• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penanganan nyeri adalah hak dasar manusia tanpa memandang jenis kelamin dan usia. Telah diketahui bahwa transmisi dan persepsi nyeri timbul dan berfungsi sejak kehamilan usia 24 minggu.1 Penanganan nyeri tidak dapat disamakan pada masing-masing individu dan kelompok umur karena penanganan nyeri yang baik memerlukan perhatian khusus terhadap fisiologi, anatomi, dan karakteristik farmakologi. Pasien anak dan orang tua mendapat perhatian khusus dalam penanganan nyeri karena persepsi nyeri, kognitif, dan personaliti menyebabkan ambang nyeri keduanya sangat berbeda.2

Penanganan nyeri dan sedasi yang adekuat pada pasien anak adalah hal yang sangat penting. Pemberian analgesik dan sedasi dapat mengurangi kecemasan dan nyeri, yang apabila tidak ditangani dapat menimbulkan dampak psikologis dan fisik yang merugikan.3,4

Pada saat kita merencanakan tatalaksana nyeri pada anak penting sekali untuk mengetahui dan mengenal kaidah-kaidah fisiologi, psikologi dan respons emosional anak terhadap rasa sakit. Tanpa memperhatikan aspek penting ini, sulit bagi kita untuk merencanakan pengobatan yang adekuat. Perubahan tanda vital tidak selalu terjadi pada semua anak yang menderita nyeri hebat. Sebaiknya perubahan tanda vital tidak digunakan dalam menetapkan derajat rasa sakit yang diderita seorang anak. Kadang-kadang seorang anak yang menderita nyeri bahkan nyeri berat sekalipun dapat dialihkan perhatiannya dari rasa sakit, bahkan ada yang bisa beristirahat dengan baik. Jangan percaya bahwa seorang anak tidak merasa sakit karena dia kelihatannya “baik-baik saja”. Selalu tanya dan percaya pada penilaian anak terhadap rasa sakitnya. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik akan sangat menolong menegakkan

(2)

diagnosis. Rincian terhadap lokasi nyeri, lama nyeri, penyebaran dan karakteristik rasa nyeri sering menolong dalam menentukan pengobatan rasa nyeri tersebut.5-7

Nyeri yang bersifat akut adalah sensasi yang paling sering dialami oleh anak dibandingkan nyeri kronik, yang dapat disebabkan trauma, adanya penyakit yang diderita dan akibat tindakan medis lainnya.8 Nyeri paska bedah adalah permasalahan penting yang menyertai tindakan operasi. Penanganan nyeri yang efektif dengan efek samping sedikit mungkin akan mempercepat pemulihan dan kepulangan pasien dari rumah sakit. Kenyamanan pasien merupakan salah satu hal yang penting sehingga analgetik yang adekuat sangat dibutuhkan pada periode paska bedah.9

Seperti kita ketahui bahwa nyeri terdiri dari dua komponen penting yaitu sensoris dan afektif ( emosional ).10 Analgesia yang sering digunakan saat ini untuk nyeri paska bedah pada anak-anak adalah golongan Non Opioid Analgesi seperti NSAID (Non Steroid Anti

Inflamatory Drug), yang dianggap aman karena tidak menimbulkan

depresi pernapasan. Tetapi efek analgesia dari Non Opioid Analgesi seperti NSAID kurang poten dan golongan ini meningkatkan resiko perdarahan pra bedah dan paska bedah.11 Selain itu Non Opioid Analgesi tidak memiliki efek sedasi yang dibutuhkan dalam penanganan nyeri terutama pada anak-anak. Analgesik opoid memiliki efek unik yaitu dapat menurunkan kedua aspek dari nyeri, terutama aspek afektif.10

Analgetik sangat diperlukan setelah pasien menjalani pembedahan, banyak efek yang merugikan bila pasien tadi masih merasa nyeri paska pembedahan. Nyeri paska pembedahan dapat menyebabkan respon segmental dan supra-segmental refleks yang dapat berefek pada sistem pernafasan, kardiovaskular, pencernaan, urine, dan hormonal.9,12

Obat-obat Non Opioid Analgesi seperti NSAID sudah popular sebagai analgesia. Obat-obat ini bermanfaat dalam menurunkan kebutuhan analgetik opioid. Selain itu obat NSAID memfasilitasi proses

(3)

penyembuhan dengan cara mengurangi efek samping opioid. Obat NSAID di sisi lain juga menimbulkan efek yang tidak di inginkan, antara lain gangguan mukosa gastrointestinal dan aliran darah ginjal.9,12

The Agency for Health Care Policy and Research dari Department of Health and Human Services Amerika Serikat mempublikasikan

panduan praktis penatalaksanaan nyeri akut, dimana bila tidak didapatkan kontra indikasi, terapi farmakologi untuk nyeri paska bedah ringan-sedang harus di mulai dengan obat Non Opioid Analgesi .9,12 Berdasarkan penelitian Joseph E,dkk ,departemen Anestesiologi Universitas Barcelona,Spanyol (1999) menyatakan bahwa analgesik yang paling sering digunakan pada anak-anak paska bedah adalah metamizol,propiphenazon,parasetamol dan kodein.13 Pada pemberian intravena onset dari obat NSAID lebih cepat tercapai sehingga pemberian intravena merupakan pilihan apabila penanganan nyeri yang cepat diperlukan seperti pada keadaan paska pembedahan.14

Obat Non Opioid Analgesi seperti NSAID menurunkan kadar

mediator-mediator inflamatori pada daerah trauma, tidak menyebabkan sedasi atau depresi pernafasan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Parasetamol sebagai salah satu obat penghambat aktifitas sintesis prostaglandin di hipotalamus melalui penghambatan COX-3 yang memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan obat-obat golongan NSAID lain. Keunggulan tersebut antara lain efek samping pada gastrointestinal dan platelet yang sangat minimal dan dapat mengurangi penggunaan opioid yang selama ini banyak digunakan sebagai obat standar untuk penanganan nyeri paska bedah.Parasetamol juga merupakan obat yang paling sering diresepkan untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang pada bayi.15

Metamizol merupakan turunan pirazolon dengan efek analgesik dan antipiretik namun dengan efek anti inflamasi yang lemah.Mekanisme sebagai analgesik dengan menghambat COX-3 dan menurunkan sintesis

(4)

prostaglandin di spinal posterior horns.15 Merupakan obat pilihan analgetik dari golongan NSAID untuk mengurangi resiko perdarahan.16

Penelitian tentang perbandingan efek analgesia Parasetamol dengan Metamizol banyak dilakukan pada populasi dewasa. Berdasarkan penelitian Henning O, dkk,Departemen Anestesiologi dan Perawatan intensif Universitas Schleswig-Holstein,Jerman (2009) pada pasien setelah dilakukan operasi payudara menunjukkan bahwa baik pemberian Parasetamol 1g intravena (IV) maupun Metamizol 1g intravena (IV) secara signifikan menghasilkan pengurangan dalam konsumsi morfin total pasca bedah terutama lagi pada pemberian parasetamol 1g IV.17 Penelitian lain yang juga dilakukan di Jerman oleh Susanne L,dkk,departemen Anestesiologi Universitas Cologne,Jerman (2005) pada pasien setelah operasi retina menunjukkan Parasetamol 1g IV mempunyai efek analgetik yang sama dengan Metamizol 1g IV sebagai analgetik pasca bedah.18 Vladimir,dkk,departemen bedah mulut universitas Minas Gerais ,Brazil (2009) menyatakan bahwa penggunaan oral parasetamol 750 mg dan mitamizol 500 mg lebih mempunyai efek analgesi dibandingkan dengan lysine cloxinate 125 mg.19 Sedangkan penelitian yang dilakukan pada pasien anak pasca bedah sendiri adalah oleh In Hwa Lee,dkk, departemen Anestesiologi univesitas Ewha ,Korsel,(2009) menunjukkan bahwa baik ketorolak 1mg/kg maupun propasetamol 30 mg/kg tidak mempunyai efek preemptive analgesik setelah 1 jam pasca operasi adenotonsilektomi.20 Pada penelitian lain oleh Murat M,dkk,departemen anestesiologi rumah sakit Enfants Armand Trousseau,Paris,Prancis (2004) menyatakan bahwa infus tunggal dari parasetamol 15 mg/kg IV menghasilkan efek analgesia yang sama dengan infus tunggal propasetamol 30 mg/kg setelah operasi hernia inguinal pada anak.Parasetamol 15 mg/kg lebih baik dalam toleransi pada tempat penyuntikkan dibandingkan propasetamol.21 Jeong Y,dkk,departemen anestesiologi universitas Yonsei,Korsel (2010) menyatakan bahwa pemberian intravena preoperasi ketorolak 1 mg/kg

(5)

dan parasetamol 20 mg/kg merupakan metode yang mudah,aman dan efektif untuk menghilangkan nyeri pasca operasi pada pasien anak-anak rawat jalan setelah operasi hernia inguinal.22

Pada penelitian laboratoris,pemberian analgetik sebelum adanya stimulus nyeri akut lebih efektif dalam meminimalkan perubahan pada kornu dorsalis akibat sensitisasi sentral dibandingkan dengan analgetik yang sama diberikan setelah keadaan nyeri terjadi.Hal ini menimbulkan hipotesis bahwa penanganan nyeri sebelum pembedahan dapat meringankan nyeri pasca bedah dengan lebih baik ini disebut ‘analgesia preemptif’ yang ditulis oleh Wall 1988.23 Namun,penelitian klinis yang dilaporkan (Moniche dkk,2002,tingkat 1) gagal mengkonfirmasikan adanya efek yang bermakna dari waktu pemberian analgetik dengan membandingkan pemberian analgetik sebelum dan sesudah insisi. Hal ini sebagian dipengaruhi oleh variasi pada defenisi,kurangnya desain penelitian klinis dan perbedaan hasil dari penelitian laboratoris dengan klinis.24

Defenisi terakhir disempurnakan oleh Kissin (2005) dengan alasan karena proses sensitisasi sentral tidak hanya diakibatkan oleh insisi kulit,namun juga oleh kerusakan jaringan pada seluruh prosedur intraoperatif dan inflamasi paska bedah,maka fokus telah bergeser dari waktu pemberian satu intervensi tunggal kepada konsep “analgesia preventif”.25

Dengan melihat latar belakang diatas bahwa parasetamol dengan metamizol belum pernah dibandingkan efek analgesianya pada populasi anak,maka peneliti berkeinginan untuk membandingkan efek analgesia Parasetamol intra vena dengan Metamizol intra vena sebagai preventif analgesia pada pasien anak usia 3-10 tahun.

(6)

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada perbedaan effektivitas pada pemberian Parasetamol 15 mg/kg intravena dibandingkan dengan Metamizol 15 mg/kg intravena sebagai preventif analgesia pada pasien anak dalam mengatasi nyeri paska bedah pada tindakan pembedahan dengan anestesi umum.

1.3 Hipotesa

Ada perbedaan effektivitas pada pemberian Parasetamol 15 mg/kg intravena dibandingkan dengan Metamizol 15 mg/kg intravena sebagai preventif analgesia pada pasien anak dalam mengatasi nyeri paska bedah pada tindakan pembedahan dengan anestesi umum.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum

Mendapatkan alternatif obat analgesia yang efektif dalam mengatasi nyeri paska pembedahan pada pasien anak dengan tehnik preventif analgesia.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui obat golongan Non Opioid Analgesi yang lebih effektif dalam mengatasi nyeri paska pembedahan dengan tekhnik preventif pada pasien anak-anak usia 3-10 tahun dengan menggunakan Wong Baker Faces Pain Rating scale dan FLACC scale.

2. Untuk mengetahui effektivitas Parasetamol dalam mengatasi nyeri paska pembedahan pada pasien anak-anak usia 3-10 tahun dengan menggunakan Wong Baker Faces Pain Rating scale dan FLACC scale.

(7)

3. Untuk mengetahui effektivitas Metamizol dalam mengatasi nyeri paska pembedahan pada pasien anak-anak usia 3-10 tahun dengan menggunakan Wong Baker Faces Pain Rating scale dan FLACC scale.

4. Untuk mengetahui hubungan antara Wong Baker Faces Pain Rating scale dan FLACC scale sebagai parameter alat ukur nyeri pada pasien anak.

1.5 Manfaat

a. Dari penelitian ini diharapkan dapat ditemukan obat Non Opioid Analgesi yang tepat sebagai preventif analgesia pada pasien anak-anak usia 3-10 tahun sehingga nyeri paska pembedahan dapat di atasi.

b. Dapat dipakai sebagai alternatif lain dari obat golongan Non Opioid Analgesi yang telah ada pada pasien anak-anak usia 3-10 tahun dalam preventif analgesia.

c. Dapat dipakai sebagai pedoman penelitian untuk penanganan nyeri paska bedah pada pasien anak-anak

Referensi

Dokumen terkait

Percobaan bertujuan untuk mengetahui ransom dengan imbangan rumput gajah dan konsentrat yang sesuai untuk sapi perah sehingga dicapai produksi susu terkoreksi lemak

Kombinasi-kombinasi jumlah data tersebut dipilih bervariasi dari 1 buah data, 5 buah, 10 buah, 20 buah dan seterusnya sampai penggunaan seluruh data arus lalu

• Exchange of claim yaitu bank memberikan kredit kepada nasabahnya, tetapi bank tidak memberikan uang tunai kepada nasabahnya melainkan dengan membuka suatu

Adapaun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua cara, yaitu Penelitian Kepustakaan (Library Research) dan Penelitian Lapangan (Field Research)

Pnji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Mahakuasa yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan praktek kerja magang

Situs web menawarkan kemudahan-kemudahan kepada kita untuk memperoleh informasi dan data sekaligus salah satu diantaranya adalah informasi inisiasi menyusu dini yang merupakan

Penulisan Ilmiah ini menguraikan penerapan bahasa Visual Basic ke dalam kegiatan kerja bagian administrasi, dimana kegiatannya sangat berpengaruh dalam pembuatan surat jalan

Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli dianggap sah apabila ma’qud alaih adalah barang yang tetap atau bermanfaat, berbentuk, dapat diserahkan, dapat dilihat oleh orang-orang yang