sehingga membutuhkan layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kemampuan anak”.

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Anak tunagrahita ringan pada intinya adalah anak yang mengalami lambat perkembangan tetapi dapat mempelajari ketrampilan akademis misalnya : menulis, berhitung, bahasa dalam kelas khusus. Walaupun anak sudah berusia 12 tahun kemampuan mentalnya hanya setaraf dengan anak normal berusia 7 tahun, ia sukar berpikir abstrak dan sangat tergantung lingkungannya.

Mumpuniarti (2000 : 25) menyatakan anak tunagrahita sering disebut juga dengan istilah lemah ingatan, lemah mental, terbelakang mental dan sebagainya. “Seorang anak dikatakan menyandang tunagrahita bila perkembangan dan pertumbuhan mentalnya selalu di bawah normal, kalau dibandingkan dengan anak normal yang sebaya membutuhkan pendidikan khusus, bimbingan khusus, supaya mentalnya dapat berkembang dan tumbuh sampai optimal”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dalam hal ini yang dimaksud dengan anak tunagrahita adalah anak yang mengalami perkembangan mental di bawah normal, mengalami hambatan dan gangguan dalam segala hal sehingga memerlukan bantuan orang lain.

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Klasifikasi diperlukan untuk memudahkan pemberian bantuan atau pelayanan kepada anak tunagrahita. Dalam pengklasifikasian ini terdapat berbagai pendapat.

Menurut Grossman seperti dikutip oleh Kirkdan Gallagher (1979:p.109) ada empat taraf retardasi mental menurut skala inteligensi Wechsler , yaitu :

a. Retardasi mental ringan (mild mental retardation), IQ 55-69; b. Retardasi mental sedang (moderate mental retardation), IQ 40-54; c. Retardasi mental berat (severe mental retardation), IQ 25-39;

d. Retardasi mental sangat berat (profound mental retardation), IQ 24- ke bawah.

Moh. Amin (1995 : 23) mengemukakan klasifikasi anak terbelakang sebagai berikut :

“Idiot kecerdasannya sekalipun sudah berusia lanjut tidak lebih dari anak normal seusia 3 tahun. Embisil kecerdasannya maksimal tidak lebih dari

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kecerdasan anak normal usia 7 tahun. Debil kecepatan perkembangan kecerdasannya antara setengah hingga tiga perempat kecepatan anak normal atau pada usia 12 tahun. Moron kecerdasannya maksimal tak lebih dari kecerdasan anak normal usia 16 tahun”.

Pendapat lain dikemukakan oleh Mohamad Efendi (2006 : 90) yang mengklasifikasikan anak tunagrahita untuk keperluan pendidikan yaitu :

“Seorang psikolog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita mengarah kepada aspek indeks mental intelegensinya, indikasinya dapat dilihat pada angka hasil tes kecerdasan, seperti IQ 0 – 25 dikategorikan idiot, IQ 25 – 50 dikategorikan imbecil, dan IQ 50 – 75 kategori debil atau moron. Seorang pedagog dalam mengklasifikasikan anak tunagrahita didasarkan pada penilaian program pendidikan yang disajikan pada anak. Dari penilaian tersebut dapat dikelompokkan menjadi anak tunagrahita mampu didik, anak tunagrahita mampu latih, dan anak tunagrahita mampu rawat”.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas penulis akan melaksanakan penelitian tindakan kelas pada siswa penyandang tunagrahita yang tergolong mampu didik yang mempunyai IQ antara 50 – 70 yang biasanya sering disebut debil. “Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal” (Mohammad Efendi, 2006 : 90).

Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik antara lain : 1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung ; 2) menyesuaikan diri dan tidak menguntungkan diri orang lain ; 3) ketrampilan yang sederhana untuk kepentingan kerja di kemudian hari.

Kesimpulan anak tunagrahita mampu didik adalah anak tunagrahita yang dapat di didik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.

3. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan

Secara fisik anak tunagrahita ringan tidak berbeda jauh dengan anak normal, tetapi secara psikis mereka sangat berbeda dan mempunyai ciri khas. Adapun karakteristik anak tunagrahita ringan menurut Sutratinah Tirtonegoro (1998 : 10 – 11) sebagai berikut :

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a. Tingkat kecerdasan sekitar 50/55 – 70/75, dengan MA antara 7 – 10 tahun. b. Sukar berpikir abstrak dan terikat dengan lingkungan.

c. Kurang dapat berpikir secara logis, kurang memiliki kemampuan menganalisa, kurang dapat menghubungkan kejadian yang satu dengan yang lain, kurang dapat membedakan hal-hal yang penting.

d. Daya fantasinya sangat lemah.

e. Kurang dapat mengendalikan perasaan.

f. Dapat mengingat-ingat beberapa istilah tetapi kurang memahami arti istilah tersebut.

g. Sugestible (mudah dipengaruhi).

h. Kepribadian yang kurang harmonis dan sukar menilai baik-buruk. i. Daya konsentrasinya kurang baik.

Secara garis besar pendapat Samuel A. Kirk (1992 : 191) tentang karakteristik anak tunagrahita ringan sebagai berikut :

a. Karakteristik Fisik

1) Berat badan, tinggi badan, dan koordinasi motoriknya hampir sama dengan anak normal.

2) Umumnya disertai dengan beberapa kelainan seperti kelainan mata, telinga, dan suara.

b. Karakteristik Intelektual

1) Kurang dalam kemampuan verbal dan non verbal dalam tes intelegensi, IQ berkisar antara 50/55 – 70/75.

2) Perkembangan kematangan mengalami hambatan khusus di bidang akademik, ingatan, kemampuan berbahasa, persepsi imajinasi, kreatifitas, dan kemampuan lain yang berkaitan dengan intelektual. c. Karakteristik Akademik

1) Anak belum siap untuk membaca, menulis, berbahasa, berhitung saat masuk sekolah. Keterlambatan ini berhubungan dengan usia mental bukan usia kronologisnya.

2) Untuk menyelesaikan sekolah formal dapat ditempuh setiap tingkat dua tahun bergantung dari kematangan mental dan kemampuannya.

d. Karakteristik Kepribadian dan Sosial

1) Perhatian mudah beralih, sulit untuk memusatkan perhatian.

2) Rasa toleransi kurang, karena kegagalan yang berulang-ulang dalam hidupnya.

3) Dapat mematuhi nilai-nilai sosial dan dapat bekerja sama dengan lingkungan / masyarakat.

4) Anak tunagrahita ringan lebih sering berhubungan atau bermain dengan anak yang sama usia mentalnya daripada anak yang sama usia kronologisnya.

5) Sebagian anak tunagrahita ringan mempunyai problem tingkah laku apabila dibandingkan dengan anak yang mempunyai intelegensi normal.

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Problem tingkah laku ini terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara kemampuan anak untuk berbuat dan dengan tuntutan masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan karakteristik anak tunagrahita ringan adalah sebagai berikut : 1) Anak tunagrahita ringan tidak jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya. 2) Kondisi psikis anak tunagrahita ringan terkait dengan pembelajaran meliputi kemampuan berpikir rendah, perhatian dan ingatannya lemah sehingga mengalami hambatan dalam pembelajaran di sekolah.

4. Penyebab Anak Tunagrahita Ringan

Penyebab terjadinya tunagrahita ringan sama dengan penyebab tunagrahita jenis yang lainnya, yaitu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar diri anak. Sunardi (1994 : 30 – 31) mengemukakan bahwa penyebab tunagrahita disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :

a. Genetik

Faktor genetik dapat disebabkan oleh kerusakan biokimia dan abnormalitas kromosom.

b. Sebab-sebab pada masa prenatal

Penyebab tunagrahita pada masa prenatal dapat disebabkan oleh infeksi Rubella (cacar) dan faktor rhesus (Rh).

c. Sebab-sebab pada masa perinatal

Berbagai peristiwa pada saat kelahiran yang memungkinkan terjadinya tunagrahita yang terutama adalah luka-luka saat kelahiran, sesak napas, dan prematuritas.

d. Sebab-sebab pada masa postnatal

Penyakit-penyakit akibat infeksi dan problema nutrisi yang diderita pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak dapat menyebabkan tunagrahita. Penyakit yang dapat menyebabkan tunagrahita seperti encephalitis dan meningitis.

e. Faktor-faktor sosio-kultural

Peran nyata dari lingkungan dalam perkembangan kemampuan intelektual masih belum dapat dipahami dengan jelas, tetapi para psikolog dan pendidik umumnya mempercayai bahwa lingkungan sosial budaya berpengaruh terhadap kemampuan intelektual.

(25)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Moh. Amin (1995 : 62) anak tunagrahita dapat disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :

a. Faktor keturunan, faktor ini terdapat pada sel khusus yang pada pria disebut spermatozoa dan pada wanita disebut sel telur (ovarium). Kelainan orang tua laki maupun perempuan akan terwariskan baik kepada anak yang laki-laki maupun perempuan. Apakah warisan tersebut akan tampak atau tidak juga tergantung pada dominan resesifnya kelainan tersebut.

b. Gangguan metabolisme dan gizi. Kegagalan dalam metabolisme dan kegagalan dalam pemenuhan akan kebutuhan akan gizi dapat mengakibatkan terjadinya gangguan fisik maupun mental dalam individu.

c. Infeksi dan keracunan. Di antara penyebab terjadinya ketunagrahitaan adalah adanya infeksi dan keracunan yaitu terjangkitnya penyakit-penyakit selama janin masih berada di dalam kandungan ibunya. Penyakit-penyakit tersebut antara lain : rubella, syphilis, toxoplasmosis dan keracunan yang berupa gravidity syndrome yang beracun, kecanduan alkohol dan narkotika.

d. Trauma. Ketunagrahitaan dapat juga disebabkan terjadinya trauma pada beberapa bagian tubuh khususnya pada otak ketika bayi dilahirkan dan terkena radiasi zat radioaktif selama hamil.

e. Masalah pada kelahiran, misalnya kelahiran yang disertai by poxia dapat dipastikan bahwa bayi yang dilahirkan menderita kerusakan otak, menderita kejang, nafas yang pendek, kerusakan otak juga disebabkan oleh trauma mekanis terutama pada kelahiran yang sulit.

f. Faktor lingkungan sosial budaya. Lingkungan dapat berpengaruh terhadap intelek anak, kegagalan dalam melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi salah satu penyebab ketunagrahitaan. Tunagrahita dapat disebabkan oleh lingkungan yang tingkat sosial ekonominya rendah. Hal ini disebabkan ketidak-mampuan lingkungan memberikan rangsangan-rangsangan yang diperlukan anak pada masa perkembangannya.

Secara umum anak tunagrahita atau keterbatasan mental biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam (endogen) atau faktor dari luar (eksogen). Menurut waktu kejadiannya tunagrahita dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

a. Masa Prenatal

Artinya sebelum anak dilahirkan, jadi selama dalam kandungan di mana ada dua kemungkinan yang dapat menyebabkan kelainan pada masa ini, yaitu yang bersifat endogen dan eksogen, yang bersifat endogen adalah :

1) Bermacam-macam penyakit yang diderita ibu ketika mengandung, misalnya mempunyai penyakit syphilis (penyakit kelamin).

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) Akibat suatu obat yang diminum ibu ketika mengandung dan yang

ditujukan sebenarnya untuk mengurangi penderitaan ibu ketika sedang hamil muda.

3) Kelainan pada kelenjar gondok, yang dapat mengakibatkan pertumbuhan yang kurang wajar, keterbalakangan dalam perkembangan kecerdasan, rambut anak menjadi kasar dan kering, mata anak menjadi bengkak dan lidahnya panjang – lebar, sehingga selalu tampak keluar dari mulut si anak.

Yang bersifat eksogen adalah adanya penyinaran dari sinar Rontgen dan radiasi atom yang mengakibatkan kelainan pada bayi dalam rahim ibunya. b. Masa Natal

Artinya keterbalakangan mental terjadi ketika bayi itu dilahirkan. Kelainan itu dapat timbul karena adanya :

1) Kekurangan zat asam (walaupun hanya sedikit) dapat mengakibatkan rusaknya sel-sel otak.

2) Terjadinya pendarahan pada otak karena proses kelahiran bayi yang terlalu sulit, antara lain dengan bantuan alat “tang” untuk membantu melahirkan si bayi.

3) Kelahiran “premature” yaitu bayi lahir belum cukup umur, sehingga tulang-tulang bayi masih sangat lunak dan mudah mengalami perubahan bentuk.

c. Masa Post Natal

Anak dilahirkan normal dapat menjadi cacat mental karena mendapat kerusakan otak, dan dalam hal ini dapat menimbulkan kemunduran kecerdasan si anak. Peristiwa ini mungkin terjadi karena adanya kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang tengkorak, dan penyakit yang dapat menyerang otak, umpamanya radang otak (encephalitis).

(27)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Hadari Nawawi (1991 : 100), mengemukakan, “Prestasi belajar adalah suatu tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”

Astiwi (1996 : 38), mengutip pendapat Winkel bahwa prestasi adalah :

bukti usaha yang dapat dicapai, sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah melakukan proses belajar. Maka prestasi belajar adalah bukti keberhasilan siswa yang dicapai dalam suatu proses psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi subyek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan pengetahuan, pengalaman, nilai yang disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan.

Sutratinah Tirtonegoro (1988 : 24), mengartikan bahwa prestasi belajar adalah: “Penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol, angka-angka, huruf-huruf atau hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam periode tertentu”.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan mengenai prestasi belajar matematika yaitu suatu tingkat keberhasilan siswa yang meliputi perubahan dalam aspek pengalaman, sikap dan ketrampilan dalam menguasai program pelajaran matematika yang dinyatakan dalam bentuk nilai dari hasil suatu tes.

Prestasi belajar matematika secara operasional dalam penelitian ini adalah prestasi belajar yang dicapai dalam penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan suatu bilangan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai oleh seorang individu merupakan suatu hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut baik yang berasal dari dalam diri individu maupun dari luar diri individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu anak untuk mencapai prestasi belajar sebaik-baiknya.

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati (1993 : 100-101), mengemukakan yang tergolong faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar sebagai berikut :

a. Faktor Internal yaitu yang ada dalam diri anak itu sendiri, antara lain : 1) Kelemahan mental yang berkaitan dengan faktor kecerdasan, intelegensi

/ kecakapan, dan bakat khusus.

2) Kelemahan fisik yang berkaitan dengan panca indera, syaraf, dan cacat. 3) Gangguan yang bersifat emosional (emosional instability).

4) Sikap dan kebiasaan yang salah dalam belajar.

b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat di luar diri anak, antara lain : 1) Situasi belajar mengajar yang tidak merangsang siswa untuk aktif. 2) Kurikulum kurang fleksibel atau kaku.

3) Beban studi yang terlalu berat, terlalu banyak tugas yang harus diselesaikannya.

4) Meetode mengajar yang monoton atau membosankan.

5) Situasi di rumah yang kurang memotivasi anak untuk belajar. 6) Beberapa sifat murid dalam belajar.

Setiap individu mempunyai keunikan yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, demikian juga dalam proses belajar mengajar, ada siswa yang cepat dan ada yang lambat dalam belajar, ada yang kreatif dan ada yang tidak kreatif, semua itu karena keunikan individu masing-masing.

Kegiatan belajar di sekolah bertujuan untuk membantu memperoleh perubahan tingkah laku bagi setiap murid dalam rangka mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Oleh karena itu pengenalan terhadap sifat-sofat individu sangat penting. Rochman Natawijaya (1980 : 17-19) mengemukakan beberapa sifat dalam proses belajar mengajar antara lain :

a. Cepat dalam Belajar

Anak yang tergolong cepat dalam belajar pada umumnya dapat menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu lebih cepat dari perkiraan waktu yang ada. Mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk memecahkan suatu masalah karena lebih mudah dalam menerima pelajaran. Golongan anak seperti ini sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian belajar, karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan ukuran rata-rata. Salah satu usaha yang harus dilakukan pada anak golongan ini adalah dengan menggunakan media pengajaran.

b. Lambat dalam Belajar

Anak yang mengalami lambat belajar memerlukan waktu yang banyak dalam menyelesaikan materi dari waktu yang diperkirakan. Sebagai akibatnya anak golongan ini sering ketinggalan dalam belajar, dan ini pula salah satu sebab yang menjadikan mereka tinggal kelas. Dilihat dari tingkat

(29)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kecerdasannya, pada umumnya anak lambat belajar memiliki taraf kecerdasan di bawah rata-rata. Anak golongan ini memerlukan perhatian khusus, antara lain dengan pengajaran remedial.

Secara garis besar fakfor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, menurut Maman Rachman (1998 : 150-155) yaitu :

a. Faktor Intern, yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan. 1) Faktor Jasmaniah

Proses belajar seorang siswa akan terganggu jika kesehatan siswa tersebut terganggu. Selain itu ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing dan mengantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan atau kelainan fungsi alat inderanya dan tubuhnya. 2) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Yaitu :

a) Intelegensi

Intelegensi besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, anak yang intelegensinya tinggi akan lebih berhasil daripada siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Kendati demikian belum tentu anak yang tingkat intelegensinya tinggi akan berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya.

b) Perhatian

Untuk menjamin hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai perhatian yang penuh terhadap materi yang dipelajarinya. Agar tumbuh perhatian sehingga siswa dapat belajar dengan baik, bahan pelajaran harus diusahakan selalu menarik perhatian.

c) Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Jika bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak dapat belajar dengan sebaik-baiknya.

d) Bakat

Siswa yang memiliki bakat maka pelajaran akan cepat dikuasai, sehingga hasil belajarnya pun akan lebih baik. Lain halnya dengan siswa yang kurang berbakat, guru harus sabar dan telaten melayani mereka, yaitu dengan sering dan berulangkali menjelaskan bahan tersebut. Dengan seringnya menjelaskan bahan tersebut akhirnya siswa diharapkan dapat menguasai bahan yang diajarkan.

e) Motif

Dalam proses belajar mengajar guru harus memperhatikan motif belajar siswa atau faktor-faktor yang mendorong belajar siswa. Dengan mengetahui latar belakang atau motif belajar siswa, maka guru dapat mengajak para siswa untuk berpikir dan memusatkan

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan serta menunjang belajar.

f) Kematangan

Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang. Hal ini antara lain ditunjukkan anggota-anggota tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti siswa dapat melaksanakan kegiatan terus menerus.

g) Kesiapan

Kesiapan erat kaitannya dengan kematangan. Siswa dikatakan sudah memiliki kesiapan apabila pada dirinya ada kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik yang memiliki kesiapan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan baik jasmani maupun rohani dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.

b. Faktor Ekstern, meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat 1) Faktor Keluarga

Siswa yang sedang belajar menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi atau hubungan antar anggota keluarga, keadaan rumah, keadaan ekonomi keluarga, sikap dan perhatian orang tua, latar belakang kebudayaan orang tua.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah dapat mempengaruhi belajar siswa meliputi hal-hal yang berkaitan dengan metode mengajar, kurikulum, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media pengajaran, waktu sekolah, sarana prasarana sekolah, metode belajar siswa dan tugas sekolah.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap perkembangan pribadi siswa, yang pada akhirnya mempengaruhi terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Pengaruh tersebut terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini berkaitan dengan kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang beredar / ada dalam masyarakat, pengaruh teman bergaul, dan pola hidup masyarakat.

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan dari luar diri siswa. Faktor dari dalam yaitu faktor fisik dan psikis. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut dapat berpengaruh secara positif maupun negatif. Anak tunagrahita ringan pada umumnya mengalami hambatan dalam belajar. Hal ini dipengaruhi oleh

(31)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id beberapa faktor, yaitu faktor dari dalam dan luar diri siswa. IQ anak tunagrahita ringan yang dibawah rata-rata, sehingga mengakibatkan kurang dapat berkonsentrasi terhadap pembelajaran, kurang dapat berpikir abstrak dan perhatian siswa mudah beralih serta mudah bosan terhadap pembelajaran. Faktor dari luar diri siswa juga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak tunagrahita ringan, seperti faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

3. Pengertian Pembelajaran Matematika di SDLB-C

Pada kurikulum berbasis kompetensi SDLB (2004 : 2) dijelaskan bahwa matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau yang dipelajari. Sedang dalam bahasa belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Unsur utama pekerjaan matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Namun demikian materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika. Senada dengan penjelasan tersebut, Kline (1981 : 172) mengemukakan bahwa, “Matematika merupakan bahasa simbolik dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif”.

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004 : 2) pada pembelajaran matematika SDLB-C dijelaskan pemahaman konsep sebaiknya diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Pembelajarannya dimulai dari beberapa contoh atau fakta yang teramati. Misalnya buatlah daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), kemudian perkiraan hasil baru yang diharapkan. Kemudian hasil ini kita buktikan secara deduktif. Dengan demikian cara belajar deduktif dan induktif digunakan dan sama-sama berperan penting dalam matematika. Prinsip

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mempelajari matematika tersebut diharapkan akan membentuk sikap siswa SDLB-C yang kritis, jujur dan komunikatif.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pembelajaran matematika di SDLB-C bersifat induktif-deduktif, yaitu pembelajaran yang dimulai dari pengalaman kemudian untuk digunakan dalam pembelajaran konsep matematika.

4. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Matematika Anak Tunagrahita Ringan

Fungsi mata pelajaran matematika SDLB-C adalah mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan kemampuan matematika untuk hidup dalam masyarakat dan bekal dalam dunia kerja. Pada buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tinagrahita Ringan SDLB-C (2006 : 101-102), mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Mengingat kemampuan kognitif anak tunagrahita ringan sangat terbatas, maka pengajaran remedial dipandang perlu sebagai upaya peningkatan prestasi belajar matematika agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai yakni anak mampu dan terampil dalam penguasaan kecakapan matematika khususnya penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan, yang nantinya dapat dijadikan bekal belajar matematika tahapan berikutnya.

(33)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Matematika Sebagai Bahan Ajar

Matematika sebagai bahan ajar yang objeknya berupa fakta, konsep, operasi, dan prinsip yang kesemuanya adalah bentuk abstrak. Matematika yang memiliki penalaran deduktif yang berkenaan dengan ide-ide abstrak dan simbol-simbol yang tersusun secara hirarki serta bersifat deduktif aksiomatik, sehingga belajar Matematika merupakan kegiatan mental tinggi. Oleh karena itu, belajar Matematika memerlukan beberapa kegiatan mental seperti melakukan abstraksi, klasifikasi, dan generalisasi. Mengabstraksi berarti memahami kesamaan dari berbagai objek yang berbeda, mengklasifikasi berarti memahami pengelompokkan dari berbagai objek berdasarkan pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh. Menggeneralisasi berarti mengambil kesimpulan berdasarkan contoh-contoh.

Berdasarkan hal di atas, belajar Matematika merupakan proses psikologi. Sebagai proses, yaitu berupa kegiatan aktif memahami dan menguasai Matematika. Kegiatan aktif dimaksudkan adalah pengalaman belajar Matematika yang diperoleh melalui interaksi dengan Matematika dalam konteks kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan formal.

Gagne (Herman Hudoyo : 1990 : 78) menyatakan bahwa:

“Dalam mempelajari konsep Matematika hendaknya berprinsip bahwa seseorang dapat memahami suatu topik sebelumnya”.

Berdasarkan teori ini mempelajari materi Matematika memerlukan prasyarat. Prasyarat ini harus benar-benar dimengerti dan dipahami agar dapat memahami materi selanjutnya. Penguasaan materi prasyarat merupakan kesiapan peserta didik untuk mengikuti pelajaran materi Matematika selanjutnya. Matematika seringkali dilukiskan sebagai suatu kumpulan yang sistematik yang masing-masing kumpulan bersifat deduktif. Matematika bersifat hirarkis. Konsep yang mendasar umumnya dipakai secara berkesinambungan, sebagai sarana untuk mempelajari konsep selanjutnya yang lebih tinggi. Russeffendi (1988 : 4) menyatakan bahwa :

“Matematika adalah suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit, dengan demikian

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengajaran Matematika tersusun sedemikian rupa sehingga pengertian terdahulu mendasari pengertian yang berikutnya”.

Proses berfikir dan bernalar dalam Matematika memerlukan informasi yang diperoleh dari belajar sebelumnya. Pengalaman belajar masa lalu dapat muncul kembali dalam proses pemecahan masalah. Ide-ide yang muncul kemudian dapat tersusun secara analogis yang menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang berupa penyelesaian masalah dalam belajar Matematika.

Seseorang dikatakan belajar Matematika, apabila pada diri orang itu terjadi suatu kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan Matematika. Misalnya, terjadinya perubahan dari tidak tahu sesuatu konsep menjdi tahu konsep tersebut dan mampu menggunakan dalam mempelajari materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat Matematika sekolah, menurut Mulbar (Alwi, 2007 : 7) adalah:

Pelajaran Matematika yang diberikan pada jenjang persekolahan, mulai pada jenjang pendidikan dasar sampai kepada jenjang pendidikan menengah. Dengan demikian, belajar Matematika sekolah adalah merupakan suatu proses yang mengakibatkan seseorang mengalami perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman atau latihannya mengenai materi Matematika di jenjang persekolahan.Setiap orang yang ingin belajar Matematika dengan baik, harus menguasai konsep dasar sebagai prasyarat. Untuk menjawab soal-soal Matematika ada sejumlah aturan yang perlu dipelajari terlebih dahulu. Dengan demikian, untuk menjawab soal-soal Matematika seseorang hendaknya mengetahui hal-hal yang telah dipelajari dan kemudian menggunakannya dalam situasi yang baru atau dalam menjawab soal-soal yang baru.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa belajar Matematika merupakan proses psikologis, yaitu berupa kegiatan aktif dalam upaya untuk memahami dan menguasai Matematika, berdasarkan pengalaman belajar yang telah diberikan pada jenjang persekolahan. Perolehan pengetahuan sebagai hasil belajar Matematika dapat dilihat dari kemampuan memfungsionalkan Matematika, baik secara konseptual maupun secara mendengarkan, meniru, dan sebagainya.

(35)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Metode Permainan untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Permainan matematika sangat bervariasi macam dan kegunaannya, untuk itu guru matematika dapat memilih permainan-permainan yang akan digunakan dalam pengajaran. Seorang guru matematika harus pandai dalam memilih permainan yang akan digunakan, karena permainan yang akan digunakan itu bukan sekedar membuat siswa senang dan tertawa, tetapi permainan tersebut harus menunjang tujuan instruksional pengajaran matematika serta pelaksanaannya harus terencana. Dengan tercapainya tujuan instruksional pengajaran, pelaksanaan permainan matematika dalam pembelajaran tidak akan sia-sia dan membuang waktu. Jadi, permainan matematika bisa menjadi salah satu alat yang efektif untuk pembelajaran.

Ruseffendi (2006: 312) mengatakan,

Manfaat dari permainan matematika dalam pengajaran matematika terutama untuk: 1) menimbulkan dan meningkatkan minat; 2) menumbuhkan sikap yang baik terhadap matematika. Sebagai kegunaan tambahannya: 1) untuk mengembangkan konsep; 2) untuk melatih keterampilan; 3) untuk penguatan; 4) untuk memupuk kemampuan pemahaman; 5) untuk pemecahan masalah; 6) untuk mengisi waktu senggang.

Sedangkan menurut Diner (dalam Lisnawaty, 1993: 91) menyebutkan,

Dengan pengaitan bermain dengan pelajaran matematika peserta didik akan: 1) berkenalan dengan konsep matematika melalui benda-benda konkrit; 2) menambah atau memperkaya pengalaman peserta didik; 3) tertanam konsep matematika pada peserta didik; 4) dapat menelaah sifat bersama atau dapat membedakan antara dua jenis benda; 5) mampu mengatakan representasi suatu konsep dengan belajar membuat simbol; 6) belajar mengorganisasikan konsep-konsep matematika secara formal sampai pada aksioma dalil atau teori.

Menurut teori Connectionism atau bond hypothesis, “Belajar merupakan pembentukan atau penguatan hubungan antara Stimulus (S) dan Respon (S), makin kuat hubungan itu, makin gairah siswa belajar. Salah satu hal yang menyebabkan seseorang giat belajar adalah disertai perasaan senang. Teori ini mengatakan bahwa hubungan S – R akan bertambah erat bila disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya hubungan itu akan berkurang eratnya atau lenyap bila disertai perasaan

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kecewa.” (Mansyur, 1995 : 96). Oleh karena itu, suasana belajar mengajar hendaknya dapat diciptakan dengan penuh kegembiraan dan menyenangkan.

Salah satu strategi yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar di kelas adalah dengan menerapkan metode permainan. Menurut Yahya Nur Sidik (2008), “Metode permainan (games) disebut juga metode pemanasan (ice breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harafiah ice breaker adalah pemecah es. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat dan antusiasme.”

Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab) dan dari jenuh menjadi riang. Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaliknya, permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.

Permainan sebaiknya dirancang menjadi satu “aksi” atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta didik, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap – nilai.

Metode permainan merangsang siswa untuk aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

a. Macam-Macam Permainan Matematika

Permainan matematika sangat bervariasi macam dan kegunaannya, Sebagaimana yang dinyatakan Husnida, Y. (1998) penulis mengklasifikasikan permainan matematika berdasarkan tujuan yang dicapai menjadi dua kategori, yaitu permainan matematika untuk pemecahan masalah dan permainan matematika untuk pemahaman konsep.

(37)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Permainan matematika untuk pemecahan masalah merupakan permainan matematika dengan tujuannya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Contoh-contoh dari permainan ini sebagai berikut.

a) Menara Hanoi

Permainan menara hanoi adalah permainan matematika yang terdiri dari tiga tiang dan sejumlah cakram dengan ukuran berbeda-beda yang bisa dimasukkan ke tiang mana saja. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memindahkan seluruh tumpukan ke tiang yang lain, dengan mengikuti aturan yaitu hanya satu cakram yang boleh dipindahkan dalam satu waktu, setiap perpindahan berupa pengambilan cakram teratas dari satu tiang dan memasukkannya ke tiang lain, dan tidak boleh meletakkan cakram di atas cakram lain yang lebih kecil. Menara hanoi sebagai permainan yang dapat digunakan untuk menanamkan konsep banyaknya, urutan, besarnya, paling sedikit, lebih banyak, dan sama. Meskipun demikian kegunaan yang terutama untuk melatih berfikir logis, menemukan relasi antara banyaknya kepingan dengan banyaknya loncatan minimum secara induktif.

b) Peperangan

Permainan peperangan adalah permainan yang dapat dipergunakan selain untuk menanamkan konsep kooordinat (Cartesius) juga untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Dalam permainan ini siswa diminta untuk menembak suatu kapal dengan cara menebak titik koordinat dari kapal tersebut. Pada pelaksanaannya setiap siswa aktif dalam permainan ini yang tentunya akan mengurangi rasa gelisah dalam pembelajaran.

c) Tangrams

Tangrams (“tans” artinya tujuh potong) adalah permainan yang cukup menarik dan dapat menimbulkan daya kreasi anak. Permainan ini berupa sebuah daerah bujursangkar yang dibagi-bagi atau dikerat-kerat menjadi 7 bagian. Dengan 7 bagian itu siswa diminta untuk menyusun

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bentuk lain yang menarik baginya. Permainan ini dimaksudkan agar siswa menyadari bahwa luas bentuk-bentuk baru yang telah dibuatnya itu adalah sama dengan luas daerah bujursangkar asal.

d) Loncat Kodok

Permainan loncat kodok terdiri dari sebuah papan berlubang-lubang tempat mencucukan benda (tonggak-tonggak pendek). Banyaknya tonggak adalah genap, misalnya 2, 4, 8, 100. Warnanya dua macam misalnya putih dan hitam. Diantara kedua kelompok tonggak itu terpisah oleh sebuah lubang. Aturan permainannya adalah diminta untuk memindahkan semua tonggak putih ke tempat tonggak-tonggak hitam (dengan sendirinya semua tonggak hitam pindah ke tempat tonggak putih) dengan bantuan sebuah lubang di tengan. Setiap kali loncat boleh bergeser dari lubang yang satu ke lubang didekatnya atau meloncati paling banyak sebuah tonggak.menarik baginya. Seperti permainan menara hanoi, faedah permainan loncat kodok ini ialah untuk melatih berfikir logis dan menemukan relasi antara banyaknya tonggak dengan banyaknya loncatan minimum.

e) Bujursangkar Ajaib

Bujursangkar ajaib adalah permainan yang dipergunakan anak-anak dalam memanipulasi penjumlahan bilangan-bilangan. Misalnya pada bujursangkar ajaib derajat tiga, siswa harus mengisi kotak-kotak kecil itu oleh bilangan-bilangan dari sembilan buah bilangan berurutan yang diketahui sehingga jumlah-jumlahnya baik menurut baris, kolom maupun diagonal (utama) sama. Bila bilangan yang harus diisikan itu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, maka salah satu jawabannya adalah (1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9) / 3 = 45/3 = 15.

2) Permainan Matematika untuk Pemahaman Konsep

Permainan matematika untuk pemahaman konsep merupakan permainan matematika dengan tujuannya untuk meningkatkan kemampuan

(39)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari. Contoh-contoh dari permainan ini diantaranya:

a) Mengirim Berita dengan Kode Rahasia

Permainan mengirim berita dengan kode rahasia adalah permainan matematika yang aturannya menggunakan kode rahasia yaitu dengan menggunakan bilangan dasar basis dua (biner). Permainan dilakukan dengan mengirim pesan dalam bentuk tulisan dengan kode rahasia yang akan disampaikan, dan harus dibalas oleh teman yang menerima pesan tentunya dengan pesan dalam kode rahasia juga. Manfaat dari permainan ini adalah untuk memahami penulisan bilangan dasar dua. Permainan ini dapat digunakan dalam membantu untuk pembelajaran bilangan dasar. b) Lampu Pintar

Permainan lampu pintar adalah permainan matematika yang dalam penggunaannya menggunkan lampu pintar. Lampu pintar sebagai alat untuk memeriksa apakah seorang siswa sudah menguasai suatu konsep matematika atau belum menguasai.

Dalam lampu pintar terdapat soal-soal dan jawaban dari soal tersebut yang disimpan secara acak, siswa diminta untuk mencari jawaban tersebut dengan cara mencucukkan ujung kabel A dekat soal dan mencucukkan ujung kabel B dekat jawaban yang dijawab. Apabila jawaban benar maka lampu akan menyala, sedangkan apabila salah menjawab, lampu tetap padam (tidak menyala).

c) Aritmatika Jam

Aritmatika jam adalah permainan yang menggunakan jam sebagai alat permainan, yang digunakan untuk menunjukkan hasil operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dari suatu bilangan. Misalnya aritmatika jam dengan jam empatan, maka angka yang biasanya ada 12 buah dalam jam sekarang menjadi 4 buah angka.

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d) Permainan Menyusun Angka

Permainan menyusun angka adalah permainan dengan cara menyusun angka-angka untuk membuat lambang bilangan yang nilainya sesuai dengan yang diminta. Misalnya membuat lambang bilangan yang nilainya sebesar-besarnya. Permainan ini menggunakan sekumpulan kartu berangka yang diletakkan tertelungkup yang dapat dimainkan oleh beberapa siswa.

e) Kartu Domino

Kartu domino adalah permainan yang digunakan untuk pemahaman bilangan, urutannya dan lambangnya. Kartu domino itu bukan hanya kartu domino untuk main gapleh misalnya, tetapi kartu domino untuk maksud dan tujuan lain. Misalnya untuk memahami pecahan. Untuk pengembangan permainan ini pun bisa dilakukan untuk daerah kognitif tingkat tinggi.

f) Permainan Menebak Bilangan

Permainan menebak bilangan adalah permainan kombinasi perhitungan operasi matematika (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang digunakan untuk melatih keterampilan menghitung dan menerapkan suatu konsep. Permainan ini dilakukan oleh dua orang siswa. Kemudian, salah seorang siswa untuk memikirkan suatu bilangan dan nanti temannya akan menebak bilangan tersebut, tentunya terlebih dahulu harus menjalankan perintah perhitungan dari teman yang akan menebak.

C. Kerangka Berpikir

Prosedur penelitian tindakan kelas ini merupakan siklus dan dilaksanakan sesuai perencanaan tindakan atau perbaikan dari perencanaan tindakan terdahulu. Penelitian ini diperlukan kondisi awal untuk mengetahui penyebab rendahnya prestasi belajar siswa sebagai upaya untuk menemukan fakta-fakta yang dapat digunakan untuk melengkapi kajian teori yang ada sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan dan prestasi belajar siswa.

(41)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tindakan kelas yang dilaksanakan berupa pengajaran di kelas secara sistematis dengan tindakan pengelolaan kelas dengan menggunakan Metode Permainan, supaya anak merasa tertarik dan tidak menganggap bahwa pelajaran Matematika adalah pelajaran yang menakutkan. Sehingga diharapkan prestasi belajar siswa menjadi lebih meningkat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar kerangka berpikir di bawah ini :

Gambar 2.1.

Kerangka Berpikir Pelaksanaan Tindakan

Kondisi Awal

Guru dalam pembelajaran matematika belum menggunakan

Metode Permainan

Guru dalam pembelajaran matematika menggunakan Metode

Permainan

Prestasi belajar matematika tentang ukuran waktu rendah

Kondisi Akhir Tindakan

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori seperti uraian di atas, maka diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :

Pembelajaran dengan Metode Permainan dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika tentang Mengenal Ukuran Waktu pada Siswa Kelas IV SDLB Negeri Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Tahun Pelajaran 2011 / 2012.

(43)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDLB Negeri Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara. Tahun Pelajaran 2011 / 2012, dengan alasan : a. Peneliti adalah guru pada sekolah tersebut.

b. Peneliti ingin memperbaiki proses pembelajaran di kelas IV Tunagrahita ringan.

2. Waktu

Penelitian ini berlangsung selama empat bulan yaitu pada bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Juni 2012, dengan perincian jadwal berikut :

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Maret April Mei Juni

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penulisan proposal

2 Persetujuan Proposal oleh pembimbing

3 Perijinan penulisan skripsi tingkat prodi,jurusan,FKIP 4 Penulisan Bab I,II,III

5 Persetujuan Bab I,II,III oleh pembimbing

6 Perijinan penelitian 7 Pelaksanaan penelitian 8 Penulisan Bab IV dan V

9 Konsultasi dan persetujuan Bab IV dan V

10 Persetujuan total skripsi oleh pembimbing

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Mata Pelajaran

Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matematika Standar Kompetensi menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar menggunakan alat ukur waktu dengan satuan jam.

4. Karakteristik Siswa

Siswa kelas IV rata-rata berusia 10 – 13 tahun sehingga sudah mencapai perkembangan intelektual pada tahap operasional. Kemampuan yang dimiliki siswa pun beragam hanya ada 2 siswa yang dapat menangkap materi pelajaran dengan cepat.

B. Subjek Penelitian

Sebagai Subjek Penelitian adalah siswa yang diteliti adalah siswa kelas IV SDLB Negeri Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, yang berjumlah 6 siswa terdiri dari 2 siswa laki-laki dan 4 siswa perempuan, adapun data siswanya sebagai berikut :

N o

Inisial

Nama Kemampuan Awal

1 AM A

b

Sudah mampu membaca jam yang menunjukkan waktu tepat. Masih sulit menghitung lamanya waktu kegiatan dalam satuan jam.

2 DP A

b c

Sudah dapat membaca jam yang menunjukkan waktu tepat. Belum dapat membaca jam yang berkaitan dengan jarum panjang. Belum dapat menghitung lamanya waktu kegiatan dalam satuan jam.

3 LW A

b c

Sudah dapat membaca jam yang menunjukkan waktu tepat.

Belum dapat membaca jam yang berkaitan dengan jarum panjang . Belum dapat menghitung lamanya waktu kegiatan satuan jam.

4 HA A

b

Belum dapat membaca jam.

(45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c

pada jam.

Belum dapat menghitung lamanya waktu kegiatan dalam satuan jam.

5 SK A

b c

Belum dapat membaca jam.

Belum dapat menjelaskan arti jarum pendek dan jarum panjang pada jam.

Belum dapat menghitung lamanya waktu kegiatan dalam satuan jam.

6 ZA A

b c

Belum dapat membaca jam.

Belum dapat menjelaskan arti jarum pendek dan jarum panjang pada jam.

Belum dapat menghitung lamanya waktu dalam satuan jam.

C. Data Dan Sumber Data

1. Dokumentasi

Dari dokumentasi diperoleh nilai awal kemampuan siswa pada Mata Pelajaran Matematika tentang ukuran waktu dengan satuan jam sebelum dilakukan tindakan.

2. Tes

Setiap dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II diadakan tes untuk mengetahui prestasi belajar siswa tentang ukuran waktu dengan satuan jam. 3. Observasi

Dari observasi diperoleh nilai keaktifan siswa dalam proses belajar, baik sebelum dilakukan tindakan maupun pada tindakan Siklus I dan Siklus II.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Menurut Suharsimi Arikunto (1997: 135),”Macam teknik pengumpulan data antara lain : angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes dan dokumentasi.

Gambar

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Gambar 4.1 Grafik kemampuan awal siswa / pratindakan
Gambar  4.2  Grafik Tingkat Keaktifan Siswa Kelas IV C SDLB Negeri Kebakalan  Tahun Pelajaran 2011-2012
Tabel 4.3  Hasil Tes Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisa peneliti terhadap penelitian ini adalah bahwa ditemukan pada penelitian ini bahwa lebih dari separoh pasien tidak puas dengan komunikasi terapeutik perawat di ruang

Pengendalian Robot Dual Arm menggunakan web camera ketika data sudah diperoleh berupa titik tengah sumbu X dan Y dari deteksi warna menggunakan OpenCV, Robot Dual

Ketidakseimbangan ini dimulai dalam hal pemasaran yaitu petani tidak memiliki akses untuk menjual hasil panen secara langsung ke Pabrik pemenuhan standar minimal

Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa laju aliran udara yang paling optimum bagi kinerja ruang bakar adalah pada angka 1,1 kg/s untuk laju biogas 0,005 kg/s, karena

Fase TST 4, material sedimen: perselingan batupasir, batubara, dan shale dengan ketebalan lapisan 100 meter dapat dilihat pada Sumur Zahra-2,pola sedimentasi: pola menghalus

Tentang pemenuhan hak politik, Indonesia yang sudah meratifikasi Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik tentunya wajib menjalankan dan melindungi hak-hak politik

Kepuasan nasabah, berdasarkan hasil yang diperoleh secara keseluruhan nasabah Bank Riau Kepri cabang Pasir Pengaraian merasa puas dengan layanan yang telah diberikan

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, pengolahan data pemantauan kehadiran dosen dan mahasiswa tersebut dapat menggunakan sebuah sistem