• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI ENERGI PADA SAPI PERAH HOLSTEIN YANG DIBERI BERBAGAI IMBANGAN RUMPUT DAN KONSENTRAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFISIENSI ENERGI PADA SAPI PERAH HOLSTEIN YANG DIBERI BERBAGAI IMBANGAN RUMPUT DAN KONSENTRAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI ENERGI PADA SAPI PERAH HOLSTEIN YANG DIBERI BERBAGAI IMBANGAN RUMPUT DAN KONSENTRAT

Endri Musnandar Fakultas Peternakan Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361

Abstrak

Penelitian pengaruh berbagai imbangan rumput gajah dan konsentrat dalam ransum terhadap produksi susu sapi perah Holstein telah dilakukan selama 90 hari. Penelitian menggunakan 5 ekor sapi Holstein yang sedang laktasi ke IV. Percobaan bertujuan untuk mengetahui ransom dengan imbangan rumput gajah dan konsentrat yang sesuai untuk sapi perah sehingga dicapai produksi susu terkoreksi lemak dan efisiensi energi yang optimal. Rancangan bujur sangkir latin digunakan dalam percobaan ini dengan 5 perlakuan imbangan rumput gajah dan konsentrat (R1 = 70:30%; R2 = 60:40%; R3 = 50:50%; R4 = 40:60%; R5 = 30:70%) sehingga terbentuk bujur sangkar 5x5. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam. Untuk menguji nilai rata-rata perlakuan dilakukan Uji wilayah berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi susu terkoreksi lemak 4% FCM berkisar 10,91-12,79 kg/hari dan tidak nyata (P>0.05) dipengaruhi oleh imbangan rumput gajah dan konsentrat dalam ransom. Efisiensi energi bruto dipengaruhi oleh imbangan rumput dan konsentrat dalam ransom (P<0.05) yaitu perlakuan R1 (0,27), R2 (0,27), dan R3 (0,28) lebih besar daripada perlakuan R4 (0,25) dan R5 (0,25). Begitu juga efisiensi energi bruto dipengaruhi oleh imbangan rumput dan konsentrat dalam ransom (P<0.05) yaitu perlakuan R1 (0,38), R2 (0,37), dan R3 (0,38) lebih besar daripada perlakuan R4 (0,34) dan R5 (0,34). Dapat disimpulkan bahwa imbangan rumput dan konsentrat dalam ransom tidak mempengaruhi produksi susu terkoreksi lemak 4% tetapi menghasilkan efisiensi energi yang tinggi.

Kata kunci : 4% FCM, efiensi energi, imbangan rumput, ransom

PENDAHULUAN

Sapi perah termasuk ternak yang efisien dalam penggunaan energi makanan menjadi energi susu (Mc. Donald, dkk., 1988). Sumber energi baik karbohidrat maupun lemak, produk akhirnya pada ruminansia adalah asam lemak terbang sedangkan pada non ruminansia adalah glukosa. Selanjutnya, asam lemak terbang pada ruminansia menjadi sumber energi, sedangkan pada non ruminansia adalah glukosa (Preston dan Leng, 1987). Efisiensi penggunaan sumber energi ini menjadi produk ternak disebut efisiensi energi.

Pada prinsipnya produksi ternak adalah energi. Dalam hal ini produksi susu merupakan produksi energi yang tersimpan dalam bentuk karbohidrat selain lemak dan

protein. Karena prinsip produksi sapi perah adalah penyimpanan energi energi dalam susu maka kekurangan energi dalam ransum berakibat menurunnya produksi susu.

Kebutuhan energi pada ternak selalu bervariasi. Menurut Kearl ((1982), kebutuhan energi dipengaruhi oleh bangsa, geografi daerah, dan musim. Dikemukakan pula bahwa kebutuhan energi untuk sapi laktasi lebih tinggi dari pada sapi tidak laktasi. Oleh karena faktor-faktor tersebut maka kebutuhan energi hidup pokok, produksi, dan reproduksi selalu berubah-ubah.

Energi dapat dicerna bisa merupakan gambaran efisiensi energi. Energi dapat dicerna dapat diketahui melalui selisih energi yang dikonsumsi dengan energi yang terbuang dalam faeces. Blaxter (1961) menyatakan bahwa batang dan daun yang kaya kandungan

(2)

selulosa akan sukar dicerna sehingga energi yang terbuang melalui faeces rendah. Namun demikian tingkat kehalusan konsentrat dapat mempercepat laju makanan dalam saluran pencernaan dan bakteri rumen tidak cukup waktu untuk memfermentasi zat tersebut, akibatnya kehilangan energi melalui faeces tetap tinggi.

Tillman, dkk., (1984) menyatakan pada pencernaan selulosa dan hemiselulosa yang banyak terdapat pada hijauan, paling banyak diproduksi oleh mikroba rumen adalah asam asetat dan kemudian asam propionat. Asam asetat langsung dapat digunakan oleh kelenjar susu untuk sintesis asam lemak susu. Tiga puluh dua persen dari asam propionat yang diproduksi di rumen digunakan untuk sintesis glukosa. Meskipun sumber energi pada ruminansia adalah asam lemak terbang, sehingga kadar glukosa dalam darah sedikit, namun glukosa ini penting juga untuk ruminansia (Maynard dan Loosli, 1978). Oleh karena itu, ransum ruminansia tidak dianjurkan seluruhnya hijauan.

Disamping hijauan, dianjurkan adanya tambahan konsentrat agar kadar asam propionat dalam rumen dapat eningkat, karena kekurangan asam propionat menyebabkan ternak kekurangan energi. Kondisi ini menyebabkan ternak mengambil energi dari jaringan tubuh. Efisiensi pengambilan energi dari jaringan tubuh ini dapat mencapai 85% (Moe, dkk., 1975). Namun proses ii tetap tidak efisien karena untuk proses pemecahan cadangan makanan dari tubuh memerlukan energi dan dapat menimbulkan ketosis.

Peningkatan konsentrat dalam ransum dapat meningkatkan proporsi asam propionat dalam cairan rumen dan meningkatkan efisiensi energi, tapi hal ini terjadi bila proporsi asam asetat dalam cairan rumen masih 50-60%. Bila proporsi asam asetat kurang dari 40% atau lebih 60% dari total asam lemak terbang, efisiensi energi akan menurun (Blaxter, 1961). Efisiensi energi metabolis menjadi energi dalam susu bisa mencapai sekitar 70% pada sapi yang diberi ransum normal (Hay dan biji-bijian). Berdasarkan adanya perubahan efisiensi energi akibat perubahan ransum seperti

dikemukakan di atas maka dilakukan penelitian imbangan rumput dan konsentrat terhadap efisiensi energi pada sapi perah.

METODE PENELITIAN Ternak Percobaan

Penelitian ini menggunakan sapi perah Holstein. Ternak percobaan dipilih yang memiliki keragaman umur, periode laktasi, produksi susu dan bobot badan yang relatif sama agar diperoleh efek percobaan yang sebenarnya. Sapi yang digunakan yaitu sapi pada periode laktasi ke II dan laktasi bulan ke-4, rataan produksi susu 12,34+0.8 (ltr/hari), dan bobot badan berkisar 402,4 kg.

Sapi yang digunakan sebanyak 5 ekor dan dibagi dalam 5 perlakuan ransum sehingga masing-masing perlakuan terdapat 1 ekor sapi. Setiap sapi menempati kandang berukuran 1,40 x 2,00 meter, tempat makanan diatur sedemikian rupa sehingga setiap sapi tidak mengganggu konsumsi ransum pada sapi lain.

Pakan Percobaan

Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput gajah sebagai sumber hijauan, pakan penguatnya merupakan ransum jadi yang terdiri dari dedak halus, tepung jagung, bungkil kelapa, wheat polard, bungkil kapuk, kapur dan garam, serta diberikan tamabahn mineral yaitu lactamineral dan feed mix.

Susunan ransum disesuaikan dengan kebutuhan sehingga diperoleh lima macam ransum dengan perbandingan rumput gajah dan konsentrat masing-masing R1 (70%

rumput gajah dan 30% konsentrat), R2 (60%

rumput gajah dan 40% konsentrat), R3 (50%

rumput gajah dan 50% konsentrat), R4 (40%

rumptu gajah dan 60% konsentrat), dan R5

(30% rumput gajah dan 70% konsentrat). Imbangan hijauan dan konsentrat dalam ransum dalam setiap ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Dari susunan bahan-bahan yang tercantum pada Tabel 1 serta kandungan zat makanan dari setiap bahan yang digunakan, maka perkiraan kandungan zat makanan dari tiap

(3)

Tabel 1. Imbangan hijauan dan konsentrat dalam ransum (Bahan kering;kg/hari) Bahan R1 (kg) R2 (kg) R3 (kg) R4 (kg) R5 (kg) Rumput gajah 9,1 7,8 6,5 5,20 3,90 Konsentrat 3,95 5,18 6,48 7,76 9,05 Dedak 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 Ransum jadi 2,50 4,00 5,50 7,00 8,50 Tambahan Lactamineral 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050 Feed Mix 0,020 0,020 0,020 0,020 0,020

ransum percobaan dapat dihitung seperti tercantum pada Tabel 2.

Peubah yang diukur

Produksi susu terkoreksi lemak (4% FCM) : Data produksi susu terkoreksi lemak diperoleh melalui rumus Gaines yang dikutip oleh Wickes (1983), yaitu :

4% FCM = 0,4 MY + 15 MFY

FCM adalah produksi susu terkoreksi lemak kadar 4%, MY adalah produksi susu dan MFY adalah produksi lemak, angka 0,4 dan 15 adalah konstantayang diturunkan dari rumus Gaines.

Efisiensi energi

Efisiensi energi bruto dan neto diperoleh dengan menggunakan rumus dari Brody (1974), yaitu : ) .( 20 , 2 1814 ) .( 20 , 2 340 . . kg xTDN x kg xFCM x bruto energi Efisiensi = Im ) .( 20 , 2 1814 ) .( 20 , 2 340 . . − = kg xTDN x kg xFCM x neto energi Efisiensi

FCM adalah produksi susu terkoreksi lemak 4%, TDN adalah total nutrisi tercerna dan Im adalah energi terkonsumsi untuk

kebutuhan hidup pokok diperoleh dari Brody (1974). Angka 340 adalah nilai energi bruto 1 lb FCM dan 1814 adalah nilai energi bruto 1 lb TDN.

Rancangan Bujur Sangkar Latin digunakan untuk mengetahui pengaruh ransum terhadap respons efisiensi energi. Ransum yang digunakan 5 macam dengan periode 5 pemberian sehingga terbentuk satu bujur sangkar 5x5. Analisi sidik ragam digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Perbedaan rata-rata antar perlakuan diuji dengan uji jarak berganda Duncan. (Steel dan Torrie, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh perlakuan terhadap produksi susu terkoreksi lemak

Produksi susu terkoreksi lemak merupakan produksi susu yang sebenarnya dilihat dari kondisi energi yang dikandung oleh air susu. Rataan produksi susu terkoreksi lemak 4% pada setiap perlakuan ransum tertera pada Tabel 3. Berdasarkan data pada Tabel 3 tampak bahwa rataan produksi susu terkoreksi lemak tertinggi diperoleh pada sapi yang diberi ransum dengan imbangan rumput gajah dan konsentrat 50%:50% ( R3=12,53 ± 0,57 kg/hari)

Tabel 2. Perkiraan kandungan zat makanan dalam ransum (kg/ekor/hari)

Zat makanan R1 (kg) R2 (kg) R3 (kg) R4 (kg) R5 (kg) Kebutuhan *) Bahan Kering 13,00 13,00 13,00 13,00 13,00 9,20 Protein Kasar 1,80 1,79 1,78 1,78 1,77 1,74 Serat Kasar 2,82 2,26 2,43 2,23 2,03 2,04 TDN 8,49 8,58 8,68 8,77 8,88 8,19 Ca 0,06 0,07 0,08 0,09 0,11 0,053 P 0,07 0,07 0,08 0,09 0,09 0,044

Keterangan : *) Kebutuhan untuk sapi dengan berat 400 kg dengan produksi susu 13 kg per hari dan kadar lemak 3,5% (Kearl, 1982).

(4)

Tabel 3. Rataan produksi susu terkoreksi lemak 4% pada tiap perlakuanransum (kg/hari). Periode R1 R2 R3 R4 R5 1 10,91 13,16 12,64 12,78 13,27 2 11,66 12,24 13,23 11,69 12,58 3 11,85 11,53 11,97 9,63 11,33 4 12,79 12,57 11,92 11,46 10,30 5 11,72 11,13 12,67 12,20 11,64 Total 58,92 60,63 62,64 57,49 59,32 Rataan 11,78 a 12,13 a 12,63 a 11,50 a 11,86 a SD 0,67 0,81 0,57 1,30 1,14

Keterangan : R1 = Imbangan rumput gajah dan konsentrat 70:30%; R2 = Imbangan rumput gajah dan konsentrat 60:40%; R3 = Imbangan rumput gajah dan konsentrat 50:50%; R4 = Imbangan rumput gajah dan konsentrat 40:60%; R5 = Imbangan rumput gajah dan konsentrat 30:70% Huruf superskrip yang sama pada kolom rataan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P.0.05)

Rataan produksi susu terkoreksi lemak 4% terendah diperoleh pada sapi yang diberi ransum dengan imbangan rumput gajah dan konsentrat 70:30% serta 40:60% ( R1=11,78 ± 0,67 kg/hari dan R3 = 11,50 ± 1,30 kg/hari). Hal ini diduga pada imbangan rumput gajah dan konsentrat 50:50% selain gizinya cukup berimbang juga imbangannya cukup baik untuk saluran pencernaan sehingga zat-zat makanan dapat dicerna, difermentasi dan diabsorbsi dengan baik untuk keperluan produksi secara maksimal. Ransum dengan konsentrat tinggi, kehalusan bentuk konsentrat dapat menurunkan konsumsi ransum dan rawan gangguan pencernaan serta dapat menyebabkan acidosis dan laminitis (Wickes, 1981). Pada kasus penelitian ini, sapi-sapi dengan ransum imbangan konsentrat 70% kotorannya relatif lebih cair dari pada sapi-sapi yang diberi ransum dengan imbangan konsentrat 30-60%. Hal tersebut pada gilirannya dapat menurunkan produksi susu.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan ransum tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu terkoreksi lemak 4%. Keadaan ini karena setiap peningkatan produksi susu selalu disertai oleh penurunan kadar lemak Rock (1974) menyatakan bahwa setiap peningkatan persentase lemak 0,072% akan menurunkan 0,39 kg susu, dengan demikian peningkatan produksi susu tidak menyebabkan peningkatan produksi susu terkoreksi lemak 4%.

Varga, dkk., (1984) menyatakan produksi susu meningkat pada pemberian ransum

berkadar hijauan rendah tapi kadar lemak menurun. Dengan demikian jelas bahwa produksi susu terkoreksi lemak 4% akan tetap sama pada berbagai imbangan rumput gajah dan konsentrat.

Pengaruh perlakuan terhadap efisiensi bruto dan neto

Efisiensi energi bruto dan neto merupakan suatu nilai nisbah (rasio) antara energi dalam susu dengan energi yang dikonsumsi. Pada efisiensi energi neto, energi yang dikonsumsi dikurangi energi untuk kebutuhan hidup pokok. Penghitungan efisiensi energi bruto dan dimaksudkan untuk mengetahui penggunaan energi oleh sapi perah menjadi susu. Data efisiensi energi bruto pada setiap perlakuan ransum tercantum pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan efisiensi energi bruto pada setiap

perlakuan Periode R1 R2 R3 R4 R5 1 0,25 0,30 0,28 0,28 0,29 2 0,27 0,27 0,30 0,25 0,27 3 0,27 0,26 0,26 0,20 0,24 4 0,28 0,28 0,26 0,25 0,22 5 0,26 0,24 0,28 0,26 0,25 Total 1,33 1,35 1,38 1,24 1,27 Rataan 0,27 0,27 0,28 0,25 0,25 SD 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03

Berdasarkan data pada Tabel 4 tampak bahwa rataan efisiensi energi bruto tertinggi dicapai pada perlakuan ransum dengan imbangan rumput gajah dan konsentrat 50:50% (R3=0,28 ± 0,02) dan terendah pada

(5)

imbangan 40:60% (R4 = 0,25 ± 0,03). Begitu juga keadaannya dengan rataan efisiensi energi neto (Tabel 5) yang tertinggi pada sapi yang diberi ransum dengan imbangan rumput gajah dan konsentrat 50:50% (R3 = 0,38 ± 0,03 ) dan terendah pada imbangan 40:60% (R4 = 0,34 ± 0,04). Keadaan ini diduga karena ransum dengan imbangan konsentrat 50% adalah ideal untuk makanan ternak sapi karena gizinya seimbang, serat kasar cukup dan bentuk fisik yang baik. Namun demikian semua sapi yang digunakan dalam penelitian termasuk memiliki efisiensi sedang. Menurut Brody (1974) sapi yang memiliki efisiensi energi bruto 0,25-0,34 termasuk good producer. Rataan efisiensi energi neto pada tiap perlakuan ransum dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan enfisiensi energi neto pada tiap perlakuan Periode R1 R2 R3 R4 R5 1 0,35 0,42 0,39 0,39 0,40 2 0,37 0,38 0,41 0,35 0,36 3 0,38 0,36 0,36 0,28 0,33 4 0,38 0,38 0,35 0,34 0,30 5 0,35 0,33 0,38 0,36 0,34 Total 1,84 1,87 1,89 1,70 1,72 Rataan 0,37 0,37 0,38 0,34 0,34 SD 0,01 0,03 0,03 0,04 0,04

Pada Tabel 5 dan 6 tampak bahwa rataan efisiensi energi meningkat selaras dengan meningkatnya imbangan konsentrat sampai batas 50%, setelah imbangan tersebut efisiensi energi menurun.

Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa antara perlakuan R1, R2, dan R3 tidak berbeda nyata begitu pula antara perlakuan R4 dan R5, sedngkan antara R1, R2, dan R3 dibandingkan dengan R4 dan R5 berbeda nyata (P<0.05). Perbedaan rataan efisiensi energi antar perlakuan di atas terjadi karena kadar lemak susu pada ransum dengan konsentrat tnggi nyata lebih rendah, padahal lemak memiliki kandungan energi paling tinggi dibandingkan dengan zat makanan lain dalam susu. Akibatnya efisiensi energi pada sapi dengan ransum konsentrat lebih 60% menjadi lebih kecil.

Cragle, dkk., (1986) mengungkapkan bahwa ransum dengan konsentrat lebih dari

60% menyebabkan penurunana kadar lemak. Selanjutnya hasil penelitian Broster, dkk. (1981) menungkapkan bahwa pemberian ransum dengan imbangan konsentrat dan hay 80:20% menhasilkan produksi susu terkoreksi lemak 4% sebesar 24 kg/hari sedangkan pada imbangan 50:50% adalah 25,9 kg/hari. Hasil ini akan mendapatkan efisiensi energi yang kecil pada ransum dengan konsentrat tinggi.

KESIMPULAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh serta uraian yang dijaleaskan pada pembahasan dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Imbangan rumput gajah dan konsentrat tidak mempengaruhi produksi susu terkoreksi lemak 4%. Namun lebih baik menggunakan imbangan 50% karena memberikan keseimbangan gizi yang lebih baik dan saluran pencernaan relatif lebih sehat.

2. Efisiensi energi bruto dan neto dipengaruhi oleh imbangan rumput dan konsentrat dalam ransum. Efisiensi energi yang baik dicapai pada imbangan rumput 50-70% dan terbaik dicapai pada imbanagn rumput 50%

Saran

Untuk sapi yang berproduksi susu terkoreksi lemak 4% berkisar 10,91 – 12.76 kg dianjurkan menggunakan imbangan rumput dan konsentrat 50%:50%. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk sapi dengan produksi lebih tinggi atau lebih rendah dari selang produksi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Blaxter, K.L. 1969. The Energy Metabolism of Ruminants. 3rd. Impression. Hutchinson Scientific and Technical London.

Brody, S. 1974. Bioenergetics and Growth. Hafner Press. Collier Mc Millan Canada Ltd.

Broster, W.H., J.D. Sutton, and J.A. Bines. 1981. Concentrate : Forage

(6)

Ration for High Yielding Dairy Cow. In: Recent Development in Ruminant Nutrition. 1st Published. Butterworth. Cragle, R.G., M.R. Murphy, S.W. Williams, and J.H. Clark. 1986. Effect of altering milk production and composition on multiple component milk pricing system. J. Dairy Sci. 69:282-289

Kearl, L.C. 1982. Nutrient Requirement of Ruminants in Developing Countries. International Feedingstuffs Institute, Utah-USA.

Maynard, L.A. and J.K. Loosli. 1978. Animal Nutrition. 6th. Edition. Tata Mc Graw Hill-Book Publishing Company Ltd. New Delhi.

Mc. Donald, P, R.A. Edward and J.E.D. Greenhalgh. 1975. Animal Nutrition. 4th Edition. Longman Scientific and Technical, London.

Moe, P.W. H.F. Tyrrel and W.D. Flatt. 1972. Energetic of body tissue mobilization. J. Dairy Sci. 54:548-553.

Preston, T.R. and R.A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production System with Available Resources in the Tropics and Aub-tropics.

Penambul Books-Armidale.

Rock, C.G. C.E. Polan, W.M. Etgen, and C.N. Miller. 1974. Varying dietary fiber for lactating cows fed corn and barley silages. J. Dairy Sci. 57:1474-1482

Steel, R.G.D. and J.H.Torrie. 1991. Principle and Procedures of Statistics. 2nd Edition. Mc Graw-Hill International Book Company, Singapore.

Tillman, D.A., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, dan S. Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Varga, G.A. E.M. Meisterling, R.A. Dailey, and W.H. Hoover. 1984. Effect of low and high fill diet on dry matter intake, milk production, and reproduction performance during early lactation. J. Dairy Sci. 76:1240-1248

Wickes, R.B. 1983. Feeding experiment with dairy catlle. In. Dairy Catlle Reaserch Techniques. Edited by Termouth-Queensland of Primary Industries, Australia.

Gambar

Tabel 1. Imbangan hijauan dan konsentrat dalam ransum (Bahan kering;kg/hari)  Bahan  R 1  (kg)  R 2  (kg)  R 3  (kg)  R 4  (kg)  R 5  (kg)  Rumput gajah  9,1  7,8  6,5  5,20  3,90  Konsentrat  3,95  5,18  6,48  7,76  9,05      Dedak    1,40    1,20    1,00    0,80    0,60      Ransum jadi    2,50    4,00    5,50    7,00    8,50  Tambahan     Lactamineral  0,050  0,050  0,050  0,050  0,050     Feed Mix  0,020  0,020  0,020  0,020  0,020
Tabel 3. Rataan produksi susu terkoreksi lemak 4% pada tiap perlakuanransum (kg/hari)
Tabel 5.  Rataan  enfisiensi  energi  neto  pada  tiap  perlakuan  Periode  R 1 R 2 R 3 R 4 R 5 1  0,35  0,42  0,39  0,39  0,40  2  0,37  0,38  0,41  0,35  0,36  3  0,38  0,36  0,36  0,28  0,33  4  0,38  0,38  0,35  0,34  0,30  5  0,35  0,33  0,38  0,36  0,34  Total  1,84  1,87  1,89  1,70  1,72  Rataan  0,37  0,37  0,38  0,34  0,34  SD  0,01  0,03  0,03  0,04  0,04

Referensi

Dokumen terkait

Teori lain yang mendukung teori Ekolinguistik untuk membedakan dan menemukan makna bahasa berkaitan dengan aspek sosial kultural di lingkungan Kesungaian Tukad

Menurut Hidayat, et al (2013) bahwa pembelajaran yang disertai kegiatan ilmiah seperti keterampilan proses sains yang terdiri atas beberapa aspek atau indikator dalam

Dalam kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah membantu penyusun dalam menyusun Landasan Program Perencanaan dan Perancangan

Namun Ditjen KI tetap mengabulkan permohonan pendaftaran merek tersebut dan berpendapat bahwa merek Superman milik DC Comics bukanlah merek terkenal, karena kriteria yang

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya

Dalam konteks Islam, faktor kemaslahatan umum diutamakan dalam pembuatan keputusan berkaitan GMF. Maka, sewajarnya pengguna Islam memegang nilai kepentingan umum yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi Think-Talk-Write (TTW) dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan

Dengan rumusan masalah yang ada, serta dari beberapa penelusuran peneliti lakukan dari sumber-sumber primer dan sekunder, dapat membuktikan bahwa 1) Majels Ta’lim berdiri pada