• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) DAN ANGKAKAPANG/KHAMIR (AKK) DALAM JAMU GENDONG KUNYITASAMDI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN“X”

N/A
N/A
indri

Academic year: 2023

Membagikan "UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) DAN ANGKAKAPANG/KHAMIR (AKK) DALAM JAMU GENDONG KUNYITASAMDI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN“X”"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) DAN ANGKA

KAPANG/KHAMIR (AKK) DALAM JAMU GENDONG KUNYIT ASAM DI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN “X”

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Pulung Dwisari NIM : 168114182

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

Persetujuan Pembimbing

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) DAN ANGKA

KAPANG/KHAMIR (AKK) DALAM JAMU GENDONG KUNYIT ASAM DI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN “X”

Skripsi yang diajukan oleh:

Pulung Dwisari NIM : 168114182

telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(Dr. apt. Erna Tri Wulandari) Tanggal, 3 November 2020

(3)

Pengesahan Skripsi Berjudul

UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) DAN ANGKA

KAPANG/KHAMIR (AKK) DALAM JAMU GENDONG KUNYIT ASAM DI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN “X”

Oleh:

Pulung Dwisari NIM : 168114182

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal 11 Januari 2021

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

(Dr. apt. Yustina Sri Hartini)

Panitia Penguji

1. Dr. apt. Erna Tri Wulandari 2. Dr. apt. Yustina Sri Hartini

3. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc.

Tanda Tangan

………….

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 3 November 2020 Penulis,

Pulung Dwisari

(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Pulung Dwisari

Nomor Mahasiswa : 168114182

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“ UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) DAN ANGKA

KAPANG/KHAMIR (AKK) DALAM JAMU GENDONG KUNYIT ASAM DI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN “X” ” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Atas kemajuan teknologi informasi, saya tidak berkeberatan jika nama, tanda tangan, gambar atau image yang ada di dalam karya ilmiah saya terindeks oleh mesin pencari (search engine), misalnyagoogle.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 3 November 2020

Yang menyatakan

( Pulung Dwisari )

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

䇅 ⺁ ⺁ ⺁ ⺁ ⺁˴ ⺁ ˶⺁ ⺁ 쁛 ϣ⺁˸ ⺁

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.

Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.

(QS. Al-'Ankabut: 57)

Teruntuk :

Bapak dan Ibu, penguat yang sangat kuat

Support System External, thank u for being my unpaid therapist

(7)

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun skripsi yang berjudul“ UJI ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) DAN ANGKA KAPANG/KHAMIR (AKK) DALAM JAMU GENDONG KUNYIT ASAM DI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN “X” ”dengan baik.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) sebagai mahasiswa program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala

2. Ibu Dr. apt. Yustina Sri Hartini selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penelitian skripsi ini

3. Ibu Dr. apt. Christine Patramurti selaku Kaprodi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Dosen Pembimbing Akademik

4. Ibu apt. Dina Christin Ayuning Putri, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik

5. Ibu Dr. apt. Erna Tri Wulandari selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, saran dan pesan dari awal sampai akhir penelitian ini

6. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penelitian skripsi ini

7. Bapak Budiyono selaku Ayah yang selalu memberi sumber dana dan support segala sesuatu keinginanku

8. Simbok Sukarni selaku Ibu yang dengan segala kekurangannya mampu mencukupi kehidupanku

9. Kakaku, Mas Teguh, Mbak Santi, Anan, dan Arya. Keluarga kecil kalian sangat berarti bagiku

(8)

10. Laboratorium Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Yogyakarta. Khususnya Ibu Septi Widyastuti, S.Si, M.Kes dan Ibu Evina Widi Astuti, S.ST. selaku pembimbing di laboratorium selama penelitian skripsi ini

11. Forum Keluarga Muslim Budi Utama Universitas Sanata Dharma tahun kepengurusan 2017-2019 yang benar-benar menjadi tempat saya bertumbuh bersama teman-teman muslim di kampus

12. Kelompok 82 KKN LVIII Wiyoko Selatan (Alvin, Johan, Vania, Delmi, Desi dan Fina) yang membuat saya bersyukur bahwa saya dikelilingi oleh orang-orang yang peduli dan paham akan penyintas depresi seperti saya 13. dr. Moetrarsi Sri Kanapsijah, Sp.Kj. selaku psikiater yang dengan senang hati

selalu merengkuh saya dipelukannya saat saya merasa tiada tempat yang bisa saya tuju ketika depresi membuat saya tidak berarti

14. Teman-teman seper-JAMU-an Ambrosius Destyawan Herdianta, Agustina Kristiani, dan Florensia Rika Cristianty dengan segala bantuan yang mereka berikan kepada saya tanpa pamrih

15. CeSAAFa SMF 49 khususnya Elinda Fitriana, Aninda Puspitaningrum, Nofi Tri Lestari dan Kaila Ama K.K. yang membuat saya bertahan di Farmasi dengan segala tangis dan tawa yang membersamai perjalanan ini

16. Untuk Pulung Dwisari, saya sendiri, terimakasih sudah menguatkan diri untuk survive sebagai penyintas depresi.You are worth it, you are more than good enough and you are deserve to be happy!

Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun demi kebaikan penelitian di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk menambah informasi dan wawasan bagi yang membacanya.

Yogyakarta, 3 November 2020

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

PRAKATA...vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

ABSTRAK... xiv

ABSTRACT...xv

PENDAHULUAN...1

METODE PENELITIAN...2

HASIL DAN PEMBAHASAN...9

KESIMPULAN DAN SARAN...18

DAFTAR PUSTAKA... 19

LAMPIRAN...22

BIOGRAFI PENULIS...66

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil perhitungan nilai ALT...10

Tabel II Hasil rata-rata nilai ALT pada ketiga sampel... 11

Tabel III Hasil perhitungan nilai AKK... 15

Tabel IV Hasil rata-rata nilai ALT pada ketiga sampel...16

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kontrol Pengencer dan Kontrol Media Uji ALT……….…13 Gambar 2. Kontrol Pengencer dan Kontrol Media Uji AKK………..…… .14

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sampel jamu gendong kunyit asam dalam wadah steril………23

Lampiran 2. Hasil ALT sampel A Replikasi 1……… . …24

Lampiran 3. Perhitungan ALT sampel A Replikasi 1………25

Lampiran 4. Hasil ALT sampel A Replikasi 2 ……….……….26

Lampiran 5. Perhitungan ALT sampel A Replikasi 2 …….………..27

Lampiran 6. Hasil ALT sampel A Replikasi 3………. .………28

Lampiran 7. Perhitungan ALT sampel A Replikasi 3………… . ……….29

Lampiran 8. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) ALT sampel A……….. . . .…….…30

Lampiran 9. Hasil ALT sampel B Replikasi 1 ………..…31

Lampiran 10. Perhitungan ALT sampel B Replikasi 1………..…32

Lampiran 11. Hasil ALT sampel B Replikasi 2……….33

Lampiran 12. Perhitungan ALT sampel B Replikasi 2………..34

Lampiran 13. Hasil ALT sampel B Replikasi 3……… . ……..35

Lampiran 14. Perhitungan ALT sampel B Replikasi 3………..36

Lampiran 15. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) ALT sampel B……… .………37

Lampiran 16. Hasil ALT sampel C Replikasi 1……….38

Lampiran 17. Perhitungan ALT sampel C Replikasi 1………..39

Lampiran 18. Hasil ALT sampel C Replikasi 2……….40

Lampiran 19. Perhitungan ALT sampel C Replikasi 2………..41

Lampiran 20. Hasil ALT sampel C Replikasi 3……….42

Lampiran 21. Perhitungan ALT sampel C Replikasi 3………..43

Lampiran 22. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) ALT sampel C……….44

Lampiran 23. Hasil AKK sampel A Replikasi 1………45

Lampiran 24. Perhitungan AKK sampel A Replikasi 1……….46

Lampiran 25. Hasil AKK sampel A Replikasi 2………47

Lampiran 26. Perhitungan AKK sampel A Replikasi 2……….48

Lampiran 27. Hasil AKK sampel A Replikasi 3………49

Lampiran 28. Perhitungan AKK sampel A Replikasi 3……….50

Lampiran 29. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) AKK sampel A……… . ………….51

Lampiran 30. Hasil AKK sampel B Replikasi 1………52

Lampiran 31. Perhitungan AKK sampel B Replikasi 1……….53

Lampiran 32. Hasil AKK sampel B Replikasi 2………54

Lampiran 33. Perhitungan AKK sampel B Replikasi 2……….55

Lampiran 34. Hasil AKK sampel B Replikasi 3………56

Lampiran 35. Perhitungan AKK sampel B Replikasi 3……….57

Lampiran 36. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) AKK sampel B……… . ……….58

Lampiran 37. Hasil AKK sampel C Replikasi 1………59

Lampiran 38. Perhitungan AKK sampel C Replikasi 1………. .…..60

Lampiran 39. Hasil AKK sampel C Replikasi 2………61

(13)

Lampiran 40. Perhitungan AKK sampel C Replikasi 2……….62 Lampiran 41. Hasil AKK sampel C Replikasi 3………63 Lampiran 42. Perhitungan AKK sampel C Replikasi 3……….64 Lampiran 43. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV)

AKK sampel C……….. …….65

(14)

ABSTRAK

Jamu Gendong merupakan salah satu obat tradisional berasal dari Jawa yang sangat diminati masyarakat karena harganya yang terjangkau dan mudah didapatkan. Salah satu jamu yang beredar di masyarakat adalah jamu kunyit asam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Kapang/Khamir (AKK) yang terdapat dalam jamu gendong kunyit asam yang diproduksi oleh penjual jamu di pasar tradisional Kabupaten “X”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif komparatif. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pemilihan dan pengumpulan sampel, persiapan sampel, homogenisasi sampel, dan pengujian ALT serta AKK. Hasil penelitian yang dilakukan pada jamu gendong kunyit asam yang diproduksi oleh penjual jamu di Kabupaten “X” diperoleh nilai ALT sampel A 4,9 x 103; sampel B 15 x 103; sampel C 1,6 x 103dan nilai AKK sampel A 9,2 x 103; sampel B 56 x 103; sampel C 2,3 x 103 . Berdasarkan nilai tersebut ALT pada sampel jamu A dan C memenuhi syarat Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, sedangkan sampel jamu B tidak memenuhi syarat dan AKK pada semua sampel jamu tidak memenuhi syarat.

Kata kunci : Jamu gendong kunyit asam, Angka Lempeng Total, Angka Kapang/Khamir

(15)

ABSTRACT

Jamu Gendong is one of the traditional medicines from Java which is in great demand in the community because of its affordable price and easy to get. One of the medicinal herbs measured in the community is jamu kunyit asam.The study aims to determine the value test of Total Plate Count (TPC) and test Mold/Yeast Count (MYC) in jamu gendong kunyit asam produced by jamu seller in traditional markets located “X” Regency. This research is experimental research with comparative descriptive design. Stages of research was conducted on the determination and selection of sample, sample preparation, sample homogenization, and testing of TPC and MYC. The results of research conducted on jamu gendong kunyit asam produced by jamu sellers in traditional markets in

“X” Regency obtained TPC values sample A 4,9 x 103; sample B 15 x 103; sample C 1,6 x 103and MYC values sample A 9,2 x 103; sample B 56 x 103; sample C 2,3 x 103. Based on these values, the TPC in the sample of jamu A and C was included in the Regulation of the Head of the Drug and Food Control of the Republic of Indonesia Number 12 of 2014 concerning Quality for Traditional Medicines requirements, while the sample of jamu B did not included the requirements and the MYC in all the samples of jamu did not included the requirements.

Keywords: jamu gendong kunyit asam, total plate count, mold / yeast count

(16)

PENDAHULUAN

Seiring perkembangan teknologi untuk memproduksi jamu skala industri, di Indonesia masih terdapat usaha jamu yang dikelola secara tradisional dan sangat sederhana. Jamu ini dikenal dengan sebutan jamu gendong yaitu minuman jamu khas Jawa, dijual tanpa label, terbuat dari ramuan bahan segar, tidak dapat disimpan lama dan biasanya diminum dalam keadaan segar yang diproduksi oleh industri rumah tangga (A’yunin et al., 2019).

Di antara berbagai jamu yang dikenal masyarakat, jamu gendong menjadi salah satu jenis jamu yang digemari. Jamu ini dipasarkan dengan cara memasukkannya ke dalam botol-botol. Kemudian, botol-botol ini disusun di dalam bakul. Selanjutnya, penjual jamu akan menggendong bakul tersebut ketika berjualan. Itulah sebabnya, jamu ini dikenal sebagai jamu gendong (Sukini, 2018).

Sejauh ini, pembuatan minuman jamu tradisional umumnya mengutamakan kualitas sensori dan mengesampingkan sifat fungsional dan higienitas. Penjual dalam meracik minuman jamu sangat variatif baik formula bahan maupun proses, padahal dua hal tersebut akan mempengaruhi kualitas produk. Mutu bahan, proses dan sanitasi penjual dalam pembuatan minuman jamu yang belum dilakukan dengan baik dapat memicu masalah keamanan pangan awal berupa cemaran mikrobiologis (A’yunin et al, 2019).

Minuman jamu kunyit asam banyak dikonsumsi masyarakat, terbuat dari rimpang kunyit, buah asam Jawa, air, gula dan dengan atau tanpa penambahan sari jeruk nipis atau ekstrak daun sirih. (A’yunin et al., 2019).

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di penjual jamu gendong yang berada di pasar tradisional di kabupaten Bantul, diperoleh informasi bahwa jamu gendong kunyit asam merupakan jamu yang paling banyak dikonsumsi masyarakat karena dipercaya mampu meredakan nyeri haid dan menurunkan berat badan. Selain itu harga jamu gendong kunyit asam relatif ekonomis.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Registrasi Obat Tradisional pasal 4 ayat 1 menyatakan usaha jamu gendong tidak perlu memiliki izin edar sehingga mayoritas standar mutu dan keamanan jamu belum

(17)

sepenuhnya terjamin. Adanya cemaran mikroorganisme pada jamu gendong dapat menyebabkan penurunan mutu dan keamanan jamu.

Berdasarkan hasil pengujian Angka Kapang/Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT) pada jamu gendong temulawak di pasar Tarumanegara Magelang yang dilakukan oleh Meylisa Mutiara Dewi pada tahun 2016 menunjukkan angka bakteri total melebihi batas yang telah ditentukan.

Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan pengujian cemaran angka kapang khamir dan angka lempeng total pada sampel jamu dengan tempat pengambilan sampel yang berbeda, yaitu jamu gendong kunyit asam di pasar tradisional Kabupaten “X”. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap produsen jamu gendong kunyit asam tentang mutu dan keamanan jamu gendong kunyit asam yang dijual di pasar tradisional kabupaten “X” sehingga dapat meningkatkan mutu dan keamanan konsumen jamu gendong kunyit asam.

METODE PENELITIAN Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain jamu kunyit asam yang diproduksi oleh penjual jamu di pasar tradisional yang berada di Kabupaten Bantul, Potato Dextrose Agar (PDA), Plate Count Agar (PCA), NaCl fisiologis 0,85%, bakteri asam laktat, aquades steril, alkohol 70%

Alat

Biological safety cabinet(Haier HR 40-IIB2), autoklaf (Hirayama HG series), inkubator (Memmert IN55), oven (Memmert UN 55 53L), micropipette(Socorex Swiss), pipette tipcone, tabung reaksi (Pyrex), labu ukur (Pyrex), cawan petri (Labware Charuzu), neraca analitik (Ohaus PA214), erlenmeyer (Pyrex), penangas air, vortex mixer (Gemmy VM-300), colony counter (Funke Gerber), hot plate(Thermo Scientific Cimarec HP 131530-33Q), magnetic stirrer

Tata Cara Penelitian

1. Pemilihan dan pengumpulan sampel

(18)

Sampel dalam penelitian ini adalah jamu kunyit asam yang diproduksi oleh penjual jamu di pasar tradisional yang berada di Kabupaten “X”.

Kabupaten “X” memiliki 17 kecamatan dan setiap kecamatan memiliki komoditi yang berbeda. Anggota dalam populasi dibagi ke dalam cluster atau kelompok, dalam kelompoknya terdapat homogenitas antar kelompok seperti komoditi dalam kelompok tersebut (Kemenkes, 2018). Pasar tradisional yang dipilih sebagai pengambilan sampel adalah Pasar “J”, Pasar “I” dan Pasar “B”

yang terdapat di tiga kecamatan berbeda dengan komoditi kecamatan tersebut adalah jamu gendong. Pasar tersebut dipilih sebagai sampling dalam pengambilan sampel karena sebagian besar masyarakat di daerah pasar tersebut memiliki kebiasaan rutin dalam mengonsumsi jamu untuk memelihara kesehatan. Hal ini terlihat dari jumlah jamu kunyit asam yang terjual setiap hari. Data dari Dinas Perdagangan Kabupaten “X” tahun 2014, pasar yang dipilih sebagai sampling dalam penelitian ini termasuk ke dalam pasar dengan kondisi baik, yaitu pasar yang sanitasi, tata ruang dan kebersihannya baik.

Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari pada jam 07.00-08.00 WIB. Setiap pasar diambil satu penjual jamu yang dijadikan sebagai sampel dengan teknikcluster random sampling. Setiap sampel direplikasi sebanyak 3 kali. Sampel jamu dipindahkan dalam botol kaca yang sudah di sterilisasi serta dimasukkan dalamcoolboxdan dibawa ke laboratorium untuk diteliti.

2. Persiapan sampel

Bagian wadah/kemasan jamu kunyit asam dibersihkan dengan alkohol 70% secara aseptis.

3. Homogenisasi sampel

Sampel jamu sebanyak 1 mL diambil dan dimasukkan secara aseptis kedalam labu ukur 10 mL, kemudian ditambahkan 9 mL larutan pengencer NaCl fisiologis 0,85% sehingga diperoleh pengenceran 1:10 (10-1).

Homogenisasi dilakukan menggunakan vortex dengan kecepatan 300 rpm selama 30 detik.

4. Uji angka kapang/khamir

(19)

a. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

Sebanyak 29 g serbuk PDA ditimbang dan dilarutkan dalam 1000 mL aquadest steril, kemudian dipanaskan dan diaduk dengan menggunakanhot platedanmagnetic stirrerdiaduk hingga larutan jernih.

Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C. Pada setiap 100 mL larutan PDA yang sudah disterilisasi ditambahkan 1 mL bakteri asam laktat.

b. Pembuatan pengencer NaCl fisiologis 0,85%

Sebanyak 0,85 gram serbuk NaCl ditimbang dan dilarutkan dengan 100 mL aquadest steril, kemudian dilarutkan ke dalam Erlenmeyer menggunakan magnetic stirrer. Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.

c. Pengenceran sampel untuk uji AKK

Empat buah tabung reaksi disiapkan, masing-masing telah diisi dengan 9 ml NaCl fisiologis 0,85%. Dipipet 1 ml sampel pengenceran 10-1 dan dimasukkan kedalam tabung pertama yang telah berisi NaCl fisiologis 0,85% hingga diperoleh pengenceran 10-2 lalu dihomogenisasi dengan vortex. Dibuat pengenceran berikutnya sampai 10-4.

d. Pengujian AKK

Sebanyak 1 mL dari masing-masing pengenceran dipipet ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Selanjutnya sebanyak 15-25 mL media PDA (45° ± 1°) dituangkan ke dalam cawan petri. Petri diputar ke depan dan ke belakang agar dapat tercampur merata dan didiamkan sampai memadat. Kemudian uji kontrol (blanko) dibuat untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer. Pada satu cawan diisi 1 mL pengencer dan media agar, dan pada cawan yang lain hanya diisi media. Setelah media memadat, cawan diinkubasi pada suhu 35 - 37°C selama 5 hari dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.

5. Uji angka lempeng total

a. Pembuatan media PCA(Plate Count Agar)

(20)

Sebanyak 29 g serbuk PCA ditimbang dan dilarutkan dalam 1650 mL aquadest steril, kemudian dipanaskan dan diaduk dengan menggunakanhot platedanmagnetic stirrerdiaduk hingga larutan jernih.

Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.

b. Pembuatan pengencer NaCl fisiologis 0,85%

Sebanyak 0,85 gram serbuk NaCl ditimbang dan dilarutkan dengan 100 mL aquadest steril, kemudian dilarutkan ke dalam Erlenmeyer menggunakan magnetic stirrer. Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.

c. Pengenceran sampel untuk uji ALT

Enam buah tabung reaksi disiapkan, masing-masing telah diisi dengan 9 ml NaCl fisiologis 0,85%. Dipipet 1 ml sampel pengenceran 10-1 dan dimasukkan kedalam tabung pertama yang telah berisi NaCl fisiologis 0,85% hingga diperoleh pengenceran 10-2 lalu dihomogenisasi dengan vortex. Dibuat pengenceran berikutnya sampai 10-6.

d. Pengujian ALT

Sebanyak 1 mL dari masing-masing pengenceran dipipet ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Selanjutnya sebanyak 15-25 mL media PCA (45° ± 1°) dituangkan ke dalam cawan petri tersebut. Petri diputar ke depan dan ke belakang atau membentuk angka delapan agar dapat tercampur merata dan didiamkan sampai memadat. Kemudian uji kontrol (blanko) dibuat untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer. Pada satu cawan diisi 1 mL pengencer dan media agar, dan pada cawan yang lain hanya diisi media. Setelah media memadat, cawan diinkubasi pada suhu 35 - 37°C selama 24 - 72 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.

6. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Hasil a. Uji Angka Kapang/Khamir

Cara menganalisis hasil pengujian untuk nilai Angka Kapang/Khamir sesuai dengan ketentuan PPOMN (2006) yaitu : cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 dari satu

(21)

pengenceran dipilih dan dihitung jumlah koloni dari kedua cawan lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumah antara 10-150, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran, kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dikalikan sebagai Angka Kapang/Khamir dalam tiap gram atau mililiter sampel.

Beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan diatas, maka diikuti petunjuk sebagai berikut :

a. Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, dihitung jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran.

b. Bila pada tingkat pegenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran terendah (Misal: pada pengenceran 10−2 diperoleh 60 koloni dan pada pengenceran 10−3 diperoleh 30 koloni, maka dipilih jumlah koloni pada pengenceran 10−2 yaitu 60 koloni). Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni kurang dari dua kali jumlah koloni pengenceran dibawahnya, maka diambil angka rata-rata dari jumlah koloni kedua pengenceran tersebut. Hasil dinyatakan sebagai Angka Kapang dan Khamir dalam tiap gram, sampel

(Misal pada pengenceran 10−2 diperoleh 60 koloni dan pada pengenceran10−3 diperoleh 10 koloni, maka Angka Kapang Khamir adalah: 210x103= 8 x103)

c. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai Angka Kapang/Khamir perkiraan.

d. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang/Khamir dilaporkan

(22)

sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah).

b. Uji Angka Lempeng Total

Cara menganalisis hasil pengujian sesuai untuk nilai Angka Lempeng Total sesuai dengan ketentuan PPOMN (2006) yaitu :

a. Pilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250 setiap cawan. Semua koloni dalam cawan petri dihitung dengan menggunakan alat penghitung koloni (Colony counter). Jumlah koloni dihitung rata-rata dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mililiter atau gram.

b. Jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari 25 atau lebih besar dari 250, dihitung rata-rata jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mililiter atau gram.

c. Jika hasil dari dua pengenceran jumlahnya berturut-turut terletak antara 25-250 koloni, jumlah koloni dari masing-masing pengenceran dihitung seperti yang pada poin a dan poin b diatas, dan dihitung rata-rata jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. Jika jumlah yang tertinggi lebih besar dari dua kali jumlah yang terkecil,dinyatakan jumlah yang lebih kecil sebagai jumlah bakteri per mililiter atau gram.

d. Jika rata-rata jumlah koloni masing-masing cawan petri tidak terletak antara 25-250 koloni, dihitung jumlah koloni seperti pada poin a dan poin b diatas, dan dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mililiter atau gram

e. Jika jumlah koloni dari semua pengenceran lebih dari 250 koloni, maka setiap dua cawan petri dengan pengenceran tertinggi dibagi ke dalam 2, 4, atau 8 sektor. Jumlah koloni dihitung dalam satu bagian atau lebih. Untuk mendapatkan jumlah koloni dalam satu cawan petri, dihitung rata-rata jumlah koloni dan dikalikan

(23)

dengan faktor pembagi dan pengencer. Hasil dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per mililiter atau gram.

f. Jika dalam 1/8 bagian cawan petri terdapat lebih dari 200 koloni, maka jumlah koloni yang didapat = 8 x 200 (1600), dikalikan dengan faktor pengenceran dan hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per mililiter atau gram lebih besar dari jumlah yang didapat (>1600 x faktor pengenceran).

g. Jika tidak ada koloni yang tumbuh dalam cawan petri, dinyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari satu dikalikan dengan faktor pengenceran yang terendah (<10).

h. Menghitung koloni perambat (spreader)

Ada 3 macam koloni perambatan pada koloni, yaitu : (1) Merupakan rantai yang tidak terpisah-pisah

(2) Perambatan yang terjadi diantara dasar cawan petri dan perbenihan

(3) Perambatan yang terjadi pada pinggir atau permukaan perbenihan

Jika terjadi hanya 1 perambatan (seperti rantai) maka koloni dianggap 1. Tetapi jika 1 atau lebih rantai terbentuk dan yang berasal dari sumber yang terpisah-pisah, maka setiap sumber dihitung sebagai 1 koloni. Bila (2) dan (3) terjadi maka sebaiknya pemeriksaan diulangi karena koloni dalam keadaan semacam ini agak sulit dihitung

i.Menghitung dan membulatkan angka

Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2 angka penting yang digunakan, yaitu angka yang pertama dan kedua (dimulai dari kiri), sedangkan angka ketiga diganti dengan 0, apabila <5 dan apabila 5 atau lebih dijadikan 1 yang ditambah pada angka yang kedua.

Contoh : 523.000 dilaporkan sebagai 520.000 (5,2 x105) 86.300 dilaporkan sebagai 84.000 (8,4 x104)

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jamu merupakan salah satu produk obat tradisional yang terdaftar di Badan POM RI namun tidak diharuskan memiliki ijin edar. Khasiat dan keamanan jamu terbukti berdasarkan penggunaan empiris secara turun temurun di masyarakat.

Penjaminan mutu dan keamanan dapat dilakukan dalam proses pembuatan obat tradisional, dimulai dari pemilihan dan penggunaan bahan baku proses produksi hingga produk didistribusikan kepada masyarakat (Wasito, 2011).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ALT dan AKK dalam jamu gendong kunyit asam yang berada di Kabupaten “X”. Hasil dari penelitian ini dilihat dari nilai koloni bakteri setelah masa inkubasi 48 jam dan koloni kapang/khamir setelah masa inkubasi selama 5 hari. Penelitian ini menggunakan jamu gendong kunyit asam yang diperoleh dari 3 pasar tradisional di Kabupaten

“X”. Pasar yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pasar “B”, Pasar “I” dan Pasar

“J”. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Dinas Kesehatan Yogyakarta.

Pemeriksaan Angka Lempeng Total adalah menentukan jumlah bakteri dalam suatu sampel. Dalam test tersebut diketehui perkembangan banyaknya bakteri dengan mengatur sampel, di mana total bakteri tergantung atas formasi bakteri di dalam media tempat tumbuhnya dan masing-masing bakteri yang dihasilkan akan membentuk koloni yang tunggal (Mursalim, 2018).

Angka lempeng total dapat digunakan sebagai petunjuk sampai tingkat berapa dalam pembuatan obat tradisional tersebut melaksanakan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB). Makin kecil angka lempeng total bagi setiap produk yang dihasilkan menunjukan semakin tinggi nilai penerapan CPOTB dalam pembuatan obat tradisional (Wasito, 2011).

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014) tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional menyebutkan bahwa ALT untuk sediaan obat dalam ≤ 104 koloni/g. Hasil perhitungan nilai angka lempeng total dari tiga sampel ditunjukkan pada tabel I Sedangkan hasil perhitungan rata-rata nilai angka lempeng total pada ketiga sampel ditunjukkan pada tabel II.

(25)

Tabel I. Hasil perhitungan nilai ALT

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni ALT (koloni/g) Cawan

1 Cawan

2 Rata-rata

A 1 10-1 180 174 177 6,2 x 103

10-2 110 104 107

10-3 7 17 12

10-4 0 0 0

10-5 0 0 0

10-6 0 0 0

2 10-1 132 178 155 4,7 x 103

10-2 86 72 79

10-3 13 7 10

10-4 0 0 0

10-5 0 0 0

10-6 0 0 0

3 10-1 144 144 144 3,8 x 103

10-2 71 51 61

10-3 12 10 11

10-4 0 0 0

10-5 0 0 0

10-6 0 0 0

B 1 10-1 220 224 222 35 x 103

10-2 182 188 185

10-3 80 86 83

10-4 14 12 13

10-5 0 6 3

10-6 0 4 2

2 10-1 248 224 236 5,5 x 103

10-2 97 79 88

10-3 12 18 15

10-4 2 4 3

10-5 0 0 0

10-6 0 0 0

3 10-1 191 171 181 5,7 x 103

10-2 103 89 96

10-3 14 24 19

10-4 4 0 2

10-5 0 0 0

10-6 0 0 0

C 1 10-1 207 79 143 2 x 103

10-2 34 18 26

10-3 4 6 5

10-4 0 0 0

(26)

10-5 0 0 0

10-6 0 0 0

2 10-1 122 118 120 1,9 x 103

10-2 32 20 26

10-3 1 3 2

10-4 0 2 1

10-5 0 0 0

10-6 0 0 0

3 10-1 104 54 79 0,79 x

103

10-2 22 12 17

10-3 4 14 9

10-4 0 2 1

10-5 0 0 0

10-6 0 0 0

Keterangan :

: angka yang masuk dalam perhitungan ALT sesuai ketentuan PPOMN

Tabel II. Hasil rata-rata nilai ALT pada ketiga sampel Sampel ALT (koloni/g) SD CV

A (Pasar “I”) 4,9 x 103 1243 25%

B (Pasar “B”) 15 x 103 16705 109%

C (Pasar “J”) 1,6 x 103 677 43%

Pada hasil perhitungan yang didapatkan selama penelitian, ketiga sampel jamu yaitu sampel A, B, dan C pada replikasi pertama sampai replikasi ketiga menunjukkan adanya pertumbuhan koloni bakteri pada cawan. Pada sampel A replikasi satu sampai replikasi ketiga koloni bakteri tumbuh pada pengenceran 10-1 sampai pengenceran 10-3. Pada sampel B replikasi satu, koloni bakteri tumbuh pada setiap pengenceran sedangkan replikasi dua dan replikasi tiga koloni bakteri tumbuh pada pengenceran 10-1 sampai pengenceran 10-4. Pada sampel C replikasi satu, koloni bakteri tumbuh pada pengenceran 10-1 sampai 10-3 sedangkan pada replikasi dua dan replikasi tiga koloni bakteri tumbuh pada pengenceran 10-1 sampai pengenceran 10-4. Berdasarkan data yang didapat nilai ALT pada sampel A dan sampel C memenuhi syarat nilai ALT untuk sediaan obat dalam ≤ 104 koloni/g. Pada sampel B melebihi nilai ALT untuk sediaan obat

(27)

dalam. Hal itu selaras dengan penelitian Dewi (2016) yang menunjukkan tingginya nilai ALT dididapatkan dari proses pembuatan jamu, seperti kurangnya kebersihan dalam mencuci bahan baku dan alat yang digunakan untuk membuat jamu. Perlunya penyuluhan atau pembinaan oleh Dinas Kesehatan & BPOM kepada penjaja jamu gendong secara periodik. Di samping instansi pemerintah diperlukan keterlibatan Lembaga Riset, Laboratorium, dan Perguruan Tinggi sebagai pendamping & pengawasan kualitas jamu gendong. Stakeholder memberi pelatihan langsung kepada kelompok jamu gendong tentang standart higienis jamu, teknik perebusan yang benar, penyimpanan bahan baku, kemungkinan pencemaran mikroba patogen, dan menjelaskan risiko konsumsi jamu mengandung mikroba (Nuringsih, 2013).

Tingginya nilai SD dan CV ini menunjukkan bahwa presisi data yang didapat kurang bagus. Adanya perbedaan yang jauh hasil rata-rata dari nilai ALT pada sampel A ke sampel B dan sampel B ke sampel C oleh sumber kontaminasi yang berasal dari penggunaan wadah yang kotor. Penggunaan wadah secara berulang tanpa dilakukan pencucian dapat menyebabkan tumbuhnya mikroorganisme pembusuk maupun patogen (Hadijah, 2015). Mengakibatkan penyebaran data sangat besar terhadap nilai rata-rata dari ketiga sampel. Apabila penyebaran data sangat besar terhadap nilai rata-rata maka nilai SD akan besar.

Koefisien variasi (CV) adalah nilai perbandingan antara SD dengan nilai rata-rata hitung dari sampel. Semakin besar nilai CV berarti datanya kurang merata (heterogen), jika semakin kecil CV berarti data merata (homogen) (Kurniati, 2017).

Penelitian ini menggunakan 2 kontrol, yaitu kontrol media dan kontrol pengencer. Kontrol media uji ALT berisi dengan media PCA yang dituang di cawan petri dan kontrol media uji AKK berisi dengan PDA yang dituang di cawan petri, sedangkan kontrol pengencer berisi dengan 1 mL larutan pengencer dan ditambah dengan media sesuai dengan uji ALT dan uji AKK. Kontrol media dan pengencer diinkubasikan terbalik pada suhu 35 - 37°C. Pada kontrol media dan kontrol pengencer tidak tumbuh bakteri yang menandakan tidak ada kontaminan dari pelarut dan media yang digunakan. Sehingga koloni bakteri dan koloni

(28)

kapang/khamir yang tumbuh pada cawan selama penelitian bukan berasal dari media dan pelarut yang digunakan.

Gambar 1. Gambar Kontrol Pengencer dan Kontrol Media Uji ALT Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain. Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik bila memenuhi persyaratan antara lain kelembapan yang cukup, pH yang sesuai, kadar oksigen baik, media steril dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme. Unsur-unsur yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. Adapun jenis media pertumbuhan dapat berupa media cair, media kental (padat), dan media semi padat (Juariah, 2018).

Media NA (Nutrient Agar) termasuk dalam kelompok media semi alami, media semi alami merupakan media yang terdiri dari bahan alami yang ditambahkan dengan senyawa kimia. Berdasarkan kegunaanya media NA (Nutrient Agar) termasuk kedalam jenis media umum, karena media ini merupakan media yang paling umum digunakan untuk pertumbuhan sebagian besar bakteri. Bedasarkan bentuknya media ini berbentuk padat, karena mengandung agar sebagai bahan pemadatnya. Media padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni bakteri (Rossita, 2017).

Salah satu media agar yang cocok dan mendukung pertumbuhan jamur adalah PDA (Potato Dextrose Agar) yang memiliki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30° C (Cappucino, 2014).

(29)

Pada media PDA untuk uji AKK ditambahkan bakteri asam laktat 1 ml setiap 100 mL larutan media PDA. Bakteri asam laktat mampu mengeksresikan senyawa antimikroba seperti bakteriosin (Suardana et al, 2017). Bakteriosin merupakan senyawa protein yang memiliki efek bakterisida terhadap mikroorganisme lain. Bakteri asam laktat berkontribusi dalam menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan patogen. Hambatan ini karena bakteri asam laktat dapat memproduksi beberapa metabolit seperti asam organik (asam laktat dan asetat), hidrogen peroksida, diasetil dan bakteriosin (Desniar, 2011).

Gambar 2. Gambar Kontrol Pelarut dan Kontrol Media Uji AKK Pengenceran sampel uji ALT penelitian ini 10-1 sampai 10-6 sedangkan pengenceran sampel uji AKK penelitian ini 10-1 sampai 10-4. Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk melarutkan dan melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga menjadi lebih mudah ditangani. Perlakuan pengenceran sangat diperlukan sebelum ditumbuhkan pada medium agar di cawan petri supaya setelah inkubasi terbentuk koloni dengan jumlah yang terbaik dan bisa dihitung. Pengenceran biasanya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan sebagai pengencer berupa buffer yang memiliki pH normal yaitu pH yang dapat mempertahankan keseimbangan fisiologis mikroba seperti buffer fosfat, garam fisiologis (NaCl 0,85%) atau larutan ringer (Widiastiti dkk, 2019).

Metode yang digunakan dalam ALT dan AKK ini menggunakan metode pour plate atau cawan tuang. Metode cawan tuang merupakan teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan koloni murni mikroorganisme. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan bahan yang lama dan banyak, akan tetapi tidak memerlukan keterampilan tinggi. Biakan campuran diencerkan dengan menggunakan medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan. Pengenceran dilakukan dalam beberapa tahap hingga diperoleh koloni tunggal (Radji, 2010).

(30)

Prinsip dari metode cawan tuang adalah menumbuhkan sel-sel mikroba yang masih hidup pada suatu atau beberapa media sehingga sel tersebut berkembang biak dan membentuk koloni-koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata telanjang tanpa menggunakan mikroskop, dan koloni dapat dihitung menggunakan colony counter (Yunita dkk., 2015).

Menurut Ferdiaz (2014), Kapang adalah mikroorganisme yang memiliki banyak sel (multiseluler) yang pertumbuhannya pada bahan makanan umumnya berbentuk sepeti kapas (istilah sehari-hari = jamuran) sehingga mudah diamati dengan mata. Struktur menyerupai kapas ini disebut miselium yang tersusun oleh benang-benang atau filamen yang disebut hifa. Khamir adalah fungi bersel satu berbentuk bulat atau oval yang tidak membentuk filamen. Khamir bisa berbentuk bulat, oval, seperti lemon, seperti buah pear, menyerupai silinder, segitiga ataupun memanjang sehingga menyerupai miselium disebut pseudomycellium atau miselium palsu.

Kebanyakan kapang dan khamir bersifat aerob (memerlukan oksigen bebas untuk pertumbuhan), persyaratan asam/basa untuk pertumbuhannya sangat lebar berkisar antara pH 2 sampai di atas pH 9. Kisaran suhunya (10°C - 35°C) juga lebar,dan beberapa spesies mampu tumbuh di bawah atau di atas kisaran ini.

Persyaratan kelembapan khamir relatif rendah, banyak spesies dapat tumbuh pada aktivitas air (aw) 0,85 atau kurang, meskipun kapang biasanya memerlukan aktivitas air lebih tinggi (SNI, 2009).

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014) tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional menyebutkan bahwa AKK untuk sediaan obat dalam ≤ 103 koloni/g. Hasil perhitungan nilai angka kapang/khamir dari tiga sampel ditunjukkan pada tabel III. Sedangkan hasil perhitungan rata-rata nilai angka kapang/khamir pada ketiga sampel ditunjukkan pada tabel IV.

Tabel III. Hasil perhitungan nilai AKK

Sampel Replikasi Pengenceran Jumlah Koloni AKK (koloni/g) Cawan

1 Cawan

2 Rata-rata

A 1 10-1 126 124 125 9,5 x 103

10-2 49 53 51

10-3 26 18 22

(31)

10-4 4 0 2

2 10-1 133 153 143 11 x 103

10-2 45 55 50

10-3 28 24 26

10-4 6 2 4

3 10-1 156 142 149 74 x 103

10-2 44 48 46

10-3 16 16 16

10-4 3 1 2

B 1 10-1 ∞ ∞ ∞ 110 x

103

10-2 ∞ ∞ ∞

10-3 51 53 52

10-4 16 18 17

2 10-1 ∞ ∞ ∞ 46 x 103

10-2 55 61 58

10-3 20 24 22

10-4 11 11 11

3 10-1 ∞ ∞ ∞ 12 x 103

10-2 48 46 47

10-3 20 20 20

10-4 7 7 7

C 1 10-1 117 121 119 2,8 x 103

10-2 46 42 44

10-3 5 7 6

10-4 0 2 1

2 10-1 115 119 117 2 x 103

10-2 27 29 28

10-3 2 4 3

10-4 2 0 1

3 10-1 120 124 122 2,2 x 103

10-2 24 40 32

10-3 2 4 3

10-4 2 0 1

Keterangan :

: angka yang masuk dalam perhitungan AKK sesuai ketentuan PPOMN Tabel IV. Hasil rata-rata nilai AKK pada ketiga sampel

Sampel AKK (koloni/g) SD CV

A (Pasar “I”) 9,2 x 103 1736 19%

B (Pasar “B”) 56 x 103 50173 89%

C (Pasar “J”) 2,3 x 103 418 18%

(32)

Pada hasil perhitungan yang didapatkan selama penelitian, ketiga sampel jamu yaitu sampel A, B, dan C pada replikasi pertama sampai replikasi ketiga menunjukkan adanya pertumbuhan koloni kapang/khamir pada cawan.

Berdasarkan data yang didapat nilai AKK pada semua sampel melebihi syarat nilai AKK untuk sediaan obat dalam ≤ 103 koloni/g. Hal ini terjadi karena penyimpanan bahan baku dalam keadaan lembab didalam plastik pembungkus bahan baku sehingga memicu tumbuhnya kapang/khamir. Kadar air tinggi memberi peluang untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti pertumbuhan jamur dalam penyimpanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan jamur antara lain kandungan air dari produk yang disimpan, suhu ruangan penyimpanan, periode penyimpanan, dan terdapatnya aktivitas serangga dan kutu dalam ruang penyimpanan (Muchtar dkk, 2011). Agar tidak tumbuhnya jamur dalam proses pembuatan jamu gendong tersebut hendaknya perlu diperhatikan seperti suhu, kelembaban tempat penyimpanan bahan baku dan lama penyimpanan sebelum diolah. Pada umumnya, lingkungan yang hangat dan lembab mempercepat pertumbuhan jamur (Mulyani dkk, 2015).

Tingginya nilai SD dan CV ini menunjukkan bahwa presisi data yang didapat kurang bagus. Adanya perbedaan yang jauh hasil rata-rata dari nilai AKK pada sampel A ke sampel B dan sampel B ke sampel C oleh faktor yang menjadi penyebab kontaminasi mikroba seperti kelembaban tinggi dapat memicu tingginya angka cemaran jamur (Sari, 2015). Mengakibatkan penyebaran data sangat besar terhadap nilai rata-rata dari ketiga sampel. Apabila penyebaran data sangat besar terhadap nilai rata-rata maka nilai SD akan besar. Koefisien variasi (CV) adalah nilai perbandingan antara SD dengan nilai rata-rata hitung dari sampel. Semakin besar nilai CV berarti datanya kurang merata (heterogen), jika semakin kecil CV berarti data merata (homogen) (Kurniati, 2017).

(33)

KESIMPULAN DAN SARAN I. KESIMPULAN

1.Angka Lempeng Total (ALT) dalam jamu gendong kunyit asam di tiga pasar tradisional yang berada di Kabupaten “X” sebesar sampel A 4,9 x 103; sampel B 15 x 103; sampel C 1,6 x 103. ALT pada sampel jamu A dan C memenuhi syarat, sedangkan sampel jamu B tidak memenuhi syarat.

2.Angka Kapang/Khamir (AKK) dalam jamu gendong kunyit asam di tiga pasar tradisional yang berada di Kabupaten “X” sebesar sampel A 9,2 x 103; sampel B 56 x 103; sampel C 2,3 x 103. AKK pada semua sampel jamu tidak memenuhi syarat.

II. SARAN

1.Melalui adanya penelitian ini, maka perlu lebih lanjut dilakukan eksplorasi analisis cemaran mikroba seperti bakteri patogen yang terdapat dalam sediaan jamu gendong kunyit asam di pasar tradisional yang berada di Kabupaten “X” sehingga dapat diketahui koloni bakteri apa yang terdapat didalam sampel jamu tersebut.

2.Dilakukan pembinaan terhadap proses pembuatan jamu, sehingga mutu dari jamu dapat lebih baik dan bermanfaat bagi kesehatan. Dengan meningkatkan sanitasi dan higienitas lingkungan pengolahan serta lama penyimpanan bahan baku sebelum diolah, diharapkan nilai ALT dan AKK tidak melebihi batas dari peraturan BPOM.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

A’yunin, N.A.Q, Santoso, U. & Harmayani, E. 2019. Kajian Kualitas Dan Aktivitas Antioksidan Berbagai Formula Minuman Jamu Kunyit Asam.

Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 23, No.1

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2014,keputusan kepala badan pengawas obat dan makanan republik Indonesia nomor 12 tahun 2014 tentang persyaratan mutu obat tradisional, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta, pp 3

Badan Standardisasi Nasional.Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan.

SNI 7388:2009

Cappucino, James G and Natalie, S. 2014.Manual Laboratorium Biologi. Jakarta:

EGC.

Desniar., Rusmana, I., Suwanto, A., Mubarik, N.R., 2011. Penapisan Bakteriosin Dari Bakteri Asam Laktat Asal Bekasam. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Volume XIV Nomor 2

Dewi, M.N., 2016. Uji Kapang/Khamir (AKK) Dan Angka Lempeng Total (ALT) Pada Jamu Gendong Temulawak Di Pasar Tarumanegara Magelang.

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Ferdiaz, Srikandi (2014) Mikrobiologi Pangan. In: Struktur Sel Mikroorganisme.

Universitas Terbuka, Jakarta.

Hadijah, Sitti. 2015. Deteksi Cemaran Bakteri Pada Jamu Tradisional Yang Dijajakan Di Kelurahan Banta-Bantaeng.Jurnal Biotek Vol. 3 No. 1 Juariah, S., Puspa Sari, W. 2018. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu Sebagai

Media Alternatif Pertumbuhan Bacillus sp. Jurnal Analis Kesehatan Klinikal Sains 6(1)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. hal 182 Kurniati. Yusniati, E. 2017. Analisa Puncak Banjir Dengan Metode MAF (Studi

Kasus Sungai Krueng Keureuto).Jurnal Einstein 5(1).

Muchtar, H. Kamsina,. Anova, I.T. 2011. Pengaruh Kondisi Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Jamur Pada Gambir. Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1

(35)

Mulyani, S,. Bambang Admadi, H,. Budhiarta, A. A.G., Puspawati, G.A.K.D., 2015.Pengaruh Jenis Kemasan Dan Cara Penyimpanan Terhadap Mutu Minuman Kunyit Asam (Curcuma domestica Val. - Tamarindus indica L.).

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali.

Mursalim. 2018. Pemeriksaan Angka Lempeng Total Bakteri Pada Minuman Sari Kedelai Yang Diperjualbelikan Di Kecamatan Manggala Kota Makassar.

Jurnal Media Analis Kesehatan, Vol. 1

Nuringsih, Kartika. 2013. Pemberdayaan Usaha Mikro berbasis jamu sebagai bentuk ketahanan ekonomi masyarakat. Semnas Fekon: Optimisme Ekonomi Indonesia Antara Peluang dan Tantangan, Universitas Terbuka.

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, 2006, Uji Angka Kapang/Khamir dan Angka Lempeng Total dalam Obat Tradisional 96/MIK/00, Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Badan POM.

Radji, M. 2010.Buku Ajar Mikrobiologi. J. Manurung (ed.). Jakarta: EGC.

Rossita, A.S., Munandar, K., Komarayanti, S., 2017.Komparasi Media NA Pabrikan Dengan NA Modifikasi Untuk Media Pertumbuhan Bakteri.

Seminar Nasional Biologi, IPA dan Pembelajarannya I. Universitas Muhammadiyah Jember.

Sari, Ratih Indah. 2015. Cemaran Aspergillus Sp Pada Jamu Serbuk Kemasan Yang Dijual Di Banjarbaru Selatan. Jurnal Media Analis Kesehatan.

Fakultas Analis Kesehatan Stikes Borneo Lestari.

Suardana, I.W., Septiara, H.K.A., Suarsana, I.N., 2017. Karakteristik Fisikokimia Bakteriosin Asal Bakteri Asam Laktat Enterococcus duransHasil Isolasi Kolon Sapi Bali.Buletin Veteriner Udayana Volume 9 No. 2

Sukini. 2018. Jamu Gendong Solusi Sehat Tanpa Obat. Hal 2. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta Timur.

Wasito, H., 2011,Obat Tradisional Kekayaan Indonesia, 5,14,17-19,26-27,51,72, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Widiastiti, I G.A.A., Mirah. Putra, I W.W.P., Duniaji, A.S. Darmayanti, L.P., 2019. Analisis Potensi Beberapa Larutan Pengencer Pada Uji Antibakteri Teh Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe) Terhadap Escherichia coli. Media Ilmiah Teknologi Pangan.

Yunita, M., Hendrawan, M., Yulianingsih, R., 2015. Analisis Kuantitatif Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda

(36)

Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem Vol. 3 No. 3

(37)

LAMPIRAN

(38)

Lampiran 1. Sampel jamu gendong kunyit asam dalam wadah steril

Sampel jamu A

Sampel jamu B

Sampel jamu C

(39)

Lampiran 2. Hasil ALT sampel A Replikasi 1

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu A pengenceran 10-2(cawan 1) B2 : Sampel jamu A pengenceran 10-2(cawan 2) C1 : Sampel jamu A pengenceran 10-3(cawan 1) C2 : Sampel jamu A pengenceran 10-3(cawan 2) D1: Sampel jamu A pengenceran 10-4(cawan 1) D2: Sampel jamu A pengenceran 10-4(cawan 2) E1: Sampel jamu A pengenceran 10-5(cawan 1) E2: Sampel jamu A pengenceran 10-5(cawan 2) F1: Sampel jamu A pengenceran 10-6(cawan 1) F2: Sampel jamu A pengenceran 10-6(cawan 2)

(40)

Lampiran 3. Perhitungan ALT sampel A Replikasi 1

Pengenceran 10-1

⟶180 174

2 x101 = 1770 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶110 104

2 x102 = 10700 koloni/g

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 1 =1770 107002 = 235 ~ ,2 x 103koloni/g

(41)

Lampiran 4. Hasil ALT sampel A Replikasi 2

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu A pengenceran 10-2(cawan 1) B2 : Sampel jamu A pengenceran 10-2(cawan 2) C1 : Sampel jamu A pengenceran 10-3(cawan 1) C2 : Sampel jamu A pengenceran 10-3(cawan 2) D1: Sampel jamu A pengenceran 10-4(cawan 1) D2: Sampel jamu A pengenceran 10-4(cawan 2) E1: Sampel jamu A pengenceran 10-5(cawan 1) E2: Sampel jamu A pengenceran 10-5(cawan 2) F1: Sampel jamu A pengenceran 10-6(cawan 1) F2: Sampel jamu A pengenceran 10-6(cawan 2)

(42)

Lampiran 5. Perhitungan ALT sampel A Replikasi 2

Pengenceran 10-1

⟶132 178

2 x101 = 1550 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶8 72

2 x102 = 7900 koloni/g

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 2 =1550 79002 = 4725~ 4,7x 103koloni/g

(43)

Lampiran 6. Hasil ALT sampel A Replikasi 3

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu A pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu A pengenceran 10-2(cawan 1) B2 : Sampel jamu A pengenceran 10-2(cawan 2) C1 : Sampel jamu A pengenceran 10-3(cawan 1) C2 : Sampel jamu A pengenceran 10-3(cawan 2) D1: Sampel jamu A pengenceran 10-4(cawan 1) D2: Sampel jamu A pengenceran 10-4(cawan 2) E1: Sampel jamu A pengenceran 10-5(cawan 1) E2: Sampel jamu A pengenceran 10-5(cawan 2) F1: Sampel jamu A pengenceran 10-6(cawan 1) F2: Sampel jamu A pengenceran 10-6(cawan 2)

(44)

Lampiran 7. Perhitungan ALT sampel A Replikasi 3

Pengenceran 10-1

⟶144 144

2 x101 = 1440 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶71 51

2 x102 = 100 koloni/g

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh Jumlah ALT replikasi 3 =1440 1002 = 3770 ~ 3,8x 103koloni/g

Rata − rata ALT Sampel A = 235 4725 3770

= 9820 ~ 9,8 x 103koloni/g3

(45)

Lampiran 8. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) ALT Sampel A

Replikasi X X X -X (X -X)2

1 6235 4910 1325 1755625

2 4725 4910 -185 34225

3 3770 4910 -1140 1299600

(X − X)2 3089450

n=3

SD = (X −X)2

−1

= 3089450 2

= 1243

CV = X

= 12434910 x 100%

= 25%

(46)

Lampiran 9. Hasil ALT sampel B Replikasi 1

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu B pengenceran 10-2(cawan 1) B2 : Sampel jamu B pengenceran 10-2(cawan 2) C1 : Sampel jamu B pengenceran 10-3(cawan 1) C2 : Sampel jamu B pengenceran 10-3(cawan 2) D1: Sampel jamu B pengenceran 10-4(cawan 1) D2: Sampel jamu B pengenceran 10-4(cawan 2) E1: Sampel jamu B pengenceran 10-5(cawan 1) E2: Sampel jamu B pengenceran 10-5(cawan 2) F1: Sampel jamu B pengenceran 10-6(cawan 1) F2: Sampel jamu B pengenceran 10-6(cawan 2)

(47)

Lampiran 10. Perhitungan ALT sampel B Replikasi 1 Pengenceran 10-1

⟶220 224

2 x101 = 2220 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶182 188

2 x102 = 18500 koloni/g

Pengenceran 10-3

⟶80 8

2 x103 = 83000 koloni/g Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Jumlah ALT replikasi 1 =2220 18500 83000

3 = 34574 ~ 3,5 x 104koloni/g

(48)

Lampiran 11. Hasil ALT sampel B Replikasi 2

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu B pengenceran 10-2(cawan 1) B2 : Sampel jamu B pengenceran 10-2(cawan 2) C1 : Sampel jamu B pengenceran 10-3(cawan 1) C2 : Sampel jamu B pengenceran 10-3(cawan 2) D1: Sampel jamu B pengenceran 10-4(cawan 1) D2: Sampel jamu B pengenceran 10-4(cawan 2) E1: Sampel jamu B pengenceran 10-5(cawan 1) E2: Sampel jamu B pengenceran 10-5(cawan 2) F1: Sampel jamu B pengenceran 10-6(cawan 1) F2: Sampel jamu B pengenceran 10-6(cawan 2)

(49)

Lampiran 12. Perhitungan ALT sampel B Replikasi 2

Pengenceran 10-1

⟶248 224

2 x101 = 23 0 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶97 79

2 x102 = 8800 koloni/g

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 2 =23 0 88002 = 5580 ~ 5, x 103koloni/g

(50)

Lampiran 13. Hasil ALT sampel B Replikasi 3

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu B pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu B pengenceran 10-2(cawan 1) B2 : Sampel jamu B pengenceran 10-2(cawan 2) C1 : Sampel jamu B pengenceran 10-3(cawan 1) C2 : Sampel jamu B pengenceran 10-3(cawan 2) D1: Sampel jamu B pengenceran 10-4(cawan 1) D2: Sampel jamu B pengenceran 10-4(cawan 2) E1: Sampel jamu B pengenceran 10-5(cawan 1) E2: Sampel jamu B pengenceran 10-5(cawan 2) F1: Sampel jamu B pengenceran 10-6(cawan 1) F2: Sampel jamu B pengenceran 10-6(cawan 2)

(51)

Lampiran 14. Perhitungan ALT sampel B Replikasi 3 Pengenceran 10-1

⟶191 171

2 x101 = 1810 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶103 89

2 x102 = 9 00 koloni/g

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 3 =1810 9 002 = 5705 ~ 5,7 x 103koloni/g

Rata − rata ALT Sampel B =34574 5580 5705

= 1528 ~ 1,5 x 104 koloni/g3

(52)

Lampiran 15. Perhitungan Standar Deviasi (SD) dan Koefisien Variasi (CV) ALT Sampel B

Replikasi X X X -X (X -X)2

1 34574 15285 19289 372078380

2 5580 15285 -9705 94180555

3 5700 15285 -9585 91865835

(X − X)2 558124771

n=3

SD = (X −X)2

−1

= 558124771 2

= 16705

CV = X

= 1 70515285 x 100%

= 109%

(53)

Lampiran 16. Hasil ALT sampel C Replikasi 1

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu C pengenceran 10-2(cawan 1) B2 : Sampel jamu C pengenceran 10-2(cawan 2) C1 : Sampel jamu C pengenceran 10-3(cawan 1) C2 : Sampel jamu C pengenceran 10-3(cawan 2) D1: Sampel jamu C pengenceran 10-4(cawan 1) D2: Sampel jamu C pengenceran 10-4(cawan 2) E1: Sampel jamu C pengenceran 10-5(cawan 1) E2: Sampel jamu C pengenceran 10-5(cawan 2) F1: Sampel jamu C pengenceran 10-6(cawan 1) F2: Sampel jamu C pengenceran 10-6(cawan 2)

(54)

Lampiran 17. Perhitungan ALT sampel C Replikasi 1

Pengenceran 10-1

⟶207 79

2 x101 = 1430 koloni/g

Pengenceran 10-2

⟶34 18

2 x102 = 2 00 koloni/g

Pengenceran 10-3

⟶Tidak dapat dihitung karena koloni bakteri kurang darirange25-250

Pengenceran 10-4

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-5

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Pengenceran 10-6

⟶Tidak dapat dihitung karena tidak terdapat koloni bakteri yang tumbuh

Jumlah ALT replikasi 1 =1430 2 002 = 2015 ~ 2 x 103koloni/g

(55)

Lampiran 18. Hasil ALT sampel C Replikasi 2

A1 A2 B1 B2

C1 C2 D1 D2

E1 E2 F1 F2

Keterangan :

A1 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 1) A2 : Sampel jamu C pengenceran 10-1(cawan 2) B1 : Sampel jamu C pengenceran 10-2(cawan 1) B2 : Sampel jamu C pengenceran 10-2(cawan 2) C1 : Sampel jamu C pengenceran 10-3(cawan 1) C2 : Sampel jamu C pengenceran 10-3(cawan 2) D1: Sampel jamu C pengenceran 10-4(cawan 1) D2: Sampel jamu C pengenceran 10-4(cawan 2) E1: Sampel jamu C pengenceran 10-5(cawan 1) E2: Sampel jamu C pengenceran 10-5(cawan 2) F1: Sampel jamu C pengenceran 10-6(cawan 1) F2: Sampel jamu C pengenceran 10-6(cawan 2)

Gambar

Gambar 1. Kontrol Pengencer dan Kontrol Media Uji ALT………………….…13 Gambar 2. Kontrol Pengencer dan Kontrol Media Uji AKK……………..…… .14
Tabel I. Hasil perhitungan nilai ALT
Tabel II. Hasil rata-rata nilai ALT pada ketiga sampel Sampel ALT (koloni/g) SD CV
Gambar 1. Gambar Kontrol Pengencer dan Kontrol Media Uji ALT Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam mengkultur bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN ALAT TANGKAP NELAYAN TRADISIONAL OLEH DINAS PERIKANAN KABUPATEN LINGGA DI DESA BATU BELUBANG KABUPATEN LINGGA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah