• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI ANGKA KAPANG KHAMIR (AKK) DAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA JAMU GENDONG BERAS KENCUR DI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN Y SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI ANGKA KAPANG KHAMIR (AKK) DAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA JAMU GENDONG BERAS KENCUR DI PASAR TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN Y SKRIPSI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

UJI ANGKA KAPANG KHAMIR (AKK) DAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA JAMU GENDONG BERAS KENCUR DI PASAR

TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN Y

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Ambrosius Destyawan Herdianta NIM : 168114150

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

i

UJI ANGKA KAPANG KHAMIR (AKK) DAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA JAMU GENDONG BERAS KENCUR DI PASAR

TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN Y

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Ambrosius Destyawan Herdianta NIM : 168114150

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(3)

ii

(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Pengesahan Skripsi Berjudul

UJI ANGKA KAPANG KHAMIR (AKK) DAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA JAMU GENDONG BERAS KENCUR DI PASAR

TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN Y

Oleh :

Ambrosius Destyawan Herdianta NIM : 168114150

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal : ...

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. apt. Yustina Sri Hartini

Panitia Penguji Tanda Tangan

1. Dr. apt. Erna Tri Wulandari ...

2. Dr. apt. Yustina Sri Hartini ...

3. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. ...

(5)

iv

PERSEMBAHAN

“Bagian terpenting dari sebuah pengalaman adalah bagaimana seseorang menafsirkannya, dan tentunya belajar darinya”

-Lifelong learner-

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain

yang lebih utama dari pada kedua hukum ini.”

Markus 12:30-31

Karya ini saya persembahkan untuk : 1. Tuhan Yang Maha Esa,

2. Keluarga saya tercinta, Bapak, Ibu, dan Mas Robert,

3. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang saya kasihi,

4. Almamater tercinta, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

(6)

v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ambrosius Destyawan Herdianta

NIM : 168114150

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

UJI ANGKA KAPANG KHAMIR (AKK) DAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT) PADA JAMU GENDONG BERAS KENCUR DI PASAR

TRADISIONAL YANG BERADA DI KABUPATEN Y

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 15 Januari 2021

Yang menyatakan

Ambrosius Destyawan Herdianta

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya maupun bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 15 Januari 2021 Penulis

Ambrosius Destyawan Herdianta

(8)

vii PRAKATA

Ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Angka Kapang Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT) pada Jamu Gendong Beras Kencur di Pasar Tradisional yang Berada di Kabupaten Y” dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini adalah salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi untuk menuntaskan pendidikan S-1 Farmasi dan mendapatkan gelar sarjana farmasi (S.Farm.) di jurusan farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam proses menyelesaikan skripsi ini terdapat berbagai tantangan yang dihadapi. Seluruh tantangan tersebut dapat dihadapi penulis berkat segala dukungan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. apt. Yustina Sri Hartini, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik

2. Dr. apt. Christine Patramurti, selaku Kepala Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma

3. Apt. Dina Christin Ayuning Putri, M. Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik

4. Dr. apt. Erna Tri Wulandari, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

5. Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik

6. Keluarga tercinta (Bapak, Ibu, Mas Robert) yang tak henti-hentinya memberikan doa dan semangat

7. Rekan seperjuangan skripsi: Pulung, Momon, Icha yang selalu

memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi

(9)

viii

8. Seluruh staff dan karyawan Balai Laboratorium dan Kesehatan Yogyakarta atas kerjasama yang dilakukan selama ini

9. Sahabat-sahabat saya, dan teman-teman FSMD dan Farmasi angkatan 2016, yang telah menemani dalam perjalanan menempuh gelar sarjana Farmasi

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun agar penulis menjadi lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca.

Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Keaslian Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Jamu ... 5

B. Beras ... 6

C. Kencur ... 6

D. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ... 7

E. Angka Kapang Khamir ... 8

F. Angka Lempeng Total ... 9

G. Media ... 10

H. Keterangan Empiris ... 11

BAB III. METODE PENELITIAN... 13

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 13

B. Variabel Penelitian ... 13

C. Definisi Operasional ... 13

D. Bahan dan Alat Penelitian ... 14

E. Tatacara Penelitian ... 15

F. Terknik Pengumpulan Data dan Analisis Hasil ... 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Pengujian Angka Kapang Khamir ... 22

B. Pengujian Angka Lempeng Total ... 25

BAB V. PENUTUP ... 29

A. Kesimpulan ... 29

B. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 33

(11)

x

BIOGRAFI PENULIS ... 75

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Hasil uji AKK sampel A ... 23

Tabel II. Hasil uji AKK sampel B... 24

Tabel III. Hasil uji AKK sampel C... 24

Tabel IV. Hasil uji ALT sampel A ... 26

Tabel V. Hasil uji ALT sampel B ... 26

Tabel VI. Hasil uji ALT sampel C ... 27

Tabel VII. Hubungan waktu peracikan jamu dengan nilai AKK dan ALT ... 27

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Hasil uji AKK sampel A replikasi 1 ... 37

Gambar 2. Hasil uji AKK sampel A replikasi 2 ... 38

Gambar 3. Hasil uji AKK sampel A replikasi 3 ... 39

Gambar 4. Hasil uji AKK sampel B replikasi 1 ... 43

Gambar 5. Hasil uji AKK sampel B replikasi 2 ... 44

Gambar 6. Hasil uji AKK sampel B replikasi 3 ... 45

Gambar 7. Hasil uji AKK sampel C replikasi 1 ... 49

Gambar 8. Hasil uji AKK sampel C replikasi 2 ... 50

Gambar 9. Hasil uji AKK sampel C replikasi 3 ... 51

Gambar 10. Hasil uji ALT sampel A replikasi 1 ... 56

Gambar 11. Hasil uji ALT sampel A replikasi 2 ... 57

Gambar 12. Hasil uji ALT sampel A replikasi 3 ... 58

Gambar 13. Hasil uji ALT sampel B replikasi 1 ... 63

Gambar 14. Hasil uji ALT sampel B replikasi 2 ... 64

Gambar 15. Hasil uji ALT sampel B replikasi 3 ... 65

Gambar 16. Hasil uji ALT sampel C replikasi 1 ... 70

Gambar 17. Hasil uji ALT sampel C replikasi 2 ... 71

Gambar 18. Hasil uji ALT sampel C replikasi 3 ... 72

Gambar 19. Sampel jamu dari Pasar A (Sampel A) ... 73

Gambar 20. Sampel jamu dari Pasar B (Sampel B) ... 73

Gambar 21. Sampel jamu dari Pasar C (Sampel C) ... 73

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. AKK sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar A Kabupaten Y (Sampel A)

... 34

Lampiran 2. Penghitungan AKK sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar A Kabupaten Y (Sampel A) ... 35

Lampiran 3. Dokumentasi hasil AKK sampel A replikasi 1 ... 37

Lampiran 4. Dokumentasi hasil AKK sampel A replikasi 2 ... 38

Lampiran 5. Dokumentasi hasil AKK sampel A replikasi 3 ... 39

Lampiran 6. AKK sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar B Kabupaten Y (Sampel B) ... 40

Lampiran 7. Penghitungan AKK sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar B Kabupaten Y (Sampel B) ... 41

Lampiran 8. Dokumentasi hasil AKK sampel B replikasi 1 ... 43

Lampiran 9. Dokumentasi hasil AKK sampel B replikasi 2 ... 44

Lampiran 10. Dokumentasi hasil AKK sampel B replikasi 3 ... 45

Lampiran 11. AKK sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar C Kabupaten Y (Sampel C) ... 46

Lampiran 12. Penghitungan AKK sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar B Kabupaten Y (Sampel C) ... 47

Lampiran 13. Dokumentasi hasil AKK sampel C replikasi 1 ... 49

Lampiran 14. Dokumentasi hasil AKK sampel C replikasi 2 ... 50

Lampiran 15. Dokumentasi hasil AKK sampel C replikasi 3 ... 51

Lampiran 16. ALT sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar A Kabupaten Y (Sampel A) ... 52

Lampiran 17. Penghitungan ALT sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar A Kabupaten Y (Sampel A) ... 53

Lampiran 18. Dokumentasi hasil ALT sampel A replikasi 1 ... 56

Lampiran 19. Dokumentasi hasil ALT sampel A replikasi 2 ... 57

Lampiran 20. Dokumentasi hasil ALT sampel A replikasi 3 ... 58

Lampiran 21. ALT sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar B Kabupaten Y (Sampel B) ... 59

Lampiran 22. Penghitungan ALT sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar B Kabupaten Y (Sampel B) ... 60

Lampiran 23. Dokumentasi hasil ALT sampel B replikasi 1 ... 63

(15)

xiv

Lampiran 24. Dokumentasi hasil ALT sampel B replikasi 2 ... 64

Lampiran 25. Dokumentasi hasil ALT sampel B replikasi 3 ... 65

Lampiran 26. ALT sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar C Kabupaten Y (Sampel C) ... 66

Lampiran 27. Penghitungan ALT sampel jamu gendong beras kencur yang diambil dari penjual yang berjualan di Pasar C Kabupaten Y (Sampel C) ... 67

Lampiran 28. Dokumentasi hasil ALT sampel C replikasi 1 ... 70

Lampiran 29. Dokumentasi hasil ALT sampel C replikasi 2 ... 71

Lampiran 30. Dokumentasi hasil ALT sampel C replikasi 3 ... 72

Lampiran 31. Dokumentasi sampel jamu ... 73

Lampiran 32. Form wawancara penjual jamu ... 74

(16)

xv ABSTRAK

Penelitian ini secara khusus ingin melihat dan menilai tingkat keamanan dari jamu gendong beras kencur yang dijual di pasar tradisional di Kabupaten Y menggunakan parameter Angka Kapang Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT). Kriteria obat tradisional yang baik adalah aman, bermutu, dan berkhasiat.

Penelitian ini merupakan non-eksperimental deskriptif. Tahapan penelitian ini adalah wawancara dengan penjual jamu gendong, pengumpulan sampel dari 3 pasar yang berada di Kabupaten Y, yaitu Pasar A, Pasar B, dan Pasar C, dengan teknik purposive sampling, homogenisasi sampel, pengujian AKK dan ALT dengan teknik pour plate agar secara duplo.

Hasil uji AKK dari sampel A, sampel B, dan sampel C secara berturut- turut adalah 5,5 × 10

3

koloni/g; 2,8 × 10

2

koloni/g; 1,7 × 10

3

koloni/g. Hasil uji ALT dengan urutan yang sama secara berturut-turut 2,3 × 10

5

koloni/g; 2,4 × 10

4

koloni;

2,8 × 10

4

koloni/g.

Kata kunci: jamu gendong beras kencur, AKK, ALT

(17)

xvi ABSTRACT

This study specifically wants to see and assess the level of safety of the galangal rice herbal carried-medicine sold in traditional markets in Y Regency using the parameters of Yeast Molds Count (YMC) and Total Plate Count (TPC).

The criteria for a good traditional medicine are safe, quality, and efficacious.

This research is a descriptive non-experimental study. The stages of this research were interview with seller carried-herbal-medicine, collecting samples from 3 markets in Y Regency, namely A Market, B Market, and C Market, using purposive sampling technique, sample homogenization, YMC and TPC testing using the duplo pour plate technique.

The YMC test results from A Market, B Market, and C Market (consecutively) were 5.5 × 10

3

colonies/g; 2.8 × 10

2

colonies/g; 1.7 × 10

3

colonies/g. TPC test results with the same order consecutively 2,3 × 10

5

colonies/g;

2,4 × 10

4

colonies/g; 2.8 × 10

4

colonies/g.

Keywords: galangal rice herbal carried-medicine, Yeasts Molds Count, Total Plate

Count

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jamu adalah obat tradisional yang telah menjadi bagian budaya dan kekayaan alam Indonesia. Jamu sampai saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai alternatif untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan memelihara kesehatan. Indonesia memiliki kekayaan tanaman obat dan ramuan jamu dari berbagai suku yang tersebar di seluruh Indonesia. Jamu merupakan warisan leluhur bangsa yang telah dimanfaatkan secara turun temurun untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan (Andriati dan Wahjudi, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andriati dan Wahjudi di daerah Surabaya, Bangkalan Madura, dan Magetan pada tahun 2016, dapat dilihat pada hasil survei bahwa masyarakat yang masih sering menkonsumsi jamu kebanyakan adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah-menengah (penghasilan < 5 juta / bulan) dengan persentase 83%. Diperlihatkan juga hasil survei di mana masyarakat juga cenderung merasa puas dengan produk jamu yang dikonsumsi yaitu sebesar 60%, dan menyukai produk jamu (58%).

Salah satu jenis usaha obat tradisional adalah usaha jamu gendong.

Menurut Permenkes nomor 6 tahun 2012, tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, usaha jamu gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang

Registrasi Obat Tradisional pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa usaha jamu gendong

tidak perlu memiliki izin edar, yang artinya tidak terjamin keamanan dan

kualitasnya. Jamu yang dibuat tanpa menerapkan Cara Pembuatan Obat Tradisional

yang Baik (CPOTB) dikhawatirkan memiliki tingkat keamanan yang buruk, di

mana dalam ruang lingkup penelitian ini memiliki nilai Angka Lempeng Total

(ALT) dan Angka Kapang Khamir (AKK) yang tidak memenuhi kriteria. ALT

menunjukkan tingkat cemaran bakteri pada minuman. Bakteri patogen pada

(19)

2

minuman seringkali menjadi penyebab dari foodborne disease yang terjadi setelah mengkonsumsi minuman, umumnya disebut dengan keracunan (Sandika dan Mulasari, 2019). Kapang dan khamir dapat menyebabkan kerusakan pada bahan pangan, dan dapat menyebabkan reaksi alergi dan infeksi pada populasi yang sistem imunnya rendah (manula, pasien HIV, pasien kemoterapi). Kapang juga mampu menyebabkan keracunan karena konsumsi senyawa mitotoksin pada kapang secara berulang. Kapang dan khamir menyebabkan berbagai tingkat pembusukan dan dekomposisi pangan (SNI, 2009).

Beberapa parameter keamanan obat tradisional menurut PerKBPOM nomor 12 tahun 2014, antara lain adalah uji AKK dan ALT. Maka dari itu, di dalam penelitian ini dilakukan uji AKK dan ALT terhadap sampel jamu gendong beras kencur, untuk menilai tingkat keamanan dari sampel. Menurut peraturan BPOM nomor 32 tahun 2019, tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional, kriteria nilai ALT agar memenuhi standar adalah ≤ 10

5

koloni/gram, sedangkan untuk nilai AKK adalah ≤ 10

3

koloni/gram.

Berdasarkan riset yang telah dilakukan oleh peneliti, tidak ditemukan penelitian serupa terkait uji AKK dan ALT pada jamu gendong beras kencur di Kabupaten Y. Maka dari itu, sampai saat ini belum ada evaluasi terkait keamanan jamu gendong beras kencur di pasar tradisional yang berada di Kabupaten Y.

Sampai saat ini, pasar tradisional masih eksis perannya di Indonesia dan masih sangat dibutuhkan keberadaannya, terutama bagi kelas menengah ke bawah.

Sebagai pusat kegiatan ekonomi, pasar merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli, sedangkan sebagai pusat kebudayaan merupakan sarana tempat terjadinya interaksi antara warga masyarakat sebagai tempat pembauran dan pusat informasi (Noor, 2017).

Observasi telah dilakukan oleh peneliti kepada penjual jamu gendong pada Pasar A, Pasar B, dan Pasar C dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada penjual. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, jamu yang paling diminati masyarakat adalah jamu kunir asem, beras kencur, dan uyup-uyup.

Berdasarkan hasil observasi, cara pembuatan jamu pada ketiga pasar tersebut masih

menggunakan metode konvensional, di mana bahan dasar pembuatan jamu beras

(20)

3

kencur yang berupa kencur dan beras beserta air matang ditumbuk dengan alat tumbuk tradisional.

Pasar A, Pasar B, dan Pasar C dipilih sebagai subjek penelitian, karena lokasinya yang berada di utara (Pasar A), tengah (Pasar B), dan selatan (Pasar C) dari Kabupaten Y (Pemerintah Kabupaten Y, 2020). Sehingga diharapkan dari lokasi tersebut dapat merepresentasikan wilayah Kabupaten Y.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena seperti yang telah penulis sampaikan sebelumnya melihat jumlah peminat jamu gendong beras kencur yang masih tinggi di Kabupaten Y. Selain itu juga karena cara pembuatannya yang menggunakan alat tumbuk tradisional tanpa mengaplikasikan CPOTB maka berpotensi mengandung cemaran bakteri dan jamur kapang / khamir.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa nilai ALT dalam jamu beras kencur yang dijual oleh penjual jamu gendong di pasar tradisional yang berada di daerah Kabupaten Y?

2. Berapa nilai AKK dalam jamu beras kencur yang dijual oleh penjual jamu gendong di pasar tradisional yang berada di daerah Kabupaten Y?

C. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka penulis, publikasi penelitian tentang “Uji Angka Kapang Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT) pada Jamu Gendong Beras Kencur di Pasar Tradisional yang Berada di Kabupaten Y” belum pernah dilakukan. Penelitian yang pernah dilakukan terkait penelitian ini adalah:

1. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK) dan Angka Lempeng Total (ALT) pada Jamu Gendong Temulawak di Pasar Tarumanegara Magelang (Meylisa Mutiara Dewi, 2016).

2. Uji Angka Lempeng Total dan Identifikasi Bakteri Salmonella spp dalam Jamu Kunyit Asam dari Penjual Jamu di Desa Ngawen Klaten (Graciano Aristides Maturbongs, 2016).

3. Uji Angka Kapang/Khamir (AKK) dan Identifikasi Salmonella spp

pada Jamu Pahitan Brotowali yang Diproduksi oleh Penjual Jamu

(21)

4

Gendong di Kelurahan Tonggalan Klaten Tengah (Bernadita Betanius Pawestri, 2016).

Perbedaan antara penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang adalah sampel penelitian yang digunakan. Penelitian ini menggunakan sampel jamu gendong beras kencur.

Perbedaan yang lain adalah lokasi pengambilan sampel. Lokasi pengambilan sampel berada di pasar tradisional yang terletak di Kabupaten Y, Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai AKK dan ALT dalam jamu beras kencur yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di pasar tradisional yang berada di Kabupaten Y.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keamanan dan kualitas dari jamu beras kencur yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di pasar tradisional yang berada di Kabupaten Y.

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui keamanan jamu gendong beras kencur yang dijual di pasar tradisional yang berada di daerah Kabupaten Y berdasarkan nilai AKK dan ALT.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui nilai ALT dalam jamu beras kencur yang dijual oleh penjual jamu gendong di pasar tradisional yang berada di daerah Kabupaten Y.

b. Mengetahui nilai AKK dalam jamu beras kencur yang dijual oleh penjual

jamu gendong di pasar tradisional yang berada di daerah Kabupaten Y.

(22)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamu

Berdasarkan Permenkes RI no. 3 tahun 2010, Jamu adalah obat tradisional Indonesia. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (BPOM, 2014). Ciri dari obat tradisional yaitu bahan bakunya masih berupa simplisia yang sebagian besar belum mengalami standardisasi dan belum pernah diteliti. Bentuk sediaan masih sederhana berupa serbuk, pil, seduhan atau rajangan simplisia, klaim kahsiatnya masih berdasarkan data empiris. Obat tradisional sendiri dibagi menjadi tiga yaitu, jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (Syafi’i, 2020).

Jamu harus memenuhi tiga kriteria, yaitu aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku (PerKBPOM, 2004). Persyaratan keamanan yang telah ditetapkan adalah berupa parameter uji. Parameter uji yang dimaksud salah satunya adalah uji cemaran mikroba (BPOM, 2019).

Industri dan Usaha Obat Tradisional terbagi menjadi Industri Obat Jadi

(IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Usaha Kecil Obat Tradisional

(UKOT), Usaha Menengah Obat Tradisional (UMOT), Usaha Jamu Racikan, dan

Usaha Jamu Gendong. Usaha jamu gendong adalah usaha yang dilakukan oleh

perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang

dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen

(Permenkes, 2012).

(23)

6

B. Beras (Oryza sativa L.)

Berdasarkan Global Biodiversity Information Facility, 2020, berikut klasifikasi beras:

Kingdom : Plantae

Phylum : Tracheophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Oryza L.

Species : Oryza sativa L.

Beras adalah salah satu bahan utama yang digunakan untuk membuat jamu beras kencur yang merupakan resep turun temurun. Berdasarkan United States Department of Agriculture (USDA), beras mengandung kalori, karbohidrat yang terbilang cukup tinggi.

C. Kencur (Kaempferia galanga L.)

Berdasarkan Global Biodiversity Information Facility, 2020, berikut klasifikasi kencur :

Kingdom : Plantae

Famili : Zingiberaceae Martinov

Genus : Kaempferia L.

Species : Kaempferia galanga L.

Kencur adalah salah satu bahan utama yang digunakan untuk membuat jamu

beras kencur. Rimpang kencur yang digunakan dalam pembuatan jamu ini

mengandung senyawa fenolik yang telah diketahui dapat berfungsi sebagai

antioksidan. Antioksidan dan komponen senyawa polifenol memiliki kemampuan

untuk mengurangi keadaan sel yang rusak, dan menangkap senyawa radikal bebas

(Latifah, 2014). Jamu beras kencur ini bermanfaat untuk mempercepat

penyembuhan luka, dan dipercaya masyarakat secara turun temurun untuk obat

pasca persalinan (Jalil, 2019).

(24)

7

D. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB)

Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) adalah seluruh aspek kegiatan pembuatan obat tradisional yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya (Depkes, 2012). Namun pelaksanaan CPOTB yang wajib hanya diperuntukkan bagi IOT. Untuk usaha jamu gendong tidak ada keharusan untuk memiliki izin edar dan melaksanakan CPOTB dalam memproduksi obat tradisional (Permenkes, 2012).

CPOTB adalah bagian dari sistem pemastian mutu. Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat tradisional yang dihasilkan.

Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat tradisional dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOTB ditambah dengan faktor lain di luar Persyaratan Teknis ini, seperti desain dan pengembangan produk (PerKBPOM, 2011).

CPOTB mencakup produksi dan pengawasan mutu. Persyaratan dasar dari CPOTB adalah:

1. semua proses pembuatan obat tradisional dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat tradisional yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan;

2. tahap proses yang kritis dalam proses pembuatan, pengawasan dan sarana penunjang;

3. serta perubahannya yang signifikan divalidasi;

4. tersedia semua sarana yang diperlukan untuk CPOTB termasuk:

a) personil yang terkualifikasi dan terlatih;

b) bangunan dan sarana dengan luas yang memadai;

c) peralatan dan sarana penunjang yang sesuai;

d) bahan, wadah dan label yang benar;

e) prosedur dan instruksi yang disetujui; dan

(25)

8

f) tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.

5. prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas, tidak bermakan ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia;

6. operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;

7. pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar- benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;

8. catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses;

9. penyimpanan dan distribusi obat tradisional yang dapat memperkecil risiko terhadap mutu obat tradisional;

10. tersedia sistem penarikan kembali bets obat tradisional mana pun dari peredaran; dan

11. keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan pengulangan kembali keluhan.

(PerKBPOM, 2011)

E. Angka Kapang Khamir

Menurut SNI 7388 tahun 2009, kapang adalah mikroba yang terdiri dari

lebih dari satu sel berupa benang-benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa

disebut miselium, berkembang biak dengan spora. Khamir atau yang disebut juga

dengan ragi adalah mikroba bersel tunggal berbentuk bulat-lonjong dan

memperbanyak diri melalui pembentukan tunas atau askospora, tetapi tidak

membentuk benang-benang miselium.

(26)

9

Kebanyakan kapang dan khamir bersifat aerob (memerlukan oksigen bebas untuk pertumbuhan), persyaratan asam/basa untuk pertumbuhannya sangat lebar berkisar antara pH 2 sampai di atas pH 9. Kisaran suhunya (10°C - 35°C) juga lebar,dan beberapa spesies mampu tumbuh di bawah atau di atas kisaran ini.

Persyaratan kelembapan khamir relatif rendah, banyak spesies dapat tumbuh pada aktivitas air (a

w

) 0,85 atau kurang, meskipun kapang biasanya memerlukan aktivitas air lebih tinggi. Kapang dan khamir dapat menyebabkan kerusakan pada bahan pangan, dan dapat menyebabkan reaksi alergi dan infeksi pada populasi yang sistem imunnya rendah (manula, pasien HIV, pasien kemoterapi). Kapang juga mampu menyebabkan keracunan karena konsumsi senyawa mitotoksin pada kapang secara berulang. Kapang dan khamir menyebabkan berbagai tingkat pembusukan dan dekomposisi pangan (SNI, 2009).

Menurut peraturan BPOM nomor 32 tahun 2019, tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional, kriteria nilai AKK adalah ≤ 10

3

koloni/gram.

AKK adalah salah satu parameter cemaran mikroba yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keamanan suatu produk jamu (BPOM, 2019). Pengujian AKK dilakukan menggunakan sampel jamu yang diinokulasikan dengan metode pour plate dalam media padat, ditambahkan kloramfenikol, diinkubasi pada suhu 20-25°C selama 3 hari (Afifi, 2016). Cara menganalisis hasil pengujian untuk nilai Angka Kapang/Khamir sesuai dengan ketentuan PPOMN (2006) yaitu cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 dari satu pengenceran dipilih dan dihitung jumlah koloni dari kedua cawan lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumah antara 10-150, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran, kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dikalikan sebagai Angka Kapang/Khamir dalam tiap gram atau mL sampel.

F. Angka Lempeng Total

Angka Lempeng Total (ALT) menunjukkan jumlah mikroba dalam suatu

produk. ALT disebut juga Total Plate Count (TPC) adalah jumlah mikroba aerob

(27)

10

mesofilik per gram atau per mL contoh yang ditentukan melalui metode standar.

ALT secara umum tidak terkait dengan bahaya keamanan pangan namun kadang bermanfaat untuk menunjukkan kualitas, masa simpan/waktu paruh, kontaminasi dan status higienis pada saat proses produksi. Media plating (sumber energi) yang digunakan dalam pengujian ALT dapat mempengaruhi jumlah dan jenis bakteri yang diisolasi karena perbedaan dalam persyaratan nutrisi dan garam pada tiap mikroba (SNI, 2009). Bakteri patogen pada minuman seringkali menjadi penyebab dari foodborne disease yang terjadi setelah mengkonsumsi minuman, umumnya disebut dengan keracunan (Sandika dan Mulasari, 2019).

ALT adalah salah satu parameter cemaran mikroba yang dapat digunakan untuk menilai tingkat keamanan suatu produk jamu (BPOM, 2019). Pengujian ALT dilakukan dengan metode pour plate pada media padat dan diinkubasi pada suhu 35°C selama 24-48 jam dengan posisi dibalik (Tivani, 2018).

Menurut peraturan BPOM nomor 32 tahun 2019, tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional, kriteria nilai ALT agar memenuhi standar adalah ≤ 10

5

koloni/gram.

Cara menganalisis hasil pengujian sesuai untuk nilai Angka Lempeng Total sesuai dengan ketentuan PPOMN (2006) yaitu pilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250 setiap cawan. Semua koloni dalam cawan petri dihitung dengan menggunakan alat penghitung koloni (Colony counter). Jumlah koloni dihitung rata-rata dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mL atau gram.

G. Media

Media adalah campuran nutrien atau zat makanan yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme untuk pertumbuhan. Media selain untuk menumbuhkan mikroba

juga dibutuhkan untuk isolasi & inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologi dan

biokimia mikroba. Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah yang

sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut, yaitu : susunan

makanannya dimana media harus mengandung air untuk menjaga kelembaban dan

untuk pertukaran zat atau metabolisme, juga mengandung sumber karbon, mineral,

(28)

11

vitamin dan gas, tekanan osmose yaitu harus isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral tapi ada juga yang alkali, temperatur harus sesuai dan steril. Media harus mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan mikroba. Media juga dapat mengandung bahan tambahan lain seperti indikator phenol red. Sifat media pembenihan yang ideal adalah mampu memberikan pertumbuhan yang baik jika ditanami kuman, mendorong pertumbuhan cepat, murah, mudah dibuat kembali, dan mampu memperlihatkan sifat khas mikroba yang diinginkan.

Berdasarkan bentuknya, media terbagi menjadi 4 : media cair, contoh : nutrient broth (NB), pepton dilution fluid (PDF) ; media semi padat, mengandung agar sebesar 0,5% ; media padat, mengandung komposisi agar sebesar 15%, untuk mempelajari koloni kuman, untuk isolasi dan untuk memperoleh biakan murni, contoh : nutrient agar (NA), potato dextrose agar (PDA) ; dan media selektif, merupakan media cair yang ditambahkan zat tertentu untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu dan diberikan penghambat mikroba yang tidak diinginkan, contoh : media yang ditambahkan ampisilin untuk menghambat mikroba (Kemenkes, 2017).

H. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan secara eksploratif untuk melihat nilai AKK dan

ALT dari produk jamu gendong beras kencur yang dijual di Pasar Tradisional yang

berada di Kabupaten Y. Penelitian ini dilakukan atas dasar proses pembuatan jamu

gendong yang tidak diharuskan mengikuti CPOTB dan usaha jamu gendong tidak

diharuskan memiliki ijin edar sebagaimana telah tercantum dalam Peraturan

Menteri Kesehatan No. 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat

Tradisional. Oleh karena hal tersebut maka dikhawatirkan jamu gendong memiliki

keamanan yang buruk. Parameter yang digunakan untuk menilai keamanan jamu

gendong dalam penelitian ini adalah AKK dan ALT. nilai AKK yang melebihi batas

dapat menyebabkan reaksi alergi dan infeksi pada populasi yang sistem imunnya

rendah (manula, pasien HIV, pasien kemoterapi). Secara khusus nilai kapang yang

melebihi batas juga mampu menyebabkan keracunan karena konsumsi senyawa

mitotoksin pada kapang secara berulang. Sedangkan nilai ALT yang melebihi batas

(29)

12

seringkali menjadi penyebab dari foodborne disease yang terjadi setelah

mengkonsumsi minuman, umumnya disebut dengan keracunan (Sandika dan

Mulasari, 2019).

(30)

13 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan rancangan penelitian deskriptif komparatif, yaitu mendeskripsikan besarnya nilai ALT dan AKK dalam jamu beras kencur yang diproduksi oleh penjual jamu di pasar tradisional yang berada di Kabupaten Y yang selanjutnya dibandingkan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: konsentrasi sampel jamu beras kencur yang diambil dari penjual jamu gendong di pasar tradisional yang berada di Kabupaten Y

2. Variabel tergantung: nilai ALT dan AKK dari sampel jamu beras kencur yang diambil dari penjual jamu gendong di pasar tradisional yang berada di Kabupaten Y

3. Variabel pengacau

a) Variabel pengacau terkendali: media PCA dan PDA, pelarut PDF dan BPW, suhu dan lama inkubasi, sterilisasi alat, dan persebaran suspensi bahan pada media, suhu penyimpanan sampel, proses preparasi sampel.

b) Variabel pengacau tak terkendali: kualitas jamu beras kencur seperti cara pembuatan jamu beras kencur, kondisi penyimpanan sewaktu dijual, dan kualitas bahan yang digunakan.

C. Definisi Operasional

1. Jamu beras kencur adalah jamu yang berupa cairan obat-dalam yang bahan

utama pembuatannya adalah rimpang kencur dan beras yang dijual oleh penjual

jamu di Pasar A, Pasar B, dan Pasar C yang berada di Kabupaten Y. Jamu

beras kencur dari penjual dibuat pada waktu subuh. Jamu dibuat dengan teknik

(31)

14

konvensional, di mana bahan dasar pembuatan jamu beras kencur yaitu kencur dan beras beserta air matang ditumbuk dengan alat tumbuk tradisional.

2. Angka lempeng total merupakan angka yang menunjukkan jumlah bakteri aerob mesofil dalam sampel jamu beras kencur. Angka lempeng total dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah mikroba yang terdapat dalam jamu beras kencur dengan cara menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media agar. Jumlah koloni dihitung rata-rata dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mL atau gram.

3. Angka kapang/khamir adalah jumlah koloni kapang dan khamir dalam sampel jamu beras kencur. Angka kapang dan khamir dimaksudkan untuk menunjukkan jumlah kapang dan khamir yang terdapat dalam jamu beras kencur dengan cara menghitung koloni kapang dan khamir yang ditumbuhkan pada media agar lalu dikalikan dengan faktor pengenceran, kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai Angka Kapang/Khamir dalam tiap gram atau mL sampel.

4. Koloni kapang yang dihitung adalah koloni tunggal yang berserabut, berpenampilan seperti kapas tanpa membedakan warna dari koloni.

5. Koloni khamir yang dihitung adalah koloni tunggal yang berukuran lebih kecil dibandingkan koloni kapang dan tidak berserabut, berbentuk bulat atau bundar, dan tanpa membedakan warna dan bentuk dari koloni.

6. Koloni bakteri yang dihitung adalah koloni tunggal. Jika koloni bertumpuk dan sulit dibedakan antara koloni yang satu dengan yang lain dihitung satu koloni.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan: jamu beras kencur yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di pasar

tradisional yang berada utara, tengah, dan selatan dari Kabupaten Y (Pasar

tradisional yang berada di utara, tengah, dan selatan secara berturut-turut: Pasar

Pakem (Pasar A), Pasar Colombo (Pasar B), dan Pasar Catur Tunggal (Pasar

C), media PDA, media PCA, pelarut PDF, pelarut BPW, Kloramfenikol 1%,

aquades steril, alkohol 70%.

(32)

15

2. Alat: Biological Safety Cabinet (ESCO/LA2-3A1-E), Laminar Air Flow (NuAire Airflow), autoklaf (ALP model: KT-40 No. 108049), inkubator (WTX binder), oven (Memmert model 400), pipet tetes, labu ukur (Pyrex), tabung reaksi (Iwaki), cawan petri sekali pakai (Labware), batang pengaduk, pipet volume (Iwaki), mikropipet (Iwaki), blue tip, beaker glass (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), bunsen, neraca analitik (Precition Balance Model AB-204, Metter Taledo), erlenmeyer (Pyrex), colony counter, hot plate, magnetic stirrer.

E. Tata Cara Penelitian 1. Wawancara penjual jamu

Untuk menggali informasi lebih mendalam diperlukan instrumen penelitian tambahan dalam penelitian ini, yakni wawancara. Wawancara merupakan instrumen penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, dibuat daftar pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman wawancara. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara berstruktur atau berstandard, di mana pertanyaan telah disusun dan ditanyakan secara berurutan kepada narasumber (Nasution, 2016). Wawancara kepada penjual jamu dilakukan untuk menggali proses pembuatan jamu yang dilakukan oleh penjual tersebut dan lalu menentukan penjual yang akan dipilih untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Penjual jamu yang dipilih adalah yang proses pembuatannya masih menggunakan metode konvensional, yaitu dengan cara ditumbuk. Wawancara dilakukan kepada penjual jamu yang berada di pasar tradisional yang menjadi subjek penelitian.

2. Pemilihan dan pengumpulan sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah jamu beras kencur yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di pasar tradisional yang berada di Kabupaten Y.

Pasar tradisional yang dipilih sebagai pengambilan sampel adalah Pasar A, Pasar

B, dan Pasar C. Pasar tersebut dipilih sebagai sampling dalam pengambilan

sampel karena ramai dikunjungi pembeli, lokasinya yang strategis, dan terletak

di utara (Pasar A), tengah (Pasar B), dan selatan (Pasar C) dari Kabupaten Y,

sehingga diharapkan hasil dari penelitian dapat mencerminkan gambaran yang

(33)

16

akurat dan menyeluruh dari jamu beras kencur yang dijual oleh penjual jamu gendong di Kabupaten Y, Yogyakarta.

3. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 07.00. Tiap pasar diambil 3 sampel jamu dari 3 penjual yang berbeda dengan teknik purposive sampling.

Sampel jamu masing-masing dipindahkan dalam botol yang sudah disterilkan dan dimasukkan dalam coolbox dan dibawa ke laboratorium untuk diteliti.

4. Persiapan dan homogenisasi sampel

Bagian wadah/kemasan jamu beras kencur dibersihkan dengan alkohol 70% secara aseptis dekat nyala api bunsen.

Tiga sampel jamu dari satu pasar masing-masing diambil sebanyak 10 mL dan dimasukkan secara aseptis ke dalam gelas beaker steril, kemudian Homogenisasi dilakukan dengan diaduk menggunakan batang pengaduk yang sudah di sterilkan. Selanjutnya gelas beaker ditutup menggunakan alumunium foil.

5. Persiapan alat

Alat kaca yang akan digunakan dalam penelitian disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.

6. Uji Angka Kapang Khamir

a) Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

Untuk tiap 1000 mL media, sebanyak 39 g serbuk PDA ditimbang dan dilarutkan dengan aquadest steril hingga volume akhir menjadi 1000 mL dalam erlenmeyer, kemudian dipanaskan dan diaduk dengan menggunakan hot plate dan magnetic steerer diaduk hingga larutan jernih.

Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.

b) Pembuatan pengencer BPW (Buffered Peptone Water)

Sebanyak 22,5 g serbuk BPW ditimbang dan dilarutkan dalam 1000 mL aquadest steril, kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic steerer diaduk hingga larutan jernih. Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.

c) Pembuatan larutan kloramfenikol 1%

(34)

17

Sebanyak 1 gram kloramfenikol dilarutkan ke dalam 100 mL aquadest steril.

d) Pengenceran sampel untuk uji AKK

Empat buah labu ukur 10 mL disiapkan. Dipipet 1 mL sampel dari hasil homogenisasi pada persiapan sampel dan dimasukkan ke dalam labu pertama. Lalu ditambahkan pengencer BPW 9 mL sampai tanda batas, selanjutnya dihomogenkan, sehingga didapatkan pengenceran 10

-1

. Dibuat pengenceran berikutnya sampai 10

-4

.

e) Pengujian AKK

Sebanyak 1 mL dari masing-masing pengenceran dipipet ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Selanjutnya sebanyak 15-25 mL media PDA (45° ± 1°) yang sudah ditambahkan kloramfenikol (1 mL tiap 20 mL PDA) dituangkan ke dalam cawan petri. Petri diputar ke depan dan ke belakang supaya tercampur merata dan didiamkan sampai memadat. Kemudian uji kontrol (blanko) dibuat untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer.

Pada satu cawan diisi 1 mL pengencer BPW dan ditambahkan 15-25 mL media PDA (uji sterilitas pengencer), dan pada cawan yang lain hanya diisi media PDA (uji sterilitas media). Setelah media memadat, cawan diinkubasi pada suhu kamar (25°C) selama 5 hari dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.

7. Uji Angka Lempeng Total

a) Pembuatan media PCA (Plate Count Agar)

Sebanyak 25,5 g serbuk PCA ditimbang dan dilarutkan dalam 1000 mL aquadest steril, kemudian dipanaskan dan diaduk dengan menggunakan hot plate dan magnetic steerer diaduk hingga larutan jernih. Sterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.

b) Pembuatan pengencer BPW (Buffered Peptone Water)

Sebanyak 22,5 g serbuk BPW ditimbang dan dilarutkan dalam

1000 mL aquadest steril, kemudian diaduk dengan menggunakan magnetic

steerer diaduk hingga larutan jernih. Sterilisasi dengan autoklaf selama 15

menit pada suhu 121°C.

(35)

18 c) Pengenceran sampel untuk uji ALT

Enam buah labu ukur 10 mL disiapkan. Dipipet 1 mL sampel dari hasil homogenisasi pada persiapan sampel dan dimasukkan ke dalam labu pertama. Lalu ditambahkan pengencer BPW 9 mL sampai tanda batas, selanjutnya dihomogenkan, sehingga didapatkan pengenceran 10

-1

. Kemudian dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10

-6

.

d) Pengujian ALT

Sebanyak 1 mL dari masing-masing pengenceran dipipet ke dalam cawan petri dan dibuat duplo. Selanjutnya sebanyak 15-25 mL media PCA (45° ± 1°) dituangkan ke dalam cawan petri tersebut. Petri diputar ke depan dan ke belakang atau membentuk angka delapan supaya tercampur merata dan didiamkan sampai memadat. Kemudian uji kontrol (blanko) dibuat untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer. Pada satu cawan diisi 1 mL pengencer BPW dan 15-25 mL media PCA (uji sterilitas pengencer), dan pada cawan yang lain hanya diisi media PCA 15-25 mL (uji sterilitas media). Setelah media memadat, cawan diinkubasi pada suhu 35 - 37°C selama 24 - 48 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.

F. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Hasil 1. Uji Angka Kapang/ Khamir

Cara menganalisis hasil pengujian untuk nilai Angka Kapang/Khamir sesuai dengan ketentuan PPOMN (2006) yaitu : cawan petri yang menunjukkan jumlah koloni antara 10-150 dari satu pengenceran dipilih dan dihitung jumlah koloni dari kedua cawan lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumah antara 10-150, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran, kemudian diambil angka rata-rata. Hasil dikalikan sebagai Angka Kapang/Khamir dalam tiap gram atau mL sampel.

Beberapa kemungkinan lain yang berbeda dari pernyataan diatas,

maka diikuti petunjuk sebagai berikut :

(36)

19

a) Bila hanya salah satu diantara kedua cawan petri dari pengenceran yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, dihitung jumlah koloni dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran.

b) Bila pada tingkat pegenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran terendah (Misal: pada pengenceran 10

−1

diperoleh 102 koloni dan pada pengenceran 10

−2

diperoleh 50 koloni, maka dipilih jumlah koloni pada pengenceran 10

−1

yaitu 102 koloni).

c) Bila pada pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni kurang dari dua kali jumlah koloni pengenceran dibawahnya, maka diambil angka rata-rata dari jumlah koloni kedua pengenceran tersebut. Hasil dinyatakan sebagai Angka Kapang dan Khamir dalam tiap gram sampel.

(Misal pada pengenceran 10

−2

diperoleh 80 koloni dan pada pengenceran 10

−3

diperoleh 50 koloni, maka Angka Kapang Khamir adalah:

80×10

3+50×102

2

)

d) Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah antara 10-150 koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung sebagai Angka Kapang/Khamir perkiraan.

e) Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena faktor inhibitor, maka Angka Kapang/Khamir dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan faktor pengenceran terendah (<1 x faktor pengenceran terendah).

2. Uji Angka Lempeng Total

Cara menganalisis hasil pengujian sesuai untuk nilai Angka Lempeng Total sesuai dengan ketentuan PPOMN (2006) yaitu :

a) Pilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250 setiap cawan. Semua koloni dalam cawan petri dihitung.

Jumlah koloni dihitung rata-rata dan dikalikan dengan faktor

(37)

20

pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mL atau gram.

b) Jika salah satu dari dua cawan petri terdapat jumlah koloni lebih kecil dari 25 atau lebih besar dari 250, dihitung rata-rata jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pengenceran. Hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mL atau gram.

c) Jika hasil dari dua pengenceran jumlahnya berturut-turut terletak antara 25-250 koloni, jumlah koloni dari masing-masing pengenceran dihitung seperti yang pada poin a dan poin b diatas, dan dihitung rata-rata jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. Jika jumlah yang tertinggi lebih besar dari dua kali jumlah yang terkecil, dinyatakan jumlah yang lebih kecil sebagai jumlah bakteri per mL atau gram.

d) Jika rata-rata jumlah koloni masing-masing cawan petri tidak terletak antara 25-250 koloni, dihitung jumlah koloni seperti pada poin a dan poin b diatas, dan dinyatakan sebagai jumlah bakteri per mL atau gram e) Jika jumlah koloni dari semua pengenceran lebih dari 250 koloni, maka

setiap dua cawan petri dengan pengenceran tertinggi dibagi ke dalam 2, 4, atau 8 sektor. Jumlah koloni dihitung dalam satu bagian atau lebih.

Untuk mendapatkan jumlah koloni dalam satu cawan petri, dihitung rata- rata jumlah koloni dan dikalikan dengan faktor pembagi dan pengencer.

Hasil dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per mL atau gram.

f) Jika dalam 1/8 bagian cawan petri terdapat lebih dari 200 koloni, maka jumlah koloni yang didapat = 8 x 200 (1600), dikalikan dengan faktor pengenceran dan hasilnya dinyatakan sebagai jumlah bakteri perkiraan per mL atau gram lebih besar dari jumlah yang didapat (>1600 x faktor pengenceran).

g) Jika tidak ada koloni yang tumbuh dalam cawan petri, dinyatakan jumlah bakteri perkiraan lebih kecil dari satu dikalikan dengan faktor pengenceran yang terendah (<10).

h) Menghitung koloni perambat (spreader)

Ada 3 macam koloni perambatan pada koloni, yaitu :

(38)

21

(1) Merupakan rantai yang tidak terpisah-pisah

(2) Perambatan yang terjadi diantara dasar cawan petri dan perbenihan (3) Perambatan yang terjadi pada pinggir atau permukaan perbenihan Jika terjadi hanya 1 perambatan (seperti rantai) maka koloni dianggap 1.

Tetapi jika 1 atau lebih rantai terbentuk dan yang berasal dari sumber yang terpisah-pisah, maka setiap sumber dihitung sebagai 1 koloni. Bila (2) dan (3) terjadi maka sebaiknya pemeriksaan diulangi karena koloni dalam keadaan semacam ini agak sulit dihitung

i) Menghitung dan membulatkan angka

Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2 angka penting yang digunakan, yaitu angka yang pertama dan kedua (dimulai dari kiri), sedangkan angka ketiga diganti dengan 0, apabila <5 dan apabila 5 atau lebih dijadikan 1 yang ditambah pada angka yang kedua.

Contoh : 523.000 dilaporkan sebagai 520.000 (5,2 x 10

5

)

86.300 dilaporkan sebagai 84.000 (8,4 x 10

4

)

(39)

22 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini berlangsung dari tanggal 1 September 2020 sampai dengan tanggal 5 Januari 2021. Penelitian dimulai dari proses wawancara kepada penjual jamu yang berada di Pasar A, Pasar B, dan Pasar C. Wawancara berlangsung pada tanggal 1-3 September 2020. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menggali informasi lebih dalam terkait cara pembuatan jamu. Wawancara dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan (lihat Lampiran 32.). Tiap pasar lalu dipilih 3 penjual yang memenuhi kriteria, yaitu proses pembuatan jamunya dengan cara konvensional, yaitu beras dan kencur yang merupakan bahan dasar pembuatan jamu beserta air matang ditumbuk menggunakan alat tumbuk tradisional.

A. Pengujian Angka Kapang Khamir

Angka Kapang Khamir (AKK) adalah salah satu parameter yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menilai keamanan suatu sediaan cair, termasuk jamu gendong. Kandungan jamur kapang dan khamir yang melebihi batas yang telah ditentukan beresiko menyebabkan berbagai penyakit, beberapa diantaranya adalah reaksi alergi, infeksi, dan keracunan akibat paparan mitotoksin yang berlebihan dari jamur. AKK sendiri merupakan nilai yang menunjukkan jumlah koloni jamur, baik itu kapang maupun khamir, yang dinyatakan dalam koloni / gram atau koloni / mL (SNI, 2009).

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keamanan jamu gendong beras kencur di 3 pasar yang berada di Kabupaten Y, yaitu Pasar A, Pasar B, dan Pasar C, melalui parameter AKK. Nilai AKK yang dianjurkan oleh BPOM adalah kurang dari sama dengan 10

3

koloni/gram.

Uji AKK terhadap sampel jamu gendong beras kencur di 3 pasar yang berada di Kabupaten Y, yaitu Pasar A, Pasar B, dan Pasar C, telah dilaksanakan pada tanggal 23, 28, dan 29 Desember 2020. Sampel diambil pada pukul 07.00.

Jamu dibawa ke laboratorium dengan wadah steril yang dimasukkan ke dalam

(40)

23

coolbox untuk menghindari kontaminasi dan mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Uji dilakukan segera setelah peneliti membeli jamu yang akan dijadikan sampel. Setelah dilakukan uji hingga tahap inkubasi selama 5 hari, cawan petri diamati untuk dihitung jumlah koloni kapang dan khamir. Hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel I. Hasil uji AKK Sampel A

Replikasi 𝒙 𝒙 ̅ SD CV

1 6,5 × 10

3

5,5 × 10

3

1,1 × 10

3

19,6%

2 6 × 10

3

3 4 × 10

3

Pada uji sampel A, dalam cawan petri uji sterilitas media dan pengencer tidak terdapat koloni bakteri maupun jamur, sehingga dapat disimpulkan bahwa koloni jamur yang muncul dalam cawan petri pengenceran berasal dari sampel.

Hasil dari uji AKK sampel A didapat nilai AKK rata-rata 5,5 × 10

3

koloni / gram.

Nilai tersebut tidak memenuhi kriteria BPOM, karena nilai AKK lebih dari sama

dengan 10

3

koloni / gram (BPOM, 2019). Sumber bahan mentah jamu tidak

diketahui oleh penjual jamu, karena para penjual jamu mendapatkan bahan mentah

dari penjual bahan mentah lain. Penyimpanan bahan mentah jamu (beras dan

kencur) disimpan di wadah tertutup oleh penjual. Jamu dibuat menggunakan air

matang. Cara pembuatan jamu dari sampel A ini masih menggunakan cara

konvensional yaitu dengan menumbuk bahan mentah (beras dan kencur)

menggunakan alat tumbuk tradisional, dan baru diracik di tempat penjual tersebut

menjajakkan jamunya, sehingga kemungkinan cemaran yang mempengaruhi

kualitas jamu semakin banyak. Nilai CV yang cukup tinggi dimungkinkan karena

sampel yang berbentuk suspensi dan mudah mengendap menyebabkan

pengambilan cairan sampel tidak merata (AOAC, 2002).

(41)

24

Tabel II. Hasil uji AKK Sampel B

Replikasi 𝒙 𝒙 ̅ SD CV

1 3,3 × 10

2

2,8 × 10

2

35,6 12,7%

2 2,5 × 10

2

3 2,6 × 10

2

Pada uji sampel B, dalam cawan petri uji sterilitas media dan pengencer tidak terdapat koloni bakteri maupun jamur, sehingga dapat disimpulkan bahwa koloni jamur yang muncul dalam cawan petri pengenceran berasal dari sampel.

Hasil dari uji AKK sampel B didapat nilai AKK rata-rata 2,8 × 10

2

koloni / gram.

Nilai tersebut memenuhi kriteria BPOM, karena nilai AKK kurang dari 10

3

koloni / gram (BPOM, 2019). Sumber bahan mentah jamu tidak diketahui oleh penjual jamu, karena para penjual jamu mendapatkan bahan mentah dari penjual bahan mentah lain. Penyimpanan bahan mentah jamu disimpan dalam wadah tertutup.

Cara pembuatan jamu dari sampel B ini menggunakan air matang dan dengan cara konvensional yaitu bahan mentah (beras dan kencur) ditumbuk menggunakan alat tumbuk tradisional, namun perbedaannya dengan sampel A adalah jamu sudah jadi dan sudah disiapkan di botol untuk dijajakkan ke konsumen, sehingga kontaminasi cemaran dapat ditekan. Nilai CV yang cukup tinggi dimungkinkan karena sampel yang berbentuk suspensi dan mudah mengendap menyebabkan pengambilan cairan sampel tidak merata (AOAC, 2002).

Tabel III. Hasil uji AKK sampel C

Replikasi 𝒙 𝒙 ̅ SD CV

1 1,5 × 10

3

1,7 × 10

3

2,2 × 10

2

12,7%

2 1,6 × 10

3

3 2 × 10

3

Pada uji sampel C, dalam cawan petri uji sterilitas media dan pengencer tidak terdapat koloni bakteri maupun jamur, sehingga dapat disimpulkan bahwa koloni jamur yang muncul dalam cawan petri pengenceran berasal dari sampel.

Hasil dari uji AKK sampel C didapat nilai AKK rata-rata 1,7 × 10

3

koloni / gram.

Nilai tersebut tidak memenuhi kriteria BPOM, karena nilai AKK lebih dari sama

(42)

25

dengan 10

3

koloni / gram (BPOM, 2019). Sumber bahan mentah jamu tidak diketahui oleh penjual jamu, karena para penjual jamu mendapatkan bahan mentah dari penjual bahan mentah lain. Penyimpanan bahan mentah jamu (beras dan kencur) disimpan dalam wadah tertutup. Jamu dibuat menggunakan air matang.

Cara pembuatan jamu dari sampel C masih menggunakan cara konvensional yaitu dengan menumbuk bahan mentah (beras dan kencur) dengan alat tumbuk tradisional, sebagian ada yang dibuat di tempat jualan penjual, sebagian lain sudah dikemas dalam botol, sehingga kontaminasi cemaran relatif lebih banyak dibandingkan sampel B. Nilai CV yang cukup tinggi dimungkinkan karena sampel yang berbentuk suspensi dan mudah mengendap menyebabkan pengambilan cairan sampel tidak merata (AOAC, 2002).

B. Pengujian Angka Lempeng Total

Angka Lempeng Total (ALT) adalah salah satu parameter yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menilai keamanan suatu sediaan cair, termasuk jamu gendong. Kandungan bakteri yang melebihi batas yang telah ditentukan beresiko menyebabkan berbagai penyakit, beberapa diantaranya adalah infeksi dan foodborne disease atau keracunan makanan yang dimanifestasikan dengan gejala diare, muntah, dan demam. ALT sendiri merupakan nilai yang menunjukkan jumlah koloni bakteri, yang dinyatakan dalam koloni / gram atau koloni / Ml (Sandika dan Mulasari, 2019).

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keamanan jamu gendong beras kencur di 3 pasar yang berada di Kabupaten Y, yaitu Pasar A, Pasar B, dan Pasar C, melalui parameter ALT. Nilai ALT yang dianjurkan oleh BPOM adalah kurang dari sama dengan 10

5

koloni/gram.

Uji ALT terhadap sampel jamu gendong beras kencur di 3 pasar yang

berada di Kabupaten Y. Uji dilakukan segera setelah peneliti membeli jamu yang

akan dijadikan sampel. Selain itu, jamu dibawa ke laboratorium dengan wadah steril

yang dimasukkan ke dalam coolbox untuk menghindari kontaminasi dan mencegah

pertumbuhan bakteri. Setelah dilakukan uji hingga tahap inkubasi selama 24 jam,

(43)

26

cawan petri diamati untuk dihitung jumlah koloni bakteri. Hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel IV. Hasil uji ALT sampel A

Replikasi 𝒙 𝒙 ̅ SD CV

1 2,7 × 10

5

2,3 × 10

5

3,1 × 10

4

13,5%

2 2 × 10

5

3 2,1 × 10

5

Pada uji sampel A, dalam cawan petri uji sterilitas media dan pengencer tidak terdapat koloni bakteri, sehingga dapat disimpulkan bahwa koloni bakteri yang muncul dalam cawan petri pengenceran berasal dari sampel. Hasil dari uji ALT sampel A didapat nilai ALT rata-rata 2,3 × 10

5

koloni / gram. Nilai tersebut tidak memenuhi kriteria BPOM, karena nilai ALT lebih dari sama dengan 10

5

koloni / gram (BPOM, 2019). Cara pembuatan jamu dari sampel A ini sudah diperjelas di bagian pembahasan uji AKK, dan baru diracik di tempat penjual tersebut menjajakkan jamunya, sehingga kemungkinan cemaran yang mempengaruhi kualitas jamu semakin banyak. Nilai CV yang cukup tinggi dimungkinkan karena sampel yang berbentuk suspensi dan mudah mengendap menyebabkan pengambilan cairan sampel tidak merata (AOAC, 2002).

Tabel V. Hasil uji ALT sampel B

Replikasi 𝒙 𝒙 ̅ SD CV

1 2,5 × 10

4

2,4 × 10

4

4,1 × 10

3

17,1%

2 1,9 × 10

4

3 2,9 × 10

4

Pada uji sampel B, dalam cawan petri uji sterilitas media dan pengencer

tidak terdapat koloni bakteri, sehingga dapat disimpulkan bahwa koloni bakteri

yang muncul dalam cawan petri pengenceran berasal dari sampel. Hasil dari uji

ALT sampel B didapat nilai ALT rata-rata 2,4 × 10

4

koloni / gram. Nilai tersebut

memenuhi kriteria BPOM, karena nilai AKK kurang dari 10

5

koloni / gram (BPOM,

2019). Cara pembuatan jamu dari sampel B ini sudah diperjelas di bagian

pembahasan uji AKK, namun perbedaannya dengan sampel A adalah jamu sudah

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini diketahui besar cemaran bakteri dan khamir dari sampel empat pedagang jamu gendong A, B, C dan D di Pasar Gede Kota Solo, menunjukan jumlah angka cemaran

Proses pembuatan jamu pahitan brotowali di Kelurahan Tonggalan, Klaten Tengah telah sesuai dengan prosedur cara pembuatan obat tradisional yang baik yaitu menjaga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Angka Kapang Khamir dan keberadaan Salmonella pada jamu beras kencur yang dijual di pasar Sambilegi Maguwoharjo,

Hasil uji biokimia dan pengecatan Gram yang diperoleh dapat menegaskan dugaan bahwa sampel jamu beras kencur dari Pedagang 1 maupun Pedagang 2 positif telah

Angka kapang/khamir dalam 5 jamu gendong beras kencur yang beredar di 3 pasar di Kotamadya Yogyakarta tidak memenuhi syarat maksimal yang diperbolehkan, yaitu tidak boleh lebih

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan jamu uyup-uyup yang diproduksi oleh penjual jamu racik X terdiri dari temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb.), kunyit

Tujuan penelitian adalah untuk memberikan informasi mengenai angka lempeng total, angka kapang/khamir dan ada tidaknya cemaran bakteri S.aureus pada sampel jamu cekok

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana cemaran mikroba pada jamu beras kencur dalam sedian cair yang dibuat oleh penjual jamu gendong keliling.. Metode Penelitian