35
BAB VI
HASIL PERANCANGAN
6.1 Penjelasan Rencana Tapak
Gambar 3. 1 Rencana Tapak
Desain rencana tapak bangunan ini menyesuaikan dengan konsep awal perancangan rencana tapak. Desain rencana tapak lebih memfokuskan pada penyediaan fasilitas-fasilitas untuk mewadahi kegiatan remaja baik secara indoor maupun outdoor. Fasilitas secara indoor difungsikan untuk kegiatan-kegiatan belajar, praktik kesenian, sedangkan fasilitas outdoor lebih mengutamakan kebutuhan remaja dengan kegiatan fisik yang tinggi terutama pada bidang olahraga.
Fasilitas yang disediakan pada area outdoor antara lain plaza, amphitheater, playground, lapangan voli, lapangan basket, lapangan bela diri, skatepark, dan dinding panjat
(wall-climbing). Lapangan olahraga diletakkan disisi bagian Timur untuk memanfaatkan sinar
matahari pagi untuk berolahraga. Amphitheater diletakkan disisi yang berbatasan dengan bangunan Transmart karena bertujuan untuk menghalangi view yang kurang baik sehingga pada area amphitheater dirancang dinding yang nantinya dapat menjadi background
amphitheater sekaligus menjadi fasilitas untuk remaja melakukan kegiatan mural sehingga
36 6.1.1 Perletakan dan Orientasi Massa Bangunan
Gambar 3. 2 Orientasi Massa Bangunan
Hasil perancangan perletakan dan orientasi massa bangunan ini berada di pusat lahan dan dilingkupi fasilitas-fasilitas outdoor. Hal ini karena mempertimbangkan konsep dimana bangunan akan terintegrasi dengan hutan kota secara visual sehingga pengguna bangunan dapat menikmati view area hutan kota disekitarnya.
6.1.2 Sirkulasi Manusia dan Kendaraan
Gambar 3. 3 Sirkulasi Manusia dan Kendaraan
Hasil perancangan sirkulasi manusia dan kendaraan pada tapak adalah sirkulasi untuk pejalan kaki dan kendaraan dipisah namun berasal dari satu area enterance yang sama. Sirkulasi manusia dirancang mengikuti pola-pola pohon eksisting sehingga membentuk ruang sirkulasi yang tidak monoton dan menyatu dengan alam sekitar. Pola sirkulasi
BASKETBALL COURT
37 ini memberikan kebebasan untuk remaja memilih jalan yang diinginkan. Material pada area sirkulasi manusia adalah dengan perkerasan paving blok sehingga tidak menutup area resapan secara keseluruhan. Sirkulasi untuk kendaraan dibedakan menjadi sirkulasi kendaraan pengunjung dan servis. Sirkulasi kendaraan pengunjung dibatasi hanya sampai area plaza, sedangkan untuk kendaraan servis disediakan akses tersendiri untuk masuk ke dalam area gelanggang remaja.
6.1.3 Ruang Terbuka Hijau
Gambar 3. 4 Ruang Terbuka Hijau
Hasil perancangan ruang terbuka hijau pada kawasan gelanggang remaja ini yaitu menyesuaikan dengan area sekitarnya yang merupakan hutan kota. Ruang terbuka hijau dirancang sebagai elemen untuk menunjang aktivitas remaja. Perancangan lansekap dengan mempertahankan beebrapa pohon eksisting yaitu pohon akasia pada lahan dan juga menanam pohon kembali yang memiliki tajuk agar selaras dengan area hutan kota.
38 6.2 Rancangan Bangunan
6.2.1 Bentuk Bangunan
Gambar 3. 5 Rancangan Bentuk Bangunan
Hasil perancangan bentuk bangunan ini adalah bentuk bangunan dengan 2 massa yang dihubungkan dengan area penghubung sehingga terkesan menyatu sebagai satu massa bangunan. Bentuk bangunan yang dihasilkan memiliki perpaduan bentuk lingkaran dan persegi panjang. Bentuk bangunan memiliki kesan bentuk yang dinamis yang menggambarkan perilaku remaja. Suasana di sekitar bangunan menjadi lebih aktif dan rekreatif dengan adanya hubungan antara ruang dalam dengan ruang-ruang luarnya. Bentuk massa bangunan ini memberikan kesan ruang yang melingkupi suatu area
innercourt sehingga meningkatkan sense of place.
6.2.2 Tata Letak dan Bentuk Ruang
Gambar 3. 6 Ruang Dalam
LANTAI 1 LANTAI 2 LANTAI 3 GEDUNG A GEDUNG B
39 Hasil perancangan tata letak dan bentuk ruang bangunan ini adalah menghasilkan bentuk pola radial yang terpusat di area innercourt. Bentuk ruang memiliki sisi yang menyudut pada satu titik sehingga menjadi fokus poin dari suatu ruangan. Pada beberapa area juga dirancang ruang dengan bentuk segi empat yang difungsikan sebagai ruang-ruang untuk kegiatan pembelajaran. Bentuk ruang dengan pola radila memiliki kelemahan karena dalam pengaturan pola layout membutuhkan sirkulasi yang cukup besar.
6.2.3 Sirkulasi Dalam Bangunan
Gambar 3. 7 Sirkulasi dalam Bangunan
Sirkulasi pada bangunan ini terdiri dari dua jenis yaitu sirkulasi vertikal dan horizontal. Sirkulasi vertikal pada bangunan dengan menggunakan tangga melengkung dan juga ramp. Terdapat tiga buah tangga pada bangunan yang diletakkan berdasarkan jaraknya jangkauan penggunanya. Tangga ini selain berfungsi sebagai sirkulasi vertikal juga dirancang sebagai aksen yang menarik pada bangunan. Ramp pada bangunan dirancang mengikuti pola lengkung innercourt sehingga bentuknya seolah-olah mengalir dinamis dan memberikan alur pengalaman ruang yang menarik khususnya di area innercourt.
Sistem sirkulasi horizontal yang diterapkan pada bangunan adalah sistem single loaded
corridor. Single loaded corridor adalah koridor yang terletak pada bagian yang menghadap
pada satu alur ruangan. Koridor ini dirancang memberikan kesempatan ruang untuk menghadap langsung pada ruang luar sehingga menciptakan interaksi dari luar maupun dari dalam bangunan. Sirkulasi ini tidak hanya difungsikan sebagai ruang peralihan tetapi juga sebagai area-area komunal dimana pengguna saling berinteraksi di dalam bangunan. Pengguna bangunan juga dapat secara langsung melihat kegiatan yang diadakan di area
innercourt sehingga rasa kebersamaan dan rasa memiliki terhadap suatu area semakin
40 6.2.4 Rancangan Fasad dan Atap
Gambar 3. 8 Rancangan Fasad
Fasad bangunan ini dirancang untuk menghalau sinar matahari yang berlebih serta mengurangi tampias air hujan ke dalam bangunan. Fasad yang digunakan pada bangunan ini berupa material metal perforated dengan rangka baja. Material fasad yang metal perforated ini dipilih karena memiliki bentuk yang sudah berlubang dari pabrik dan memiliki pola lubang yang bermacam-macam. Fasad dirancang membentuk bingkai segitiga yang berulang dan diberi sentuhan warna terang untuk menguatkan kesan rekreatif pada bangunan. Pemilihan warna yang terang dan seolah-olah membentuk gradasi yang bergerak menuju sekeliling bangunan memberikan kesan bangunan yang dinamis.
Gambar 3. 9 Perspektif Enterance
Pada satu sisi bangunan dirancang fasad berupa aksen wall-climbing yang menempel pada bangunan. Penerapan fasad ini sebagai salah satu respon untuk memanfaatkan dinding
41 bangunan sehingga menjadi aksen yang menyambut pengunjung. Dinding wall-climbing ini dirancang menerus ke area tengah dan dipadukan dengan aksen tangga menjadi enterance bangunan ini. Keberadaan wall-climbing dan tangga menjadi gerbang yang menyambut pengunjung yang datang dan sebagai salah satu karakter yang menggambarkan bahwa ini adalah fasilitas remaja.
a) Tampak Barat b) Tampak Timur
c) Tampak Utara d) Tampak Selatan
Gambar 3. 10 Tampak Bangunan
Rancangan atap bangunan ini terdiri dari dua jenis yaitu atap lengkung dana tap satu kemiringan. Bentuk atap lengkung diterapkan pada Ruang serba guna dengan konstruksi atap baja (truss frame), sedangkan pada bangunan yang lain menerapkan bentuk atap satu kemiringan dengan konstruksi atap baja (truss frame). Rangka atap dirancang terekspose untuk memberikan kesan ruang yang lebih tinggi, menjadikan sistem sirkulasi udara mengalir dengan baik, serta menghemat biaya.
42 6.2.5 Sistem Struktur dan Konstruksi
Gambar 3. 11 Potongan Bangunan
Gambar 3. 12 Rancangan Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan
Sistem struktur pada perancangan Gelanggang Remaja Bandar Lampung menggunakan kolom dan balok beton bertulang dengan susunan grid dan radial. Pada setiap area pertemuan antara bentuk persegi panjang dan melingkar dengan orientasi yang berbeda serta di area dengan jumlah lantai yang berbeda terdapat dilatasi dengan kantilever untuk memisahkan struktur tiap massa banunan. Konstruksi atap bangunan menggunakan kuda-kuda rangga baja (truss frame) 2D karena memiliki bentang cukup lebar khususnya pada area Ruang Serba Guna yaitu sebesar 21 m.
43 Sistem struktur yang digunakan pada ramp adalah struktur beton bertulang dengan kolom penopang sendiri sehingga tidak menumpu pada kantilever bangunan.
6.2.6 Sistem Utilitas
Sistem utilitas yang menjadi pertimbangan pada perancangan bangunan ini adalah sistem pembuangan air hujan. Bentuk atap bangunan dengan satu kemiringan dilengkapi dengan talang horizontal dan vertikal untuk mengalirkan airnya kebawah menuju drainase.
Gambar 3. 14 Sistem Utilitas
Untuk sistem penghawaan buatan menggunakan sistem AC split pada ruang-ruang tertentu, yaitu perpustakaan, ruang multimedia, studio musik, studio tari, dan studio
broadcasting.
6.3 Rekapitulasi Data Hasil Rancangan
Tabel 6. 1 Rekapitulasi Data Hasil Rancangan
Perhitungan Luas Persentase
Total Luas Lahan 15000 m2
Luas Lantai Dasar
Bangunan 3153 m
2 21,02 %
Maksimal 60% Luas Total Bangunan 8061 m2
Ruang Luar 3172 m2
Koefisien Dasar Hijau 8292 m2 55,22 %