• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Nilai Gizi Pakan

Gizi pakan rusa yang telah dianalisis mengandung komposisi kimia yang berbeda-beda dalam unsur bahan kering, abu, protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan energi bruto (Tabel 5).

Tabel 5 Komposisi nutrisi pakan yang digunakan (%)

Kode BK Abu PK SK LK BETN Ca P EB (kkal) Sorgum 14,81 1,52 1,99 6,32 0,54 4,43 0,11 0,05 628,00 Rumput

Gajah

21,10 1,89 2,89 10,05 0,13 6,14 0,09 0,08 902,00 Kaliandra 13,22 0,89 3,42 4,15 0,11 4,70 0,15 0,05 604,00

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB (2011).

Keterangan:

BK : Bahan Kering

PK : Protein Kasar

SK : Serat Kasar

LK : Lemak Kasar

BETN : Bahan Extrak Tanpa Nitrogen

Ca : Calcium

P : Phospor

EB : Energi Bruto (kkal)

Tabel 5 menunjukkan sorgum memiliki persentase lemak kasar lebih tinggi dari rumput gajah dan kaliandra yang berguna sebagai sumber energi kedua setelah karbohidrat yang mampu meningkatkan bobot badan rusa. Leimeheriwa (1990) menyatakan bahwa lemak dalam biji sorgum sangat berguna bagi satwa dan manusia sebagai energi, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak dan tengik dalam produk bahan pangan. Sorgum juga mengandung zat anti gizi yaitu tanin yang menyebabkan rasa sepat terutama pada sorgum yang mempunyai kulit biji berwarna tua sehingga kurang disukai rusa.

Rumput gajah mengandung bahan kering dan serat yang tinggi, seperti terlihat dari hasil analisis proksimat. Hijauan yang dikonsumsi rusa sebaiknya mengandung air. Secara garis besar air, protein, lemak dan energi disebut sebagai unsur nutrisi makro, sedangkan yang lainnya merupakan unsur nutrisi mikro yang tingkat kebutuhannya relatif lebih rendah. Kebutuhan nutrisi umumnya

(2)

menggunakan bahan kering yaitu kondisi dimana kandungan air telah dihilangkan melalui pemanasan. Semiadi dan Nugraha (2004) mengemukakan bahwa penggunaan bahan kering merupakan cara yang paling tepat karena unsur air dalam setiap jenis pakan sangat bervariasi.

Hartanto (2008) melaporkan bahwa rumput gajah mengandung BK (23,70 %), Abu (29,85 %), PK (10,3 %), SK (25,7 %) dan LK (0,99 %). Kandungan nutrisi rumput gajah selama penelitian lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Hartanto (2008) diduga karena rumput gajah yang diberikan tidak ditentukan berdasarkan umur muda atau tua nya serta pemotongan rumput gajah di lokasi penelitian tidak melihat umur. Umur pemotongan terbaik pada rumput gajah agar memperoleh nilai nutrisi yang baik adalah pada ketinggian batang tidak mencapai lebih dari 1,5 m terutama pada musim kemarau (Semiadi dan Nugraha 2004). Berdasarkan penelitian Setio et al. (2011) menunjukkan bahwa sorgum merupakan pakan yang disukai rusa timor dengan indeks preferensi 2,29 kali dikonsumsi tanpa sisa. Umur pemotongan terbaik pada rumput gajah agar memperoleh nilai nutrisi yang baik adalah pada ketinggian batang yang mencapai labih dari 1,5 m terutama pada musim kemarau (Semiadi dan Nugraha 2004). 5.2 Konsumsi Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis)

5.2.1 Konsumsi bahan kering

Rata-rata konsumsi bahan kering harian rusa disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Rata-rata konsumsi bahan kering rusa (gram/hari/individu)

Rusa Jenis Kelamin Periode Jumlah Rata-rata I II III IV 1 Betina A B C D 711,28 642,00 751,34 691,72 2796,34 699,08 2 Betina B A D C 622,27 572,56 694,17 910,98 2799,98 699,99 3 Jantan C D A B 1432,01 1303,40 872,90 1370,80 4979,11 1244,77 4 Jantan D C B A 1011,71 963,25 1002,50 836,45 3813,91 953,48 Jumlah 3777,27 3481,11 3320,91 3809,95 Rata-rata 944,32 870,00 830,23 952,48

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85%+sorgum 15%, C = pakan dasar 70%+sorgum 30%, D = pakan dasar 55%+sorgum 45%.

(3)

Konsumsi merupakan faktor esensial bagi satwa untuk menentukan pertumbuhan dan produktivitasnya. Tabel 6 menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering tertinggi dicapai oleh rusa 3 (jantan) diikuti oleh rusa 4 (jantan) selanjutnya rusa 2 (betina) serta yang terendah yaitu rusa 1 (betina). Untuk jantan, konsumsi pakan rusa 3 lebih tinggi dibandingkan dengan rusa 4 yang disebabkan oleh letak kandang rusa 4 lebih dekat dengan kandang rusa lain yang tidak mendapat perlakuan. Adanya jenis pakan yang biasanya diberikan terhadap rusa yang tidak mendapat perlakuan menarik perhatian rusa 4 akan jenis pakan tersebut sehingga mengurangi konsumsi terhadap jenis pakan perlakuan. Hal yang sama juga terdapat pada rusa 2 (betina) yang mengkonsumsi pakan lebih tinggi dibandingkan dengan rusa 1 (betina). Bobot badan rusa 2 sebesar 26,91 kg lebih tinggi dibandingkan dengan rusa 1 sebesar 21,58 kg yang mempengaruhi jumlah pakan rusa. Semakin besar bobot badan akan semakin banyak pula jumlah pakan yang diberikan, sesuai dengan metode penelitian.

Konsumsi pakan dipengaruhi pula oleh umur fisiologis rusa. Rusa jantan lebih mengarah pada perkembangan badan dan rusa betina ke arah perkembangan reproduksi. Rusa yang digunakan berumur 12-16 bulan, telah memasuki masa reproduksi. Rusa jantan telah memasuki masa pertumbuhan ranggah, yang berarti akan segera melakukan perkawinan karena terdapat korelasi antara ranggah keras dengan perkawinan. Ranggah akan tumbuh pertama kalinya pada umur 8 bulan sedangkan betina telah memasuki masa bereproduksi, yakni pada umur 15-18 bulan (Takandjandji 1998). Oleh karena itu, penurunan konsumsi pada rusa betina salah satunya disebabkan oleh umur rusa yang telah memasuki masa reproduksi.

Setio et al. (2009) melaporkan bahwa rusa di penangkaran dengan umur 12-24 tahun mampu menghasilkan konsumsi harian bahan kering rusa jantan rata-rata 1454,47 gram sedangkan konsumsi harian bahan kering rusa betina rata-rata-rata-rata 1960,71 gram dengan pemberian jenis pakan rumput lapang, ubi dan singkong. Perbedaan konsumsi bahan kering pada penelitian ini disebabkan oleh jenis pakan yang diberikan kepada rusa berbeda. Singkong dan ubi diketahui mengandung bahan ekstrak tanpa nitrogen yang baik dan disukai oleh rusa. Berbeda pula dengan konsumsi bahan kering rusa di Penangkaran rusa timor, Desa Sumber Ringin, Kabupaten Blitar yang diteliti oleh Nugraha (2009) bahwa konsumsi

(4)

pakan rusa jantan sebesar 1038 gram/individu/hari dan rusa betina 1006 gram/individu/hari.

Bobot badan awal rusa sebelum mendapatkan perlakuan pakan yaitu berkisar antara 21-35 kg dengan rataan 28,94 kg. Bobot badan akhir rusa setelah mendapatkan perlakuan sorgum untuk pertumbuhannya selama 64 hari menjadi 23-40 kg dengan rataan 33,09 kg.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa tingkat konsumsi rusa timor di penangkaran berkisar 5-7,2 % dari bobot badan awal sehingga kebutuhan pakan rata-rata berat basah berkisar 2,2-4,9 kg. Hasil ini sesuai dengan penelitian Garsetiasih (2007) bahwa pakan rata-rata berat basah untuk rusa timor di penangkaran Kupang dan Bogor adalah 5 kg/individu/hari dan di penangkaran Sumbawa sebesar 4,42 kg/individu/hari. Takandjandji (1988) melaporkan bahwa konsumsi bahan kering rusa timor dengan pemberian daun beringin (Ficus

benyamina), kabesak (Acacia leucophloea), turi (Sesbania grandiflora) dicampur

dengan rumput lapang (Paspalum dilatatum) adalah sebesar 3,37 % dari bobot badan. Semiadi dan Nugraha (2004) melaporkan bahwa rusa sambar burumur > 2 tahun mengkonsumsi pakan sebesar 2,2 kg bahan kering atau mendekati 4,3 kg hijauan segar. Rata-rata konsumsi bahan kering berdasarkan perlakuannya disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Rata-rata konsumsi bahan kering berdasarkan perlakuan (gram/individu/hari)

Periode Perlakuan (gram/individu/hari)

A B C D 1 711,28 622,27 1432,01 1011,71 2 572,56 642,00 963,25 1303,40 3 872,90 1002,50 751,34 694,17 4 836,45 1370,80 910,98 691,72 Jumlah 2993,19 3637,57 4057,58 3701,00 Rata-rata 748,30 909,40 1014,40 925,25

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Tabel 7 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsumsi bahan kering dari perlakuan A hingga perlakuan C namun terjadi penurunan pada perlakuan D. Perlakuan D menurun diduga karena kandungan lemak yang terdapat lebih banyak dari perlakuan lainnya yang mempengaruhi rusa mengkonsumsi lebih sedikit

(5)

pakan dan sesuai dengan kebutuhan konsumsinya. Perlakuan D dengan pemberian pakan dasar 55 % dan sorgum 45 % mempengaruhi banyaknya kandungan lemak dalam pakan.

Sorgum memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan pakan lainnya sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi rusa. Kebutuhan konsumsi yang sudah terpenuhi akan menghentikan rusa mengkonsumsi pakan dan biasanya rusa akan istirahat (memamah biak). Selain itu, pemberian sorgum yang mengandung lemak yang tinggi dan banyak akan meningkatkan konsentrasi energi pakan. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Parakkasi (1995) bahwa, pemberian pakan yang terlampau banyak akan meningkatkan konsentrasi energi dan dapat menurunkan konsumsi sehingga tingkat konsumsi berkurang. Selain itu, kandungan serat kasar yang tinggi (10,05 %) menjadikan rusa cepat kenyang dan berhenti mengunyah. Mc Donald et al. (1988) dalam Mulyaningsih (2006) menyatakan bahwa rumput gajah segar dengan kandungan air dan serat kasar yang tinggi (81,50 % dan 33,10 %) menjadikan kapasitas rumen terbatas sehingga menyebabkan konsumsi bahan kering menurun. Semakin tinggi serat kasar dalam pakan maka semakin rendah kecernaan pakan tersebut sehingga menurunkan konsumsi bahan kering.

Hasil analisis sidik ragam konsumsi bahan kering dengan selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat pengaruh nyata (P<0.05) antara perlakuan dan konsumsi bahan kering dengan T hitung sebesar 16,82 dan T tabel sebesar 3,18 (Lampiran 1). Pengaruh nyata tersebut terlihat pada rusa jantan mengkonsumsi bahan kering lebih banyak dibandingkan dengan rusa betina yang disebabkan rusa jantan memiliki sifat yang lebih agresif dan aktif dalam mengkonsumsi pakan (Tabel 6). Umumnya sifat rusa timor di habitat alami menunjukkan bahwa rusa jantan lebih aktif mendominasi pola makan dalam mengkonsumsi hijauan sedangkan rusa betina biasanya menunggu rusa jantan selesai mengkonsumsi dan mencari hijauan. Rusa betina lebih banyak menghabiskan waktu untuk istirahat dan memamah biak (Manshur 2011).

(6)

5.2.2 Pertambahan bobot badan rusa

Rataan pertambahan bobot badan rusa timor di penangkaran dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Pertambahan bobot badan rusa (gram/individu/hari) Rusa Jenis Kelamin Periode Jumlah Rata-rata I II III IV 1 Betina A B C D 218,34 54,59 11,67 78,33 59,17 69,17 2 Betina B A D C 210,00 52,50 -86,67 156,67 105,00 35,00 3 Jantan C D A B 503,34 125,84 120,00 165,00 191,67 26,67 4 Jantan D C B A 468,33 117,08 190,83 138,33 157,50 -18,33 Jumlah 235,83 538,33 513,34 112,51 Rata-rata 58,96 134,58 128,34 28,13

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Pertambahan bobot badan dapat digunakan sebagai kriteria untuk mengukur pertumbuhan serta dapat digunakan sebagai peubah untuk menilai kualitas bahan pakan satwa. Kandungan zat makanan yang terdapat dalam pakan akan mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi.

Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot tubuh yang dilakukan dengan cara penimbangan berulang-ulang (Tillman et al. 1984). Pertambahan bobot badan rusa di penangkaran per hari berbeda-beda. Pertambahan bobot badan tertinggi dicapai oleh rusa 3 (jantan) selanjutnya rusa 4 (jantan) diikuti oleh rusa 1 (betina) dan terendah rusa 2 (betina). Setio et al. (2009) mengemukakan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan rusa di penangkaran dengan kisaran umur 12-24 bulan sebesar 74,02 gram/individu/hari untuk rusa betina dan 145,45 gram/individu/hari untuk rusa jantan. Rusa timor liar di papua mempunyai gambaran pertambahan bobot badan antara 61,20-67,78 gram/individu/hari sedangkan di penangkaran rusa timor di Desa Sumber Ringin, Kabupaten Blitar diketahui rata-rata pertambahan bobot badan harian rusa timor jantan sebesar 137,70 gram/individu/hari dan pertambahan bobot badan rusa timor betina sebesar 110 gram/individu/hari (Nugraha 2009).

(7)

Pertambahan bobot badan pada rusa 3 (jantan) lebih tinggi dibandingkan dengan rusa 4 (jantan) yang disebabkan oleh adanya korelasi yang nyata antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan, rusa jantan yang mengkonsumsi pakan yang tinggi menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi pula, terlihat pada rusa 3 yang menghasilkan konsumsi bahan kering sebesar 1244,77 gram/hari mengalami pertambahan bobot badan sebesar 125,84 gram/hari dan rusa 4 dengan konsumsi bahan kering sebesar 953,48 gram/hari mengalami pertambahan bobot badan sebesar 117,08 gram/hari. Berbeda dengan rusa betina, berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan fluktuasi atau ketidakterkaitan antara konsumsi bahan kering dengan pertambahan bobot badan rusa betina. Rusa betina yang menghasilkan konsumsi bahan kering yang tinggi tidak menjamin pertambahan bobot badan yang tinggi pula, terlihat pada rusa 1 yang menghasilkan konsumsi bahan kering sebesar 699,08 gram/hari dan mengalami pertambahan bobot badan sebesar 54,59 gram/hari sementara rusa 2 yang menghasilkan konsumsi bahan kering lebih besar yaitu 699,99 gram/hari mengalami pertambahan bobot badan sebesar 52,20 gram/hari. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor internal seperti daya cerna rusa yang kurang memanfaatkan nutrisi pakan menjadi bobot badan maupun faktor eksternal seperti gangguan lingkungan yang dapat mengalihkan perhatian rusa selama mengkonsumsi pakan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa bobot badan rusa jantan cenderung lebih besar dibandingkan betina dan semakin bertambah umur rusa jantan juga akan menampakkan perkembangan fisiologis seperti ranggah yang semakin besar dan nyata. Rusa jantan lebih agresif dan lebih aktif dalam mengkonsumsi pakan karena pertumbuhan rusa jantan lebih mengarah ke pertambahan bobot badan maupun ukuran morfometriknya sedangkan pertumbuhan pada rusa betina lebih mengarah ke perkembangan organ-organ reproduksi sehingga bobot badan dan ukuran morfometrik lebih rendah dibandingkan dengan rusa jantan (Takandjandji 1988).

Tabel 8 menunjukkan pertambahan bobot badan yang berbeda-beda berdasarkan periode. Penurunan bobot badan pada periode I dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan respon rusa terhadap pakan yang diberi. Pada periode IV

(8)

lokasi penelitian sering dikunjungi oleh masyarakat baik dari dalam maupun luar daerah Bogor dengan berbagai tujuan seperti rekreasi, pendidikan dan kerjasama instansi yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi rusa menurun sehingga nutrisi pakan tidak seluruhnya dicerna dan diubah menjadi bobot badan. Bobot badan yang menurun dapat disebabkan juga oleh kurangnya adaptasi terhadap pakan baru sehingga mengakibatkan sedikitnya zat-zat nutrisi yang diserap oleh rusa. Rusa memiliki sifat yang peka dan sensitif terhadap gangguan lingkungan khususnya suara atau kebisingan yang dapat mengganggu tingkat konsumsi. Faktor lingkungan ini mengalihkan perhatian rusa dan biasanya akan menghentikan aktivitas mengkonsumsi.

Rata-rata pertambahan bobot badan rusa timor di penangkaran berdasarkan perlakuannya disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Pertambahan bobot badan rusa berdasarkan perlakuan (gram/individu/hari) Periode Perlakuan A B C D 1 11,67 -86,67 120,00 190,83 2 156,67 78,33 138,33 165,00 3 191,67 157,50 59,17 105,00 4 -18,33 26,67 35,00 69,17 Jumlah 341,68 175,83 352,50 530,00 Rata-rata 85,42 43,96 88,13 132,50

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Berdasarkan hasil perlakuan terjadi pertambahan bobot badan yang relatif tidak stabil, ditunjukkan pada perlakuan B menghasilkan pertambahan bobot badan yang rendah dibanding dengan perlakuan lainnya. Penurunan bobot badan terdapat pada perlakuan B yang terjadi terhadap rusa 2 pada periode 1 yaitu sebesar 1,04 kg. Penurunan bobot badan ini disebabkan oleh tingkat adaptasi yang kurang dalam mengkonsumsi pakan baru sehingga menyebabkan daya cerna yang kurang maksimal.

Pakan yang cukup kandungan protein dan strukturnya lebih halus akan lebih cepat dicerna oleh mikroba rumen, sehingga laju pencernaan makanan di dalam rumen akan lebih cepat dan dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan dan mempunyai efek positif terhadap pertumbuhan, hal yang sama juga akan di alami

(9)

oleh satwa atau ternak ruminansia lainnya dengan pemberian perlakuan yang sama. Analisis sorgum ternyata memiliki kandungan protein yang rendah (1,99 %) dibanding protein dalam rumput gajah sebesar 2,98 % dan kaliandra sebesar 3,42 %.

Penurunan bobot badan terjadi pula pada perlakuan A sebesar 0,22 kg terhadap rusa 4 pada periode IV. Penurunan bobot badan ini disebabkan oleh daya cerna yang kurang maksimal. Sorgum memiliki persentase lemak kasar yang lebih tinggi (0,54 %) dari rumput gajah (0,13 %) dan kaliandra (0,11 %). Lemak yang berfungsi sebagai energi kedua setelah karbohidrat tidak banyak diperoleh dari perlakuan A dengan pemberian rumput gajah dan kaliandra saja. Kandungan lemak yang tinggi akan memacu pertambahan bobot badan dan menghasilkan energi yang tinggi. Selain itu, tingkat adaptasi kurang lama yang terdapat pada rusa 4 disebabkan pada periode I rusa ini mendapat perlakuan pakan dasar 55 % dan sorgum 45 % dan sampai periode III rusa ini tetap mendapat perlakuan sorgum sehingga rusa sudah beradaptasi dengan pakan sorgum namun, pada periode terakhir mendapat perlakuan tanpa pakan sorgum akan menyebabkan perbedaan tingkat adaptasi konsumsi pakan sehingga mengakibatkan penurunan bobot badan.

Hasil analisis sidik ragam terhadap pertambahan bobot badan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata (P>0,05) dengan T hitung sebesar 0,28 dan T tabel sebesar 3,18 (Lampiran 2). Pengukuran bobot badan dapat dilihat pada Gambar 9.

(10)

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 9 Pengukuran bobot badan rusa. (a) Tampak samping kiri; (b) tampak depan; (c) tampak belakang; (d) tampak samping kanan; (e,f) timbangan digital untuk pengukuran berat badan rusa.

5.2.3 Konversi pakan

Konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot tubuh, aktifitas, musim dan temperatur kandang. Rata-rata konversi pakan disajikan pada Tabel 10.

(11)

Tabel 10 Rata-rata konversi pakan rusa timor per hari Rusa Jenis Kelamin Periode Jumlah Rata-rata I II III IV 1 Betina A B C D 91,83 22,96 60,95 8,20 12,70 10.00 2 Betina B A D C 29,11 7,28 -7,18 3,65 6,61 26,03 3 Jantan C D A B 75,76 18,94 11,93 7,90 4,55 51,40 4 Jantan D C B A -27,01 -6,75 5,30 6,96 6,37 -45,63 Jumlah 71,00 26,69 30,21 41,79 Rata-rata 17,75 6,67 7,55 10,45

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Konversi pakan adalah perbandingan antara rata-rata konsumsi bahan kering dan rata-rata pertambahan bobot badan per satuan waktu. Konversi pakan yang rendah berarti penggunaan pakannya semakin tinggi dan efisien atau semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot tubuh sebesar satu satuan (Hardianto 2006).

Tabel 10 menunjukkan konversi pakan tertinggi dicapai oleh rusa 1 betina dan konversi pakan terendah dicapai oleh rusa 4 jantan. Mulyaningsih (2006) menyatakan bahwa konversi pakan merupakan kebalikan dari efisiensi pakan. Nilai konversi pakan yang semakin rendah menunjukkan bahwa pakan tersebut semakin baik. Hasil ini menyatakan bahwa konversi pakan yang dicapai oleh rusa 4 jantan menunjukkan pakan yang dikonsumsinya memiliki kualitas baik, namun terjadi penurunan laju konversi yang disebabkan oleh faktor eksternal seperti gangguan lingkungan yang mengakibatkan terjadinya penurunan laju pertambahan bobot badan

Pakan yang digunakan oleh rusa 4 jantan menunjukkan daya cerna yang tinggi dan efisien tanpa harus membutuhkan pakan yang banyak untuk menaikkan bobot badannya. Selain itu, rusa tersebut mencerna kandungan nutrisi pakan secara baik dapat dilihat dari pertambahan bobot badan sebesar 117,08 gram/hari. Hal yang berbeda yang terlihat pada rusa 1 betina yang memiliki nilai konversi pakan yang tinggi. Nilai konversi yang tinggi ini menunjukkan bahwa kualitas

(12)

pakan yang dikonsumsi oleh rusa 1 tergolong rendah sehingga membutuhkan tambahan pakan yang banyak untuk menaikkan bobot badannya.

Konversi pakan ruminansia dipengaruhi oleh kualitas pakan, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme di dalam jaringan tubuh satwa. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi satwa, akan diikuti dengan pertambahan bobot tubuh yang lebih tinggi maka makin efisien penggunaan pakannya (Pond et al. 1995 dalam Hardianto 2006). Rata-rata konversi pakan rusa timor di penangkaran berdasarkan perlakuan ditunjukkan pada Tabel 11.

Tabel 11 Rata-rata konversi pakan berdasarkan perlakuan

Periode Perlakuan A B C D 1 60,95 -7,18 11,93 5,30 2 3,65 8,19 6,96 7,89 3 4,55 6,36 12,69 6,61 4 -45,63 51,39 26,03 9,71 Jumlah 23,52 58,76 57,61 29,51 Rata-rata 5,88 14,69 14,40 7,38

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Hasil sidik ragam yang telah diuji secara statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh nyata (P>0,05) antara perlakuan dengan konversi pakan untuk pertumbuhan rusa timor dengan T hitung sebesar 1,21 dan T tabel sebesar 3,18 (Lampiran 3).

5.3 Ukuran Morfometrik Rusa Timor

Panjang badan merupakan salah satu indikator pertumbuhan rusa timor akibat pemberian perlakuan. Rata-rata pertambahan panjang badan dapat dilihat pada Tabel 12.

(13)

Tabel 12 Rata-rata pertambahan panjang badan (cm/individu/hari) Rusa Periode Jumlah Rata-rata Jenis Kelamin I II III IV 1 Betina A B C D 0,67 0,17 0,00 0,25 0,25 0,17 2 Betina B A D C 0,91 0,23 0,08 0,08 0,50 0,25 3 Jantan C D A B 1,17 0,29 0,58 0,25 0,17 0,17 4 Jantan D C B A 0,76 0,19 0,25 0,17 0,17 0,17 Jumlah 0,91 0,75 1,09 0,76 Rata-rata 0,23 0,19 0,27 0,19

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Pertumbuhan pada rusa tidak sekedar pertambahan bobot badannya saja, namun berhubungan erat dengan perbandingan panjang badan, tinggi pundak dan lingkar dada. Soeparno (1992) menyatakan rasio otot dan tulang selalu meningkat selama pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan panjang badan tertinggi terlihat pada rusa 3 (jantan) diikuti oleh rusa 2 (betina) selanjutnya diikuti oleh rusa 4 (jantan) dan terendah rusa 1 (betina). Pertambahan panjang badan rusa di penangkaran berdasarkan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Rata-rata pertambahan panjang badan berdasarkan perlakuan

(cm/individu/hari) Periode Perlakuan A B C D 1 0,00 0,08 0,58 0,25 2 0,08 0,25 0,17 0,25 3 0,17 0,17 0,25 0,50 4 0,17 0,17 0,25 0,17 Jumlah 0,42 0,67 1,25 1,17 Rata-rata 0,11 0,17 0,31 0,29

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85%+sorgum 15%, C = pakan dasar 70%+sorgum 30%, D = pakan dasar 55%+sorgum 45%.

Tabel 13 menunjukkan bahwa pertambahan panjang badan tertinggi rusa dicapai oleh perlakuan C sedangkan pertambahan panjang badan terendah dicapai oleh perlakuan A. Maranatha (1999) melaporkan bahwa pertambahan panjang badan rusa timor dengan pemberian pakan lokal berupa rumput, lamtoro, turi dan

(14)

kabesak sebesar 0,2-0,21 cm/individu/hari. Meskipun perlakuan C dengan formulasi pakan dasar 70 % + sorgum 30 % menunjukkan pertambahan panjang badan yang tertinggi namun berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang nyata (P>0.05) untuk setiap perlakuan dengan T hitung sebesar 0,69 dan T tabel sebesar 3,18 (Lampiran 4).

Penelitian menunjukkan pertambahan panjang badan pada rusa timor tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Thomas dan Kornegay (1981) dalam Mulyaningsih (2006) bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara jantan dan betina dalam hal laju pertumbuhan, konsumsi pakan atau efisiensi penggunaan pakan.

Pertambahan tinggi pundak dan lingkar dada merupakan indikator pertumbuhan lainnya. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi pundak tercantum pada Tabel 14.

Tabel 14 Rata-rata pertambahan tinggi pundak (cm/individu/hari)

Rusa Jenis kelamin Periode Jumlah Rata-rata

I II III IV 1 Betina A B C D 9,00 0,19 0,17 0,25 0,08 0,25 2 Betina B A D C 15,00 0,31 0,50 0,25 0,42 0,08 3 Jantan C D A B 11,00 0,23 0,60 0,08 0,17 0,08 4 Jantan D C B A 9,00 0,18 0,30 0,17 0,17 0,08 Jumlah 1,57 0,75 0,84 0,49 Rata-rata 0,39 0,19 0,21 0,12

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan tinggi pundak tertinggi terdapat pada rusa 2 (betina) diikuti oleh rusa 3 (jantan) selanjutnya rusa 1 (betina) dan terendah rusa 4 (jantan). Pertambahan tinggi pundak rusa di penangkaran berdasarkan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 15.

(15)

Tabel 15 Rata-rata pertambahan tinggi pundak berdasarkan perlakuan (cm/individu/hari) Periode Perlakuan A B C D 1 0,17 0,50 0,60 0,30 2 0,25 0,25 0,17 0,08 3 0,17 0,17 0,08 0,42 4 0,08 0,08 0,08 0,25 Jumlah 0,67 1,00 0,93 1,05 Rata-rata 0,17 0,25 0,23 0,26

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85%+sorgum 15%, C = pakan dasar 70%+sorgum 30%, D = pakan dasar 55%+sorgum 45%.

Tabel 15 menunjukkan bahwa pertambahan tinggi pundak tertinggi rusa dicapai oleh perlakuan D sedangkan pertambahan panjang badan terendah dicapai oleh perlakuan A. Maranatha (1999) melaporkan bahwa pertambahan tinggi pundak rusa timor dengan pemberian pakan lokal berupa rumput, lamtoro, turi dan kabesak sebesar 0,01-0,02 cm/individu/hari. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap pertambahan tinggi pundak rusa menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata (P>0.05) perlakuan dengan T hitung sebesar 0,98 dan T tabel sebesar 3,18 (Lampiran 5).

Lingkar dada diukur berdasarkan keliling dada tepat di belakang bahu. Rata-rata lingkar dada rusa timor di penangkaran berdasarkan perlakuan ditunjukkan pada Tabel 16.

Tabel 16 Rata-rata pertambahan lingkar dada (cm/individu/hari)

Rusa Jenis Kelamin Periode Jumlah Rata-rata

I II III IV 1 Betina A B C D 0,41 0,10 0,08 0,17 0,08 0,08 2 Betina B A D C 1,06 0,27 0,42 0,17 0,30 0,17 3 Jantan C D A B 0,66 0,17 0,25 0,25 0,08 0,08 4 Jantan D C B A 0,24 0,06 0,08 0,00 0,08 0,08 Jumlah 0,83 0,59 0,54 0,41 Rata-rata 0,21 0,15 0,14 0,10

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

(16)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan lingkar dada tertinggi terdapat pada rusa 2 (betina) diikuti oleh rusa 3 (jantan) selanjutnya rusa 1 (betina) dan terendah rusa 4 (jantan). Pertambahan lingkar dada rusa di penangkaran berdasarkan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Pertambahan lingkar dada rusa berdasarkan perlakuan (cm/individu/hari)

Periode Perlakuan A B C D 1 0,08 0,42 0,25 0,08 2 0,17 0,17 0,00 0,25 3 0,08 0,08 0,08 0,30 4 0,08 0,08 0,17 0,08 Jumlah 0,41 0,75 0,50 0,71 Rata-rata 0,10 0,19 0,13 0,18

Keterangan : A = kontrol, B = pakan dasar 85 %+sorgum 15 %, C = pakan dasar 70 %+sorgum 30%, D = pakan dasar 55 %+sorgum 45 %.

Tabel 17 menunjukkan bahwa pertambahan lingkar dada tertinggi rusa dicapai oleh perlakuan B sedangkan pertambahan lingkar dada terendah dicapai oleh perlakuan A. Maranatha (1999) melaporkan bahwa pertambahan lingkar dada rusa timor dengan pemberian pakan lokal berupa rumput, lamtoro, turi dan kabesak sebesar 0,01-0,02 cm/individu/hari. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap pertambahan lingkar dada rusa menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang nyata (P>0.05) untuk setiap perlakuan dengan T hitung sebesar 0,12 dan T tabel sebesar 3,18 (Lampiran 6).

Panjang badan awal rusa sebelum mendapatkan perlakuan pakan yaitu berkisar antara 56-68 cm, panjang badan akhir rusa setelah mendapatkan perlakuan sorgum untuk pertumbuhannya selama 64 hari menjadi 65-79 cm. Tinggi pundak awal rusa sebelum mendapatkan perlakuan pakan yaitu berkisar antara 59-65 cm, tinggi pundak akhir rusa setelah mendapatkan perlakuan sorgum untuk pertumbuhannya selama 64 hari menjadi 68-74 cm. Lingkar dada awal rusa sebelum mendapatkan perlakuan pakan yaitu berkisar antara 65-79 cm, lingkar dada akhir rusa setelah mendapatkan perlakuan sorgum untuk pertumbuhannya selama 64 hari menjadi 70-82 cm.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pertambahan ukuran morfometrik yang lebih besar dari penelitian Maranatha (1999). Perbedaan ini dapat disebabkan oleh rusa timor di HP Dramaga memiliki tingkat daya cerna

(17)

yang lebih baik dalam menyerap nutrisi pakan sehingga dapat meningkatkan pertambahan morfometrik rusa. Selain itu kualitas pakan yang diberikan memiliki nilai kalori yang lebih tinggi sebesar 2.134 kkal sedangkan kalori pakan pada penelitian Maranatha (1999) sebesar 904,8 kkal. Pertambahan panjang badan, tinggi pundak dan lingkar dada rusa timor ditunjukkan pada Gambar 12.

Pengukuran morfometrik dilakukan secara berulang-ulang untuk memastikan kebenaran pertambahannya. Perbandingan ukuran morfometrik tubuh pada rusa timor ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 10 Pertambahan ukuran morfometrik rusa timor.

Gambar 10 menunjukkan bahwa rusa dari setiap perlakuan mengalami pertambahan panjang badan, tinggi pundak dan lingkar dada yang relatif tidak konstan, dapat dilihat dari perlakuan A dan B yang mengalami pertambahan ukuran morfometrik yang relatif konstan, namun berbeda dengan perlakuan C dimana tinggi pundak dan lingkar dada mengalami laju penurunan. Berbeda hal nya pada perlakuan D yang mengalami laju penurunan panjang badan. Laju penurunan morfometrik ini diduga karena kandungan nutrisi pakan pada setiap perlakuan berbeda sehingga mempengaruhi pertumbuhan otot dan tulang pada masa pertumbuhan. Soeparno (1992) menyatakan bahwa selama masa pertumbuhan tulang tumbuh secara kontinyu dengan kadar laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan pertumbuhan otot. Selain itu, adaptasi rusa terhadap pakan yang diberikan belum maksimal disebabkan oleh pengaruh lingkungan sehingga mengakibatkan kurangnya konsumsi terhadap jenis pakan yang baru

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 A B C D Per tu m b u h an (c m ) Perlakuan Panjang badan Tinggi pundak Lingkar dada

(18)

serta dapat mengakibatkan daya cerna dan zat-zat nutrisi yang diserap oleh rusa berkurang yang dapat dilihat pada komposisi nutrisi pakan yang digunakan pada penelitian, dimana sorgum dan rumput gajah yang paling disukai, ternyata memiliki nilai protein yang lebih rendah dibandingkan dengan serat kasar. Takandjandji (1988) menyatakan bahwa ukuran linear tubuh yang tidak nyata dapat disebabkan oleh daya memanfaatkan kandungan gizi pakan yang kurang pada rusa timor.

5.4 Perilaku Makan

5.4.1 Waktu pemilihan pakan pada rusa timor

Perilaku makan pada rusa timor yang teramati selama penelitian dimulai dari rusa tersebut menciumi aroma pakan, mengambil pakan yang disukai dengan mulut kemudian melilit pakan dengan lidahnya dan mengkonsumsi pakan dengan cara dikunyah lalu ditelan. Pemilihan pakan lain dilakukan dengan cara menciumi pakan, demikian seterusnya hingga pakan habis. Selain waktu yang digunakan rusa untuk mengkonsumsi pakan terdapat pula waktu istirahat untuk memamah biak. Selama memamah biak, terlihat rusa timor lebih memilih beristirahat tanpa melakukan aktivitas lain. Untuk lebih jelasnya waktu pemilihan pakan oleh rusa timor dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Waktu pemilihan pakan oleh rusa timor 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 Per ilaku m akan ( jam ) Waktu (WIB) Sorgum Rumput gajah Kaliandra

(19)

Gambar 11 menunjukkan bahwa pada pagi hari, rusa timor mengkonsumsi pakan selama 2-3 jam atau 120-180 menit per 9 jam selanjutnya selama 2-2,5 jam atau 120-150 menit per 9 jam rusa timor istirahat (memamah biak). Selama mengkonsumsi, rusa menciumi pakan dan memilih jenis pakan yang disukainya untuk dikunyah dan ditelan. Sore hari rusa lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengkonsumsi pakan. Selama pengamatan pada sore hari, rusa menghabiskan waktu selama 3-3,5 jam atau 180-210 menit per 9 jam untuk mengkonsumsi pakan. Rataan lamanya waktu makan rusa timor berkisar 300-390 menit per 9 jam sedangkan rusa timor di Taman Nasional Bali Barat menunjukkan bahwa lama waktu makan rusa timor sebesar 1.020 menit per 12 jam (Masy’ud et

al. 2007) yang disebabkan oleh perbedaan habitat antara taman nasional dan

penangkaran dimana populasi rusa di taman nasional masih tersebar di hutan, sementara di penangkaran populasi rusa sudah diatur. Apabila dibandingkan dengan rusa sambar di Penangkaran Jambi menunjukkan bahwa lama waktu makan rusa sambar sebesar 297,25-332,78 menit per 12 jam (Afzalani et al. 2008).

Rusa lebih memilih istirahat (memamah biak) dan tidur pada siang hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wardani (2002) bahwa aktivitas makan satwa di penangkaran menurun pada siang hari kemudian naik lagi pada sore hari. Selain itu Masy’ud et al. (2007) juga menyatakan aktivitas makan lebih banyak dilakukan pada pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari satwa beristirahat. Faktor internal dan faktor eksternal juga mempengaruhi aktivitas makan rusa. Faktor internal yang berasal dari dalam tubuh rusa yang menunjukkan bahwa rusa akan berhenti mengkonsumsi pakan apabila kebutuhan konsumsi bagi tubuhnya telah tercukupi. Selain itu terdapat pula faktor eksternal dari lingkungan yakni suhu dimana semakin meningkatnya suhu akan menyebabkan konsumsi pakan menurun. Suhu kandang pada pagi hari berkisar antara 220C-230C, pada siang hari antara 270C-280C dan pada sore hari berkisar antara 240C-250C (Gambar 12).

(20)

Gambar 12 Grafik suhu rata-rata kandang individu.

Craig (1981) dalam Wardani (2002) menyatakan perilaku makan dipengaruhi oleh tingkat nutrisi, efek musim, kesehatan, pengalaman baru dan belajar. Selama mengkonsumsi maupun istirahat (memamah biak) di penangkaran, rusa timor melakukan beberapa perilaku lain di luar aktivitas makan seperti bergerak mengitari (mengelilingi) kandang, menaiki tempat pakan, membersihkan diri dengan cara menjilati tubuh, urinasi dan tidur.

Rusa merupakan satwa yang tahan terhadap daerah kering, terlihat dari perilaku minum yang sangat jarang dilakukan oleh rusa. Air yang dibutuhkan diperoleh dari kandungan air yang terdapat pada pakannya.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 13 Perilaku makan rusa. (a) Perilaku menciumi pakan; (b) perilaku memakan pakan; (c) perilaku tidur; (d) perilaku memakan malai sorgum. 0 5 10 15 20 25 30

pagi 08.00WIB siang 12.00WIB sore 17.00WIB

Suhu

(21)

5.4.2 Preferensi pakan pada rusa timor

Preferensi pakan pada rusa dipengaruhi oleh tingkat kesukaan makan dan nutrisi yang dikandung dalam pakan. Frekuensi pemilihan pakan pada rusa ditunjukkan pada Gambar 14.

Gambar 14 Frekuensi pemilihan pakan pada rusa.

Penelitian menunjukkan dengan pemberian jenis pakan berupa rumput gajah (Pennisetum purpureum), kaliandra (Caliandra callothyrsus) dan sorgum (Sorghum bicolor L), rusa timor lebih memilih rumput gajah dibandingkan 2 (dua) jenis pakan lainnya. Hijauan yang dikonsumsi rusa sebaiknya mengandung air, sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral serta serat kasar. Secara garis besar air, protein, lemak dan energi disebut sebagai unsur nutrisi makro, sedangkan yang lainnya merupakan unsur nutrisi mikro yang tingkat kebutuhannya relatif lebih sedikit (Semiadi dan Nugraha 2004). Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dikenal sebagai salah satu hijauan pakan berkualitas baik dan produktivitasnya tinggi. Kaliandra (Caliandra calothyrsus) dan sorgum (Sorghum bicolor) pada umumnya dapat meningkatkan kualitas pakan secara keseluruhan karena kandungan protein, mineral, Ca dan P yang tinggi (Nuschati 2003).

Rusa lebih memilih dan menyukai rumput gajah kemudian sorgum dan terakhir kaliandra. Terlihat dari pemilihan rumput gajah mencapai rata-rata frekuensi 32,8 kali dalam sehari diikuti oleh sorgum dengan rata-rata frekuensi 25,2 kali dan kaliandra dengan rata-rata frekuensi 21,6 kali. Pemilihan tersebut diduga karena tekstur batang yang lunak dan aroma rumput gajah yang lebih menarik perhatian rusa dibandingkan pakan lain. Afzalani et al. 2008 yang

0 10 20 30 40 50 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Fr e ku e n si Hari ke- Sorgum Rumput gajah Kaliandra

(22)

meneliti preferensi pakan rusa sambar dengan pemberian jenis pakan cabe-cabean, rumput lapang, rumput kolonjono dan rumput kumpai mengemukakan bahwa rusa sambar lebih menyukai cabe-cabean dibandingkan pakan lainnya.

Rumput gajah diketahui mampu mempertahankan kesegaran daun dan batang dibanding pakan lainnya sesuai dengan pendapat Pond et al. (1995) dalam Wardani (2002) yang menyatakan bahwa tingkat kesukaan pakan dipengaruhi oleh rasa, tekstur, penampilan, suhu dan komponen-komponen lainnya yang terdapat dalam pakan. Selain itu, rusa lebih menyukai rumput gajah karena setiap hari rusa di HP Bogor diberi rumput gajah sehingga telah terbiasa mengkonsumsi pakan tersebut. Selain itu, rusa lebih menyukai rumput gajah karena keseringan rusa di HP Dramaga diberi rumput gajah sehingga telah terbiasa mengkonsumsinya.

Pakan selanjutnya yang disukai rusa yaitu sorgum dimana memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan pakan lainnya sehingga mempengaruhi sifat palatable rusa sesuai dengan pernyataan Garsetiasih et al. (2000) bahwa semakin tinggi kandungan lemak dalam satu pakan maka semakin tinggi tingkat palatabilitasnya. Rusa kurang menyukai kaliandra karena aroma yang ditimbulkan oleh daun kaliandra tersebut yang mengandung kadar mimocine yang tinggi. Persentase rata-rata frekuensi pemilihan pakan rusa ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15 Persentase frekuensi pemilihan pakan.

Selama mengkonsumsi pakan, rusa timor tidak selamanya memakan pakan yang tersedia di dalam bak. Rusa timor juga memakan pakan yang telah jatuh ke lantai dan telah terinjak namun masih mempunyai fisik yang baik dan belum

32%

41% 27%

(23)

tercampur dengan feses dan urine. Apabila terdapat gangguan dari luar seperti suara dan yang lainnya, rusa akan berhenti mengunyah dan akan teralih oleh gangguan tersebut. Rusa akan mengunyah pakannya setelah tidak ada lagi gangguan yang dapat mengalihkannya.

Selama mengunyah, rusa menciumi kembali pakan dan bagian-bagian tanaman seperti malai, daun, batang (Gambar 13). Selama pengamatan, rusa memilih dan mengkonsumsi malai sorgum terlebih dahulu kemudian rumput gajah (41 %), daun dan batang sorgum (32 %), terakhir kaliandra (27 %). Malai sorgum lebih disukai karena disamping mengandung nutrisi yang tinggi terutama protein dan lemak kasar juga disebabkan karena malainya masih muda sehingga mudah dikonsumsi dan dicerna (Suarni dan Singgih 2002). Persentase tingkat pemilihan pakan ditunjukkan pada Gambar 15. Rusa mencari bagian yang paling disukai sampai ke dasar bak pakan dengan cara mengoreknya sambil mencium pakan dan sesekali mengendus.

Gambar

Tabel 5 Komposisi nutrisi pakan yang digunakan (%)
Tabel 8 Pertambahan bobot badan rusa (gram/individu/hari)
Tabel  9  Pertambahan  bobot  badan  rusa  berdasarkan  perlakuan  (gram/individu/hari)  Periode  Perlakuan  A  B  C  D  1  11,67  -86,67  120,00  190,83  2  156,67  78,33  138,33  165,00  3  191,67  157,50  59,17  105,00  4  -18,33  26,67  35,00  69,17  J
Gambar 9 Pengukuran bobot badan rusa. (a) Tampak samping kiri; (b) tampak depan; (c)  tampak  belakang;  (d)  tampak  samping  kanan;  (e,f)  timbangan  digital  untuk  pengukuran berat badan rusa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa ampas sagu hasil fermentasi jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) dengan penambahan urea sampai taraf 0,05%

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan tepung Azolla hasil fermentasi dengan jamur Pleurotus ostreatus (AF) dalam ransum ayam kampung pedaging hingga taraf

PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN OLEH BENDAHARA PPh Ps.21/26 PPh Ps.21/26 Dibayarkan kepada ORANG PRIBADI sehubungan dgn: Pekerjaan Jabatan Jasa Kegiatan

• Permasalahan waktu dengung pada ruang sholat masjid desa, baik yang berplafon kubah, tajug, maupun datar adalah pada ketidaktepatan komposisi penggunaan material pemantul

Menurut penelitian Irawati, menunjukkan IMT pra hamil merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap berat badan bayi lahir (RR=3,8), berarti ibu yang mempunyai pertambahan

Berdasarkan tabel 3 maka model pertama menunjukkan bahwa modal manusia (pendidikan dan kesehatan) secara statistik berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dengan

Berdasarkan dari tiap butir pertanyaan pada penelitian terdahulu yang sudah dilakukan oleh peneliti, maka akan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

10 Jika persediaan tablet zat besi (Fe) telah habis, saya akan pergi ke salah satu tempat pelayanan kesehatan untuk memperoleh tablet tersebut.. Correlation is significant