• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jokowi, Antara Hantu Komunisme dan Vonis Si 'Nemo' Ahok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jokowi, Antara Hantu Komunisme dan Vonis Si 'Nemo' Ahok"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Jokowi, Antara Hantu Komunisme dan Vonis Si 'Nemo' Ahok

Anugerah Perkasa , CNN Indonesia

Rabu, 10/05/2017 10:25 WIB

Di balik aksi anti-Ahok, tersirat keinginan menumpas komunisme, yang mendapatkan ruang oleh pemerintahan Jokowi. Ahok jadi semacam kuda troya di dalamnya. (Biro Pers Setpres) Jakarta, CNN Indonesia --

Allan Nairn mungkin mengerti benar apa yang bakal terjadi di Jakarta saat laporan terakhirnya soal Indonesia diluncurkan pada 19 April lalu.

Laporan yang disiapkannya selama setahun itu mengungkapkan soal dugaan kudeta terhadap Presiden Joko Widodo—melalui dalih gelombang protes anti-Ahok.

Judulnya agak seram: Trump’s Indonesian Allies In Bed with ISIS-Backed Militia

Seeking to Oust Elected President. Laporan tersebut diluncurkan oleh The Intercept pada 19 April 2017, hari saat warga DKI Jakarta mencoblos dalam Pilkada

DKI Jakarta.

Laporan tersebut juga diterjemahkan oleh situs berita Tirto.id pada hari yang sama, yang akhirnya menimbulkan reaksi pula. Mulai dari bantahan TNI hingga rencana gugatan hukum.

Lihat juga:

AJI Kecam Langkah Hary Tanoe Laporkan Tirto.id ke Polisi

Nairn adalah wartawan investigatif asal Amerika Serikat (AS) kelahiran 1956. Dia dikenal dengan pelbagai laporan yang memuat tentang kejahatan terhadap HAM di pelbagai negara macam Indonesia dan Guetamala, di mana pemerintah AS diduga terlibat di dalamnya.

(2)

2 Pada 2014, dia juga menulis laporan tentang Prabowo Subianto yang dinilai sangat dekat dengan kalangan militer AS. Laporan itu muncul pada Juni 2014, sebulan sebelum Pilpres. “Gerakan anti Ahok hanya sebagai dalih,” kata Nairn saat diwawancarai CNNIndonesia.com, Jumat (21/4) lalu. “Tujuan akhirnya adalah Jokowi.”

Laporan itu menyebutkan gerakan anti Ahok dipakai oleh kalangan militer untuk menumpas musuh mereka: komunisme—yang diberikan ruang oleh pemerintahan Jokowi—Jusuf Kalla.

Nairn menyampaikan bahwa Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pun diduga setuju dengan gerakan itu.

Nairn menyatakan hal itu bermula ketika Jokowi memberikan ruang kepada keluarga korban Tragedi 1965, dalam bentuk simposium pada April 2016 lalu. Dalam acara itu, keluarga korban memberikan kesaksian dan menuntut pemerintah meminta maaf.

Lihat juga:

Dituduh Setuju Makar, Jenderal Gatot 'Setia' Kawal Jokowi Masalahnya, Jokowi tak mau melakukan hal itu.

“Saya tidak ada rencana dan pikiran sama sekali untuk meminta maaf kepada PKI. Tidak ada,” kata Jokowi di hadapan keluarga besar TNI pada acara buka puasa bersama di pelataran Markas Besar TNI Cilangkap, pada Juni 2016.

Presiden Jokowi menegaskan dirinya tak akan meminta maaf kepada keluarga korban Tragedi 1965.(Foto: Dok. Setpres)

Ahok, nama sapaan Basuki Tjahaja Purnama, dalam laporan Nairn mungkin menjadi semacam kuda troya.

(3)

3 Walaupun di sisi lain, Ahok sendiri menghadapi gelombang protes yang riil sejak November 2016. Dia dianggap menodai agama Islam dan ulama setelah mengutip Surat Al Maidah di Kepulauan Seribu saat berdialog dengan masyarakat di sana pada September 2016.

Ini cerita tentang bagaimana surat itu dikutip untuk kepentingan politik macam pemilihan kepala daerah.

Pada 9 Mei, Ahok dihukum 2 tahun pidana penjara karena terbukti melakukan penodaan agama soal Al Maidah—jauh dari tuntutan jaksa yang hanya 1 tahun. Tangis para Ahokers pecah di depan gedung pengadilan. Kelompok Islamis meneriakkan takbir. Ahok akhirnya digelandang ke Rutan Cipinang dan dipindah ke Markas Komando Brimob, Depok, Jawa Barat.

Salah satu penentang Ahok adalah Front Pembela Islam (FPI) yang dipimpin oleh Rizieq Shihab.

Selain anti-Ahok, organisasi itu juga menentang komunisme—musuh yang menghantui militer hingga kini. Nairn menyatakan, kelompok militer memanfaatkan FPI maupun kelompok Islamis lainnya terkait dengan upaya melawan komunisme.

Gelombang anti Ahok pun meletup—dikenal dengan nama Aksi Bela Islam 411 pada November 2016; Aksi Bela Islam 212 pada Desember 2016 hingga Aksi Bela Islam 313 pada Maret 2017.

Ada ratusan ribu hingga jutaan orang bergabung dalam pelbagai unjuk rasa itu. Pendanaan Aksi

Laporan Nairn menyebut ada sejumlah 'orang kuat' macam pengusaha Hary Tanoesoedibjo hingga pendiri Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono, yang turut mendanai pelbagai aksi protes itu.

Namun hal itu dibantah oleh Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarif Hasan. “Fitnah apa lagi nih, semoga diampuni oleh Allah,” kata Syarif ketika dikonfirmasi, akhir April. Usai laporan itu terbit, Hary Tanoe sendiri melaporkan situs berita Tirto.id ke Polda Metro Jaya karena dugaan pencemaran nama baik.

(4)

4 Hary sendiri adalah bos media dengan mengontrol stasiun televisi, radio, koran hingga majalah di bawah naungan Grup MNC. Dia juga mitra strategis pebisnis besar yang kini menjadi Presiden AS, Donald Trump.

Salah satu sumber Nairn, Kivlan Zein menuturkan bahwa pensiunan jenderal maupun yang masih aktif setuju dengan FPI—dan gelombang Aksi Bela Islam yang digelar kelompok Islamis.

Salah satu tujuannya: bersama-sama melenyapkan komunisme, yang mendapat ruang di masa pemerintahan saat ini. Kivlan sebelumnya dikenal sebagai Kepala Staf Kostrad ABRI.

Kivlan menuturkan Jenderal Gatot pun setuju soal gerakan ini.

Aksi 212 pada Februari lalu mendesak Ahok dihukum dan dicopot dari jabatan gubernur DKI Jakarta.

(CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) Di sisi lain, Nairn punya analisis.

Dia membandingkan kasus 1965 dengan dugaan pelanggaran HAM berat lainnya— di mana pejabat yang diduga terlibat di dalamnya masih ada saat ini.

Pemberian ruang untuk keluarga korban Tragedi 1965, kata dia, diduga digunakan pemerintah karena jauh lebih aman dibandingkan pelanggaran HAM periode 1980-an hingga 2000-an. Ada soal Talang Sari, Mei 1998 hingga pembunuhan aktivis HAM Munir pada 2004.

“Keputusan pemerintah Jokowi untuk masuk ke persoalan HAM melalui Simposium 1965," kata Nairn, "Dengan anggapan sebagian besar pelaku sudah tak ada lagi."

(5)

5 Walaupun dituding setuju makar, Jokowi dan Jenderal Gatot justru tampak bersama pada Sabtu (24/4) lalu. Keduanya hadir dalam acara Dharmasanti Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1939 di Markas Besar TNI, Cilangkap.

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo pun memberikan reaksi. Dia menolak menanggapi artikel Nairn terkait keterlibatannya dalam upaya makar. Dia menyatakan, artikel Nairn sebagai hoax atau berita bohong.

"Saya tidak akan menanggapi,” kata Gatot. “Terlalu kecil untuk saya tanggapi. Kalau hoax ngapain harus tanggapi itu?”

Komunis Gaya Baru

Soal komunisme, The Intercept juga memuat dokumen analisis berjudul ‘Analisa

Ancaman Komunis Gaya Baru di Indonesia’ yang ditulis oleh Komando Pembina Doktrin,

Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat.

Salah satunya berisi soal ancaman ideologi tersebut, yakni memanfaatkan isu hak asasi manusia (HAM).

“Memanfaatkan HAM, demokrasi, memposisikan sebagai korban untuk mendapatkan simpati rakyat,” demikian analisis tersebut.

Analisis itu mengungkap ada empat tahapan dari komunisme, yakni keinginan, harapan, pengetahuan hingga sumber daya. Skor ancaman pun dibeberkan yakni tak berarti (4-6); minimum (7-10); medium (11-15); tinggi (16-18); dan akut (19-20).

Kebangkitan komunisme muncul dengan sejumlah indikator. Di antaranya adalah upaya pemisahan TNI dengan rakyat; memanfaatkan media sosial dan teknologi serta mampu melihat kelemahan pemerintah.

“Berdasarkan analisis ancaman, maka KGB berada pada angka 16,55 yang merupakan ancaman tinggi,” tulis analisis itu.

Pihak TNI tak merespons konfirmasi mengenai komunis gaya baru yang diajukan CNNIndonesia.com pada akhir April lalu.

(6)

6 ada lagi.

Pemerintah sekarang, kata dia, juga tak seperti Orde Baru yang punya data soal siapa saja orang-orang yang berhaluan komunisme.

Jauh dari perdebatan komunisme, Ahok kini harus menjalani hari-harinya di Rutan Mako Brimob usai putusan hakim—dan setelah resmi kalah pada pertarungan Pilkada DKI Jakarta, akhir April lalu.

Pasangan Ahok-Djarot hanya mendapatkan 42,05 persen suara atau tertinggal 15 persen dibandingkan lawannya, pasangan Anies-Sandi yakni 57,95 persen.

Ahok mengatakan dirinya adalah ikan kecil Nemo yang menentang arus. (CNN Indonesia/Pool/Raisan Al Farisi)

Di dalam nota pembelaan, dia mengatakan dirinya ibarat ikan kecil Nemo, yang ingin menyampaikan kebenaran, walaupun menentang arus.

Ahok menegaskan ketika Nemo berhasil menyelamatkan ikan lainnya, tidak ada yang mengucapkan terima kasih, namun tak menjadi masalah baginya. Nemo adalah tokoh kartun utama film asal AS yakni Finding Nemo, yang diluncurkan pada 2013 lalu.

“Kami juga tak penduli karena Tuhan yang menghitung,” kata Ahok. “Orang tanya ke saya, kamu siapa? ‘Saya hanya ikan kecil Nemo di tengah Jakarta’."

Ahok, bisa jadi ikan kecil Nemo yang kini terkurung.

Namun ‘Nemo’ itu pula yang meletupkan gerakan jutaan orang dalam lapisan gelombang anti Ahok —di tengah isu komunisme, dan tentu saja, dugaan makar terhadap Jokowi. (gil)

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa mereka Terdakwa I IBRAHIM BIN UJANG, Terdakwa II SOPYAN BIN ABDUL MANAP dan Terdakwa III MUHAMMAD DANI BIN ABDUL MANAP secara bersama-sama dengan JURIT BIN ABDULLAH (

Menurut Arman Hakim Nasution (2008), peramalan adalah proses memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam urusan kuantitas,

RAFLY RAFLY MAHAPUTR MAHAPUTRA A SYAWAL SYAWAL KP... PAHL HLAW AWAN N

Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatausahaan obat-obatan secara tertib baik

/HVWH ¶ 3HUVRDO an yang sungguh mendasar dalam program perencanaan pengembangan sumber daya aparatur melalui pendidikan dan pelatihan terutama di Administraçào

partisipasi pemangku kepentingan (pemerintah, swasta dan masyarakat) dalam proses pembangunan nasional di Indonesia dengan misi mensinergikan program yang strategis dan

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kasih sayang serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

MATAKULIAH KONSEP SAINS II PRODI PGSD IKIP PGRI MADIUN", Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran, 2016 Publication nidaalulfahuntoro.blogspot.com