TUGAS INDIVIDU
FITOTERAPI
“TANAMAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.)”
O L E H :
NAMA : FARADILA CAHYANI R.
NIM : O1A1 14 014
KELAS : A
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
TANAMAN KUNYIT (Curcuma domestica Val.)
A. Deskripsi Tanaman
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan hayati yang cukup besar yang dapat dikembangkan untuk obat tradisional. Saat ini masih banyak orang yang masih suka mengkonsumsi obat yang berasal dari tanaman, apalagi semenjak kritis moneter, harga-harga obat menjadi mahal. Salah satu tanaman obat yang dikenal adalah kunyit (Curcuma domestica Val.) (Aznam, 2004). Tanaman kunyit berasal dari Asia Tenggara, di duga dari India dan Indo-Malaysia. Tanaman tersebut banyak ditanam di Bangladesh, Cina, Filipina, India, Indonesia, Jamaika, Sri Lanka dan Taiwan. Lingkungan tumbuhnya mulai dari dataran rendah sampai ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan air laut, baik pada tanah liat maupun berpasir. Pada umumnya kunyit ditanam sebagai tanaman monokultur maupun sebagai tanaman tumpang sari di pekarangan, kebun, maupun hutan (Warta penelitian dan pengembangan tanaman industri, 2013).
Pemanfaatan kunyit sebagai obat telah dikenal sejak lama, hal ini diikuti dengan tumbuh kembangnya industri jamu, makanan dan minuman, obat tradisional maupun obat herbal, industri jamu, industri obat tradisional, kosmetika. Penggunaan simplisia kunyit dalam industri obat tradisional menempati porsi paling besar. Standar mutu simplisia kunyit yang tinggi ditentukan oleh kandungan kurkuminnya (Sari dkk, 2013).
Batang semu, tegak, bulat dan membentuk rimpang. Berwarna hijau dan kekuningan (BPOM, 2008).
Gambar 1. Tanaman Kunyit
Daunnya tunggal dan bertangkai, berbentuk lancet yang lebar, bertepi rata, ujung dan pangkalnya meruncing, bertulang menyirip, permukaannya licin dan berwarna hijau pucat. Panjang daunnya sekitar 20-40 cm dan lebarnya sekitar 15-30 cm (Warta penelitian dan pengembangan tanaman industri, 2013).
Gambar 2. Daun kunyit
Gambar 3. Bunga berwarna putih Gambar 4. Bunga berwarna kuning merah
Akar tanaman kunyit berupa akar serabut dan berwarna coklat muda (BPOM, 2008).
Gambar 5. Akar serabut
Kemudian bagian utama tanaman kunyit adalah rimpangnya yang merupakan tempat tumbuhnya tunas. Kulit rimpang berwarna kecoklatan dan bagian dalamnya berwarna kuning tua, kuning jingga, atau kuning jingga kemerahan sampai kecoklatan. Rimpang utama berbentuk bulat panjang seperti telur ayam yang merupakan induk rimpang (bulb).
Gambar 6. Rimpang bentuk bulat panjang Gambar 7. Rimpang bentuk jari (fingers)
Gambar 8. Rimpang bentuk lurus
B. Nama Daerah/Nama Lain
Curcuma longasensu Val.
Spesies : Curcuma domestica Val (Badan POM, 2008).
D. Pengalaman/pengunaan secara empiris
Kunyit (Curcuma longa Linn atau Curcuma domestica Val.) termasuk dalam famili Zingiberaceae, telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman yang sangat banyak manfaatnya. Kunyit telah lama digunakan sebagai tanaman obat yang dapat dipakai untuk mengobati berbagai penyakit. Kunyit berkhasiat sebagai anti peradangan, obat luka, antioksidan antiprotozoa, antibakteri, antiviral, antifungi dan antikanker (Winarsih dkk, 2012).
Secara tradisional kunyit sering digunakan oleh masyarakat diberbagai negara untuk mengobati berbagai jenis penyakit, seperti penyakit yang disebabkan oleh mikroba parasit, gigitan serangga, penyakit mata, cacar, sakit perut, (sembelit, diare, kembung) gangguan pencernaan, gangguan hati, asma, menghilangkan gatal-gatal dan penyakit kulit lain, mengurangi rasa nyeri dan sakit pada penderita rematik arthritis. Dibeberapa negara seperti di Madagaskar, Cina, India, dan Yunani , kunyit sering digunakan sebagai antiparasit, antiinfeksi, antiperiodik, astringen, diuretik, perangsang dan tonik. Selain itu juga sebagai obat luka, sakit perut, penyakit hati, dan gangguan saluran kencing (Winarsih, 2012).
E. Kandungan Kimia
Kunyit mengandung 3-5% curcumin; 6,3% protein; 3,5% mineral seperti kalium; Vitamin C; 5,1%; lemak; dan 69,4% karbohidrat. Curcumin merupakan bahan terpenting dalam kunyit. Curcumin larut dalam etanol, pelarut alkalis, asam asetat, kloroform, tetapi tidak larut dalam air (Winarsih, 2012).
Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri 3-5% (senyawa d-alfapelandren 1%, d-sabinen 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25%, timeron 58%, seskuiterpen alkohol 5,8%, alfa-atlanton, gamma atlanton, turmeron, simen, dan artumeron). Kandungan lainnya yaitu kurkumin 0,63-6,5%, zat pati 40-50%, zat pahit, selulosa, mineral, vitamin dan resin/damar (Priyono, 2010).
demotoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Kurkuminoid berbentuk kristal prisma atau batang pendek, membentuk emulsi dan tidak larut dalam air, dan mudah larut dalam aseto, etanol, metanol bensen dan khloroform. Senyawa tersebut memberikan fluoresensi warna kuning, jingga, sampai jingga kemerahan yang kuat dibawah sinar ultra violet yang tidak stabil jika kena sinar matahari dan menjadi stabil apabila dipanaskan. Kandungan minyak atsiri rimpang kunyit berkisar antara 2,5-6,0%yang terdiri dari komponen artumeron, alfa dan beta tumeron, tumerol, alfa atlanton, beta kariofilen, linalol, 1,8 sineol, zingiberen, dd felandren, d-sabinen, dan bomeol. Selain kurkuminoid dan minyak atsiri rimpang kunyit juga mengandung senyawa lain seperti pati, lemak, protein, kamfer, resin, damar, gom, kalsium fosfor, dan zat besi (Warta penelitian dan
Kurkumin memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang kuat dan anti karsinogen. Antioksidan dalam tubuh bekerja dengan mengikat radikal-radikal bebas yang akan merusak sel-sel tubuh sehingga mendorong terjadinya pertumbuhan sel-sel tidak normal (kanker). Kurkumin juga memiliki prospek untuk mengatasi penyakit Alzheimer, karena daya antioksidan kurkumin yang kuat mampu melarutkan plak pada otak yang menjadi penyebab penyakit Alzheimer. Hasil uji praklinik pada tikus menunjukkan bahwa kurkumin dari kunyit mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangbiakan sel kanker payudara yang telah resisten terhadap macam-macam obat, baik karena dipengaruhi faktor
hormonal maupun tidak (hormon-dependent dan-independent),
menghambat perkembangbiakan sel kanker kolon in vitro,
dengan cara menginduksi kematian sel dengan apostosis (sel lisis). Sebagai antiinfeksi virus, kurkumin bekerja dengan cara menghambat enzim inregrase 1, protease 1 sehingga menghambat transaktivasi HIV-1. Kurkumin juga memiliki aktivitas sebagai imunostimulan dengan kemampuannya meningkatkan sintesis antibodi IgG, dan meningkatkan sitotoksitas sel NK (Natural Killer cells)
Kurkumin juga dikenal sebagai antiinflamasi yang sangat kuat dengan cara menghambat aktivitas enzim lipoxigenase dan siklooxigenase. Kemudian aktivitas imunomodulator dari kurkumin dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Warta penelitian dan pengembangan tanaman industri, 2013).
G. Toksisitas
Konsumsi kunyit dalam masyarakat sering kali tidak terkontrol penggunaannya terutama untuk kunyitdalam bentuk sediaan jamu tradisional atau jamu gendong yang biasanya dikonsumsi rutin dan dalam jangka waktu yang lama, sehingga tidak dapat dipastikan penggunaan kunyit tersebut aman atatu toksik terutama pada hati karena terdapat sebanyak 64 kandungan senyawa di dalam kunyit yang di duga bersifat hepatotoksik.selain itu juga karena hati merupakan target utama dari obat dan xenobiotik, sehingga perlu adanya pengujian terkait toksisitas pada kunyit. Uji yang dilakukan untuk mengetahui toksisitas suatu senyawa diantaranya dalah uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronis dan uji toksisitas kronis, dimana masing-masing uji memiliki rentang waktu pengamatan yang berbeda. Uji toksisitas subkronis merupakan uji toksisitas jangka panjang dengan pengamatan 1-3 bulan (Maharani dkk, 2015).
toksik dari obat atau bahan obat. Uji toksisitas juga dilakukan untuk mengetahui keamanan suatu bahan obat (Winarsih, 2012).
H. Dosis
Dosis kunyit untuk manusia antara 300-500 mg, 3 kali per hari bersama makanan (Atmaja, 2008). Jumlah kurkumin yang aman untuk dikonsumsi manusia adalah 100 mg/hari sedangkan untuk tikus 5 g/hari (Kristina, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Aznam.N, 2004. Uji Aktivitas Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Val.).
Prosiding Seminar Penelitian, Pendidikan dan Penerapan. FMIPA UNY YOGYAKARTA.
Badan POM RI, 2008. Curcuma domestica Val. Direktorat Obat Asli Indonesia.
Maharani H.W., dan Moch S.B. 2015. Efek Pemberian Subkronik Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Pada Hati Tikus. Media Farmasi. Vol.12 No2.
Priyono. 2010. Agribisnis Tanaman Obat Kunyit dan Lengkuas. INNOFARM :
Jurnal Inovasi Pertanian. Vol.9 No.2.
Sari D.P., dan Abdul.F. 2013. Sistem Identifikasi Citra Jenis Kunyit (Curcuma domestica Val.) Menggunakan Metode Klasifikasi Minkowski Distance Family. Jurnal Sarjana Teknik Informatika. Vol.1 No.2.
Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 2013. Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan Manfaat Lainnya. Vol.19 No.2.