• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan masyarakatnya menganggap bahwa satu-satunya yang dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan masyarakatnya menganggap bahwa satu-satunya yang dapat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat antara lain sifat syirik, dengki, kufur, gibah, riya, takabur. Salah satu contoh yang terjadi dikalangan masyarakat desa Kalirandu yakni kecenderungan masyarakatnya menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai-nilai material sehingga masyarakat sibuk mengejar duniawi seperti gaya hidup yang berlebihan dan mengesampingkan nilai-nilai spiritual.

Dalam hal ini peneliti telah melakukan observasi langsung di Majlis Dzikir Sregep Az-zakiyah, untuk memperoleh informasi yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Dari observasi tersebut informasi yang diperoleh peneliti bahwa sebagian masyarakat desa Kalirandu Petarukan Pemalang cenderung menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai-nilai material sehingga masyarakat sibuk mengejar duniawi seperti gaya hidup yang berlebihan dan mengesampingkan nilai-nilai spiritual.1

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut agar dapat mewujudkan akhlak yang terpuji salah satunya yaitu dengan Tarekat Syadziliyah. Tarekat sendiri merupakan cara dan jalan yang harus

1 observasi, 10 Oktober 2015.

(2)

ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Tuhan untuk dapat mewujudkan perilaku akhlak yang terpuji.

Tarekat Syadziliyah didirkan oleh Abu Hasan al-Syadzili dan terkenal dengan variasi hizb nya (dzikir dan do‟a). Adapun hizb-hizbnya antara lain adalah: hizb asyîfa’, hizb kâfi atau audad, hizb bahr, hizb

al-baladiyah atau al birhatiyah, hizb al-barr, hizb al-nashr, hizb al-mubarak, hizb al-salamah, hizb al-nur, hizb al-hujb.2 Disamping adanya dzikir tertentu sebagai amalan rutinnya, banyak sekali amaliyah tambahan seperti wirid dan

ratib, yang diijazahkan pada murid-muridnya untuk diamalkan. Salah satu

ajaran yang selalu ditekankan dalam tarekat Syadziliyah adalah menjadi orang-orang yang rahmatan lil alamin, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW baik dari segi akhlak, ibadah, amaliyah dzikir, dan sebagainya. Orang yang menjadi rahmatan alamin tentulah memiliki karakter/kepribadian muslim.3

Kegiatan tarekat Syadziliyah, bermula dari beliau Ustadz Ahmad Nadhif selaku ketua dan Mursyid yang berguru pada Al-Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahya, Ro‟is „Am tarikat Mu‟tabarah di Indonesia, kemudian beliau mendapatkan izin dari Al-Habib Lutfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahnya untuk mendirikan sebuah Majlis yang diberi nama “Majlis Dzikir Sregep Az-zakiyah”. Dan dalam kurun waktu yang singkat Majlis Dzikir Sregep Az-zakiyah yang merupakan wadah dari pada jama‟ah tarekat Syadziliyah dapat berjalan dan diterima di lingkungan masyarakat Kalirandu

2 Sri Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm, 81. 3 A Aziz Masyhuri, Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf, (Surabaya: Imtiyaz, 2011), hlm. 257.

(3)

dan pada tahun 2014 Jama‟ah tarekat Syadziliyah sudah meluas ke desa-desa lain seperti Temuireng, Petanjungan, Iser dan Petarukan.

Pada awal tahun 2014 jama‟ah juga banyak yang mengikuti baiat masuk pada jajaran tarekat Syadziliyah dan dalam perkembangannya Majlis Dzikir Sregep Az-zakiyah disamping acara rutin Dzikir Syadziliyah juga dibacakan manaqib atau biografi dari pendiri tarekat Syadziliyah yaitu Syeh Abu Hasan al-Syadzili yang juga mendapat restu dari beliau Al-Habib Lutfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Yahnya. Disamping itu Majlis Dzikir Sregep Az-zakiyah diadakan rutinan pembacaan surat Al-waqiah, Ratibul qubro dan juga kajian kitab-kitab yang lain yang diikuti oleh jama‟ah sekitar yang akhirnya secara otomatis menjadi pencerah bagi warga sekitar dan juga jama‟ah Mushalla. Peranan penting yang lain yaitu menjadi pemersatu bagi lapisan masyarakat karena Majlis Zikir Sregep Az-zakiyah menjadi sarana untuk pertemuan dari berbagai kalangan muda sampai pemerintahan desa.4

Dengan adanya Majlis Dzikir Sregep Az-zakiyah tarekat yang didirikan di Desa Kalirandu, menurut pengamatan penulis, sudah cukup banyak masyarakat yang telah mengikutinya, sehingga peranan tarekat sudah mewujudkan akhlak terpuji dalam masyarakat Kalirandu ini ditandai dengan adanya hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam. Mereka yang telah mengikuti tarekat sudah mampu mengendalikan hawa nafsu duniawi dan sudah mampu melaksanakan kewajiban seorang muslim yang sesungguhnya.

4 Ahmad Nadhif, Mursyid Tarekat Syadziliyah di Desa Kalirandu, Wawancara Pribadi, Kalirandu, 7 Februari 2015.

(4)

Atas dasar alasan di atas penulis ingin mengetahui lebih dalam tentang bagaimana peranan tarekat dalam mewujudkan akhlak yang terpuji, khususnya dalam tarekat syadziliyah di Desa Kalirandu. Sehingga, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERANAN TAREKAT SYADZILIYAH DALAM MEWUJUDKAN AKHLAK TERPUJI DI MAJLIS DZIKIR SREGEP AZ-ZAKIYAH DESA KALIRANDU PETARUKAN PEMALANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas sebagaimana telah dipaparkan, maka masalah peneliti penulis rumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana akhlak masyarakat Kalirandu?

2. Bagaimana ajaran dan amalan tarekat Syadziliyah di Desa Kalirandu? 3. Bagaimana peranan tarekat Syadziliyah dalam mewujudkan Akhlak

terpuji bagi Masyarakat Desa Kalirandu?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok masalah di atas, maka dalam melakukan penelitian ini penyusun mempunyai tujuan serta manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui akhlak masyarakat Kalirandu.

2. Untuk mengetahui ajaran dan amalan Tarekat Syadziliyah di Desa Kalirandu.

3. Untuk mengetahui peranan tarekat Syadziliyah dalam mewujudkan akhlak terpuji bagi Masyarakat Desa Kalirandu Petarukan.

(5)

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan di tanah air khususnya di bidang ilmu tasawuf.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran khususnya untuk memberikan solusi aplikatif bagi peningkatan akhlak di masyarakat.

E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis

Ibnu Miskawaih mendefinisikan Akhlak sebagai suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melakukan proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari).5

Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak merupakan bentuk jamak dari

khuluq sikap, tindakan, tindak-tanduk, yang berarti keadaan jiwa yang

mengajak atau mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa difikirkan dan diperhitungkan sebelumnya. Dengan kata lain akhlak adalah keadaaan jiwa yang mendorong timbulnya perbuatan-perbuatan secara spontan. Sikap jiwa atau keadaan jiwa seperti ini terbagi menjadi dua pertama, yang berasal dari watak (bawaan) atau fitrah sejak kecil dan kedua yang berasal dari kebiasaan latihan. Dengan demikian, manusia dapat berusaha mengubah watak kejiwaan pembawaan fitrahnya yang tidak baik menjadi baik.

5 M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 4.

(6)

Dengan demikian yang dapat mendorong perbuatan manusia secara spontan selain sebagai fitrah (naluria) manusia sejak kecil, juga dapat dilakukan melalui kebiasaan latihan dan proses pendidikan sehingga perbuatan-perbuatan itu menjadi baik. Dari defenisi di atas jelaslah bahwa Ibn Miskawaih menolak pendapat sebagian pemikir Yunani yang mengatakan bahwa akhlak atau moralitas manusia berasal dari watak dan tidak mungkin dapat berubah. Ia menegaskannya bahwa kemungkinan perubahan akhlak dan moralitas itu selalu terbuka lebar terutama bila dilakukan melalui pendidikan (tarbiyyah).6

Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Iman Al-Ghazali menjelaskan Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.7

Tarekat menurut Mustafa Zahri adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan suatu ibadah sasuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya.8

Harun Nasution mengatakan bahwa tarekat adalah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan Tuhan.9

Berdasarkan kerangka teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa langkah menuju jalan spiritual yang harus ditempuh seseorang untuk mendekatkan diri pada Allah adalah dengan mengamalkan tarekat.

6 Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 61. 7

Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumudin, (Semarang: Cv Asy Syifa‟, 2003), hlm. 522.

8Abuddun Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 233.

(7)

Kemudian ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu erat hubungannya dengan akhlak. Maka seseorang yang ingin bertasawuf atau pun bertarekat sebaiknya terlebih dahulu memperbaiki akhlak dan menyucikan hati, jika seseorang tersebut selalu mendekatkan diri pada Allah maka akan terbentuklah suatu akhlak yang mulia.

Setelah melakukan penelusuran terhadap hasil-hasil penelitian khususnya skripsi, penulis menemukan beberapa skripsi yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Penelitian Terdahulu

Pertama, Skripsi yang disusun oleh Syahrul Munir, mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2003 yang berjudul “Aktivitas Dzikir dan Kendali Emosi ( Studi pada Santri Mirqot Ilmiyah Al-Itqon Cengkareng Jakarta Barat)”. Skripsi ini membahas tentang dzikir yang memiliki peranan penting dalam mewujudkan pengendalian emosi seseorang. Dalam penelitian ini dideskripsikan bahwa dzikir juga dipandang sangat efektif dan berguna dalam menangani penyakit-penyakit psikis (gangguan kejiwaan). Dalam pengendalian emosi, dzikir dapat berfungsi sebagai upaya preventif karena dzikir merupakan perwujudan dari iman, dimana iman merupakan tali kendali untuk tidak menuruti keinginan hawa nafsu.10

10 Syahrul Munir,” Aktivitas Dzikir dan Kendali Emosi ( Studi pada Santri Mirqot Ilmiyah

Al-Itqon Cengkareng Jakarta Barat), Skripsi, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas

(8)

Kedua, Skripsi yang ditulis oleh Lisa Deni Ristianingrum mahasiswi Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul ”Kontribusi dzikir Thariqah Syadziliyah dalam Pembentukan Kepribadian

(

Studi terhadap Pengikut Dzikir Thariqah Syadziliyah di Pondok Pesantren Miftahul Huda) pada tahun 2012. Dalam penelitian tersebut ia menyimpulkan bahwa, pengamalan dan pendidikan dzikir Thariqah Syadziliyah dapat meningkatkan keimanan, ibadah/amal sholeh, kualitas jasmani, rohani dan membentuk insan yang berakhlaqul karimah.11

Ketiga, dalam skripsinya Muhammad Juni Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Sejarah Perkembangan dan Peranan Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi” pada tahun 2008. Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah bahwa perkembangan tarekat Syadziliyah di kabupaten Bekasi sangat pesat. Karena tarekat diajarkan dengan konsep yang mudah dipahami, sesuai zaman sekarang yang serba modern dan sesuai kebutuhan murid-murid saat ini. Dengan bertarekat tidak berarti meninggalkan dunia, bahkan dengan bertarekat bisa menyatu dengan kehidupan serta kebutuhan sehari-hari, sehingga disamping kebutuhan dunia juga kebutuhan akhirat.12

Keempat, skripsi yang dibuat oleh Dinasti Umayah fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2011 yang berjudul “Pengaruh Intensitas Tarekat Qadiriyah Terhadap Akhlak Sesama pada

11 Lisa Deni Ristianingrum,“Kontribusi dzikir Thariqah Syadziliyah dalam pembentukan

kepribadian (Studi Terhadap Pengikut Dzikir Thariqah Syadziliyah di Pondok Pesantren Miftahul Huda), skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.

12Muhammad Juni, “Sejarah Perkembangan dan Peranan Tarekat Syadziliyah di

(9)

Masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali”. Kesimpulan dari skripsi tersebut adalah bahwa tarekat Qadiriyah membawa pengaruh positif antara intensitas mengikuti tarekat Qadiriyah dengan Akhlak terhadap sesama pada masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.13

Dalam penelitian pertama, kedua, ketiga dan keempat, disimpulkan bahwa dengan berdzikir dapat mengendalikan hawa nafsu duniawi serta dapat memperbaiki perilaku. Dari beberapa skripsi diatas, belum ditemukan penelitian yang secara khusus terfokus pada peranan tarekat dalam meningkatkan akhlak. Penelitian-penelitian diatas mengkaji amalan dzikir saja, sedangkan fokus penelitian ini adalah pada peranan tarekat dalam meningkatkan akhlak. Sehingga penelitian ini bersifat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya.

3. Kerangka Berfikir

Dalam ilmu tarekat, al-qur‟an dan hadis adalah bagian yang mementingkan akhlak karena al-qur‟an dan hadis menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadailan, tolong-menolong, sabar, baik, keramahan dan lain sebagainya. Sebagaimana diketahui dalam tarekat masalah ibadah sangat menonjol karena bertarekat itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji, dzikir, dan sebagainya, yang itu semua dilakukan dalam rangka mendekatkan

13 Bani Umayah, “Pengaruh Intensitas Tarekat Qadiriyah Terhadap Akhlak Sesama pada

Masyarakat Dusun Wates Desa Seboto Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali”, Skripsi, Jurusan

(10)

diri kepada Allah. Ibadah yang dilakukan dalam rangka bertarekat itu erat hubungannya dengan Akhlak.14

Tarekat adalah bagian dari ajaran tasawuf. Sedangkan tasawuf adalah suatu bidang kegiatan yang berhubungan dengan pembinaan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan, dan tarekat merupakan cara dan jalan yang harus ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Tuhan. Oleh sebab itu, seseorang yang ingin menekuni dunia tasawuf terlebih dahulu harus memperbaiki akhlak karena memperbaiki akhlak merupakan langkah pertama dari perjalanan tasawuf, sedangkan permulaan praktek tasawuf menandakan akhir dari perjalanan akhlak. Dengan kata lain, sebelum seseorang melakukan latihan kerohanian secara rutin dalam kegiatan tasawuf, ia terlebih dahuluharus menyempurnakan akhlaknya, antara lain mematangkan dan menyempurnakan praktek mujahadah yaitu upaya menekan dan mematikan kecenderungan nafsunya, sehingga selalu terarah kepada kecenderung berbuat baik.15

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian lapangan (field research), merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam masyarakat.16

14

Abuddun Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 233.

15Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), hlm 8-9. 16 Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 28.

(11)

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan tasawuf, maksudnya adalah tasawuf sebagai ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada di hadirat Allah SWT. Karena sebagai ilmu keagamaan tasawuf lebih bersifat adikodrati sehingga hanya mungkin didekati dengan pendekatan spiritual.17 Pendekatan ini mencoba meneliti dan mempelajari tentang

Maqamat dan Ahwal sebagai gambaran dari kualitas kejiwaan dan

spiritual seseorang sehingga mampu meningkatkan akhlak seseorang. Melalui pendekatan tasawuf ini akan dapat diketahui peran tarekat bagi peningkatan akhlak mereka dalam kesehariannya yang mencerminkan kepribadian muslim.18

2. Sumber Data

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, dan foto.19 Dalam penelitian ini sumber data primernya adalah pengikut (jama‟ah) dan mursyid tarekat Syadziliyah di Desa Kalirandu.

17 Hasyim Muhammad, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 1.

18

Hasyim Muhammad, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 25-26.

19 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 157.

(12)

b. Sumber data sekunder

Dalam penelitian ini, sumber data sekundernya yaitu buku-buku, literatur-literatur, jurnal dan dokumen-dokumen lain yang relevan tentang Peran tarekat Syadziliyah dalam meningkatkan akhlak.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara

Wawancara merupakan percakapan antara peneliti dengan subyek penelitian dengan mengajukan beberapa pertanyaan20. Wawancara akan dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi tentang amalan tarekat dalam meningkatkan akhlak. Wawancara ini dilakukan dengan pengikut (jama‟ah) dan mursyid tarekat Syadziliyah di desa Kalirandu. b. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.21 Jenis observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif, yaitu penelitian terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dijalankan oleh pengikut tarekat. Dalam hal ini, penulis juga ikut melakukan dzikir tarekat sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. Metode observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum tarekat Syadziliyah dan pengikut tarekat Syadziliyah di desa Kalirandu.

20 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 108.

21 Nana Sudjana Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru), hlm. 84.

(13)

c. Metode Dokomentasi

Metode dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.22 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang kegiatan di Majlis Dzikir Sregaep Az-zaqiyah. 4. Analisi Data

Setelah data terkumpul, maka data dianalisis untuk mendapatkan kongklusi. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif analisis. model penelitian yang berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang ada.23 Dalam hal ini, peneliti mendeskripsikan secara sistematis tentang peranan tarekat dalam meningkatkan akhlak di Desa Kalirandu.

Penulis menggunakan analisis deskriptif yang dikembangkan oleh Milles dan Hubberman dengan tiga langkah berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan pemilihan, penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan sehingga menjadi lebih fokus sesuai dengan obyek penelitian. Reduksi data berlangsung selama proses penelitian sampai tersusunnya laporan akhir penelitian.

22

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), 240.

23 Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm, 26.

(14)

b. Penyajian Data

Dengan penyajian data dari sekumpulan informasi akan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam skripsi ini merupakan penggambaran seluruh informasi tentang Peranan Tarekat dalam Meningkatkan Akhlak di Desa Kalirandu.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan konfigurasi yang utuh. Setelah analisis dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis. Dari hasil pengolahan dan penganalisisan data ini kemudian diberikan interpretasi yang akhirnya digunakan oleh penulis sebagai dasar untuk menarik kesimpulan.24

G. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini ditulis dalam lima bab, dan masing-masing bab dibahas kedalam beberapa sub bab, secara sistematis sebagai berikut :

Bab I Membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Membahas tentang akhlak dan tarekat pengertian akhlak, dasar-dasar akhlak, pokok persoalan akhlak, tujuan akhlak, pembagian akhlak, karakteristik akhlak dalam ajaran islam, pengertian tarekat, tujuan tarekat,

24

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuanttatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 244.

(15)

tarekat syadziliyah, lima prinsip tarekat syadziliyah, silsilah tarekat syadziliyah, amalan tarekat syadziliyah, dan ajaran tarekat syadziliyah.

Bab III Berisi tentang deskripsi umum desa kalirandu dan tarekat syadziliyah di desa kalirandu, ajaran dan amalan tarekat syadziliyah di desa kalirandu, Peranan Tarekat dalam Mewujudkan akhlak terpuji.

Bab IV Membahas tentang Peranan Tarekat Syadziliyah di Desa Kalirandu. Di dalamnya berisi analisa data yang diperoleh dari lapangan tentang pengikut Tarekat Syadziliyah dalam menjalankan amalan-amalan tarekat sehingga diketahui peran tarekat bagi akhlak mereka.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan buku Prinsip-Prinsip Pemasaran, Kotler dan Armstrong (2008:137) menjelaskan bahwa pemasar dapat memilih dari dua strategi bauran promosi dasar yaitu promosi

Menurut Kasmir (2011:176), perputaran piutang atau receivable turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau

Salah satu strategi pengembangan obat antikanker payudara adalah penemuan senyawa baru dari bahan alam dengan target aksinya pada gen-gen yang mengatur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pinjaman dana bergulir dari Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang dapat membantu meningkatkan produk, omzet penjualan,

Dalam penelitian Glently Kaunang yang berjudul Tingkat suku bunga pinjaman dan pemberian kredit terhadap permintaan kredit mikro di Indonesia (2013:1-2) dalam

1) Oleh: Sumia Anggita Sari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Tahun 2017 yang berjudul Pemberdayaan Perempuan Melalui

Penomoran halaman berkala ilmiah dilakukan secara berkesinambungan dari 1-n dalam suatu jilid yang belum ditutup dengan indeks isi, dan bukan mulai lagi dari halaman 1 untuk

12 Persamaan yang terkait dengan penelitian tersebut adalah menggunakan teori al-dakhil, adapun yang membedakannya adalah kitab tafsir yang digunakan, yaitu