• Tidak ada hasil yang ditemukan

Topik 2 Kebijakan Mutu dan Fraud di Era Jaminan Kesehatan Nasional Apakah berpindah dari Pencegahan ke Penindakan?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Topik 2 Kebijakan Mutu dan Fraud di Era Jaminan Kesehatan Nasional Apakah berpindah dari Pencegahan ke Penindakan?"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Topik 2

Kebijakan Mutu dan Fraud di Era Jaminan

Kesehatan Nasional

Apakah berpindah dari Pencegahan ke

Penindakan?

Topik 2

Kebijakan Mutu dan Fraud di Era Jaminan

Kesehatan Nasional

Apakah berpindah dari Pencegahan ke

Penindakan?

(2)

Mutu Pelayanan Kesehatan:

• Tidak hanya urusan Kementerian Kesehatan/Dinas Kesehatan • Sampai ke urusan Penegak Hukum

Bagaimana

bisa terjadi?

• Sampai ke urusan Penegak Hukum

Bagaimana

bisa terjadi?

(3)

Isi:

Pemahaman mengenai fraud

Letak fraud dalam pembiayaan kesehatan

Strategic Purchasing dan Fraud

Perkembangan situasi pencegahan dan

penindakan fraud saat ini.

Diskusi akhir: Bagaimana sikap kita terhadap

fraud?

Pemahaman mengenai fraud

Letak fraud dalam pembiayaan kesehatan

Strategic Purchasing dan Fraud

Perkembangan situasi pencegahan dan

penindakan fraud saat ini.

Diskusi akhir: Bagaimana sikap kita terhadap

fraud?

(4)

Definisi Umum Fraud

• Fraud secara umum didefinisikan sebagai (Black Law Dictionary):

– Kesengajaan melakukan kesalahan terhadap kebenaran untuk tujuan mendapatkan sesuatu yang bernilai atas kerugian orang lain

– Upaya penipuan untuk memperoleh keuntungan pribadi – Definisi fraud bervariasi tergantung legal jurisdiction

setiap negara

• Fraud secara umum didefinisikan sebagai (Black Law Dictionary):

– Kesengajaan melakukan kesalahan terhadap kebenaran untuk tujuan mendapatkan sesuatu yang bernilai atas kerugian orang lain

– Upaya penipuan untuk memperoleh keuntungan pribadi – Definisi fraud bervariasi tergantung legal jurisdiction

(5)

BATASAN FRAUD

“Perbuatan yang disengaja atau diniatkan untuk mendapatkan keuntungan dari posisi kepercayaan atau wewenang yang dimiliki atau menghilangkan uang atau harta dengan cara akal bulus, penipuan atau cara lain yang tidak wajar”

-Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK)

-PERNYATAAN PALSU ATAU MEMALSUKAN FAKTA UNTUK MEMPEROLEH KEUNTUNGAN ATAU

PEMBAYARAN-“Perbuatan yang disengaja atau diniatkan untuk mendapatkan keuntungan dari posisi kepercayaan atau wewenang yang dimiliki atau menghilangkan uang atau harta dengan cara akal bulus, penipuan atau cara lain yang tidak wajar”

-Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK)

-PERNYATAAN PALSU ATAU MEMALSUKAN FAKTA UNTUK MEMPEROLEH KEUNTUNGAN ATAU

(6)

PEMBAYARAN-DEFINISI FRAUDULENT ACTIVITIES

Aktivitas yang berpotensi

untuk menjadi fraud”

- Rebecca Busch

-KESALAHAN DAN PEMBOROSAN YANG BERPOTENSI MENJADI

PENYALAHGUNAAN HINGGA PEMALSUAN

FAKTA-“

Aktivitas yang berpotensi

untuk menjadi fraud”

- Rebecca Busch

-KESALAHAN DAN PEMBOROSAN YANG BERPOTENSI MENJADI

(7)

FAKTA-Aspek Hukum fraud di bidang

kesehatan/jaminan kesehatan

Belum ada UU Khusus tentang

fraud di bidang kesehatan

Merupakan delik pidana yang

diatur oleh KUHP

…barang siapa dengan sengaja….

Belum ada UU Khusus tentang

fraud di bidang kesehatan

Merupakan delik pidana yang

diatur oleh KUHP

(8)

Letak Fraud dalam Teori

Pembiayaan

(9)

Pengumpulan dana

Purchasing Pool Risiko

Prinsip Pembiayaan Kesehatan

Purchasing

Payment

(10)

Ada masalah dalam

purchasing oleh

BPJS, termasuk potensi

fraud

APBN Tax Income Non-tax Income Contribution from Workers (67,5 T) BPJS Self Funding Primary

Care ReferralCare MoH Out of pocket Other Ministries PB I Pemda 10 Local Gov Private Insurance

Public Providers: Compulsory Private Providers: by contract

Apakah

menggunaka n prinsip-prinsip kontrak

(11)

Definisi Kontrak

• Kontrak adalah mekanisme pembelian yang mencakup

berbagai sifat sebagai berikut:

Dari pemberi pelayanan yang spesifik

pelayanan yang spesifik

jumlah yang dinyatakan secara

eksplisit

Mutu pelayanan yang jelas

Dengan harga yang disepakatiUntuk waktu tertentu yang

disepakati • Kegiatan kontrak merupakan hubungan yang berkelanjutan • Didukung oleh perjanjian kontraktual • Kontrak adalah mekanisme

pembelian yang mencakup

berbagai sifat sebagai berikut:

Dari pemberi pelayanan yang spesifik

pelayanan yang spesifik

jumlah yang dinyatakan secara

eksplisit

Mutu pelayanan yang jelas

Dengan harga yang disepakatiUntuk waktu tertentu yang

disepakati • Kegiatan kontrak merupakan hubungan yang berkelanjutan • Didukung oleh perjanjian kontraktual 11

(12)

Hubungan BPJS dengan barbagai

pihak

Pemerintah: Kemenkes, DJSN Pemerintah Daerah Warganegara/masya rakat Yang menjadi pengguna BPJS sebagai Purchaser 12

Di McIntyre and Viroj Tangcharoensathien et al. 2015 BPJS sebagai Purchaser Pemberi Pelayanan Kesehatan: Pemerintah dan Swasta Hubungan BPJS dengan berbagai lembaga adalah hubungan kontraktual

(13)

Pemerataan dalam

distribusi pelayanan JKN

Efisiensi dalam penggunaan

Akses dan utilisasi dalam

penggunaan berbasis need

Mutu pelayanan kesehaan

Proteksi keuangan

Hubungan kontraktual secara strategis

(strategic

purchasing)

bertujuan untuk

Pemerataan dalam

distribusi pelayanan JKN

Efisiensi dalam penggunaan

Akses dan utilisasi dalam

penggunaan berbasis need

Mutu pelayanan kesehaan

(14)

Pemerataan dalam

distribusi pelayanan JKN

Efisiensi dalam penggunaan

Akses dan utilisasi dalam

penggunaan berbasis need

Mutu pelayanan kesehatan

Proteksi keuangan

Jika tidak

dilakukan

dengan baik

Fraud akan mengancam:

Pemerataan dalam

distribusi pelayanan JKN

Efisiensi dalam penggunaan

Akses dan utilisasi dalam

penggunaan berbasis need

Mutu pelayanan kesehatan

(15)

Kegiatan Strategic Purchasing perlu dilakukan secara menyeluruh dan berdampak pada pengurangan fraud

Pemerintah: Kemenkes, DJSN Pemerintah Daerah Warganegara/masya rakat Yang menjadi pengguna BPJS sebagai Purchaser 15

Di McIntyre and Viroj Tangcharoensathien et al. 2015 BPJS sebagai Purchaser Pemberi Pelayanan Kesehatan: Pemerintah dan Swasta

(16)

Apa yang terjadi saat ini di

Indonesia?

(17)

Pemerintah: Kemenkes, DJSN Pemerintah Daerah Warganegara/masya rakat Yang menjadi pengguna BPJS sebagai Purchaser • Masyarakat kurang bersuara • Pembatasan hak pengguna • Peranan stakeholders di pemerintah yang tidak jelas • Tidak adanya monitoring dan data tidak terpakai • Tidak ada updating • Kekurangan investasi

Berbagai Kelemahan yang ada saat ini:

17

Di McIntyre and Viroj Tangcharoensathien et al. 2015 BPJS sebagai Purchaser Pemberi Pelayanan Kesehatan: Pemerintah dan Swasta • Masyarakat kurang bersuara • Pembatasan hak pengguna • Peranan stakeholders di pemerintah yang tidak jelas • Tidak adanya monitoring dan data tidak terpakai • Tidak ada updating • Kekurangan investasi

• Kapitasi tidak efektif • Tarif INA-CBG tidak pas • Distibusi pemberi

pelayanan yang buruk • Kontrol Mutu buruk • Pencegahan fraud

(18)

Pemerintah: Kemenkes, DJSN Pemerintah Daerah Warganegara/masya rakat Yang menjadi pengguna BPJS sebagai Purchaser • Masyarakat kurang bersuara • Pembatasan hak pengguna • Peranan stakeholders di pemerintah yang tidak je;as • Tidak adanya monitoring dan data tidak terpakai • Tidak ada updating • Kekurangan investasi 18

Di McIntyre and Viroj Tangcharoensathien et al. 2015 BPJS sebagai Purchaser Pemberi Pelayanan Kesehatan: Pemerintah dan Swasta • Masyarakat kurang bersuara • Pembatasan hak pengguna • Peranan stakeholders di pemerintah yang tidak je;as • Tidak adanya monitoring dan data tidak terpakai • Tidak ada updating • Kekurangan investasi

• Kapitasi tidak efektif • Tarif INA-CBG tidak pas • Distibusi pemberi

pelayanan yang buruk • Kontrol Mutu buruk • Pencegahan fraud

(19)

Apa akibat tidak terkendalinya fraud?

• Inefisiensi • Ketidak adilan

• Budaya mutu yang menghilang • Moral di sektor kesehatan akan

memburuk

• Menjadi “penyakit” yang dapat menular dalam sistem

kesehatan

• Membengkaknya biaya

kesehatan dan sebagian oleh fraud.

• Pemerataan yang buruk

• Inefisiensi • Ketidak adilan

• Budaya mutu yang menghilang • Moral di sektor kesehatan akan

memburuk

• Menjadi “penyakit” yang dapat menular dalam sistem

kesehatan

• Membengkaknya biaya

kesehatan dan sebagian oleh fraud.

• Pemerataan yang buruk

Mengundang pihak penegak hukum untuk melakukan

(20)

Keterlibatan Penegak Hukum Pemerintah: Kemenkes, DJSN Pemerintah Daerah Warganegara/masya rakat Yang menjadi pengguna BPJS sebagai Purchaser

Penegak

Hukum

20

Di McIntyre and Viroj Tangcharoensathien et al. 2015 BPJS sebagai Purchaser Pemberi Pelayanan Kesehatan: Pemerintah dan Swasta

Penegak

Hukum

(21)

• Masih belum terkelola dengan baik

• Sistem dalam hubungan BPJS dengan seluruh pihak belum tertata dengan baik

Passive (

Passive (belumbelum terkelolaterkelola)) StrategicStrategic

Apa yang terjadi saat ini di

Indonesia?

• Masih belum terkelola dengan baik

• Sistem dalam hubungan BPJS dengan seluruh pihak belum tertata dengan baik

(22)

Apa yang sebaiknya dilakukan

untuk mencegah dan menindak

(23)

Memperbaiki secara komprehensif di

semua pelaku kegiatan

Pemerintah: Kemenkes, DJSN Pemerintah Daerah Warganegara/masya rakat Yang menjadi pengguna BPJS sebagai Purchaser 23 BPJS sebagai Purchaser Pemberi Pelayanan Kesehatan: Pemerintah dan Swasta

(24)

Bagaimana situasi Pencegahan

dan Penindakan fraud saat ini?

(25)

1. Membangun Sistem Pencegahan

Kecurangan JKN

Sistem pencegahan Kecurangan JKN dibentuk

melalui:

a. penyusunan kebijakan dan pedoman pencegahan

Kecurangan JKN  penyusunan fraud control plan

untuk mendorong semua SDM untuk bekerja sesuai etika, standar profesi, dan standar pelayanan

b. pengembangan pelayanan kesehatan yang

berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya

manajemen yang efektif dan efisien

Sistem pencegahan Kecurangan JKN dibentuk

melalui:

a. penyusunan kebijakan dan pedoman pencegahan

Kecurangan JKN  penyusunan fraud control plan

untuk mendorong semua SDM untuk bekerja sesuai etika, standar profesi, dan standar pelayanan

b. pengembangan pelayanan kesehatan yang

berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya

(26)

c. pengembangan budaya pencegahan Kecurangan

JKN sebagai bagian dari tata kelola organisasi dan tata

kelola klinis yang berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya 

transparan, akuntabel, rensponsibel, independen, dan wajar

Situasi saat ini:

– Pembentukan fraud control plan sudah umum dilakukan di berbagai institusi yang berpotensi

menjadi aktor fraud (BPJS Kesehatan, Faskes, dan Industri Farmasi maupun Alkes)

c. pengembangan budaya pencegahan Kecurangan

JKN sebagai bagian dari tata kelola organisasi dan tata

kelola klinis yang berorientasi kepada kendali mutu dan kendali biaya 

transparan, akuntabel, rensponsibel, independen, dan wajar

Situasi saat ini:

– Pembentukan fraud control plan sudah umum dilakukan di berbagai institusi yang berpotensi

menjadi aktor fraud (BPJS Kesehatan, Faskes, dan Industri Farmasi maupun Alkes)

(27)

– Pelaksanaannya belum optimal – Minim pengawasan internal

– Pelaksanaannya belum optimal – Minim pengawasan internal

(28)

2. Pembentukan Tim Pencegahan

Kecurangan JKN

• Dalam Permenkes No. 36/ 2015 terdapat Tim Pencegahan Kecurangan JKN yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan (anggota tim dapat dilihat dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. HK. 02.02/ MENKES/72/ 2015), Dinkes

Kabupaten/ Kota, maupun oleh internal institusi (FKRTL) diperkuat PerPres.

• Secara garis besar tugas tim adalah sebagai berikut: – a. melakukan deteksi dini Kecurangan JKN

b. menyosialisasikan kebijakan, regulasi, dan budaya

baru yang berorientasi pada kendali mutu dan kendali biaya;

c. mendorong pelaksanaan tata kelola organisasi dan tata

kelola klinik yang baik;

• Dalam Permenkes No. 36/ 2015 terdapat Tim Pencegahan Kecurangan JKN yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan (anggota tim dapat dilihat dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. HK. 02.02/ MENKES/72/ 2015), Dinkes

Kabupaten/ Kota, maupun oleh internal institusi (FKRTL) diperkuat PerPres.

• Secara garis besar tugas tim adalah sebagai berikut: – a. melakukan deteksi dini Kecurangan JKN

b. menyosialisasikan kebijakan, regulasi, dan budaya

baru yang berorientasi pada kendali mutu dan kendali biaya;

c. mendorong pelaksanaan tata kelola organisasi dan tata

(29)

d. meningkatkan kemampuan SDM sesuai

tupoksi terkait pelaksanaan program JKN

e. melakukan upaya pencegahan, deteksi dan

penindakan Kecurangan JKN;

f. monitoring dan evaluasi; dang. Pelaporan

Tim pencegahan yang dibentuk Menkes

bertugas menangani perselisihan dugaan

kecurangan di tingkat bawahnya

d. meningkatkan kemampuan SDM sesuai

tupoksi terkait pelaksanaan program JKN

e. melakukan upaya pencegahan, deteksi dan

penindakan Kecurangan JKN;

f. monitoring dan evaluasi; dang. Pelaporan

Tim pencegahan yang dibentuk Menkes

bertugas menangani perselisihan dugaan

kecurangan di tingkat bawahnya

(30)

Situasi saat ini:

– Belum ada data mengenai berapa Persen RS yang sudah membentuk tim anti Fraud;

– Tim sudah terbentuk (baik yang dibentuk Menkes maupun di internal institusi), namun belum

berfungsi optimal

Situasi saat ini:

– Belum ada data mengenai berapa Persen RS yang sudah membentuk tim anti Fraud;

– Tim sudah terbentuk (baik yang dibentuk Menkes maupun di internal institusi), namun belum

(31)

3. Melakukan Upaya-Upaya Pencegahan

Kecurangan

Bentuk-bentuk upaya pencegahan kecurangan

sebagai berikut:

a. Meningkatkan kemampuan SDM sesuai

tupoksi terkait pelaksanaan program JKN

b. peningkatan manajemen dalam upaya deteksi

dini Kecurangan JKN  analisis data

klaim, investigasi, dan pelaporan hasil analisis data klaim dan investigasi.

Bentuk-bentuk upaya pencegahan kecurangan

sebagai berikut:

a. Meningkatkan kemampuan SDM sesuai

tupoksi terkait pelaksanaan program JKN

b. peningkatan manajemen dalam upaya deteksi

dini Kecurangan JKN  analisis data

klaim, investigasi, dan pelaporan hasil analisis data klaim dan investigasi.

(32)

c. Investigasi  dilakukan oleh tim investigasi yang melibatkan BPJS Kesehatan dan tim

pencegahan kecurangan JKN di FKTP dan FKRTL

Situasi saat ini:

– Upaya pencegahan masih dijalankan sepotong-sepotong tanpa tindak lanjut yang jelas.

Misal, sudah dilakukan investigasi dan terbukti ada tindakan kecurangan, tapi tidak

ditindaklanjuti dengan pemberian sanksi tegas – c. Investigasi  dilakukan oleh tim investigasi

yang melibatkan BPJS Kesehatan dan tim

pencegahan kecurangan JKN di FKTP dan FKRTL

Situasi saat ini:

– Upaya pencegahan masih dijalankan sepotong-sepotong tanpa tindak lanjut yang jelas.

Misal, sudah dilakukan investigasi dan terbukti ada tindakan kecurangan, tapi tidak

(33)

4. Pengaduan

• Proses pengaduan potensi fraud:

(1)Setiap orang yang mengetahui adanya tindakan Kecurangan JKN

dapat melakukan pengaduan secara tertulis.

(2)Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

kepada pimpinan fasilitas kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Dinas Kesehatan Provinsi.

(3)Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat

paling sedikit:

a. identitas pengadu;

b. nama dan alamat instansi yang diduga melakukan tindakan

Kecurangan JKN; dan

c. alasan pengaduan.

• Proses pengaduan potensi fraud:

(1)Setiap orang yang mengetahui adanya tindakan Kecurangan JKN

dapat melakukan pengaduan secara tertulis.

(2)Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan

kepada pimpinan fasilitas kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Dinas Kesehatan Provinsi.

(3)Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat

paling sedikit:

a. identitas pengadu;

b. nama dan alamat instansi yang diduga melakukan tindakan

Kecurangan JKN; dan

(34)

Situasi saat ini:

Belum ada sarana pengaduan terpadu khusus kecurangan pelaksanaan program JKN baik yang dikelola ditingkat Kemkes, BPJS Kesehatan, Dinas Kesehatan, maupun internal institusi

– Informasi-informasi terkait potensi fraud

seringkali terdengar kuat namun karena tidak terdokumentasi baik dalam sebuah pusat

pengaduan, tidak ditindaklanjuti

Situasi saat ini:

Belum ada sarana pengaduan terpadu khusus kecurangan pelaksanaan program JKN baik yang dikelola ditingkat Kemkes, BPJS Kesehatan, Dinas Kesehatan, maupun internal institusi

– Informasi-informasi terkait potensi fraud

seringkali terdengar kuat namun karena tidak terdokumentasi baik dalam sebuah pusat

(35)

5. Investigasi

Tindak lanjut pasca pelaporan potensi fraud

yaitu dengan investigasi:

(1) Pimpinan fasilitas kesehatan, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Dinas Kesehatan Provinsi harus menindaklanjuti

pengaduan dengan cara melakukan investigasi.

(2) Investigasi dilakukan dengan melibatkan BPJS

Kesehatan, tim pencegahan Kecurangan JKN di FKTRL, atau tim pencegahan Kecurangan JKN FKTP yang dibentuk Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

Tindak lanjut pasca pelaporan potensi fraud

yaitu dengan investigasi:

(1) Pimpinan fasilitas kesehatan, Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Dinas Kesehatan Provinsi harus menindaklanjuti

pengaduan dengan cara melakukan investigasi.

(2) Investigasi dilakukan dengan melibatkan BPJS

Kesehatan, tim pencegahan Kecurangan JKN di FKTRL, atau tim pencegahan Kecurangan JKN FKTP yang dibentuk Dinas Kesehatan

(36)

Bila ada perselisihan penetapan tindak

kecurangan, tim dapat meneruskan kepada

tim pencegahan kecurangan yang dibentuk

Menkes

Situasi saat ini:

– Belum ada auditor fraud dengan keterampilan khusus untuk program JKN

– Belum diketahui kasus-kasus mana saja yang sudah/ belum ditindaklanjuti

Bila ada perselisihan penetapan tindak

kecurangan, tim dapat meneruskan kepada

tim pencegahan kecurangan yang dibentuk

Menkes

Situasi saat ini:

– Belum ada auditor fraud dengan keterampilan khusus untuk program JKN

– Belum diketahui kasus-kasus mana saja yang sudah/ belum ditindaklanjuti

(37)

6. Sanksi Administrasi

• Pemberian sanksi administrasi bagi pelaku fraud berupa:

• (1)Dalam rangka pembinaan dan pengawasan

Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memberikan sanksi

administratif bagi fasilitas kesehatan, tenaga

kesehatan, dan penyedia obat dan alat kesehatan. • (2)Sanksi administratif berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan/atau

c. perintah pengembalian kerugian akibat Kecurangan

JKN kepada pihak yang dirugikan.

• Pemberian sanksi administrasi bagi pelaku fraud berupa:

• (1)Dalam rangka pembinaan dan pengawasan

Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memberikan sanksi

administratif bagi fasilitas kesehatan, tenaga

kesehatan, dan penyedia obat dan alat kesehatan. • (2)Sanksi administratif berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis; dan/atau

c. perintah pengembalian kerugian akibat Kecurangan

(38)

• (3)Dalam hal tindakan Kecurangan JKN dilakukan oleh

pemberi pelayanan atau penyedia obat dan alat

kesehatan, sanksi administrasi dapat ditambah dengan denda paling banyak sebesar 50% dari jumlah

pengembalian kerugian akibat tindakan Kecurangan JKN. • (5)Sanksi administrasi tidak menghapus sanksi pidana

Situasi saat ini:

• Pemberian sanksi bagi pelaku fraud masih belum tegas

• Bentuk sanksi yang sudah dilakukan adalam pengembalian dana oleh RS kepada BPJS

Kesehatan maupun sebaliknya. Bentuk lainnya belum ada laporan implementasi.

• (3)Dalam hal tindakan Kecurangan JKN dilakukan oleh

pemberi pelayanan atau penyedia obat dan alat

kesehatan, sanksi administrasi dapat ditambah dengan denda paling banyak sebesar 50% dari jumlah

pengembalian kerugian akibat tindakan Kecurangan JKN. • (5)Sanksi administrasi tidak menghapus sanksi pidana

Situasi saat ini:

• Pemberian sanksi bagi pelaku fraud masih belum tegas

• Bentuk sanksi yang sudah dilakukan adalam pengembalian dana oleh RS kepada BPJS

Kesehatan maupun sebaliknya. Bentuk lainnya belum ada laporan implementasi.

(39)

Dalam pasal 46 B disebutkan Menteri, Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota

bertanggung jawab melakukan pengawasan

kecurangan pelaksanaan Program JKN

Pelaksanaan Pengawasan dapat melibatkan

Badan Pengawas RS, Dewan Pengawas

RS, Perhimpunan/ Asosiasi

Perumahsakitan, dan atau Organisasi Profesi

Dalam pasal 46 B disebutkan Menteri, Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi/ Kabupaten/ Kota

bertanggung jawab melakukan pengawasan

kecurangan pelaksanaan Program JKN

Pelaksanaan Pengawasan dapat melibatkan

Badan Pengawas RS, Dewan Pengawas

RS, Perhimpunan/ Asosiasi

(40)

Lebih detil dalam Permenkes No. 36/ 2015

pembinaan dan pengawasan ini dilaksanakan

melalui:

– Advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis – Pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM – Monitoring dan evaluasi

Lebih detil dalam Permenkes No. 36/ 2015

pembinaan dan pengawasan ini dilaksanakan

melalui:

– Advokasi, sosialisasi, dan bimbingan teknis – Pelatihan dan peningkatan kapasitas SDM – Monitoring dan evaluasi

(41)

Situasi saat ini:

– Pihak-pihak yang harusnya bertanggungjawab dalam pembinaan dan pengawasan seringkali tidak dirasakan “kehadirannya” dalam

mengatasi permasalahan terkait fraud layanan kesehatan

– Upaya-upaya pembinaan dan pengawasan seringkali diinisiasi oleh pihak lain seperti akademisi bahkan oleh BPJS Kesehatan

Situasi saat ini:

– Pihak-pihak yang harusnya bertanggungjawab dalam pembinaan dan pengawasan seringkali tidak dirasakan “kehadirannya” dalam

mengatasi permasalahan terkait fraud layanan kesehatan

– Upaya-upaya pembinaan dan pengawasan seringkali diinisiasi oleh pihak lain seperti akademisi bahkan oleh BPJS Kesehatan

(42)

Sampai tahun keempat JKN ini belum ada penindakan fraud oleh yang berwenang. Masih Pencegahan

Apa pilihan sikap kita

1. Menganggap fraud tidak ada

2. Menganggap Fraud sebagai hal yang remeh 3. Tetap memperhatikan pencegahan dan berusaha menghentikan fraud Diskusi: Bagaimana sikap RS terhadap Fraud? Sampai tahun keempat JKN ini belum ada penindakan fraud oleh yang berwenang. Masih Pencegahan

Apa pilihan sikap kita

1. Menganggap fraud tidak ada

2. Menganggap Fraud sebagai hal yang remeh

3. Tetap memperhatikan pencegahan dan

berusaha

(43)

Berita terbaru: KPK

2018:

Menjadi

Tahun

Penindakan

2018:

Menjadi

Tahun

(44)

Sistem JKN mempunyai 2 skenario:

Skenario 1:

Tidak ada penindakan karena tetap berada pada

fase Pencegahan

Skenario 2:

Ada penindakan karena KPK, Bareskrim dan

Kejaksaan mempunyai tim yang mampu.

Skenario 1:

Tidak ada penindakan karena tetap berada pada

fase Pencegahan

Skenario 2:

Ada penindakan karena KPK, Bareskrim dan

Kejaksaan mempunyai tim yang mampu.

(45)

Sistem JKN mempunyai 2 skenario:

Skenario 1:

Tidak ada penindakan karena tetap berada pada

fase Pencegahan

Skenario 2:

Ada penindakan karena KPK, Bareskrim dan

Kejaksaan mempunyai tim yang mampu.

Probabilitas mana yang mungkin terbesar di tahun 2018?

Skenario 1:

Tidak ada penindakan karena tetap berada pada

fase Pencegahan

Skenario 2:

Ada penindakan karena KPK, Bareskrim dan

Kejaksaan mempunyai tim yang mampu.

Probabilitas mana yang mungkin terbesar di tahun 2018?

(46)

Catatan akhir

Pengalaman di Amerika

• Fraud kesehatan dianggap masalah serius. Ada berbagai UU terkait

• Kasus fraud yang ditetapkan di pengadilan berdasarkan data oleh

penyidik khusus yang terlatih, termasuk dari FBI.

• Data yang diteliti bersifat pola tahunan. Sering kasus yang terjadi sejak lama: ada yang sampai 8 tahun yang lalu.

• Tiap tahun data penemuan fraud dan

uang yang diselamatkan diumumkan oleh Kemenkes dan Kejaksaan

Apa Makna dari pengalaman di Amerika Serikat untuk Indonesia? Pengalaman di Amerika

• Fraud kesehatan dianggap masalah serius. Ada berbagai UU terkait

• Kasus fraud yang ditetapkan di pengadilan berdasarkan data oleh

penyidik khusus yang terlatih, termasuk dari FBI.

• Data yang diteliti bersifat pola tahunan. Sering kasus yang terjadi sejak lama: ada yang sampai 8 tahun yang lalu.

• Tiap tahun data penemuan fraud dan

uang yang diselamatkan diumumkan oleh Kemenkes dan Kejaksaan

Apa Makna dari pengalaman di Amerika Serikat untuk Indonesia?

(47)

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan hal-hal yang tercakup didalamnya yakni penyebabnya adalah iritan lemah, onset berminggu-minggu/bulan/tahun, kulit tampak kering, eritema, skuama,

Eishert (1990) mengelompokkan empat kategori limbah yang dapat mencemari wilayah pesisir, yaitu: pencemaran limbah industri, limbah sampah domestik (swage pollutin)

ketangkasan atau keteram-pilan dalam sesuatu, misalnya dalam lari cepat, atletik, berenang atau berkebun ter- masuk bidang seni budaya. Sebab itu di dalam proses

persalinan berlangsung dengan sendirinya atau timbul indikasi untuk mengakhiri kehamilannya (Saifuddin, 2014). Penatalaksanaan postdate dalam persalinan antara lain adalah

c. Menjelaskan jenis-jenis alat ukur besaran pokok dan turunan serta cara penggunaannya d. Mengidentifikasi angka penting dan melakukan operasi hitung sesuai aturan angka penting

Apakah sistem pengelolaan barang daerah Propinsi Jawa Barat telah dilaksanakan secara efektif sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku2. Faktor-faktor apakah yang

Hal lain yang diungkapkan yaitu puncak jaringan pipa siphon yang dilihat dari titik muka air masuk, harus disesuaikan dengan suhu dan tekanan udara

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke kota karena diharapkan