• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMIZATION OF RICE FIELD CROPPING PATTERN IN WAY KETIBUNG IRRIGATION AREA AT SOUTH LAMPUNG DISTRICT. Wayan Susana 1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMIZATION OF RICE FIELD CROPPING PATTERN IN WAY KETIBUNG IRRIGATION AREA AT SOUTH LAMPUNG DISTRICT. Wayan Susana 1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Wayan Susana

1)

Abstract

Land use changing in Way Ketibung Irrigation Area from rice field cropping to rubber and palm oil planting were one of causes to decline rice field production at its irrigation area. The changing of land use were caused by lack of water availability . Therefore, it is necessary efforts to optimize irrigation area in order to increase rice production.

Based on cropping schedule which used by Way Ketibung Irrigation Area the farmer had define cropping season, rainy cropping season (rendeng, MT I) and dry cropping season (gadu, MT II). The 1st class of rainy cropping season was started on 1st week of September and on 1st week of

Jan-uary to the 1st class of dry cropping season. Whereas, the 2nd class of rainy season began on 2nd

week of September and on 2nd week of January to the 2nd class of dry season. Cropping pattern

which based on its cropping schedule that the farmers have done was not suitable, because only a few one could apply the schedule to crop rice field. It is due to the water availability could not serve the amount of water to its cropping pattern.

Field observation and hydrologic analysis using suitable approach methods produced the opti-mized cropping pattern that approximated by reliable discharge has 80 % probability in occurs (Q80) and Net Farm Requirement (NFR). The optimized cropping pattern of Way Ketibung

Irriga-tion Area defines the cropping season. The 1st class of rainy cropping season begins on 2nd

Decem-ber and 2nd April to 1st class of dry cropping season. Whereas, The 2nd class of rainy cropping

sea-son begins on 1st January and 1st May to 2st class of dry cropping season. Water balance analysis

describe surplus and deficit of water, therefore could be generated cropping pattern rotation as; The rainy cropping season (MT I) : 1st class begin on 2nd week of December with 821 hectares (100

%), 2nd class begin on 1st week of January with 612 hectares (100 %). The dry cropping season

(MT II) : 1st class begin on 2nd week of April with 50 % of 821 hectares, 2nd class begin on 1st week

of May with 50 % of 612 hectares.

Keywords:Way Ketibung Irrigation Area, rice field, reliable discharge, Net Farm Requirement (NFR), water balance, cropping season, cropping pattern.

Abstrak

Perubahan penggunaan lahan di Daerah Irigasi Way Ketibung dari sawah untuk tanaman padi menjadi tanaman perkebunan karet dan sawit merupakan salah satu penyebab menurunnya pro-duksi padi di Daerah Irigasi Way Ketibung. Adanya perubahan penggunaan lahan tersebut dise-babkan oleh kurang tersedianya air irigasi di sawah. Karena itu perlu dilakukan upaya untuk men-goptimalkan sawah dalam upaya meningkatkan produksi padi.

Jadwal tanam yang digunakan selama ini oleh masyarakat di daerah Irigasi Way Ketibung , untuk golongan I musim tanam rendeng (MT.1) pada Bulan September minggu kesatu dan musim tanam gadu (MT.2) dimulai pada bulan Januari minggu kesatu dan untuk golongan II musim tanam ren-deng yang dimulai pada Bulan September minggu kedua dan musim tanam gadu dimulai pada bu-lan Januari minggu kedua. Pola tanam yang dilakukan selama ini oleh masyarakat di Daerah Iri-gasi Way Ketibung kurang sesuai, karena hanya sedikit masyarakat yang dapat menanam padi. Hal ini disebabkan oleh karena air yang tersedia tidak maksimal untuk pola tanam tersebut. Berdasarkan observasi lapangan dan analisis data curah hujan dapat disusun pola tanam yang opti-mal berdasarkan hasil perhitungan neraca air dengan menggunakan pendekatan debit andalan Q80 serta kebutuhan air irigasi padi sawah di Daerah Irigasi Way Ketibung adalah untuk Golongan I, musim rendeng (MT.1) dimulai pada Bulan Desember 2, Musim Gadu (MT.2) dimulai pada Bulan

(2)

Jurnal Rekayasa, Vol. 18, No. 2, Agustus 2014

(MT.2) dimulai pada Bulan Mei 1. Hasil perhitungan neraca air dengan menggunakan pendekatan debit andalan Q80 maka pergiliran pola tanam yang dihasilkan sebagai berikut, Musim tanam 1: Golongan I : luas 821 Ha100% (mulai tanam Bulan Desember minggu kedua), Golongan II : luas 612 Ha 100 % (mulai tanam Bulan Januari minggu kesatu), Musim Gadu : Golongan I : luas 821 Ha 50 % (mulai tanam Bulan April minggu kedua), Golongan II :luas 612 Ha 50 % (mulai tanam Bulan Mei minggu kesatu)

Kata kunci:Daerah irigasi, Way Ketibung, sawah, padi, musim tanam, neraca air, debit andalan,

pola tanam 1. PENDAHULUAN

Indonesia termasuk kedalam 4 negara pengimpor beras terbesar di dunia. Produksi beras Indonesia yang begitu tinggi belum bisa mencukupi kebutuhan penduduknya, akibatnya Indonesia masih harus mengimpor beras dari Negara penghasil pangan lain seperti Thai-land.

Perubahan penggunaan lahan di Daerah Irigasi Way Ketibung dari sawah untuk tanaman padi menjadi tanaman perkebunan karet dan sawit merupakan salah satu penyebab menurunnya produksi padi di Daerah Irigasi Way Ketibung. Adanya perubahan penggu-naan lahan tersebut disebabkan oleh kurang tersedianya air irigasi di sawah. Karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengoptimalkan sawah dalam upaya meningkatkan pro-duksi padi.

Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil panen padi dari sawah, selain penggunaan pupuk dan varietas unggulan, adalah dengan mencermati pola curah hujan (iklim) di daerah bersangkutan. Dengan mencermati pola iklimnya, diharapkan padi yang ditanam akan terpenuhi kebutuhan airnya yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi. Wilayah yang akan diteliti pada tulisan ini meliputi wilayah pertanian tanaman padi yang sebagian besar memanfaatkan air dari Daerah Irigasi Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan.

Dalam studi ini peneliti mencoba menganalisis neraca air di Daerah Irigasi Way Ketibung dan menyusun pola tanam padi sawah yang optimal di Daerah Irigasi Way Ketibung. 2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Irigasi Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan. Data primer dalam penelitian ini adalah data hujan harian, bulanan dan tahunan yang di-dapat oleh peneliti dari masing masing stasiun hujan yang ada di Daerah Irigasi Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan.

Data sekunder dalam penelitian ini berupa data pola tanam yang biasa digunakan oleh petani sawah di Daerah Irigasi Way Ketibung.

Secara bagan alir kegiatan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Wayan Susana, Optimisasi padi sawah... 104

(3)
(4)

Jurnal Rekayasa, Vol. 18, No. 2, Agustus 2014

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengumpulan data primer dan sekunder yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

3.a. Pola Tanam Eksisting

Terdapat dua golongan dan satu pola tanam yang digunakan pada daerah irigasi Way Ketibung selama ini yaitu :

♦ Golongan I : Pola Tanam yang digunakan Padi – Padi

♦ Golongan II : Pola Tanam yang digunakan Padi – Padi

Pergiliran dilakukan untuk mengatasi masalah keterbatasan ketersediaan air pada bendung dan untuk memenuhi aspek keadilan tanam untuk setiap petak lahan.

3.b. Jadwal Tanam Eksisting

Jadwal tanam yang digunakan selama ini disesuaikan dengan pola tanam dan kondisi ketersediaan air di Daerah Irigasi Way Ketibung.

Untuk Golongan I, musim rendeng (MT.1) dimulai pada bulan September 1, Musim Gadu (MT.2) dimulai pada bulan Januari 1 .

Sedangkan untuk Golongan II, masa tanam padi dimulai pada bulan September 2, Gadu (MT.2) dimulai pada bulan Januari 2.

Dengan pola tanam yang dilakukan selama ini ternyata kurang efektif karena hanya seten-gan dari areal yang ada dapat melakukan penanaman padi pada bulan pola tanam tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.1. Pada Tabel 3.1 perhitungan Neraca Air Bulan September di-dapat hasil yang minus yang berarti ketersediaan air tidak di-dapat mengaliri seluruh sawah yang ada di Daerah Irigasi Way Ketibung.

3.c. Neraca Air

Pada perhitungan neraca air ini, komponen ketersediaan air didekati dengan debit kean-dalan 80% atau Q80 yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun hasil perhitungan neraca

air dengan debit keandalan 80% atau Q80 daerah irigasi way ketibung pada Bulan

Septem-ber sampai dengan Bulan DesemSeptem-ber dapat dilihat pada Tabel 3.1 , Tabel 3.2, Tabel 3.3, dan Tabel 3.4 . Dan dari hasil perhitungan neraca air pada Tabel 3.1 perhitungan neraca air Bulan September ternyata terdapat bulan minus pada Bulan September, Bulan Okto-ber, Bulan NovemOkto-ber, dan Bulan DesemOkto-ber, Tabel 3.2 perhitungan neraca air Bulan Ok-tober ternyata terdapat bulan minus pada Bulan OkOk-tober, Bulan November, dan Bulan Desember, Tabel 4.3 perhitungan neraca air Bulan November ternyata terdapat bulan mi -nus pada Bulan November, dan Bulan Desember, dan Tabel 3.4 perhitungan neraca air Bulan Desember ketersediaan air surplus. Sehingga pola tanam yang direkomendasikan berdasarkan hasil perhitungan neraca air adalah pola tanam Bulan Desember karena ketersediaan air surplus.

Wayan Susana, Optimisasi padi sawah... 106

(5)

Tabel 3.1 Perhitungan Neraca Air Bulan September

Bulan Inflow Q80

(m3/dt) Outflow Intake (m3/dt) Limpasan(m3/dt) Kondisi

OKT-1 0,186 2,66 -2,47 Minus OKT-2 0,070 3,30 -3,23 Minus NOV-1 0,174 3,10 -2,93 Minus NOV-2 0,537 2,81 -2,27 Minus DES-1 0,643 2,72 -2,08 Minus DES-2 0,67 2,15 -1,48 Minus JAN-1 4,20 2,59 1,61 Surplus JAN-2 4,75 1,31 3,44 Surplus FEB-1 4,17 0,95 3,21 Surplus FEB-2 3,88 1,16 2,72 Surplus MAR-1 3,78 1,23 2,55 Surplus MAR-2 3,58 1,28 2,29 Surplus APR-1 3,09 1,29 1,80 Surplus APR-2 2,50 1,02 1,47 Surplus MEI-1 2,33 0,69 1,64 Surplus MEI-2 1,88 0,00 1,88 Surplus JUN-1 1,70 0,00 1,70 Surplus JUN-2 1,28 0,00 1,28 Surplus JUL-1 1,05 0,00 1,05 Surplus JUL-2 0,84 0,00 0,84 Surplus AGT-1 0,55 0,00 0,55 Surplus AGT-2 0,404 0,00 0,404 Surplus SEP-1 0,273 2,16 - 1,89 Minus SEP-2 0,169 3,77 - 3,60 Minus

Tabel 3.2 Perhitungan Neraca Air Bulan Oktober

Bulan Inflow Q80 (m3/dt) Outflow Intake (m3/dt) Limpasan (m3/dt) Kondisi OKT-1 0,186 2,13 -1,94 Minus OKT-2 0,070 3,76 -3,69 Minus NOV-1 0,174 2,55 -2,38 Minus NOV-2 0,537 2,87 -2,33 Minus DES-1 0,643 2,61 -2,17 Minus DES-2 0,67 2,91 -2,24 Minus JAN-1 4,20 2,94 1,26 Surplus JAN-2 4,75 1,27 3,48 Surplus FEB-1 4,17 2,13 2,03 Surplus FEB-2 3,88 1,46 2,42 Surplus MAR-1 3,78 0,97 2,81 Surplus MAR-2 3,58 1,31 2,26 Surplus APR-1 3,09 1,33 1,75 Surplus APR-2 2,50 1,40 1,09 Surplus MEI-1 2,33 1,25 1,07 Surplus MEI-2 1,88 1,05 0,83 Surplus JUN-1 1,70 0,71 0,99 Surplus JUN-2 1,28 0,00 1,28 Surplus JUL-1 1,05 0,00 1,05 Surplus JUL-2 0,84 0,00 0,84 Surplus AGT-1 0,55 0,00 0,55 Surplus AGT-2 0,404 0,00 0,404 Surplus SEP-1 0,273 0,00 0,273 Surplus SEP-2 0,169 0,00 0,169 Surplus

(6)

Jurnal Rekayasa, Vol. 18, No. 2, Agustus 2014

Tabel 3.3 Perhitungan Neraca Air Bulan November

Bulan Inflow Q80

(m3/dt) Outflow Intake (m3/dt) Limpasan(m3/dt) Kondisi

OKT-1 0,186 0,000 0,186 Surplus OKT-2 0,070 0,000 0,070 Surplus NOV-1 0,174 2,07 -1,90 Minus NOV-2 0,537 3,40 -2,86 Minus DES-1 0,643 2,32 -1,67 Minus DES-2 0,67 2,97 -2,30 Minus JAN-1 4,20 3,03 1,17 Surplus JAN-2 4,75 2,01 2,74 Surplus FEB-1 4,17 2,33 1,83 Surplus FEB-2 3,88 1,56 2,32 Surplus MAR-1 3,78 2,16 1,63 Surplus MAR-2 3,58 1,56 2,01 Surplus APR-1 3,09 1,07 2,01 Surplus APR-2 2,50 1,43 1,06 Surplus MEI-1 2,33 1,29 1,03 Surplus MEI-2 1,88 1,41 0,47 Surplus JUN-1 1,70 1,27 0,43 Surplus JUN-2 1,28 1,08 0,19 Surplus JUL-1 1,05 0,75 0,30 Surplus JUL-2 0,84 0,00 0,84 Surplus AGT-1 0,55 0,00 0,55 Surplus AGT-2 0,404 0,00 0,404 Surplus SEP-1 0,273 0,00 0,273 Surplus SEP-2 0,169 0,00 0,169 Surplus

Tabel 3.4 Perhitungan Neraca Air Bulan Desember

Bulan Inflow Q80 (m3/dt) Outflow Intake (m3/dt) Limpasan (m3/dt) Kondisi OKT-1 0,186 0,000 0,186 Surplus OKT-2 0,070 0,000 0,070 Surplus NOV-1 0,174 0,000 0,174 Surplus NOV-2 0,537 0,000 0,537 Surplus DES-1 0,643 0,36 0,283 Surplus DES-2 0,67 0,601 0,073 Surplus JAN-1 4,20 1,947 2,257 Surplus JAN-2 4,75 2,482 2,267 Surplus FEB-1 4,17 1,481 2,684 Surplus FEB-2 3,88 1,938 1,941 Surplus MAR-1 3,78 1,833 1,948 Surplus MAR-2 3,58 1,405 2,171 Surplus APR-1 3,09 0,253 2,834 Surplus APR-2 2,50 0,252 2,244 Surplus MEI-1 2,33 0,961 1,364 Surplus MEI-2 1,88 0,76 1,114 Surplus JUN-1 1,70 0,66 1,044 Surplus JUN-2 1,28 0,76 0,520 Surplus JUL-1 1,05 0,73 0,321 Surplus JUL-2 0,84 0,43 0,408 Surplus AGT-1 0,55 0,10 0,449 Surplus AGT-2 0,404 0,000 0,404 Surplus SEP-1 0,273 0,000 0,273 Surplus SEP-2 0,169 0,000 0,169 Surplus

Hasil perhitungan neraca air dengan menggunakan pendekatan debit andalan Q80 pada

pergiliran pola tanam mulai tanam Desember 2 dalam bentuk grafik dapat dilihat pada

Wayan Susana, Optimisasi padi sawah... 108

(7)

Gambar 3.1 . Pada Gambar 3.1 terlihat pola tanam yang dimulai pada Desember 2, ketersediaan air dapat mencukupi untuk proses menanam padi sampai dengan panen. Hal ini ditunjukan dengan garis biru Inflow Q80 (ketersediaan air di Daerah Irigasi Way

Keti-bung) diatas garis merah Outflow Intake (air yang diperlukan untuk menanam padi sam-pai dengan panen). Artinya nilai Inflow Q80 lebih besar dari Outflow Intake.

Dari beberapa hasil perhitungan neraca air dengan menggunakan pendekatan debit an-dalan Q80 pada pergiliran pola tanam dipilih pola tanam sebagai berikut.

- Musim tanam 1 : Gol I : luas 821 Ha100% (mulai tanam Desember 2) Gol II :luas 612 Ha 100 % (mulai tanam Januari1) - Musim Gadu : Gol I : luas 821 Ha 50 % (mulai tanam April2)

Gol II :luas 612 Ha 50 % (mulai tanam Mei 1)

Pola tanam Daerah Irigasi Way Ketibung yang akan digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.5 .

(8)
(9)

Pola Tanam Gol. 1 821 ha 821 ha 411 ha Eto mm/hr 5,16 4,95 4,84 4,55 4,35 4,55 4,37 4,43 4,56 4,24 4,59 4,71 4,53 4,56 4,17 4,30 3,90 4,03 4,12 4,22 4,51 4,71 4,92 4,94 P mm/hr 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 Re mm/hr 0,44 0,10 0,56 1,20 1,01 0,80 0,19 4,11 2,80 2,88 2,70 2,37 1,82 1,22 1,63 0,85 1,11 0,39 0,47 0,41 0,16 - - 0,04 Eo mm/hr 5,68 5,45 5,32 5,01 4,79 5,01 4,81 4,87 5,02 4,66 5,05 5,18 4,98 5,02 4,59 4,73 4,29 4,43 4,53 4,64 4,96 5,18 5,41 5,43 Eo + P (M) mm/hr 7,68 7,45 7,32 7,01 6,79 7,01 6,81 6,87 7,02 6,66 7,05 7,18 6,98 7,02 6,59 6,73 6,29 6,43 6,53 6,64 6,96 7,18 7,41 7,43 K 0,92 0,89 0,88 0,84 0,81 0,84 0,82 0,82 0,84 0,80 0,85 0,86 0,84 0,84 0,79 0,81 0,75 0,77 0,78 0,80 0,84 0,86 0,89 0,89 LP mm/hr 12,18 12,32 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 12,31 12,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Etc mm/hr 0,00 0,00 4,807 4,873 4,788 4,452 4,3605 0 0,00 0,00 4,59 4,73 4,10 4,23 3,91 0,00 NFR mm/hr 13,17 13,52 6,62 2,76 3,99 3,57 3,66 -0,37 12,49 13,11 4,96 5,88 4,99 5,84 5,44 1,59 l/dt/ha 1,52 1,56 0,77 0,32 0,46 0,41 0,42 -0,04 1,45 1,52 0,57 0,68 0,58 0,68 0,63 0,18 DR l/dt/ha 2,38 2,45 1,20 0,50 0,72 0,65 0,66 -0,07 2,26 2,37 0,90 1,06 0,90 1,06 0,98 0,29 m3/dt 0,36 0,37 0,98 1,29 0,82 1,00 0,94 0,78 0,23 0,21 0,37 0,44 0,37 0,43 0,40 0,12 Pola Tanam 306 306 306 306 306 306 306 306 Gol. 2 612 ha 612 ha 306 ha Koefisien Kc 0,00 0,00 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 0,00 0,00 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 Eo mm/hr 5,01 4,81 4,87 5,02 4,66 5,05 5,18 4,98 5,02 4,59 4,73 4,29 4,43 4,53 4,64 4,96 Eo + P (M) mm/hr 7,01 6,81 6,87 7,02 6,66 7,05 7,18 6,98 7,02 6,59 6,73 6,29 6,43 6,53 6,64 6,96 K 0,84 0,82 0,82 0,84 0,80 0,85 0,86 0,84 0,84 0,79 0,81 0,75 0,77 0,78 0,80 0,84 LP mm/hr 12,32 12,20 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 12,33 12,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Etc mm/hr 0,00 0,00 4,87 5,02 4,45 4,82 4,47 0,00 0,00 0,00 4,73 4,29 4,23 4,33 4,01 0,00 NFR mm/hr 13,52 14,01 2,76 4,22 3,57 4,12 4,10 0,18 13,11 12,43 5,88 5,18 5,84 5,86 5,60 1,84 l/dt/ha 1,56 1,62 0,32 0,49 0,41 0,48 0,48 0,02 1,52 1,44 0,68 0,60 0,68 0,68 0,65 0,21 DR l/dt/ha 2,45 2,53 0,50 0,76 0,65 0,74 0,74 0,03 2,37 2,25 1,06 0,94 1,06 1,06 1,01 0,33 m3/dt 0,23 0,97 1,19 0,66 0,94 0,89 0,62 0,02 0,04 0,59 0,33 0,29 0,32 0,32 0,31 0,10 Qintake m3/dt 0,00 0,00 0,00 0,00 0,36 0,601 1,947 2,482 1,481 1,938 1,833 1,405 0,253 0,252 0,961 0,762 0,657 0,757 0,729 0,428 0,102 0,00 0,00 0,00 Qandalan m3/dt 0,186 0,07 0,174 0,537 0,643 0,67 4,20 4,75 4,17 3,88 3,78 3,58 3,09 2,50 2,33 1,88 1,70 1,28 1,05 0,84 0,55 0,404 0,273 0,169

Neraca Air lt/dt/ha 0,19 0,07 0,17 0,54 0,283 0,073 2,257 2,267 2,684 1,941 1,948 2,171 2,834 2,244 1,364 1,114 1,044 0,520 0,321 0,408 0,449 0,40 0,27 0,17

Padi Rendeng Padi Gadu

(10)

4. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Jadwal tanam yang digunakan selama ini oleh masyarakat di daerah Irigasi Way Ketibung , untuk golongan I musim tanam rendeng (MT.1) pada Bulan September minggu kesatu dan musim tanam gadu (MT.2) dimulai pada bulan Januari minggu kesatu dan untuk go-longan II musim tanam rendeng yang dimulai pada Bulan September minggu kedua dan musim tanam gadu dimulai pada bulan Januari minggu kedua. Pola tanam yang dilakukan selama ini oleh masyarakat di Daerah Irigasi Way Ketibung kurang sesuai, karena hanya sedikit masyarakat yang dapat menanam padi. Hal ini disebabkan oleh karena air yang tersedia tidak maksimal untuk pola tanam tersebut.

Jadwal tanam yang optimal tersedia berdasarkan hasil perhitungan neraca air dengan menggunakan pendekatan debit andalan Q80 serta kebutuhan air irigasi padi sawah di

Daerah Irigasi Way Ketibung adalah untuk Golongan I, musim rendeng (MT.1) dimulai pada Bulan Desember 2, Musim Gadu (MT.2) dimulai pada Bulan April 2 . Sedangkan untuk Golongan II, masa tanam padi dimulai pada Bulan Januari 1, Gadu (MT.2) dimulai pada Bulan Mei 1.

Hasil perhitungan neraca air dengan menggunakan pendekatan debit andalan Q80 maka

pergiliran pola tanam yang dihasilkan sebagai berikut.

- Musim tanam 1 : Gol I : luas 821 Ha100% (mulai tanam Desember 2) Gol II : luas 612 Ha 100 % (mulai tanam Januari 1) - Musim Gadu : Gol I : luas 821 Ha 50 % (mulai tanam April 2)

Gol II :luas 612 Ha 50 % (mulai tanam Mei 1)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah Dan Air. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor. Harto, B.S. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia. Jakarta.

Hillel, D. 1983. Fundamental of Soil Physics. Academic Press Inc. New York. Alih Ba-hasa Susanto, R.H dan Rahmad H.P.1996. Fakultas Pertanian. Universitas Sriwi-jaya.

Indarto. 2012. Hidrologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Istanto, K. 2007. Studi Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Wilayah Sungai Pemali Comal Propinsi Jawa Tengah. Program Pasca Sarjana Universitas Diponogoro. Se-marang.

Rai, M. and Mauria, S. 2006. Handbook of Agriculture. Indian Council of Agricultural Research. New Delhi.

(11)

Rosadi, R.A.B. 2010. The Role Of Irigation System In Rice Production Toward Food Se-curity In Indonesia. Presented at the 2nd International Symposium of Rearing Program for Basin Water Environmental Leader. Gifu University. Gifu. Japan. Rosadi, R.A.B. 2012. Irigasi Defisit. Lembaga Penelitian Universitas Lampung.

Lam-pung.

Sigit, A. 2001. Studi Pengembangan Sumber Daya Air Terpadu Satuan Wilayah Sungai Pedegolan Propinsi Jawa Tengah. Tesis ITB. Bandung.

Subramanya, K. 2005. Engineering Hydrology. Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. New Delhi.

Susiloputri, S. dan Farida, S.N. 2011. Pemanfaatan Air Tanah Untuk memenuhi Air Iri-gasi Di Kabupaten Kudus. Laporan Tugas Akhir Universitas Veteran Djogjakarta. Jawa Tengah.

Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan Berkelanjutan. Universitas Diponogoro. Se-marang.

(12)

Jurnal Rekayasa, Vol. 18, No. 2, Agustus 2014

Wayan Susana, Optimisasi padi sawah... 114

Gambar

Gambar 1. Diagram alir penelitian
Tabel 3.2  Perhitungan Neraca Air Bulan Oktober
Tabel 3.3  Perhitungan Neraca Air Bulan November
Gambar 3.1  Grafik Neraca Air Dengan Pola Tanam Optimal

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian diharapkan masyarakat umum akan lebih terbuka dan ada keinginan untuk mencoba membuat sebuah karya film khususnya film pendek yang nantinya dapat digunakan

Hasil simulasi dan implementasi menunjukan kontroler FS-PID dapat memberikan respon yang lebih baik dibandingkan dengan kontroler PID dengan parameter tetap ditinjau dari nilai

- Ujian ulang dilaksanakan Minggu, 20 Nopember 2011 di Fakultas Tarbiyah, IAIN Walisongo Semarang - Ujian ulang tulis dilaksanakan pada pukul 09.00 s.d 12.00 WIB. - Ujian

Sebagai contoh, bila departemen produksi menghendaki produksi cetakan baik sebesar lebih dari 5500 lembar/jamnya, maka unit pengolahan larutan pembersih daur ulang dapat

Permasalahan yang didapatkan peneliti sebelum melakukan penelitian lebih lanjut dalam pendidikan agama Islam di sekolah SMP Dharma Praja yaitu guru yang kurang dalam menguasai

Permodelan menggunakan metode radial basis function dengan pendekatan k-mean cluster memberikan tingkat akurasi yang lebih baik dari pada metode regresi logistik ordinal

Demikian pula dapat dilakukan penghapusan data video yang sudah tersimpan dalam database dengan terlebih dahulu memilih/menyorot data video pekerjaan pada kotak Data Video

Pasien dan dokter sudah sepakat untuk melakukan dialysis di RSU Bali Royal maka pasien akan mengirimkan data traveling dan data medis melalui email, setelah itu pasien akan di