• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Dalam kerangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan, dan dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabel-variabel yang didentifikasi melalui survei atau telaah literatur (Silalahi, 2009:92). Membangun kerangka teoritis akan membantu meningkatkan pengetahuan dan pengertian peneliti terhadap gejala dan hubungan antar-gejala yang diamati. Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah teori komunikasi, komunikasi massa, Uses & Gratification, gaya hidup, terpaan media dan teori kultivasi

2.1.1 Komunikasi Massa

Komunikasi Massa dapat didefenisikan sebagai komunikasi yang menggunakan media massa. Komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikasi secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh, sangat heterogen dan menimbulkan efek. Komunikasi massa barangkali akan logis bila didefenisikan menurut bentuknya yakni televisi, radio, film, surat kabar, dan buku (Ardianto, 2004 :11).

2. 1. 1 Tujuan Komunikasi Massa

Menurut Effendy, (2002:20). Tujuan komunikasi massa adalah:

1. Social change/ Social Participation

Dalam hal ini, komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya kepada komunikan menjadi tujuan perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan suatu tujuan khas

(2)

semua masyarakat dan semua kebudayaan, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.

2. Attitude Change

Komunikasi massa dalam menyampaikan pesan-pesannya juga termaksud atau bertujuan untuk mengubah sikap masyarakat sesuai dengan kebijaksanaan umum yang diusahakan.

3. Opinion Leader

Komunikasi dalam menyebarkan pesannya bermaksud atau bertujuan untuk memperoleh perubahan pendapat dari khalayak yang diinginkan oleh komunikator.

4. Behavior Change

Komunikasi massa itu dalam menyebarkan pesan-pesannya bertujuan untuk memperoleh perubahan prilaku dari khalayak yang dituju agar sesuai dengan keinginan dan tujuan komunikator

2. 1. 2. Fungsi Komunikasi Massa

Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati dalam setiap item fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Pembahasan fungsi komunikasi massa telah menjadi diskusi yang cukup penting, terutama konsekuensi komunikasi melalui media massa. Fungsi komunikasi bagi masyarakat menurut Dominick (2001-2002), terdiri dari surveillance (pengawasan), interprestation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai-nilai) dan entertainment (hiburan).

1. Surveillance (pengawasan)

(3)

A. Warning or beware surveillance (pengawasan peringatan);

Terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman dari angin topan, meletusnya gunung berapi, kondisi efek yang memprihatinkan, tayangan inflasi atau adanya serangan militer. Peringatan ini dengan serta merta dapat menjadi ancaman. Kendati banyak informasi yang menjadi peringatan atau ancaman serius bagi masyarakat yang dimuat oleh media, banyak pula orang yamg tidak mengetahui tentang ancaman tersebut.

B. Instrumental surveillance (pengawasan instrumental)

Penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. Berita tentang film apa yang sedang dimainkan di bioskop, bagaimana harga-harga saham di bursa efek, produk-produk baru, ide-ide tentang mode, resep makanan dan sebagainya adalah contoh-contoh pengawasan instrumental.

2. Interprestation (penafsiran)

Fungsi penafsiran hampir mirip dengan fungsi pengawasan. Media massa tidak akan memasokkan fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan. Contoh nyata penafsiran media dapat dilihat pada halaman tajuk rencana (editorial) suratkabar. Penafsiran ini berbentuk komentar dan opini yang ditujukan kepada khalayak atau pembaca serta dilengkapi perspektif (sudut pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lain..

3. Linkage (pertalian)

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of values (penyabaran nilai-nilai)

Fungsi penyebaran nilai-nilai tidak tampak nyata. Fungsi ini juga disebut sosialization (sosialoisasi). Sosialisasi mengacu kepada cara, di mana individu mengadopsi prilaku dan nilai kelompok. Media massa yang mewakili gambaran masyarakat itu ditonton, didengar

(4)

dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka. Dengan perkataan lain, media massa mewakili kita dengan model peran yang kita amati dan harapan untuk menirunya. Di antara semua media massa, televisi sangat berpotensi untuk terjadinya sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) pada anak-anak muda, terutama anak-anak-anak-anak yang telah berusia 16 tahun yang banyak waktunya menonton televisi dibandingkan kegiatan lainnya, kecuali tidur. Beberapa pengamat memperingatkan kemungkinan terjadinya disfungsi jika televisi menjadikan salurannya terutama untuk sosialisasi.

5. Entertainment (hiburan)

Sulit dibantah lagi bahwa pada kenyataannya hampir semua media massa menjalankan fungsi hiburan. Seperti media cetak yaitu surat kabar dan majalah, banyak memuat hiburan bahkan ada beberapa majalah yang memuat yang hanya menampilkan berita seperti Time, News Week, Tempo, Gatra dan Garda. Fungsi media massa sebagai fungsi menghibur tiada tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak, karena dengan membaca, menonton dan mendengar berita-berita dapat membuat pikiran khalayak segar kembali.

Sementara itu, Karlinah, dalam Karlinah, dkk. (1999) mengemukakan fungsi komunikasi secara umum yaitu adalah sebagai berikut:

A. Fungsi informasi

Fungsi informasi ini dapat diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. Khalayak sebagai manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah atau tempat bekerja, melainkan dari media. Khalayak media massa berlangganan suratkabar, majalah, mendengar siaran radio atau menonton televisi karena mereka ingin mendapatkan informasi tentang peristiwa yang terjadi di muka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain.

(5)

B. Fungsi pendidikan

Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayak (mass edication), karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang berlaku kepada khalayak. Media massa melakukanya melalui drama, cerita, diskusi dan artikel. Semua situasi ini, nilai-nilai yang harus dianut masyarakat tidak diungkapkan secara langsung, tetapi divisualisasikan dengan contoh-contoh tentang bagaimana mendidik khalayaknya.

C. Fungsi mempengaruhi

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara nyata terdapat pada tajuk rencana/editorial, feature, iklan, artikel dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruhi oleh iklan-iklan yang ditayangkan di televisi, surat kabar/majalah ataupun radio siaran. Contohnya, seperti dalam media cetak fungsi mempengaruhi dapat dilihat antara lain dalam ruang atau kolom khusus, iklan atau artikel yang isinya mempromosikan suatu produk. Artikel tersebut biasanya memuat tulisan tentang suatu analisis terhadap produk makanan atau suatu analisis tentang produk elektronik yang baru (komputer, internet dan sebagainya). Khalayak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam tulisan tersebut sehingga tanpa sadar khalayak melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan oleh media tersebut

D. Fungsi proses pengembangan mental

Untuk mengembangkan wawasan, kita butuh berkomunikasi dengan orang lain. Dengan berkomunikasi, manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualitasnya. Hal tersebut diperoleh dari pengalaman pribadinya dan dari orang lain. Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mental.

(6)

E. Fungsi adaptasi lingkungan

Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. Proses pengiriman pesan oleh komunikator dan penerimaan pesan oleh komunikan dapat membantu kita dalam berhubungan dengan orang lain, saling menyesuaikan diri, sehingga menimbulkan kesamaan di antara komunikator dan komunikan.

F. Fungsi memanipulasi

Memanipulasi di sini bukanlah diartikan sebagai suatu yang negatif, memanipulasi lingkungan artinya, berusaha untuk mempengaruhi setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dalam fungsi manipulasi, komunikasi digunakan sebagai alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan. Contohnya, iklan salah satu minuman yang divisualisasikan dengan seorang gadis yang kehausan, mengambil satu kemasan Nutrilo yang kemudian diseduh dengan air dingin. Gadis tersebut kemudian berbicara pada pacarnya dan dari mulutnya keluar udara yang berbentuk buah nenas, jeruk, mangga dan lain sebagainya. Pemasangan iklan dalam hal ini telah memanipulasi lingkungan.

Memahami fungsi-fungsi media massa menurut Devito, pada Karlinah, dalam Karlinah, dkk (1999), ada tiga masalah pokok yang harus diperhatikan. Pertama, setiap kali kita menghidupkan pesawat televisi, radio maupun membaca suratkabar dan majalah, kita melakukannya karena alasan tertentu yang unik. Kedua, komunikasi massa menjalankan fungsi yang berbeda bagi setiap pemirsa secara individual. Program televisi yang sama dapat menghibur satu orang, mendidik yang lain, mempengaruhi seseorang atau kelompok orang. Ketiga, fungsi yang dijalankan komunikasi massa bagi sembarangan orang yang berbeda dari satu waktu ke waktu yang lain. Produk rekaman tertentu bisa dirasakan sebagai penghibur sesaat, tetapi pada saat yang lain rekaman tersebut dirasakan sebagai olah sosialisasi atau alat pemersatu. (Ardianto dan Erdinaya, 2000:15-21).

2. 1. 3. Ciri-ciri Komunikasi Massa

Ciri-ciri komunikasi massa seperti yang telah diterangkan di atas, para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa (Mass

(7)

Communication) adalah komunikasi melalui media massa yang merupakan singkatan dari Komunikasi Media Massa (Mass Media Communication).

Ciri-ciri komunikasi massa tersebut ialah :

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah yang artinya berbeda dengan komunikasi antarpesona (interpersonal communication) yang berlangsung dua arah, komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication). Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Dengan lain perkataan, wartawan sebagai komunikator tidak mengetahui tanggapan para pembacanya terhadap pesan atau berita yang disiarkannya itu.

2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga yang artinya media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga atau dalam bahasa asing disebut institutionalized communikator atau organized communicator.

3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum yang artinya pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public) karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.

4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan yang artinya ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan.

5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen yaitu komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen.

(8)

2.2 Teori Uses and Gratification Theory

Elihu Katz-lah yang pertama sekali memperkenalkan pendekatan Uses & Gratification. Dia menyebutkan bahwasanya khalayak menggunakan media demi keuntungan mereka. Teori ini melihat bahwa khalayak adalah kelompok aktif yang mampu dengan jeli melihat jenis media mana yang dapat dianggap tepat dan isi media tersebut dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai kepuasan pribadi.

Katz (1974) menggambarkan logika yang mendasari penelitian mengenai media Uses and Gratification sebagai berikut: (1) Kondisi sosial psikologis seseorang akan menyebabkan adanya (2) kebutuhan, yang menciptakan (3) harapan – harapan terhadap (4) media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa kepada (5) perbedaan pola penggunaan media (atau keterlibatan dalam aktivitas lainnya) yang akhirnya akan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) konsekuensi lainnya, termasuk yang tidak diharapkan sebelumnya (Sendjaja, 2002: 5.38).

Rosengren dkk,(2001) mengatakan perkembangan teori Uses and Gratification Media dibedakan dalam tiga fase, yaitu:

1. Fase pertama ditandai oleh Elihu Katz dan Blumler memberikan deskripsi tentang orientasi subgroup audiens untuk memilih dari ragam isi media. Dalam fase ini masih terdapat kelemahan metodologis dan konseptual dalam meneliti orientasi audiens.

2. Fase kedua, Elihu Katz dan Blumler menawarkan operasionalisasi variabel-variabel sosial dan psikologis yang diperkirakan memberi pengaruh terhadap perbedaan pola– pola konsumsi media. Fase ini juga menandai dimulainya perhatian pada tipologi penelitian gratifikasi media.

3. Fase ketiga, ditandai adanya usaha menggunakan data gratifikasi untuk menjelaskan cara lain dalam proses komunikasi, dimana harapan dan motif audiens mungkin berhubungan

(9)

Kristalisasi dari gagasan, anggapan, temuan penelitian tentang Uses and Gratification Media mengatakan, bahwa kebutuhan social dan psikologis menggerakkan harapan pada media massa atau sumber lain yang membimbing pada perbedaan pola-pola terpaan media dalam menghasilkan pemuasan kebutuhan dan konsekuensi lain yang sebagian besar mungkin tidak sengaja.

Elihu Katz, Jay G. Blumler; dan Michael Gurevitch (dalam Baran dan Davis, 2000:237) menguraikan lima elemen atau asumsi-asumsi dasar dari Uses and Gratification Media sebagai berikut:

1. Audiens adalah aktif, dan penggunaan media berorientasi pada tujuan.

2. Inisiatif yang menghubungkan antara kebutuhan kepuasan dan pilihan media spesifik terletak di tangan audiens

3. Media bersaing dengan sumber-sumber lain dalam upaya memuaskan kebutuhan audiens

4. Orang-orang mempunyai kesadaran-diri yang memadai berkenaan penggunaan media, kepentingan dan motivasinya yang menjadi bukti bagi peneliti tentang gambaran keakuratan penggunaan itu.

5. Nilai pertimbangan seputar keperluan audiens tentang media spesifik atau isi harus dibentuk.

Selanjutnya Baran dan Davis (2000:238) melakukan beberapa pengujian-pengujian terhadap asumsi-asumsi Uses and Gratification Media menghasilkan enam (6) kategori identifikasi dan temuan-temuannya, sebagai berikut:

1. Asal usul sosial dan psikologis gratifikasi media.

John W.C. Johnstone menganggap bahwa anggota audiens tidak anonimous dan sebagai individu yang terpisah, tetapi sebagai anggota kelompok sosial yang

(10)

media berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dan keperluan individu -individu, yang tumbuh didasarkan lokalitas dan relasi sosial individu-individu tersebut. Faktor-faktor psikologis juga berperan dalam memotivasi penggunaan media. Konsep-konsep psikologis seperti kepercayaan, nilai-nilai, dan persepsi mempunyai pengaruh dalam pencarian gratifikasi dan menjadi hubungan kausal dengan motivasi media.

2. Pendekatan nilai pengharapan.

Konsep pengharapan audiens yang perhatian (concern) pada karakteristik media dan potensi gratifikasi yang ingin diperoleh merupakan asumsi pokok Uses and

Gratification Media mengenai audiens aktif. Jika anggota audiens memilih di antara berbagai alternatif media dan non media sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka harus memiliki persepsi tentang alternatif yang memungkinkan untuk memperoleh kebutuhan tersebut. Kepercayaan terhadap suatu media tertentu menjadi faktor signifikan dalam hal pengharapan terhadap media itu.

3. Aktifitas audiens.

Levy dan Windahl menyusun tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi:

• Orientasi audiens; selektifitas; keterlibatan; kegunaan.

• Skedul aktifitas: sebelum; selama; sesudah terpaan ( ”audiens”)

Katz, Gurevitch, dan Haas dalam penelitian tentang penggunaan media, menemukan perbedaan anggota audiens berkenaan dengan basis gratifikasi yang dirasakan. Dipengaruhi beberapa faktor. Yaitu: struktur media dan teknologi; isi media; konsumsi media; aktifitas non media; dan persepsi terhadap gratifikasi yang diperoleh. Garramore secara eksperimental menggali pengaruh ”rangkaian motivasi pada proses komersialisasi politik melalui TV. Ia menemukan bahwa anggota

(11)

audience secara aktif memproses/mencerna isi media, dan pemrosesan ini dipengaruhi oleh motivasi.

4. Gratifikasi yang dicari dan yang diperoleh.

Pada awal sampai pertengahan 1970-an sejumlah ilmuwan media menekankan perlunya pemisahan antara motif konsumsi media atau pencarian gratifikasi (GS) dan pemerolehan gratifikasi (GO). Penelitian tentang hubungan antara GS dan GO, menghasilkan temuan sebagai berikut GS individual berkorelasi cukup kuat dengan GO terkait. Di lain pihak GS dapat dipisahkan secara empiris dengan GO, seperti pemisahan antara GS dengan GO secara konseptual, dengan alasan sebagai berikut:

• GS dan GO berpengaruh, tetapi yang satu bukan determinan bagi yang lain. • Dimensi-dimensi GS dan GO ditemukan berbeda dalam beberapa studi. • Tingkatan rata-rata GS seringkali berbeda dari tingkatan rata-rata GO.

• GS dan GO secara independen menyumbang perbedaan pengukuran konsumsi media dan efek.

Penelitian GS dan GO menemukan bahwa GS dan GO berhubungan dalam berbagai cara dengan variabel-variabel: terpaan; pemilihan program dependensi media; kepercayaan; evaluasi terhadap ciri-ciri atau sifat-sifat media.

5. Gratifikasi dan konsumsi media.

Penelitian mengenai hubungan antata gratifikasi (GS-GO) dengan konsumsi media terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu:

• Studi tipologis mengenai gratifikasi media.

• Studi yang menggali hubungan empiris antara gratifikasi di satu sisi dengan pengukuran terpaan media atau pemilihan isi media di sisi lain.

(12)

Studi-studi menunjukkan bahwa gratifikasi berhubungan dengan pemilihan program. Becker dan Fruit memberi bukti bahwa anggota audiens membandingkan GO dari media yang berbeda berhubungan dengan konsumsi media. Studi konsumsi media menunjukkan terdapat korelasi rendah sampai sedang antara pengukuran gratifikasi dan indeks konsumsi.

6. Gratifikasi dan efek yang diperoleh.

Windahl penggagas model uses and effects, menunjukkan bahwa bermacam-macam gratifikasi audiens berhubungan dengan spectrum luas efek media yang meliputi pengetahuan, dependensi, sikap, persepsi mengenai realitas social, agenda setting, diskusi, dan berbagai efek politik. Blumer mengkritisi studi uses and effects sebagai kekurangan perspektif. Dalam usaha untuk menstimulasi suatu pendekatan yang lebih teoritis, Blumer menawarkan tiga hipotesis sebagai berikut:

• Motivasi kognitif akan memfasilitasi penemuan informasi.

• Motivasi pelepasan dan pelarian akan menghadiahi penemuan audiens terhadap persepsi mengenai situasi sosial.

• Motivasi identitas personal akan mendorong penguatan efek.

2.3 Gaya Hidup

Menurut James P. Chaplin (2005:186) gaya hidup adalah cara seorang individu menanggapi lingkungan jenis kebutuhan atau inspirasinya yang individual dan karakteristik sifatnya. Konsep tersebut mencakup keseluruhan motivasi dan pola tingkah laku individu sepanjang hidupnya atau satu aspek individu dari gaya hidup. Misalnya adalah cara mengatasi perasaan inferiornya. Gaya hidup dapat juga diartikan sebagai pengekspresian diri dalam bentuk tampilan. Tampilan yang dimaksud biasa dieksprsikan dari sikap dan tingkah laku yang kadang menjadi kebiasaan dan merupakan ciri khas seseorang.

(13)

Untuk melihat bagaimana gaya seeorang ataupun sekelompok orang dapat diamati dari tempat tinggal maupun bentuk interaksi yang dilakukan setiap wargannya, baik dalam suatu perkampungan maupun lingkungan dimana si individu melakukan sutu interaksi. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan oleh satu individu dengan individu lain yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan sikap dan perilaku individu tersebut. Dengan demikian sikap dan perilaku itu dapat membentuk suatu pola hidup yang khas dalam komunitas. Kehidupan yang demikian pada gilirannya akan memunculkan suatu bentuk gaya hidup.

Melalui konsep gaya hidup, Adler (Hall, Calvin S:1995) menjelaskan keunikan manusia. Setiap manusia memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya itu dengan minat sosial. Akan tetapi, setiap manusia melakukannya dengan cara yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara unik dari setiap orang dalam mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan dalam lingkungan hidup tertentu, di tempat orang tersebut berada. Gaya hidup berdasarkan atas makna yang seseorang berikan mengenai kehidupannya atau interpretasi unik seseorang mengenai inferioritasnya, setiap orang akan mengatur kehidupannya masing-masing unuk mencapai tujuan akhirnya dan mereka berjuang untuk mendapatkan tujuan akhirnya tersebut. Gaya hidup terbentuk pada usia 4-5 tahun dan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intrinsik (hereditas) dan lingkungan objektif, melainkan dibentuk oleh persepsi dan interpretasinya mengenai kedua hal tersebut. Seorang anak tidak memandang suatu situasi sebagaimana adanya, melainkan dipengaruhi oleh prasangka dan minatnya dirinya.

2.4 Terpaan Media (Media Exposure)

Terpaan media diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang diterpa oleh isi media atau bagaimana isi media menerpa audiens. Terpaan media adalah perilaku seseorang atau audiens dalam menggunakan media massa. Perilaku ini menurut Blumler dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

1. Surveillance, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui lingkungannya. 2. Curiosity, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui peristiwa-peristiwa

(14)

3. Diversion, yaitu kebutuhan individu untuk lari dari perasaan tertekan, tidak aman, atau untuk melepaskan ketegangan jiwa.

4. Personal identity, yaitu kebutuhan individu untuk mengenal dirinya dan mengetahui posisi keberadaannya di masyarakat.

Media exposure menurut Jalaluddin Rakhmat (1989) diartikan sebagai terpaan media, sedangkan Masri Singarimbun (1982) mengartikannya dengan sentuhan media. Menurut Rakhmat, media exposure dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca majalah atau surat kabar, maupun mendengarkan radio. Selain itu, media exposure berusaha mencari data audiens tentang penggunaan media, baik jenis media, frekuensi penggunaan, maupun durasi penggunaan atau longevity. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakmat, 2004:66). Pakar lainnya, Shore (1985) memberikan definisi sebagai berikut:

Media exposure is more complicated than access because is ideal not only with what her a person is within pysical (range of the particular mass medium) but also whether person is actually exposed to the message. Exposure is hearing, seeing, reading, or most generally, experiencing with at least a minimal amount of interest the mass media message. The

exposure might occure to an individual or group level.

Artinya terpaan media adalah lebih lengkap daripada akses. Terpaan tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa akan tetapi apakah seseorang tersebut benar-benar terbuka dengan pesan-pesan media tersebut. Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat, dan membaca pesan-pesan media massa ataupun pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok.

Menurut Kenneth E. Andersen (1972), perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Sifat menonjol yang menjadi bahan perhatian oleh stimuli, yaitu:

(15)

1. Gerakan. Seperti organisme yang lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. Kita senang melihat huruf-huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan.

2. Intensitas stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. Warna merah pada latar belakang putih, tubuh jangkung di tengah-tengah orang pendek, sukar lolos dari perhatian kita.

3. Kebaruan (novelty). Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat.

4. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur familiarity (yang mudah dikenal) berpadu dengan unsur novelty (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti: mempengaruhi bawah sadar kita (Rakhmat, 2007: 52-53).

Frank Biocca dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) menyatakan bahwa karakteristik terpaan media dapat diukur melalui dimensi-dimensi seperti:

1. Selectivity (kemampuan memilih) yaitu kemampuan audiens dalam menetapkan pilihan terhadap media dan isi yang akan dieksposnya.

2. Intentionally (kesengajaan) yaitu tingkat kesengajaan audiens dalam menggunakan media atau kemampuan dalam mengungkapkan tujuantujuan penggunaan media.

3. Utilitarianism (pemanfaatan) yaitu kemampuan audiens untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan media.

4. Involvement (keterlibatan) yaitu keikutsertaan pikiran dan perasaan audies dalam menggunakan media dan pesan media yang diukur melalui

(16)

5. Previous to influence yaitu kemampuan untuk melawan arus pengaruh media.

2.5 Teori Kultivasi

Menurut teori ini, media khususnya televisi merupakan sarana utama untuk mempelajari tentang masyarakat dan kulturnya. Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan.

George Gerbner (McQuail, 1987) menyatakan bahwa sebuah tayangan yang ditampilkan di televisi dapat mempengaruhi khalayak yang menontonnya. Pengaruh yang disebabkan oleh televisi ini ternyata bukan hanya pada tahap kognitif atau afektif, tetapi juga sampai pada efek konatif (behavioral). Maksudnya bukan hanya telah mempengaruhi aspek psikologis penonton bahkan dapat membuat penonton untuk cenderung meniru adegan yang ditayangkan di TV.

Secara sistematis, tahapan-tahapan untuk sampai ke tahap behavioral (perilaku) dapat digambarkan sebagai berikut:

TV Viewing Incident Information Holding Social Reality Behavior

Constructing Learning: 1. attention 2. capacity 3. focusing strategy 4. involvement

(17)

Ketika sebuah tayangan ditayangkan di televisi (TV Viewing), terjadi proses belajar (Learning) di dalam benak khalayak yang menontonnya. Proses Learning yang diajukan Gerbner ini hampir sama dengan teori Social Learning yang dikemukakan oleh Albert Bandura (McQuail, 1987). Kita belajar bukan hanya dari pengalaman langsung, tetapi juga dari peniruan atau peneladanan (modelling).

2.2 Kerangka Konsep

Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan pada perumusan hipotesa (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran secara tepat tentang fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:57)

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Dinamakan variabel bebas dikarenakan bebas mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terpaan tayangan K-Pop dan Drama Korea

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Disebut sebagai variabel terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gaya hidup

(18)

3. Variabel Antara (Z)

Variabel antara berada diantara bebas dan terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dan terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

Skema 1.1 Variabel Penelitian

2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah disusun, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian sebagai berikut :

Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden Variabel Bebas (X)

Terpaan Tayangan K-Pop dan Drama Korea

Variabel Terikat (Y) Gaya Hidup Mahasiswi

(19)

Tabel 1.1 Variabel Penelitian Variabel Teoritis Variabel

Operasional

Deskriptor Pertanyaan Teknik Skor

Terpaan Tayangan Korean Wave (Variabel X)

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian terpaan adalah suatu hal yang mengenai sesuatu yang sasarannya berupa khalayak ramai. Frekuensi Terpaan. Intensitas Terpaan Kekerapan Menonton Kesinambungan Siaran - Apakah anda sering menonton acara Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea?

- Menurut anda, Bagaimana Tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea saat ini?

- Apakah tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea dapat diakses di tempat anda?

- Apakah durasi tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea yang anda tonton ini sudah sesuai?

- Dalam sehari, berapa lama

(20)

Ketertarikan akan konten

Minat dan perhatian pada tayangan

(menit) yang anda habiskan untuk menonton tayangan Korean Wave seperti K-Pop dan Drama Korea? - Seringkah anda mencari informasi tentang tayangan Korean Wave seperti info-info tentang K-Pop dan Drama Korea?

- Apakah anda setuju informasi yang anda akses tentang tayangan Korean Wave dapat menambah

wawasan atau rasa keingintahuan anda?

- Bagaimana tingkat atensi anda dalam menonton tayangan Korean Wave? - Apakah anda menyukai cara berpakaian para artis atau musisi yang ada di tayangan Korean

(21)

Gaya Hidup ; atau Life style,

(Variabel Y)

Pola hidup seseorang di dunia yang

diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2002:192) Penampilan Penampilan dalam memilih pakaian dan busana Wave? - Apakah anda sering meniru cara berpakaian para artis atau musisi di tayangan Korean Wave?

- Bagaimana gaya berpakaian yang ditampilkan para artis atau musisi di tayangan Korean Wave?

(22)
(23)

Gaya rambut yang

ditampilkan para artis atau musisi Korean Wave Aksesoris atau benda-benda yang dikenakan untuk mendukung atau menjadi pengganti - Apakah anda menyukai gaya potongan rambut para artis atau musisi Korean Wave?

- Apakah anda sering meniru gaya atau potongan rambut para artis atau musisi Korean Wave?

- Bagaimana gaya potongan rambut yang ditampilkan para artis atau musisi Korean Wave?

- Apakah anda menyukai aksesoris yang digunakan artis atau musisi Korean Wave?

- Seberapa seringkah anda mengenakan aksesoris yang sama seperti artis atau musisi Korean

(24)

Ekspresi Diri pakaian. Kemampuan seseorang untuk menyatakan perasaan ke orang lain Wave? - Jika ada mengenakan, Aksesoris seperti apa yang anda kenakan ?

- Bagaimana ekspresi diri yang ditampilkan artis atau musisi Korean Wave?

- Apakah anda menyukai ekpresi diri artis atau musisi Korean Wave?

- Cocok kah ekspresi diri yang ditampilkan artis atau musisi Korean Wave untuk kita tiru?

(25)

Perilaku Respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perkataan yang - Bagaimana anda melihat perilaku yang ditonjolkan artis atau musisi Korean Wave?

- Apakah tayangan Korean Wave mempengaruhi perilaku anda?

- Apakah wajar kita meniru perilaku yang ada di tayangan Korean Wave? - Bagaimana tutur bahasa yang diucapkan oleh artis Korean Wave?

- Apakah anda menyukai tutur bahasa yang diucapkan para artis atau musisi Korean Wave?

- Setelah menonton tayangan Korean Wave, apakah anda meniru tutur bahasa yang diucapkan

(26)

Tutur Bahasa

diucapkan kepada orang lain

artis atau musisi Korean Wave?

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008:46)

Definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (X) yang terdiri dari :

a. Frekuensi Terpaan : Tingkat keseringan mahasiswi FISIP USU dalam mengakses dan menonton tayangan K-Pop dan Drama Korea

(27)

b. Intensitas Terpaan : Tingkat durasi, atensi atau kedalaman dalam mencari informasi tentang K-Pop dan Drama Korea di internet, majalah atau televisi c. Ketertarikan Konten : Seberapa minat mahasiswi FISIP mencari segala

sesuatu mengenai K-Pop dan Drama Korea

2. Variabel Terikat (Y)

a. Penampilan berpakaian, yakni cara berpakaian dan mengenakan aksesoris mahasiswi FISIP USU

b. Ekspresi Diri, merupakan cara mengekspresikan jiwa, sikap mahasiswi FISIP USU

c. Perilaku merupakan tingkah laku dan reaksi mahasiswi FISIP USU d. Tutur bahasa merupakan lisan atau perkataan yang diucapkan. 2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah pendapat atau pernyataan yang masih belum tentu kebenarannya, masih harus diuji terlebih dahulu dan karenanya bersifat sementara atau dugaan awal (Kriyantono, 2006:28)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : tayangan Korean Wave tidak mempengaruhi gaya hidup mahasiswi FISIP USU Ha : tayangan Korean Wave mempengaruhi gaya hidup mahasiswi FISIP USU

Gambar

Tabel 1.1  Variabel Penelitian  Variabel Teoritis  Variabel

Referensi

Dokumen terkait

Untuk meningkatkan aktifitas kelompok tani Saluyu dan usahanya, program yang telah gulirkan oleh pemerintah (SL-FTT) dapat aplikasi dengan baik. Stakeholder yang perlu

Saya akan terus membeli isi ulang kartu simPATI dari Telkomsel walaupun saya tahu bahwa provider kartu sellular lain menawarkan harga yang lebih rendah.. Saya akan terus

Melalui rentangan waktu dalam jejak perjalanan hingga lahirnya karya tulis ini, penulis dengan sikap yang jujur juga telah berhasil mengangkat persoalan yang sangat urgen dan

Mencermati bentuk masing-masing produk pemikiran hukum Islam di atas, dapat disimpulkan bahwa tantangan utama yang dihadapi dalam penerapannya adalah tidak

Tujuan dan Manfaat Tujuan akhir ultimate goal dari penyelenggaraan sub unsur pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, yang merupakan salah satu sub unsur dari

Pada dasarnya analisis dimensi ialah suatu metode untuk mengurangi jumlah kerumitan 0ariabel eksperimental yang mempengaruhi gejala fisika tertentu, dengan menggunakan

rolfsii secara in vitro dengan menggunakan sel secara langsung, dan merupakan calon agen pengendali hayati terhadap penyakit tanaman yang disebabkan oleh

(7) Jika permohonan diajukan oleh warga negara asing anak eks WNI dan warga negara asing yang orang tua kandungnya WNI, penyampaian permohonan sebagaimana dimaksud