• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASIMETRI INFORMASI, FAKTOR INDIVIDUAL DAN FRAUD PENGADAAN BARANG/JASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASIMETRI INFORMASI, FAKTOR INDIVIDUAL DAN FRAUD PENGADAAN BARANG/JASA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

Jurnal Akuntansi Trisakti ISSN : 2339-0832 (Online) Volume. 6 Nomor. 1 Februari 2019:1-18

Doi : http://dx.doi.org/10.25105/jat.v6i1.4945

ASIMETRI INFORMASI, FAKTOR INDIVIDUAL DAN FRAUD

PENGADAAN BARANG/JASA

Laeli Budiarti1* Ananti Putri Rahayu2

Sudjono3 13

Jenderal Soedirman University

2

Anwar & Rekan – Member of DFK International *Korespondensi: laelibudiarti@gmail.com

Abstract

The purpose of this study is to determine the effect of information asymmetry and invidual factors such as compensation satisfaction, locus of control and competency on the tendency for doing fraud in procurement of goods/services.

The population in this study are all employees of Procurement Services Unit (ULP), Procurement Official (PP) and Committing Officer (PPK) in all State Universities in DKI Jakarta Province. This research uses saturated sampling technique, where the entire research population is used as respondent. Multiple linear regression is used to analysis the data.

The results shows that asymmetry of information has no significant influence on the tendency of individuals in fraud procurement of good/services. Compensation satisfaction has no significant influence on individual tendencies in fraud procurement of goods/services. Moreover, External locus of control and competence have a positive influence and significant on the tendency of individuals to commit fraud in procurement of goods/services.

Keywords: asymmetry of information; individual factors; fraud.

Submission date: 2019-07-17 Accepted date: 2019-08-14

PENDAHULUAN

Kecurangan merupakan suatu bentuk penipuan yang sengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan (Alison, 2006) dalam (Tjoanda & Diptyana, 2013).

ACFE mengategorikan kecurangan pada tiga kelompok, yaitu kecurangan laporan

keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi (Albrecht et al, 2016) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang salah satu permasalahan negaranya adalah pemberantasan tindak korupsi. tabel 1 menunjukan hasil dari Indeks Persepsi

brought to you by CORE

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

(2)

2 Asimetri Informasi , Faktor Individual dan Fraud Pengadaan Barang/Jasa______ Korupsi dimana Indonesia mengalami penurunan peringkat dunia selama dua tahun terakhir.

Tabel 1

Indeks Persepsi Korupsi-Indonesia

Tahun Skor Peringkat Dunia

2012 32 118 2013 32 114 2014 34 107 2015 36 88 2016 37 90 2017 37 96

Sumber: Transparency International (www.ti.or.id) 2017

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) menyatakan bahwa kasus korupsi yang paling banyak dilakukan pejabat pemerintah umumnya dalam proyek pengadaan barang/jasa (Merdeka, 2013). Pada tahun 2017 komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan hampir 80% dari kasus-kasus yang ditangani berasal dari sektor tersebut (Kompas, 2017). Kasus kecurangan pada sektor pengadaan barang/jasa di perguruan tinggi negeri pernah terjadi pada tahun 2010 di Provinsi DKI Jakarta, tahun 2013 di Provinsi Banten (Poskota, 2013) dan pada tahun 2016 di Provinsi Jawa Timur (TribuNews, 2016).

Tindakan kecurangan muncul karena adanya motivasi-motivasi tertentu. Teori yang menjelaskan mengenai motivasi bertindak curang adalah teori segitiga kecurangan milik (Cressey, 1953) dan disempurnakan oleh Teori Fraud Diamond milik (Wolfe & Hermanson, 2004), bahwa kecurangan terjadi karena adanya tekanan, peluang/kesempatan, rasionalisasi, dan kapabilitas. Variabel-variabel pada penelitian ini merupakan proksi dari keempat faktor teori fraud diamond, dimana faktor tekanan diproksikan oleh variabel kepuasan kompensasi, faktor peluang diproksikan oleh variabel asimetri informasi, faktor rasionalisasi diproksikan oleh variabel locus of

control dan faktor kapabilitas diproksikan oleh variabel kompetensi.

Penelitian mengenai fraud yang memproksikan asimetri informasi sebagai suatu peluang pernah dilakukan oleh (Mustikasari, 2013) dan (Najahningrum, 2013) dengan hasil asimetri informasi berpengaruh positif terhadap fraud, (Triasmara & Anna, 2014) dengan hasil asimetri informasi berpengaruh positif terhadap fraud tendencies dan (Kusuma & Andreina, 2017) dengan hasil asimetri informasi memiliki pengaruh positif terhadap fraud accounting. Akan tetapi, ditemukan hasil yang berbeda pada penelitian (Ahriati, Basuki, & Widiastuty, 2015) dan (Indriani, Suroso, & Maghfiroh, 2016) yang menunjukan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi.

Penelitian mengenai fraud yang memproksikan kepuasan kompensasi sebagai suatu tekanan pernah dilakukan oleh (Mustikasari, 2013), (Zulkarnain, 2013) dan (Pramudita, 2013). Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi memiliki pengaruh negatif terhadap fraud. Penelitian tersebut didukung oleh (Triasmara & Anna, 2014) dan (Pratomo, Pramuka, & Maghfiroh, 2016) yang hasil penelitiannya menemukan bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh negatif terhadap

fraud tendencies. Sementara ditemukan hasil yang menyatakan sebaliknya pada

(3)

_______________________________Laeli Budiarti/Ananti Putri Rahayu/Sudjono 3

Handajani, 2015) yang menyatakan kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap

fraud.

Penelitian mengenai fraud yang memproksikan kompetensi sebagai kompetensi pernah dilakukan oleh (Pratomo et al., 2016) dimana hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi memiliki pengaruh positif terhadap kecenderungan perilaku fraud pada sektor pemerintahan. Akan tetapi penelitian (Indriani et al., 2016) menyatakan sebaliknya dimana kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan perilaku fraud. Kompetensi diduga berpengaruh terhadap fraud karena individu dengan kompetensi tinggi cenderung mengetahui celah-celah yang dapat dimanfaatkan para pelaku fraud.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai :

1. Pengaruh asimetri informasi terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

2. Pengaruh kepuasan kompensasi terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

3. Kecenderungan individu dengan external locus of control untuk melakukan fraud pengadaan barang/jasa

4. Pengaruh jumlah kompensasi terhadap kecenderungan individu untuk melakukan fraud pengadaan barang/jasa

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Kecurangan (Fraud)

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mendefinisikan kecurangan

(fraud) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain. Sedangkan

Statement of Auditing Standards No.99 berpendapat bahwa fraud merupakan tindak

kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit. Sedangkan kecurangan laporan keuangan menurut Association

of Certified Fraud Examiners (ACFE) didefinisikan sebagai kecurangan yang

dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor.

Teori Fraud Triangle

Cressey (1953) dalam (Tuanakotta, 2010) menjabarkan teori segitiga kecurangan bahwa kecurangan disebabkan oleh 3faktor yaitu tekanan, peluang/kesempatan, dan rasionalisasi. Tekanan adalah motivasi dari individu karyawan untuk bertindak curang. Peluang adalah salah satu faktor penyebab kecurangan dapat terjadi karena adanya kelemahan dalam sistem perusahaan (Pristiyanti, 2012). Rasionalisasi adalah pemikiran yang menjustifikasi tindakannya sebagai suatu perilaku yang wajar, yang secara moral dapat diterima oleh masyarakat normal (Zulkarnain, 2013).

Teori Fraud Diamond

Fraud diamond adalah teori yang dikemukakan oleh (Wolfe & Hermanson, 2004) yang merupakan penyempurnaan dari teori fraud triangle dimana kecurangan disebabkan oleh empat faktor yaitu tekanan, peluang/kesempatan, rasionalisasi dan kapabilitas. Tekanan pada teori fraud diamond berasal dari tekanan situasional. Peluang

(4)

4 Asimetri Informasi , Faktor Individual dan Fraud Pengadaan Barang/Jasa______ dan rasionalisasi. Kapabilitas memainkan peran utama dalam tindak kecurangan. Pelaku kecurangan harus memiliki kapabilitas untuk menyadari peluang yang ada sebagai kesempatan dan memanfaatkan keadaan tersebut bukan hanya sesekali tetapi berkali-kali.

Teori Fraud Pentagon

Perkembangan model fraud terbaru ditemukan oleh (Marks, 2013) yang disebut sebagai The Crowe’s Fraud Pentagon. Perbedaan nyata antara Fraud Triangle dan

Fraud Diamond dengan Fraud Pentagon adalah dalam Fraud Triangle dan Fraud Diamond berfokus pada kecurangan yang dilakukan pada tingkat manajemen tingkat

menengah sedangkan fraud pentagon mempunyai skema kecurangan yang lebih luas dan menyangkut manipulasi yang dilakukan oleh CEO atau CFO oleh Donald R. Cressey (1953).

Sumber: The Crowe’s Fraud Pentagon, (Marks, 2013)

Gambar 1

Fraud Pentagon Fraud

Statement on Auditing Standards (SAS) No. 99 menyatakan salah saji dibedakan

antara dua jenis, yaitu errors dan fraud. Fraud menurut ACFE dalam (Pramudita, 2013) dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu kecurangan laporan keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi.

Fraud Pengadaan Barang/Jasa

Pengadaan barang/jasa menurut Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa oleh kementerian/lembaga/perangkat daerah yang dibiayai oleh APBN/APBD yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan, sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.

Fraud pengadaan barang/jasa terjadi apabila terdapat penyimpangan pada proses

pengadaan barang/jasa karena mengabaikan prinsip dan etika yang sudah ditetapkan oleh Peraturan Presiden No. 16 Tahun 2018.

Asimetri Informasi

Asimetri informasi muncul ketika agent lebih mengenal informasi internal dan prospek yang akan datang dibandingkan principal dan stake holder lainnya (Downida & Riharjo, 2017). Adanya asimetri informasi dapat memberikan peluang bagi agent

(5)

_______________________________Laeli Budiarti/Ananti Putri Rahayu/Sudjono 5

untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan kepentingan pribadi agent.

Kepuasan Kompensasi

Kepuasan gaji/kompensasi didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang akan terpuaskan dengan kompensasinya, ketika persepsi terhadap kompensasi dan apa yang mereka pikirkan sesuai dengan semestinya (Sulistiyowati, 2007). Ketidakpuasan akan kompensasi dapat menempatkan individu dalam keadaan tertekan akibat rasa puas yang tidak terpenuhi.

Locus of Control

Locus of Control adalah cara pandang individu atau gambaran tentang keyakinan

seseorang mengenai sumber penentu perilakunya. (Rotter, 1966) membedakan orientasi

locus of control menjadi dua, yaitu internal locus of control dan external locus of control. Individu dengan internal locus of control memiliki kepercayaan bahwa

keterampilan, kemampuan dan usaha yang lebih menentukan apa yang mereka peroleh dalam hidup mereka. Individu dengan external locus of control cenderung mengangap sebaliknya, yaitu bahwa hidup mereka ditentukan oleh kekuatan dan pengaruh dari luar diri mereka (Suprayogi, 2017).

Kompetensi

Menurut (Roe, 2001) dalam (T. A. P. S. Putra, 2017) mendefinisikan kompetensi sebagai kemampuan untuk melakukan tugas atau peran secara memadai. Individu yang memiliki kompetensi dapat disimpulkan sebagai individu dengan capability to perform (Kartika & Sugiarto, 2014).

Perumusan Hipotesis

1. Hubungan antara asimetri informasi terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

Teori fraud diamond menjelaskan bahwa salah satu faktor terjadinya kecurangan adalah adanya peluang. Asimetri informasi merupakan salah satu bentuk peluang yang sering dimanfaatkan oleh pelaku kecurangan. Asimetri informasi diartikan sebagai situasi di mana terjadi ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang membutuhkan informasi (Najahningrum, 2013). Kondisi asimetri informasi ini muncul pada konsep keagenan dimana asimetri informasi dapat menyebabkan konflik antara principal dan agent untuk saling mempertahankan kepentingan masing-masing. Principal cenderung akan mengalami kesulitan dalam menelusuri aktivitas agent sehingga agent merasa memiliki kesempatan untuk tidak memberikan informasi yang sebenarnya kepada principal. Pihak yang memiliki informasi lebih banyak cenderung memanfaatkan kondisi tersebut untuk bertindak curang agar kepentingannya dapat tercapai. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Mustikasari, 2013), (Najahningrum, 2013), (Triasmara & Anna, 2014), dan (Kusuma & Andreina, 2017) menemukan bukti empiris yang menunjukan adanya pengaruh positif asimetri informasi terhadap fraud. Oleh karena itu hipotesis pertama penelitian ini adalah:

H1: Semakin tinggi asimetri informasi yang terjadi, maka semakin besar kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

(6)

6 Asimetri Informasi , Faktor Individual dan Fraud Pengadaan Barang/Jasa______

2. Hubungan antara kepuasan kompensasi terhadap kecenderungan individu

dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

Pada teori fraud diamond dijelaskan bahwa tekanan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan individu melakukan tindak kecurangan. Tekanan dapat muncul dari segi keuangan dan non keuangan. Tidak terpenuhinya kompensasi dapat membuat individu merasa tertekan karena kompensasi merupakan salah satu kebutuhan mendasar untuk kelangsungan hidup seseorang. Jika kebutuhan akan kompensasi tidak terpenuhi, maka kebutuhan-kebutuhan lanjutan tidak dapat berfungsi. Hal tersebut sesuai dengan kaidah Maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan yang lebih tinggi hanya dapat berfungsi jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi (Djati & Khusaini, 2003). Selain tidak terpenuhinya kompensasi, ketidakpuasan individu atas imbalan yang mereka peroleh dari pekerjaan juga dapat menimbulkan tekanan tertentu karena merasa tidak diperlakukan secara adil. Suatu kompensasi yang tidak adil atau tidak memadai serta pekerjaan yang menjemukan dapat mendukung insiden-insiden pencurian aset perusahaan oleh pekerja (Wexley & Yuki, 2003). Ketidakpuasan karyawan terhadap kompensasi yang diterima juga dapat memicu perilaku negatif karyawan terhadap perusahaan (Noe, Hollenbeck, Gerhard, & Wright, 1996) dalam (Djati & Khusaini, 2003) Kepuasan kompensasi yang dirasakan individu diharapkan dapat membuat individu merasa tercukupi sehingga individu tersebut tidak berada dalam tekanan yang membuat individu tersebut melakukan tindakan yang merugikan pihak lain termasuk tindakan kecurangan.

Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh kompensasi terhadap fraud pernah dilakukan dengan menggunakan kesesuaian kompensasi dan sistem kompensasi sebagai variabel independen. Meskipun pada penelitian ini variabel yang digunakan adalah kepuasan kompensasi, namun hasil penelitian terdahulu dengan variabel sistem kompensasi dan kesesuaian kompensasi dianggap mewakili karena untuk mencapai kepuasan kompensasi dibutuhkan sistem kompensasi yang baik (Thoyibatun, 2009) dan kesesuaian akan kompensasi yang diharapkan sesuai dengan semestinya (Sulistiyowati, 2007). Penelitian (Mustikasari, 2013), (Zulkarnain, 2013), (Pramudita, 2013), (Triasmara & Anna, 2014) dan (Pratomo et al., 2016) menunjukan bahwa kompensasi berpengaruh negatif pada fraud.

H2: Semakin tinggi kepuasan kompensasi yang diterima, maka semakin rendah kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

3. Hubungan antara locus of control terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian, yang didefinisikan

sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya individu tersebut mengontrol nasib (destiny) sendiri. Individu dengan internal locus of control menganggap hasil yang berhasil dicapai berasal dari aktivitas dirinya. Sedangkan pada individu dengan

external locus of control menganggap bahwa keberhasilan yang dicapai dikontrol oleh

keadaan/lingkungan sekitarnya (Krietner & Kinicki, 2005). (Trevino, 1986)berpendapat bahwa individu dengan external locus of control kurang bertanggungjawab atas konsekuensi perilaku etis atau tidak etisnya, sedangkan individu dengan internal locus of control lebih bertanggung jawab atas konsekuensi perilakunya karena perilaku baik dan buruknya berpedoman pada diri mereka sendiri. Pendapat

(7)

_______________________________Laeli Budiarti/Ananti Putri Rahayu/Sudjono 7

(Trevino, 1986) didukung oleh hasil penelitian (Jones & Kavanagh, 1996) yang menyatakan external locus of control berpengaruh positif terhadap perilaku tidak etis. Individu dengan external locus of control dirasakan kurang bertanggung jawab dengan hasil tindakannya dibandingkan individu dengan internal locus of control. Individu yang mempunyai external locus of control akan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak dapat diramalkan sehingga perilaku individu tidak akan mempunyai peran didalamnya (Hendryadi, 2017). Ketika individu dengan external locus of control menghadapi situasi dimana mereka tidak mampu memperoleh dukungan yang dibutuhkan untuk bertahan, mereka memandang manipulasi sebagai strategi untuk bertahan (Solar & Bruehl, 1971) dalam (Donnelly, Quirin, & O’Bryan, 2003) Individu dengan external locus of control menjadikan alasan-alasan tersebut sebagai pembenaran (rasionalisasi) mereka ketika melakukan tindakan kecurangan.

H3: Individu dengan external locus of control cenderung melakukan fraud pengadaan barang/jasa.

4. Hubungan antara kompetensi terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk melaksanakan tugas atau peran secara memadai. Individu dengan kompetensi yang tinggi selain dapat memberikan keuntungan bagi organisasi tempat ia bekerja, individu tersebut juga akan mampu menyadari kelemahan-kelemahan dari prosedur kerja yang ia lakukan (Pratomo et al., 2016). Pada kondisi itulah para pelaku kecurangan bertindak dan memanfaatkan keadaan untuk mengambil keuntungan pribadi. (Wolfe & Hermanson, 2004) menyatakan bahwa salah satu karakteristik yang ada pada pelaku kecurangan adalah intelegensi dan kreativitas. Intelegensi berarti para pelaku kecurangan harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami dan mengeksploitasi kelemahan pengendalian internal untuk melakukan kecurangan (Dorminey, Scott Fleming, Kranacher, & Riley, 2012). Kreativitas akan mendukung intelegensi karena dengan kreativitas para pelaku kecurangan dapat menembus sistem pengendalian untuk melakukan kecurangan. Individu dengan kompetensi yang tinggi selain dapat memberikan keuntungan bagi organisasi tempat ia bekerja, individu tersebut juga akan mampu menyadari kelemahan-kelemahan dari prosedur kerja yang ia lakukan. Pada kondisi itulah para pelaku kecurangan bertindak dan memanfaatkan keadaan untuk mengambil keuntungan pribadi. (Pratomo et al., 2016), dimana hasil penelitian menunjukan bahwa kompetensi memiliki pengaruh positif terhadap kecenderungan perilaku fraud.

H4: Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki individu, maka semakin tinggi kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Penelitian ini dilakukan di seluruh PTN di Provinsi DKI Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai Unit Layanan Pengadaan/Pejabat Pengadaan dan Pejabat Pembuat Komitmen di seluruh PTN di Provinsi DKI Jakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh, dimana seluruh populasi penelitian dijadikan sebagai

(8)

8 Asimetri Informasi , Faktor Individual dan Fraud Pengadaan Barang/Jasa______ sampel penelitian. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dalam bentuk pernyataan.

Teknik Analisis Data Uji Instrumen Penelitian

Uji pilot dilakukan untuk meyakinkan bahwa instrumen yang digunakan telah

mencukupi, benar dan dapat dipahami. Final field test dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas data nya dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas menggunakan uji statistik Pearson Product Moment Correlation. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan Croncbach’s Alpha.

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu variabel, seperti jumlah rata-rata, standar deviasi, varian, nilai terendah dan tertinggi (Suliyanto, 2006).

Uji Asumsi Klasik

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan one-sample Kolmogorov-smirnov.

Uji multikolinearitas berhubungan dengan adanya korelasi antar variabel

independen. Semakin rendah korelasi antar variabel maka persamaan tersebut akan semakin baik (Hadi, 2006). VIF (Variable Inflation Factor) juga bisa digunakan sebagai indikator. Jika VIF ≥ 10 dan tolerance ≤ 0,1 maka terdapat gejala multikolinearitas antar variabel dalam model regresi.

Uji heteroskedastisitas dengan metode Glesjer dilakukan dengan meregresikan

semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan terhadap nilai mutlak residualnya, maka dalam model terdapat masalah heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011).

Analisis Regresi Linear Berganda

Perumusan persamaan regresi berganda dengan variabel dummy pada penelitian ini yaitu:

……….(1) Keterangan :

Y = Kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa α = Konstanta

= Asimetri Informasi = Kepuasan Kompensasi = Locus of Control = Kompetensi

= Koefisien Regresi Variabel Asimetri Informasi = Koefisien Regresi Variabel Kepuasan Kompensasi = Koefisien Regresi Variabel Locus of Control

(9)

_______________________________Laeli Budiarti/Ananti Putri Rahayu/Sudjono 9

= Koefisien Regresi Variabel Kompetensi = Variabel pengganggu (error)

Uji Goodness of Fit

Adjusted R Square atau koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti

bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan unsur jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan.

Uji F. Menurut (Kuncoro, 2003) pengujian secara simultan dilakukan dengan uji

statistik F. Uji tersebut pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji ketepatan model dilakukan untuk memastikan bahwa model penelitian yang telah dirumuskan diterapkan dalam penelitian ini. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau nilai Sig < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang terbentuk masuk kriteria fit (cocok).

Uji statistik t

Uji t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variabel terikat (Kuncoro, 2003). Menurut (Suliyanto, 2011) pengujian hipotesis secara parsial dapat dilakukan dengan membandingkan nilai thitung

dengan t tabel dengan hipotesis dan kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Hipotesis satu, tiga dan empat

1) H0 tidak dapat ditolak apabila t hitung ≤ t tabel, atau tingkat signifikansi > α =

0,05

2) Ha diterima apabila t hitung > t tabel, atau tingkat signifikansi ≤ α =0 0,05 dan

koefisien regresi (β) positif b. Hipotesis dua

1) H0 tidak dapat ditolak apabila t hitung ≥ -t tabel, atau tingkat signifikansi > α = 0,05

2) Ha diterima apabila t hitung < -t tabel, atau tingkat signifikansi ≤ α = 0,05 dan

koefisien regresi (β) negatif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner dengan populasi

penelitian sejumlah 75 orang yang bekerja sebagai kepala pokja, staff pokja, pejabat pengadaan, pejabat pembuat komitmen dan direktorat logistik di seluruh PTN di Provinsi DKI Jakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh, sehingga seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel peneitian. Total kuesioner yang kembali dan dapat diolah sebanyak 55 kuesioner, sehingga tingkat

response rate nya adaah 73%.

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Tabel 2

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel N Nilai Minimum Nilai Maksimum Nilai Mean Standar Deviasi

FRAUD 55 3,000 5,000 4,205 0,485

(10)

10 Asimetri Informasi , Faktor Individual dan Fraud Pengadaan Barang/Jasa______

Variabel N Nilai Minimum Nilai Maksimum Nilai Mean Standar Deviasi

KK 55 1,600 4,400 3,127 0,582

LOC 55 0,000 1,000 0,600 0,494

K 55 1,667 3,833 2,700 0,567

Sumber: Output Uji Statistik Deskriptif

Data pada Tabel 2 menunjukkan nilai mean variabel kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa adalah 4,205 yang berarti rata-rata responden memiliki tingkat kecenderungan fraud yang sangat rendah. Nilai mean variabel asimetri informasi adalah 3,670 yang berarti asimetri informasi yang terjadi masuk dalam kategori rendah. Nilai mean variabel kepuasan kompensasi adalah 3,127 yang berarti bahwa kepuasan kompensasi di sektor pengadaan barang/jasa pada seluruh PTN di Provinsi DKI Jakarta dalam kondisi cukup puas. Nilai mean variabel locus of

control menunjukan angka 0,60 yang berarti rata-rata responden merupakan individu

dengan external locus of control. Nilai mean variabel kompetensi menunjukan angka 2,70 memiliki arti bahwa tingkat kompetensi masuk dalam kategori cukup tinggi.

Hasil Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas

Tabel 3

Hasil Uji Normalitas

Variabel Kolmogorov Smirnov Asymp. Sig. α Keterangan

Standardized

Residual 0,676 0,750 0,05 Distribusi Normal

Sumber: Output Uji Asumsi Klasik

Tabel 3 merupakan perolehan nilai Asymp. Sig yaitu 0,750. Nilai tersebut menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig lebih besar daripada nilai α=0,05. Hasil tersebut memberikan kesimpulan bahwa nilai residual terstandarisasi dapat dikategorikan menyebar secara normal.

Hasil Uji Multikolinieritas

Tabel 4

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

AI 0,668 1,496 Tidak Ada Mulikolinieritas KK 0,792 1,263 Tidak Ada Mulikolinieritas LOC 0,813 1,229 Tidak Ada Mulikolinieritas K 0,938 1,066 Tidak Ada Mulikolinieritas

Sumber: Output Uji Asumsi Klasik

Tabel 4 menjelaskan bahwa nilai VIF variabel asimetri informasi (X1), kepuasan

kompensasi (X2), locus of control (X3) maupun nilai VIF variabel kompetensi (X4)

masing-masing lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi.

(11)

_______________________________Laeli Budiarti/Ananti Putri Rahayu/Sudjono 11

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Tabel 5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig. α Keterangan

AI 0,509 0,05 Tidak Ada Heteroskedastisitas KK 0,226 0,05 Tidak Ada Heteroskedastisitas LOC 0,937 0,05 Tidak Ada Heteroskedastisitas K 0,341 0,05 Tidak Ada Heteroskedastisitas

Sumber: Output Uji Asumsi Klasik

Tabel 5 menunjukan hasil uji heteroskedastisitas dimana asimetri informasi, kepuasan kompensasi, locus of control dan kompetensi memiliki nilai Sig. masing-masing lebih besar dari nilai α (0,05). Berdasarkan bukti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi.

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 6

Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel Koefisien Regresi t hitung

ttabel

(satu sisi) Sig/2. α AI (X1) 0,079 0,677 < 1,659 0,251 > 0,05

KK (X2) -0,180 -1,557 > -1,659 0,063 > 0,05

LOC (X3) 0,356 2,650 > 1,659 0,005 < 0,05

K (X4) 0,296 2,715 > 1,659 0,004 < 0,05

Konstanta = 3,464

Sumber: Output Analisis Regresi Berganda

Hasil perhitungan yang ditunjukan pada Tabel 6 menjelaskan bahwa persamaan regresi linear berganda yang dirumuskan sebagai berikut:

Y = Y = 3,464 + 0,079X1 - 0,180X2 + 0,356X3 + 0,296X4 ...(2)

Keterangan:

Y = Kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa α = Konstanta

= Asimetri Informasi = Kepuasan Kompensasi = Locus of Control = Kompetensi

= Variabel pengganggu (error)

Hasil Uji Goodness of Fit Hasil Adjusted R Square

Nilai Adjusted R Square pada penelitian ini sebesar 0,175 yang artinya adalah 17,5% variasi perubahan variabel kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa dipengaruhi dan dapat dijelaskan oleh variabel asimetri informasi (X1), kepuasan kompensasi (X2), locus of control (X3) dan kompetensi (X4),

(12)

12 Asimetri Informasi , Faktor Individual dan Fraud Pengadaan Barang/Jasa______

Hasil Uji F

Hasil uji F menunjukan bahwa nilai F hitung (3,863) > F tabel(0,008), sehingga dapat

disimpulkan bahwa asimetri informasi (X1), kepuasan kompensasi (X2), locus of

control (X3) dan kompetensi (X4) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa, atau dapat dikatakan bahwa model regresi yang digunakan dinyatakan cocok dan layak untuk digunakan.

Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t)

Tabel 6 menunjukan bahwa asimetri informasi (AI) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa, t hitung (0,677) < t tabel(1,659) dan Sig/2 (0,251) > α (0,05). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipotesis satu, ditolak.

Tabel 6 juga menunjukan bahwa kepuasan kompensasi (KK) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa, t hitung (-1,557) < t tabel(-1,659) dan Sig/2 (0,063) > α (0,05).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis dua, ditolak.

Hasil lain pada tabel 6 menunjukan bahwa external locus of control (LOC) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa, t hitung (2,650) < t tabel(1,659) dan Sig/2

(0,005) < α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis tiga, diterima.

Hasil terakhir pada tabel 6 menunjukan bahwa kompetensi (K) memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa, t hitung (2,715) < t tabel(1,659) dan Sig/2 (0,004) < α (0,05). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa hipotesis empat, diterima.

Pembahasan

Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Kecenderungan Individu dalam Melakukan Fraud Pengadaan Barang/Jasa

Hasil pengujian hipotesis pertama pada penelitian ini menyatakan bahwa asimetri informasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa. Hubungan kausal yang dihasilkan dari pengujian hipotesis menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat asimetri informasi tidak diikuti dengan semakin tingginya kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian (Aryanto, Utaminingtyas, & ZR, 2013), (Ahriati et al., 2015), (Setiawan, Adiputra, & Yuniarta, 2015) dan (Indriani et al., 2016) yang menyatakan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Pada hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa tingkat asimetri informasi yang terjadi pada bagian pengadaan barang/jasa di PTN di Provinsi DKI Jakarta adalah rendah. Hal tersebut dibuktikan dengan meratanya informasi yang diterima selama berlangsungnya proses pengadaan barang/jasa. Pengadaan barang/jasa yang dilakukan oleh PTN di Provinsi DKI Jakarta juga sudah menggunakan sistem online. Sistem online dapat meminimalisisr asimetri informasi dengan menciptakan kondisi informasi yang terbuka dan dapat diakses oleh pihak yang terlibat pada proses pengadaan barang/jasa secara mudah.

(13)

_______________________________Laeli Budiarti/Ananti Putri Rahayu/Sudjono 13

Pengaruh Kepuasan Kompensasi Terhadap Kecenderungan Individu dalam Melakukan Fraud Pengadaan Barang/Jasa

Hasil pengujian membuktikan bahwa semakin semakin tinggi tingkat kepuasan kompensasi tidak diikuti dengan semakin rendahnya tingkat kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa. Hasil yang diperoleh penelitian ini mendukung temuan penelitian (Sulistiyowati, 2007) yang menyatakan kepuasan gaji tidak berpengaruh terhadap persepsi tindan korupsi dan penelitian (Ahriati et al., 2015), (Adinda & Ikhsan, 2015) dan (Arifianti et al., 2015) yang menyimpulkan bahwa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap fraud. Hasil wawancara di lapangan ditemukan bahwa terdapat responden yang bekerja tidak semata-mata untuk tujuan materiil, tetapi lebih pada orientasi jangka panjang untuk meningkatkan kapasitas diri. Sehingga meskipun kepuasan kompensasi yang diterima tidak sebanding, tidak akan memengaruhi peningkatan pada kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa. Pada teori fraud triangle dan fraud diamond mengemukakan bahwa salah satu penyebab terjadinya fraud adalah tekanan. Pada hasil penelitian ini menunjukan suatu keadaan dimana kepuasan kompensasi yang diterima oleh para responden tidak sebanding dengan beban kerja dan resiko yang dihadapi. Namun bukan berarti semakin tinggi pula kecenderungan yang dimiliki dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa. Sehingga, hasil penelitian ini bertentangan dengan teori yang digunakan, yaitu teori fraud triangle dan fraud diamond.

Pengaruh External Locus of Control Terhadap Kecenderungan Individu dalam Melakukan Fraud Pengadaan Barang/Jasa

Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa external locus of control memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa. Temuan penelitian ini mendukung pendapat (Solar & Bruehl, 1971) dalam (Donnelly et al., 2003) yang menjelaskan bahwa ketika individu dengan external locus of control menghadapi situasi dimana mereka tidak mampu memperoleh dukungan yang dibutuhkan untuk bertahan, mereka memandang manipulasi sebagai strategi untuk bertahan. Teori fraud diamond mendalilkan bahwa rasionalisasi merupakan elemen penting dalam terjadinya kecurangan, dimana pelaku akan mencari-cari pembenaran untuk perbuatan yang dilakukannya. Individu dengan

external locus of control mudah untuk merasionalisasikan suatu tindakan kecurangan

karena mereka beranggapan bahwa peristiwa yang terjadi pada mereka tidak dapat mereka kontrol. Secara empiris, hasil penelitian ini konsisten dengan temuan studi yang dilakukan oleh (Respati, 2011) yang juga membuktikan bahwa external locus of control memperkuat pengaruh sikap manajer dan norma-norma subjektif terhadap intensi manajer dalam melakukan kecurangan penyajian laporan keuangan.

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kecenderungan Individu dalam Melakukan

Fraud Pengadaan Barang/Jasa

Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa. Berdasarkan hubungan kausal tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki individu, maka semakin tinggi kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa. Hasil penelitian ini mendukung (Wolfe & Hermanson, 2004) serta pendapat (Dorminey et al., 2012) yang mengemukakan bahwa salah satu karakteristik yang ada pada pelaku kecurangan adalah

(14)

14 Asimetri Informasi , Faktor Individual dan Fraud Pengadaan Barang/Jasa______ intelegensi dan kreativitas. Pada teori fraud diamond kapabilitas merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi individu melakukan kecurangan. Hasil penelitian ini mendukung teori fraud diamond karena kompetensi sebagai proksi dari sudut kapabilitas, terbukti memberikan pengaruh kepada kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa. Secara empiris, hasil penelitian ini konsisten dengan temuan studi yang dilakukan oleh (Pratomo et al., 2016) yang juga menemukan bukti bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecenderungan perilaku fraud, dimana semakin tinggi kompetensi yang dimiliki, maka semakin tinggi kecenderungan perilaku fraud karena individu dengan kompetensi yang tinggi akan mampu memanfaatkan kerentanan pada perusahaan sehingga akan tercipta kesempatan untuk bertindak curang.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Asimetri informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

2. Kepuasan kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

3. Individu dengan external locus of control cenderung melakukan fraud pengadaan barang/jasa

4. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki individu, maka semakin tinggi kecenderungan individu dalam melakukan fraud pengadaan barang/jasa

Keterbatasan

Instrumen pada penelitian ini berupa kasus yang dilengkapi kuesioner, dengan pernyataan tertutup. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan kuesioner dengan pertanyaan/pernyataan terbuka. Tujuannya adalah agar dapat menghimpun seluruh informasi dari responden. Responden dapat menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan secara bebas, guna menyatakan keadaan yang sebenarnya.

Saran

Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan kuesioner dengan pertanyaan/pernyataan terbuka agar dapat menghimpun seluruh informasi dari responden. Responden dapat menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan secara bebas, guna menyatakan keadaan yang sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adinda, Y. M., & Ikhsan, S. (2015). Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Kecurangan (Fraud) Di Sektor Pemerintahan. Accounting Analysis Journal. https://doi.org/ISSN 2252-6765

Ahriati, D., Basuki, P., & Widiastuty, E. (2015). Analisis Pengaruh Sistem Pengendalian Internal, Asimetri Informasi, Perilaku Tidak Etis Dan Kesesuaian Kompensasi Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur. Jurnal InFestasi, 11(1), 41–55. https://doi.org/10.21107/infestasi.v11i1.1122

(15)

_______________________________Laeli Budiarti/Ananti Putri Rahayu/Sudjono 15

Examination : .(book) (edisi 4). Boston: Cengage Learning.

Alison. (2006). Fraud Auditing.

Arifianti, R., Santoso, B., & Handajani, L. (2015). Perspektif Triangle Fraud Theory Dalam Pengadaan Barang/Jasa Di Pemerintah Provinsi Ntb. Jurnal InFestasi,

11(2), 195–213. https://doi.org/10.21107/infestasi.v11i2.1132

Aryanto, M. S., Utaminingtyas, T. H., & ZR, R. A. (2013). Pengaruh Sistem Pengendalian Internal, Sistem Kompensasi, dan Asimetri Informasi dalam Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. SNA, XVI.

Cressey, D. R. (1953). Other People’s Money. Montclair. NJ: Patterson Smith.

Djati, S. P., & Khusaini, M. (2003). Kajian Terhadap Kepuasan Kompensasi, Komitmen Organisasi, Dan Prestasi Kerja. Jurnal Manajemen Dan Kewiirausahaan, 5(1), 25–41. https://doi.org/10.9744/jmk.5.1.pp.25-41

Donnelly, D. P., Quirin, J. J., & O’Bryan, D. (2003). Attitudes Toward Dysfunctional Audit Behavior: The Effects Of Locus Of Control, Organizational Commitment, and Position. Journal of Applied Business Research (JABR), 19(1). https://doi.org/10.19030/jabr.v19i1.2151

Dorminey, J., Scott Fleming, A., Kranacher, M. J., & Riley, R. A. (2012). The evolution of fraud theory. Issue in Accaunting Educatio, American Accounting

Association, 27(2), 555–579. https://doi.org/10.2308/iace-50131

Downida, A. N., & Riharjo, I. B. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada SKPD Kota Kediri. Jurnal Ilmu Dan

Riset Akuntansi, 6(5).

Hadi, S. (2006). Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi & Keuangan. Yogyakarta: Akonisia.

Haryono. (2013). Divonis, Kasus Korupsi Pengadaan Barang di Untirta. Poskota

Online Diakses Dari Https://Www.Poskotanews.Com.

Hendryadi. (2017). Pengembangan Skala Locus of Control. Jurnal Riset Manajemen

Dan Bisnis (JRMB), 2(3), 417–424.

Indriani, I., Suroso, A., & Maghfiroh, S. (2016). Penerapan Konsep Fraud Diamond Theory Dalam Mendeteksi Perilaku Fraud. Prosiding Simposium Nasional

Akuntansi XIX.

Jones, G. E., & Kavanagh, M. J. (1996). An Experimental Examination of the Effects of Individual and Situational Factors on Unethical Behavioral Intentions in the Workplace. Journal of Business Ethics, 15(5). https://doi.org/10.1007/978-94-007-4126-3_33

Kartika, L. N., & Sugiarto, A. (2014). Pengaruh Tingkat Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Administrasi Perkantoran. Jurnal Ekonomi Dan Bismis, 17(1), 73–90. Krietner, R., & Kinicki, A. (1989). Organizational Behavior. Boston: BPI, Irwin,

Homewood Illinois.

Kuncoro, M. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Kusuma, H., & Andreina, R. R. T. R. (2017). Determinants of Accounting Frauds : Perceptions of Indonesian Civil Servants. International Journal of Research in

Business & Social Science, 6(4), 11–21. Retrieved from

http://www.ssbfnet.com/ojs/index.php/ijrbs/article/view/736

Marks, J. T. (2013). Strengthening Defenses in the Fight against Fraud. The CPA

Journal, 83(6), 6,8. Retrieved from

http://sfx.scholarsportal.info.libaccess.lib.mcmaster.ca/mcmaster?url_ver=Z39.88-2004&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx:journal&genre=article&sid=ProQ:ProQ%

(16)

16 Asimetri Informasi , Faktor Individual dan Fraud Pengadaan Barang/Jasa______ 253Aabiglobal&atitle=Strengthening+Defenses+in+the+Fight+against+Fraud%25 3A+Certified+Public+Account

Movanita, A. N. K. (2017). Ini Celah Kecurangan Pengadaan Barang dan Jasa yang Berpotensi Korupsi. Kompas Online. Diakses Dari Https://Nasional.Kompas.Com. Mustikasari, D. P. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fraud di Sektor Pemerintah Kabupaten Batang. Accounting Analysis Journal, 2(3), 1–6. https://doi.org/ISSN 2252-6765

Najahningrum, A. F. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fraud: Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY. Accounting Analysis Journal, 2(3), 259–267.

Noe, R. N., Hollenbeck, J. R., Gerhard, B., & Wright, P. M. (1996). Human Resource

Management – Gaining a Competitive Advantage (2nd Ed). Massachusetts: Irwin

McGraw-Hill.

Pramudita, A. (2013). Faktor-faktor yang Mem pengaruhi Terjadinya Fraud di Sektor

Pemerintah (Represi Pegawai pada Dinas se-Kota Salatiga.

Pratomo, A., Pramuka, B. A., & Maghfiroh, S. (2016). Analisis Fraud Diamond Terhadap Kecenderungan Perilaku Fraud Pada Pengelola Keuangan Pemerintah (Survey Pada Pengelola Keuangan Pemerintah Kabupaten X). Prosiding

Simposium Nasional Akuntansi XIX, 128–139.

Pristiyanti, I. R. (2012). Persepsi Pegawai Instansi Pemerintah Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fraud Di Sektor Pemerintahan. Accounting Analysis

Journal, 1(1), 1–14. https://doi.org/ISSN 2252-6765

Putra, I. R. (2013). Pengadaan Barang/Jasa “Juara” Kasus Korupsi Yang Ditangani KPK. Merdeka Online. Diakses Dari Https://Www.Merdeka.Com.

Putra, T. A. P. S. (2017). Pengaruh Independensi, Kompetensi, dan Pengalaman Auditor Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) terhadap Pendeteksian Fraud dengan Skeptisme Profesional sebagai Variabel Intervening pada Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Coopetition, VII(1), 67–83.

Respati, N. W. T. (2011). Pengaruh Locus of Control tehadap Hubugan Sikap Manajer, Norma-norma Subyegtif, Kendali Perilaku Persepsian, dan Intensi Manajemen dalam Melakukan Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi

Dan Keuangan Indonesia, 8(2), 123–140.

Roe, R. A. (2001). Trust Implications for Performance and Efectiveness. Europen

Journal of Work and Organizational Psychology, 10.

Rotter, J. B. (1966). Generalized Expectancies for Internal Versus Extenal Control of Reinforcement. Psychological Monographs: Geneal and Applied, 80(1), 1–28. https://doi.org/10.1037/h0092976

Setiawan, M. D., Adiputra, I. M. A. P., & Yuniarta, G. A. (2015). Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Asimetri Informasi, dan Keadilan Organisasi Terhadap Kecurangan ( Fraud ) ( Studi Empiris pada Bank Perkreditan Rakyat Se-Kabupaten Buleleng ). JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi), 3(1), 1–8. Sinaga, E. K. (2016). Rugikan Negara Rp 85 Milyar, KPK Tetapkan Mantan Rektor

Unair Fasichul Lisan Sebagai Tersangka. Tribun News. Diakses Dari

Https://Www.Tribunnews.Com.

Solar, D., & Bruehl, D. (1971). Machiavellianism and Locus of Control: Two Conceptions of Interpersonal Power. Psychological Reports, 29, 1079–1082. https://doi.org/10.2466/pr0.1971.29.3f.1079

Sulistiyowati, F. (2007). Pengaruh Kepuasan Gaji dan Kultur Organisasi terhadap Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah tentang Tindak Korupsi. JAAI, 11(1), 47–

(17)

_______________________________Laeli Budiarti/Ananti Putri Rahayu/Sudjono 17

66.

Suliyanto. (2006). Metode Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Suliyanto. (2011). Ekonomi Terapan - Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Suprayogi, T. T. (2017). Locus of Control dan Kinerja Karyawan: Uji Komparasi.

Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis (JRMB), 2(2), 131–138. Retrieved from

https://media.neliti.com/media/publications/259330-locus-of-control-dan-kinerja-karyawan-uj-0f996e02.pdf

Thoyibatun, S. (2009). Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku tidak Etis dan Kecenderungan Kecurangan Akutansi serta Akibatnya terhadap Kinerja Organisa. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, (110).

Tjoanda, L., & Diptyana, P. (2013). the Relationship Between Academic Frauds With Unethical Attitude and Accounting Fraud. The Indonesian Accounting Review,

3(1), 53–66. Retrieved from

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=182958&val=6320&title=TH E RELATIONSHIP BETWEEN ACADEMIC FRAUDS WITH UNETHICAL ATTITUDE AND ACCOUNTING FRAUD

Trevino, L. K. (1986). Ethical Decision Making in Organizations: A Person-Situation Interactionist Model. The Academy of Management Review, 11(3), 601–617. Triasmara, R. R. M., & Anna, Y. D. (2014). Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern,

Kesesuaian Kompensasi dan Asimetri Informasi terhadap Kecenderungan pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. E-Proceeding of Management, 1(3), 437–451. Tuanakotta, T. M. (2010). Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif (Edisi 2). Jakarta:

Salemba Empat.

Wexley, K., & Yuki, G. A. (2003). Perilaku Organisasi dan Psikologi Personalia (Ed.Shobaru). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The Fraud Diamond : Considering the Four Elements of Fraud. The CPA Journal, 74(12), 38–42. https://doi.org/DOI:

Zulkarnain, R. M. (2013). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud pada Dinas Kota Surakarta. Accounting Analysis Journal, 2(2), 1–4.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan judul “Pengaruh Pemberian

Matos merupakan bahan additive yang berfungsi untuk memadatkan (solidifikasi) dan menstabilkan (stabilizer) tanah secara fisik-kimia, bahan ini berupa serbuk

Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti ingin melakukan penelitian terkait dengan pencapaian hasil belajar peserta didik pada bidang studi matematika yang

Pada soal indikator elaboration, peserta didik kelas eksperimen mem- berikan jawaban yang lebih mendetail (memberikan jawaban yang lebih bera- gam) dibandingkan

 Secara akademis, penelitian ini memberikan suatu informasi dan data di dalam perdagangan internasional untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hambatan

Tujuan hidup memiliki pengertian individu memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan dan arah hidupnya, memegang keyakinan bahwa individu mampu mencapai tujuan dalam

Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Almuslim Abstrak: Pembuatan alat pemisah warna objek yang dapat memindahkan objek warna dari satu tempat ke tempat

Banyaknya budidaya mawar pada Desa Gambyok, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri, menginspirasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata untuk melaksanakan pengabdian