PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI MASA
PANDEMI COVID 19
Khurnia Eva Nilasari Balai Diklat Keagamaan Padang
Diterima: 9 September 2020 | Disetujui: 3 Desember 2020 | Dipublikasikan: 30 Desember 2020
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemi covid 19. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Subjek penelitian berupa sampel kecil, purposive (snowball). Instrumen diberikan pada satu guru, selanjutnya satu orang guru tersebut memberikan angket kepada guru lainnya dan demikian selanjutnya hingga diperoleh sampel secara proporsional. Karena penelitian kualitatif menetapkan sampel berdasarkan pertimbangan yang difokuskan pada guru yang melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia di MTsN sebanyak 10 orang. Instrumen yang digunakan adalah angket tertutup dan angket terbuka. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan teknik analisis data Milles dan Huberman yang dimulai dari proses reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia masih belum terlaksana secara maksimal. Hal ini diawali tidak meratanya pemahaman guru terhadap pedoman pelaksanaan kurikulum darurat. Kedua, pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia tidak bisa dilakukan secara maksimal, kegiatan pembelajaran yang dirancang di RPP tidak terlaksana dengan baik karena respon dan aktivitas belajar peserta didik yang tidak optimal. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik masih belum sesuai dengan yang diharapkan terutama kompetensi dalam menulis teks secara tulis dan lisan yang merupakan kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik. Ketiga, capaian hasil belajar bahasa Indonesia.
Kata Kunci: kurikulum darurat, pembelajaran bahasa Indonesia, pandemi covid 19 Abstract
This research aims to illustrate the implementation of Indonesian language learning during pandemic covid 19. This research is qualitative research using descriptive methods. The study subjects were small samples, purposive (snowball). The instrument is given to one teacher, then one teacher gives a questionnaire to the other teacher and so on until a proportional sample is obtained. Because qualitative research determines samples based on considerations focused on teachers who carry out Indonesian language learning in MTsN as many as 10 people. The instruments used are closed questionnaires and open polls. The collected data is processed using Mell and Huberman data analysis techniques starting from the process of data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results of this study explain that the implementation of Indonesian language learning is still not carried out to the maximum. This begins with the uneven understanding of teachers towards the guidelines for the implementation of the emergency curriculum. Second, the implementation of Indonesian language learning can not be done to the maximum, learning activities designed in rpp are not carried out properly because the response and learning activities of learners are not optimal. Competencies that must be achieved by learners are still not in accordance with what is expected, especially competencies in writing texts in writing
and oral which is the minimum competency that must be achieved by learners. Third, the achievements of Learning Indonesian.
Keywords: curriculum, Indonesian language learning, covid-19 pandemic
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
PENDAHULUAN
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pamdemi covid 19 mengacu kepada regulasi yang ditetapkan bersama oleh empat Menteri yang tertuang dalam SKB empat Menteri tentang pelaksanaan pembelajaran di masa pandemic covid 19. Sejalan dengan itu, secara khusus Kementerian Agama juga mengeluarkan panduan tentang pembelajaran di masa pandemic covid 19 yang disebut Kurikulum Darurat (Dirjenpendis, 2020). Berdasarkan kedua regulasi tersebut pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan dari rumah yang dikenal dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Bentuk pembelajaran dilakukan dengan tiga strategi, yaitu dengan cara pembelajaran dalam jaringan (daring). Pembelajaran di luar jaringan (luring), dan pembelajaran kombinasi daring dan luring.
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang prosesnya sama dengan pembelajaran tatap muka. Pembelajaran daring menggunakan semua komponen dalam pembelajaran tatap muka, hanya saja media yang membedakan yaitu tatap muka menggunakan sarana ruangan, sedangkan daring menggunakan dunia maya. Pembelajaran daring dilaksanakan dengan menggunakan perangkat elektronik dan jaringan internet(Dirjen Pendis, 2020). Dalam Pelaksanaannya bagi guru dan peserta didik dibutuhkan beberapa hal penting agar terlaksana dengan baik. Seperti kemampuan guru dan peserta didik terhadap Teknologi Informasi Komputer (TIK), ketersedian bahan ajar yang sederhana dan tepat guna, laptop/gadget/pc, jaringan internet yang bagus(Putra & Irwansyah, 2020). Yang paling penting dari semua hal itu adalah kemampuan orang tua
peserta didik untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran daring ini. Maka, semua komponen tersebut akan saling mempengaruhi terhadap pelaksanaan pembelajaran daring yang optimal.
Pembelajaran luring digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bentuk varian dari pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran luring tidak memerlukan komponen selengkap pembelajaran daring. Yang dibutuhkan hanya beberapa buku teks dan dan penugasan yang harus dikerjakan oleh peserta didik di rumah(Dirjenpendis, 2020). Selanjutnya PJJ juga digunakan dengan cara daring dan luring atau disebut juga kombinasi. Yang paling sering digunakan oleh guru adalah pembelajaran dengan strategi kombinasi antara daring dan luring.
Ketiga strategi pembelajaran pada masa pandemi tersebut dirancang dengan sebaik mungkin dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan langkah persiapan dari guru sebelum memulai pembelajaran. RPP dibuat disesuaikan dengan Kompetensi yang ditetapkan dalam Permendikbud No 37 Tahun 2018 tentang Kompetensi Dasar mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam dan setelah mempelajari bahasa Indonesia. Maka, guru seminimalnya harus memfasilitasi peserta didik mencapai kompetensi minimal yang ditetapkan oleh kurikulum. Jika memungkinkan dapat
mengembangkannya melebihi
kompetensi minimal tersebut.
Pembelajaran bahasa Indonesia sangat perlu dilaksanakan dengan baik, bagaimanapun strategi yang digunakan dalam proses pelaksanaannya. Bahasa Indonesia secara psikologis memiliki
peran vital dalam perkembangan peserta didik, baik intelektual, emosional, sosial, budaya yang semuanya membantu peserta didik dalam mempelajari materi di berbagai mata pelajaran. Dengan berbahasa peserta didik akan mengemukakan gagasan, pendapat, pengetahuannya secara tulis dan lisan. Artinya, melalui pembelajaran bahasa Indonesia, peserta didik dapat mengomunikasikan gagasan dan pengetahuannya dengan baik dan benar
Terkait dengan peran vital bahasa Indonesia, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan pembelajaran berbasis teks (Mahsun, 2013). Pada pembelajaran teks, materi pembelajaran terhubung dengan berbagai fenomena kehidupan, terhubung dengan keilmuan di bidang lain yang juga dipelajari oleh peserta didik di madrasah. Oleh karena itu, teks menjadi media untuk berbahasa dan berkomunikasi dan untuk menyampaikan gagasan di segala bidang. Maka pada pembelajaran bahasa Indonesia, teks menjadi output bagi peserta didik. Tentunya output berupa teks yang dibuat oleh peserta didik dimulai dengan menguatkan pengetahuan dan pemahamannya tentang teks, lalu diakhiri dengan terampilnya membuat teks sesuai konteks secara tulis dan lisan.
. Mengamati pembelajaran di masa pandemi covid 19, kompetensi minimal yang harus dicapai menjadi sesuatu yang sulit untuk dicapai. Pembelajaran di masa pandemic ini menjadi tidak efektif (Dwi, 2020). Perilaku belajar menjadi terabaikan dengan dominasi aplikasi yang lebih menarik bagi peserta didik yang ada pada gadget yang dimilikinya. Sebagian lagi, tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan maksimal dikarenakan
terbatasnya sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran di masa covid 19 ini. Keterbatasan kemampuan orang
tua juga menjadi pemicu
ketidakefektifan pembelajaran yang dilaksanakan.
Pada pembelajaran bahasa Indonesia, problematika ini menjadi lebih kompleks. Pembelajaran bahasa Indonesia menjadi sesuatu yang sulit dibelajarkan dan dipelajari oleh siswa. Kompetensi yang disusun tidak tercapai dengan baik. Pembelajaran cenderung hanya bersifat pemberian informasi dan pemberian pengetahuan. Dari beberapa wawancara dengan guru bahasa Indonesia dinyatakan bahwa sulitnya membelajarkan bahasa Indonesia. Sebagian besar peserta didik tidak dapat mencapai indikator pembelajaran bahkan indikator yang lebih mudah sekalipun.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam pembelajaran bahasa tertuang dalam silabus bahasa Indonesia, yaitu (1) berbahasa Indonesia dengan penekanan pada kemampuan mendengarkan, membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan menulis; (2) mengembangkan kemampuan mendengarkan, membaca, memirsa (viewing), berbicara, dan menulis melalui media teks. Teks merupakan perwujudan kegiatan sosial dan memiliki tujuan sosial. Pencapaian tujuan ini diwadahi oleh karakteristik: cara pengungkapan tujuan sosial (yang disebut struktur retorika), pilihan kata yang sesuai dengan tujuan, dan tata bahasa yang sesuai dengan tujuan komunikasi; dan (3) berkomunikasi dalam bentuk tulisan, lisan, atau multimodal (yakni teks yang
menggabungkan bahasa dan
cara/media komunikasi lainnya seperti visual, bunyi, atau lisan sebagaimana
disajikan dalam film atau penyajian komputer) (Kemdikbud RI, 2020).
Perlunya mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemi covid 19 ini, diharapkan memberikan gambaran tentang kompetensi yang dimiliki peserta didik selama masa pandemi ini. Gambaran ini akan memberikan kontribusi pemikiran bahwa adanya middle kompetensi dalam keterampilan berbahasa Indonesia bagi peserta didik. Bagi guru temuan ini dapat memberikan pemikiran
terhadap perbaikan dan
penyempurnaan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dan juga memberikan gambaran untuk memilih strategi yang tepat untuk memulai pembelajaran di semester berikutnya. Bagi peserta didik dapat dijadikan tolak ukur kompetensi yang telah dimilikinya.
Penelitian ini lebih difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan selama semester ganjil yang dilaksanakan dari bulan Juli 2020 sampai dengan Desember 2020. Seperti kita ketahui, pembelajaran pada semester ganjil ini di Kota Padang secara penuh dilaksanakan dalam bentuk PJJ. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemic covid 19. Berdasarkan tujuan tersebut maka akan dijelaskan tentang persiapan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, proses pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan, dan capaian hasil belajar bahasa Indonesia oleh peserta didik METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskripsi. Penelitian ini bersifat kasuistik dan hasil penelitian ini tidak untuk
digeneralisasikan. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010) memaparkan bahwa penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Sukmadinata (2009) penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah memberikan gambaran tentang sebuah kelompok, mekanisme sebuah proses atau hubungan, dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan
seperangkat kategori dan
mengklasifikasikan subjek penelitian. Subjek penelitian diambil dalam bentuk sampel. Sampel penelitian kualitatif adalah sampel kecil, tidak representative, purposive (snowball), dan berkembang selama proses penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1996) bahwa penelitian kualitas sampelnya sedikit dan dipilih berdasarkan tujuan penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan sengaja dan dengan menggunakan beberapa
pertimbangan. Pertimbangan
ditekankan pada kemampuan sampel atau responden untuk memberikan data
proporsional dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Sampel penelitian ini adalah guru yang mengajar bahasa Indonesia di masa pandemic covid 19 di Kota Padang. Sampel diambil dengan teknik snowball, karena untuk mendapatkan responden di masa pandemic ini memiliki banyak keterbatasan.
Keterbatasan ini disebabkan kondisi yang tidak responsive untuk menemui sampel satu persatu atau dikumpulkan pada satu waktu di satu tempat. Maka, pada saat pandemic ini teknik sampling yang tepat adalah snowball sampling. Penetapan sampel diawali dengan menetapkan satu orang guru bahasa Indonesia, selanjutnya dari satu orang sampel tersebut dikembangkan jaringan untuk memperoleh sampel lainnya, hingga pada akhirnya diperoleh sepuluh sampel dari Kota Padang dan 4 sampel dari luar Padang. Akan tetapi, untuk menyamakan persepsi, sampel yang akan dijadikan responden penelitian difokuskan pada guru yang mengajar di Kota Padang. Penetapan ini diasumsikan bahwa guru-guru bahasa Indonesia yang mengajar di Kota Padang berada pada wilayah dan kondisi yang sama, sehingga beberapa informasi diasumsikan akan saling menguatkan.
Setelah ditetapkan responden pada pada penelitian ini, diberikan instrumen berupa angket. Angket merupakan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada responden untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan peneliti. Keterpakaian angket dalam penelitian ini juga dikemukakan oleh Sugiyono (2010) bahwa angket atau kuesioner yang merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden agar responden dapat menjawabnya. Angket pada penelitian ini berupa angket tertutup dan angket terbuka yang mengacu kepada pelaksanaan pembelajaran di masa pandemic covid 19. Pada angket tersebut terdiri atas tiga kelompok pertanyaan, yaitu tentang persiapan
pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik di masa pandemi covid 19. Pada angket tersebut, jawaban yang diharapka dari responden adalah berupa aktivitas yang dilakukan oleh guru.
Setelah informasi terkumpul, diperoleh diperoleh data berupa data kualitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan metode alur. Alur dilakukan dengan memulai dari proses reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi seperti yang diungkapkan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010).
TEMUAN DAN PEMBAHASAN 1. Temuan
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemic covid 19 menjadi sebuah perhatian serius yang harus dikaji dan dianalisis. Berbagai hal menjadi polemik yang sulit dicarikan solusinya dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia.
Temuan penelitian ini
dikategorisasikan ke dalam 3 komponen, yaitu bagaimana guru membuat persiapan pelaksanaan pembelajaran dengan berdasar pada regulasi tentang pelaksanaan Kurikulum
Darurat. Kedua, bagaimana
pembelajaran bahasa Indonesia dilaksanakan. Ketiga, capaian hasil belajar bahasa Indonesia oleh peserta didik.
a. Persiapan pelaksanaan
Pembelajaran bahasa Indonesia di masa Pandemi Covid 19
Pembelajaran di masa pandemic covid 19 adalah pembelajaran yang awalnya
kebingungan oeh guru. Walaupun sudah dikeluarkan SKB 4 Menteri terkait pelaksanaan pembelajaran di Pandemi, tetapi secara teknis pelaksanaan guru masih belum mendapatkan cara yang tepat. Banyak permasalahan yang muncul, seperti terbatasnya kemampuan guru dalam menggunakan TIK, memulai pembelajaran dengan peserta didik yang belum dikenal sama sekali, sarana dan prasarana yang masih kurang, dan sebagianya. Bagaimanapun pembelajaran tetap harus dilaksanakan.
Hal pertama yang dilakukan oleh guru adalah membuat persiapan pembelajaran sesuai dengan pedoman pelaksanaan pembelajaran di masa pandemic covid 19. Persiapan tidak hanya sekedar membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran saja, melainkan persiapan harus dimulai dengan memahami panduan yang ditetapkan oleh pemerintah. Panduan ini menjadi arah bagaimana sebuah pembelajaran direncanakan dengan mempertimbangkan segala aspek, baik guru, peserta didik, strategi pembelajaran dan pengelolaannya, bahan dan sumber yang digunakan, kompetensi yang akan dibelajarkan, ketersediaan sarana dan prasarana, dan yang paling utama adalah kondisi daerah atau zona suatu daerah yang terpapar covid 19.
Oleh karena itu, guru mempersiapkan
dirinya dengan merancang
pembelajaran. Bagaimana guru merancang pembelajaran termuat di
dalam panduan pelaksanaan
pembelajaran di masa pandemic covid 19 yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama dikenal dengan Kurikulum Darurat. Dalam Kurikulum Darurat tersebut memuat panduan tentang
Konsep Kurikulum Darurat,
Pembelajaran pada masa darurat,
langkah-langkah pembelajaran pada masa darurat, dan penilaian hasil belajar pada masa darurat. Berdasarkan angket yang disebarkan kepada responden diperoleh informasi bahwa pemahaman terhadap kurikulum darurat ini belum merata. Hal tersebut dapat terbaca pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid
19
Pada Tabel 1 No 1 terbaca bahwa belum semua guru memahami dengan
baik panduan pelaksanaan
pembelajaran Kurikulum Darurat. Hal ini menandakan sebagian besar guru belum memahami sasaran utama yang hendak dicapai pada pembelajaran di masa darurat.
Selanjutnya pada Tabel 1 No 2 guru telah membuat persiapan pelaksanaan pembelajaran dalam RPP. RPP yang dibuat sesuai dengan panduan Kurikulum Darurat yaitu RPP dalam bentuk daring, luring, dan kombinasi. RPP yang dibuat lebih dominan pada RPP daring dan luring. Untuk pelaksanaannya lebih banyak menggunakan RPP daring. RPP yang dibuat menggunakan berbagai bahan belajar dari berbagai sumber yaitu 40%
No Topik Pertanyaan Jawaban responden Analisis 1 Regulasi Pelaksanaan Kurikulum Darurat 10% 50% 30% 10% sangat memahami memahami cukup memahami tidak memahami 2 RPP yang di buat 20% 40% 30% 10% ketiga bentuk RPP dua bentuk RPP satu bentuk RPP Tidak membuat RPP menggunakan RPP yang sudah ada 3 Sumber belajar bagi siswa 50% 10% 40% dibuat oleh guru buku teks a dari internet dari berbagai sumber 4 Jumlah teks yang dibelajarkan 10% 90% 6 teks 5 teks 4 teks 3 teks 2 teks
bahan diambil guru dari berbagai sumber. Ini memudahkan guru dan peserta didik mengembangkan wawasannya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.
Untuk teks yang dibelajarkan sudah sesuai dengan anjuran Kurikulum Darurat yaitu madrasah data menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan keterbatasan dan kondisi darurat. Jika seharusnya teks yang dibelajarkan pada masa kondisi normal adalah 6 Teks, tetapi masa kondisi darurat adalah rata-rata 4 teks.
b. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Masa Pandemi Covid 19
Pelaksanaan pembelajaran di masa pandemic covid 19 telah mengacu kepada panduan pelaksanaan kurikulum darurat dan Permendikbud No 37 Tahun 2018. Kedua regulasi tersebut dilaksanakan dalam pembelajaran. Akan tetapi, terdapat beberapa polemik dalam pelaksanaannya, seperti terbaca pada Tabel 2.
Tabel 2 Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Masa Pandemi Covid 19
Pada Tabel 2 terbaca bahwa pembelajaran bahasa Indonesia belum terlaksana secara maksimal, walaupun sudah menerapkan acuan sesuai dengan regulasi. Pertama pada Tabel 2 No 1
dinyatakan bahwa kegiatan
pembelajaran yang dirancang belum tercapai sepenuhnya. Berdasarkan Tabel tersebut diperoleh data bahwa 70% hampir sesuai RPP yang dirancang dengan pelaksanaan pembelajaran. Ini menandakan masih terdapat bagian dalam RPP yang belum terlaksana secara maksimal. Berdasarkan jawaban guru, bagian yang tidak terlaksana sesuai dengan RPP adalah kegiatan pembelajaran. Beberapa penyebab adalah tidak meratanya peserta memiliki fasilitas kuota internet untuk mengikuti pembelajaran daring, terbatasnya waktu yang diatur dalam pembelajaran daring, dan komunikasi yang tidak lancar, karena peserta didik kurang merespon pembelajaran.
Berdasarkan angket terbuka yang diberikan kepada responden, diperoleh informasi bahwa rendahnya respon dan aktivitas belajar peserta didik disebabkan oleh peserta didik sulit memahami materi pembelajaran yang disampaikan secara daring. Bahan belajar yang disiapkan oleh guru tidak dipelajari dengan maksimal oleh peserta didik di rumah. Penyebab utamanya adalah terbaginya fokus belajar peserta didik akibat beragam aplikasi yang ada di gadget yang mempengaruhi aktivitas belajarnya. Selanjutnya, pemakaian handphone yang bergantian di satu rumah juga menjadi penyebab rendahnya respon peserta dalam aktivitas belajar. Penyebab lainnya adalah keterbatasan pengawasan orangtua di rumah dikarenakan kesibukan bekerja dan ketidakpahaman dalam membimbing anak dalam belajar.
No pertanyaan Jawaban Analisis 1 Kesesuaian RPP dengan pelaksanaan pembelajaran 20% 70% 10% sangat sesuai hampir sesuai cukup sesuai 2 KD yang cenderung dibelajarkan 100% KD pengetahuan KD Keterampilan KD Sikap 3 KD Pengetahuan KD mengidentifika si Teks dengan KD struktur Teks dan ciri kebahasaan teks, yang lebih sering dibelajarkan 60% 10% 20% 10% Keduanya mengidentifikasi teks memahami struktur teks memahami ciri kebahasaan teks tidak dibelajarkan
Selanjutnya pada terbaca pada Tabel 2 No 2 bahwa seluruh materi
pengetahuan dibelajarkan kepada peserta didik. Walaupun ketuntasan tidak tidak secara optimal, tetapi dominasi KD pengetahuan lebih banyak diberikan kepada peserta didik. Hal ini juga terbaca pada Tabel 2 No 4. Artinya, KD pengetahuan untuk semua jenis teks yang telah dibelajarkan kepada peserta didik.
c. Capaian Hasil Belajar Bahasa Indonesia
Hasil belajar siswa merupakan representasi dari berhasil atau tidaknya proses pembelajaran dilaksanakan. Hasil belajar siswa dapat dijadikan evaluasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Tabel 3 berikut, menjelaskan tentang capaian hasil belajar peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemi covid 19.
Tabel 3 Capaian hasil Belajar Bahasa Indonesia oleh Peserta didik
Tabel 3 No 1 menjelaskan bahwa capaian hasil belajar pada KD pengetahuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikatakan tuntas. Ketuntasan belajar ditandai jika penguasaan substansi sebuah KD yang merupakan tingkat penguasaan peserta didik atas KD tertentu (Permendikbud NO 104, 2014). Terbaca pada Tabel tersebut secara umum siswa mencapai ketuntasan belajar dan juga secara umum peserta didik telah menguasai kompetensi sekurang-kurangnya 75% dari yang ditetapkan (Hernawan, 2008).
Ketuntasan KD pengetahuan
dipengaruhi oleh pelaksanaan pembelajaran yang cenderung membelajarkan KD pengetahuan, seperti yang tertulis pada Tabel 2 No 2. dan No 3. Pada Tabel tersebut pembelajaran KD pengetahuan dicapai oleh peserta didik lebih tinggi dibandingkan pencapaian KD Keterampilan. Terbaca KD pengetahuan 50% peserta didik setelah menguasai pengetahuannya di atas rata-rata (75%).
Selanjutnya pada Tabel 2 no 2 terbaca bahwa peserta didik membuat teks sendiri sesuai dengan apa yang dipahami dari materi pengetahuan tentang struktur sebuah teks dan contoh teks yang diketahuinya. Tentunya dengan keterbatasan waktu dan media, teks yang dibuat oleh peserta didik telah dikumpulkan. Keterbatasan yang ada membuat guru tidak maksimal membelajarkan peserta untuk terampil menulis teks sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis teks belum terlaksana dengan baik.
No pertanyaan Jawaba
n Analisis 1 Capaian Kompetensi KD pengetahuan 50% 40% 10% lebih dari 75% siswa lebih dari 50 % siswa lebih dari 25% siswa kurang dari 25 siswa 2 Strategi dalam membelajar kan KD keterampila n membuat teks 40% 10% 10% 20% 20% membuat teks sendiri mencari teks dari berbagai sumber membuat berdasarkan contoh mengkreasi teks sendiri memahami contoh teks yang dibuat guru 3 Capaian Kompetensi keterampila n teks yang dibuat peserta didik 60% 20% 20% lebih dari 75% siswa lebih dari 50 % siswa lebih dari 25% siswa kurang dari 25 siswa
2. Pembahasan
Pelaksanan pembelajaran bahasa Indonesia menjadi sebuah sorotan di dunia pendidikan. Banyak kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajarannya (Rigianti 2020). Perubahan pembelajaran dari tatap muka menjadi pembelajaran daring, luring, dan kombinasi menjadi sebuah kebiasaan baru yang sangat problematik serta dilematik dalam pelaksanaannya. Perubahan ini berdampak pada tuntutan kompetensi pedagogic guru. Guru yang biasanya asing dengan gawai dan laptop dalam melaksanakan pembelajaran menjadi guru yang dalam waktu mendesak harus menguasai berbagai aplikasi yang mendukung pembelajaran daring. Peserta didik yang awal mulanya dibatas dalam pemakaian gadget menjadi bebas tanpa batas dalam menggunakan gadget, bahkan, tiada hari tanpa gadget. Semua ini berdampak pada pembelajaran. Baik guru dan peserta didik menjadi familiar dengan. Berdasarkan data yang didapatkan dari angket yang disebar diperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesian di masa pandemi covid 19 mengacu kepada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah melalui SKB empat Menteri dan SK Dirjen Pendis No 2197 Tahun 2020 tentang pedoman pelaksanaan pembelajaran. Di dalam regulasi tersebut pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan zona yang ditetapkan oleh gugus tugas tentang sebaran virus corona. Berdaasarkan hal itu, kota padang berada pada zona merah. Zona merah ini menetapkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dilaksanakaan dari rumah dengan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). PJJ ini
dilaksanan dengan tetap
memperhatikan hak belajar peserta didik yang dijamin oleh negara. Seperti yang dikemukakan dalam Jenderal & Islam (2020) pada masa darurat, seluruh peserta didik harus tetap mendapatkan layanan pendidikan dan pembelajaran dari madrasah.
Oleh karena itu, pentingnya pemahaman guru terhadap kurikulum dan tujuan yang ditetapkan oleh kurikulum menjadi sebuah hal yang mesti dilakukan terutama kurikulum yang sedang diberlakukan pada saat tersebut. Pentingnya guru memahami kurikulum disebabkan kurikulum merupakan program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan (Darkir, 2010). Guru memegang peranan yang urgen tentang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan. (Achruh, 2016)
Sehubungan dengan
implementasi kurikulum darurat yang diberlakukan di masa pandemic covid 19, berdasarkan data yang diperoleh guru masih belum memahami dengan baik kurikulum darurat. Pada kurikulum darurat (Jenderal & Islam, 2020) pembelajaran tidak sekedar memenuhi tuntutan kompetensi (KI-KD) pada kurikulum, tetapi lebih ditekankan pada pengembangan karakter, akhlak mulia, ubudiyah dan kemandirian siswa. Hal ini tidak terlihat menjadi pilihan utama bagi guru ketika terdapat pilihan kompetensi yang dominan dibelajarkan pada masa darurat. Secara umum guru lebih
mengutamakan kompetensi
pelaksanaan pembelajaran di banding kompetensi lainnya. Jika guru merancang kurikulum sesuai dengan pedoman kurikulum darurat dengan melakukan pengutamaan pada pengembangan karakter, akhlak mulia, ubudiyah dan kemandirian siswa maka peserta telah dilatih untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran yang diikutinya. Tentu dampaknya, peserta didik akan mengikuti pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan oleh guru. Karena, tanggung jawab bukan dating begitu saja tetapi perlu dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Yaumi (2014) tanggung jawab belajar yang perlu dimiliki dan ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dapat dipahami, guru memegang peran sentral dalam implementasi kurikulum (Achruh, 2016). Untuk itu, pemahaman terhadap kurikulum menjadi langkah pertama sebelum guru melaksanakan dan mengimplementasikan kurikulum itu sendiri.
Mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk RPP merupakan langkah pertama guru
dalam mengimplementasikan
kurikulum. RPP dirancang sesuai dengan arah dan tujuan kurikulum. RPP pada kurikulum darurat adalah RPP yang dirancang khusus di masa darurat. RPP dirancang dan disusun sesuai dengan bagaimana strategi pembelajaran dilaksanakan. Pada Kurikulum darurat yang dilaksanakan pada masa pandemic covid 19, guru merancang dengan baik dan benar. RPP yang dibuat sudah sesuai dengan strategi PJJ yang dilaksanakan di Kota Padang. RPP untuk PJJ selain mengacu kepada strategi pembelajaran di masa darurat juga tetap mengacu kepada prinsip-prinsip penyusunan RPP PJJ.
Konsep PJJ harus dipahami dengan baik oleh guru sebelum membuat RPP. Seperti yang dikemukakan oleh Hurd (2002) bahwa PJJ merupakan kegiatan pembelajaran ini menggambarkan kegiatan belajar di mana pelajar dan guru berada pada jarak fisik satu sama lain. Pada pembelajaran ini, peserta didik belajar secara mandiri. Dalam konteks ini guru perlu memahami bagaimana dengan PJJ ini peserta didik dapat belajar dengan baik untuk mencapai kompetensi pengetahuan, keterampilan dan yang lebih utama adalah kompetensi sikap. Jika, RPP disusun dengan memperhatikan kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, maka RPP akan dirancang sesuai dengan kebutuhan peserta didik agar ia dapat belajar secara mandiri. Jadi, keterbatasan jarak, keterbatasan waktu yang menjadi penyebab masalah dapat diminimalisir. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang cenderung tidak
sesuai dengan pelaksanaan
pembelajaran tidak akan ditemukan dalam PJJ.
Hakikatnya PJJ adalah pembelajaran menggambarkan kegiatan belajar di mana pelajar dan guru berada pada jarak fisik yang tidak bertatap muka satu sama lain. PJJ dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja oleh peserta didik. Peserta didik secara mandiri menentukan kemajuannya sendiri untuk belajar (Hurd, 2002). Guru sangat perlu mamahami konsep PJJ tentang kendala dan permasalahannya agar dapat membelajarkan siswa dengan lebih baik.
RPPPJJ yang dirancang dengan memperhatikan kondisi dan situasi serta arah tujuan kurikulum darurat maka selanjutnya diimplementasikan dalam proses pembelajaran dalam bentuk jarak jauh. Pelaksanaan pembelajaran terlihat pada temuan penelitian cenderung lebih
membelajarkan KD pengetahuan, tentunya ini tidak sejalan seperti yang diharapkan dalam panduan penerapan Kurikulum darurat. Artinya, terdapat kompetensi yang terabaikan, yaitu kompetensi sikap. Pengabaian ini bukan sesuatu yang sengaja dilakukan. Keterbatasan guru dalam memahami dan mempersiapkan pembelajaran di bawah situasi pandemic membuat pembelajaran belum terencana secara komprehensif. Pada awal pembelajaran guru memiliki kecemasan dan kebingungan bagaimana melaksanakan PJJ (Eryadini, Nafisah, Sidi, & Buana-lamongan, 2020). Situasi kota Padang yang selalu berada pada zona merah dapat berdampak pada psikologis guru dan pelaku pendidikan, sehingga persiapan secara komprehensif belum terlaksana. Dengan demikian, perlu adanya persiapan guru di semester berikutnya perlu menjemput yang tertinggal di semester ganjil.
Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk membentuk siswa mampu berkomunikasi secara tulis dan lisan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kemampuan berbahasa ini adalah kemampuan berbahasa berbasis teks. Teks merupakan suatu kesatuan bahasa yang lengkap secara sosial dan kontekstual Santoso (2003). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Hartoko dan Rahmanto (1986) bahwa teks adalah urutan teratur sejumlah kalimat yang dihasilkan dan ditafsirkan sebagai suatu keseluruhan yang saling memiliki keterkaitan. Artinya, di sini teks tidak hanya dalam bentuk tulis, tetapi juga dapat dalam bentuk lisan. Pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemi didominasi oleh pembelajaran pengetahuan. Tentunya masih banyak yang perlu dibenahi untuk mendapatkan
kompetensi berbahasa Indonesia peserta didik yang sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Selanjutnya capaian hasil belajar peserta didik merupakan imbas dari proses dari persiapan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik bersama guru. Seperti terlihat pada Tabel 3 bahwa hasil belajar kompetensi pengetahuan lebih baik
dibanding dengan hasil belajar keterampilan. Hal ini adalah kompetensi yang belum tuntas dimiliki oleh peserta didik. Seperti kita ketahui adalah pengetahuan adalah basic untuk mencapai sebuah keterampilan atau dapat dikatakan keterampilan adalah output dan implementasi dari pengetahuan yang dimiliki.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemic covid 19 meninggalkan sejarah tentang banyaknya problema yang dihadapi oleh guru dan peserta didik. Belajar dan pembelajaran tetap sebuah keharusan walau dalam kondisi apapun. Pendidikan tidak boleh diabaikan dan tertinggal, karena sebuah negara akan bermartabat jika pendidikan di negaranya selalu baik. Oleh karena itu pemerintah menjamin hak setiap warganya untuk memperoleh pendidikan.
PENUTUP 1. Simpulan
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di masa pandemic covid 19 merupakan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu SKB 4 menteri dan SK Dirjen Pendis No 2197 Tahun 2020 tentang pelaksanaan pembelajaran di masa darurat. Panduan itu melahirkan kurikulum darurat. Regulasi di atas menjadi kurikulum yang dikondisikan dan disesuaikan dengan keadaan negeri yang terpapar covid 19. Kurikulum darurat ini menjadi acuan dalam pelaksanaan pembelajaran di masa pandemic covid 19. Demikian juga dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia sudah mengikuti pedoman tersebut walaupun terdapat beberapa kendala dan ketidakmaksimalan dalam pelaksanaannya. Diketahui bahwa belum semua guru memahami dengan baik arah dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan pada kurikulum darurat tersebut. Pada pelaksanaan proses pembelajaran KD pengetahuan tuntas dibelajarkan. ini terlihat siswa mencapai hasil belajar KD pengetahuan di atas 75%. Akan, tetapi untuk capaian hasil belajar bahasa Indonesia KD keterampilan belum tuntas, secara umum siswa belum memiliki
keterampilan yang baik dalam menulis teks.
2. Rekomendasi
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki peran vital di setiap mata pelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia pengisi dan penghela ilmu pengetahuan melalui bahasa yang dikuasainya untuk disampaikan secara tulis dan lisan. Untuk itu, beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan pengambil kebijakan agar beberapa ketertinggalan yang dialami peserta didik dapat diperolehnya kembali. Rekomendasi tersebut adalah:
1. Melakukan evaluasi terhadap RPP, proses pembelajaran, dan capaian hasil belajar peserta didik agar dapat diketahui kelemahannya, sehingga dapat ditemukan cara untuk perbaikan yang lebih baik yang dilakukan di semester berikutnya.
2. Menumbuhkan kembali motivasi belajar yang baik yang selama ini peserta didik terbiasa belajar di rumah yang cenderung dipengaruhi oleh gadget
3. Menanamkan, menumbuhkan, dan
mengembangkan penguatan
pendidikan karakter yang menjadikan siswa lebih berbudi dan berakhlak mulia.
DAFTAR PUSTAKA
Achruh, H. A. (2016). Eksistensi guru dalam pengembangan kurikulum. Jurnal Inkuiri, 5(2), 416– 426.
Dakir, H. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Dirjen Pendis. (2020). Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2791 Tahun 2020 tentang Panduan Kurikulum Darurat pada Madrasah, 1–17.
Eryadini, N., Nafisah, D., Sidi, A., & Buana-lamongan, U. P. A. (2020). Oleh sebab itu dalam pembelajaran guru harus memasukkan kebiasaan-kebiasaan positif untuk melatih dan meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik. Guru dipaksa untuk menjalankan metode pembelajaran baru sesuai dengan kondisi new normal ., 3(3).
Hartoko. D. dan Rahmanto. (1986). Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius Hernawan, A. H. (2008). Makna Ketuntasan Dalam Belajar. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 4(2), 1–15. Hurd, S. (2000). Distance language learners and learner support: beliefs, difficulties and use of
strategies. Links and Letters 7: Autonomy in L2 learning: 61-80
Rigianti. (2020). Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Banjarnegara. Elementary School 7 (2020) 297-302
Jenderal, D., & Islam, P. (2020). Kementerian agama ri. Program, 12(3), 4–6.
Kemdikbud RI. (2020). Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Http://Kemdikbud.Go.Id/, (Mei). Retrieved from http://kemdikbud.go.id/main/?lang=id
Mahsun. 2013. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013.Jakarta: Rajawali Pers Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. (2007). Analisis Data Kualitatif, Buku sumber tentang
metode-metode baru. Jakarta: Indonesia Press
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution,S. 1996. Metode Research (Bandung: Bumi Aksara)
Putra, S. R., & Irwansyah. (2020). Media Komunikasi Digital, Efektif Namun Tidak Efisien, Studi Media Richness Theory Dalam Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi di Masa Pandemi. Jurnal Global Komunika, 1(2), 1–13.
Santoso, A. (2003). Bahasa Politik Pasca Orde Baru. Jakarta:Wedatama Widya Sastra. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kualitatif, Dan R&D, Bandung:Alfabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan Implementasi. Jakarta: