• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. peneliti asing maupun peneliti dalam negeri. Penelitian yang pernah dilakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. peneliti asing maupun peneliti dalam negeri. Penelitian yang pernah dilakukan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian terhadap penggunaan BB sudah sering dilaksanakan, baik oleh peneliti asing maupun peneliti dalam negeri. Penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan kedudukan dan fungsi BB sebagai berikut.

1) Bagus,dkk (1981) dalam penelitian yang berjudul "Kedudukan dan Fungsi BB". Dalam penelitian ini dideskripsikan tentang kedudukan dan fungsi BB pada masyarakat Bali di Kabupaten Badung, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng. Penelitian ini mencakup kedudukan dan fungsi BB pada situasi resmi dan tak resmi. Kedudukan dan fungsi BB dalam situasi resmi seperti berikut.

Besar kecilnya persentase pemakaian BB tergantung pada topik-topik pembicaraan. Topik pembicaraan yang bersifat tradisional, seperti membicarakan masalah adat, kebudayaan, dan agama Hindu pemakaian BB sangat dominan. Pada topik pembicaraan yang mengarah ke topik modern, intensitas pemakaian BB semakin menurun dan muncullah pemakaian bahasa campuran.

Dalam urusan surat- menyurat yang terjadi dilingkungan keluarga , intensitas pemakaian BB dengan bahasa campuran tampak berimbang. Pada ranah di luar rumah tangga, intensitas pemakaian BB mengalami penurunan jika dibandingkan dengan di dalam keluarga. intensitas pemakaian BB sangat tinggi

(2)

7

juga terlihat pada komunikasi sesama etnis Bali dan dalam berkesenian, tampak kedudukan dan fungsi BB sangat dominan atau penting.

Dalam situasi formal adat dan agama, seperti rapat dan sembahyang, pemakaian BB sangat dominan serta memiliki kedudukan dan fungsi sangat penting. Dalam situasi fomal kedinasan, seperti rapat-rapat di kantor, pemakaian BB sangat jarang.

Kedudukan BB sebagai bahasa pengantar, terutama pengantar mata pelajaran BB tampat dominan di sekolah dasar, sedangkan pada pendidikan SMP dan seterusnya kedudukan BB telah didesak oleh BI. Pemakaian BB yang terjadi di luar jam pelajaran saat bersenda gurau yang dilakukan oleh murid dan guru yang sesama etnis sangat dominan.

Untuk mengekspresikan pikiran dalam bentuk cipta karya sastra (daerah) dan media massa, kedudukan dan fungsi BB sangat dominan. BB dapat berfungsi dengan baik dalam situasi tutur atau berita yang sifatnya kekeluargaan, kedesaan, kesenian, dan keagamaan.

2) Sujana (skripsi, 1992), yang berjudul "Kedudukan dan Fungsi BB dalam Masyarakat Islam di Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem".

Penelitian ini mencakup hal-hal mengenai frekuensi dan persentase pemakaian BB berdasarkan variabel-variabel latar, hubungan peran partisipan, topik pembicaraan dan situasi.

Perbandingan frekuensi dan persentase pemakaian BB berdasarkan variabel-variabel setting, hubungan peran partisipan, topik pembicaraan, dan

(3)

8

situasi. Selain itu juga mencakup fungsi BB dalam variabel-variabel latar, hubungan peran partisipan, topik pembicaraan, dan situasi situasi serta perbandingan fungsi BB dalam variabel-variabel latar, hubungan peran partisipan, topik pembicaraan, dan situasi.

Hasil penelitian ini yaitu kedudukan dan fungsi BB untuk setting di dalam rumah tangga memiliki fungsi yang sangat penting. Bahasa berkedudukan sebagai bahasa yang kedua dan berfungsi sebagai bahasa pengantar pertama didalam melakukan hubungan komunikasi antar keluarga di dalam rumah tangga. Fungsi BB untuk setting di luar rumah tangga sebagai bahasa pengantar pergaulan memiliki fungsi kurang penting.

Kedudukan dan fungsi BB bagi masyarakat Islam di Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem dalam situasi resmi, memiliki fungsi kurang penting. Dalam situasi resmi BB berfungsi sebagai bahasa pengantar pendidikan pada tingkat SD dari kelas 1 (satu) sampai kelas 2 (dua) pada sekolah Islam di Kampung Sidemen. Akan tetapi, kedudukan dan fungsi BB dalam situasi tidak resmi yang fungsinya sebagai bahasa pengantar pergaulan memiliki fungsi penting.

Kedudukan dan fungsi BB dalam topik pembicaraan tradisional, memiliki fungsi kurang penting sebagai bahasa pengantar kebudayaan yang bersifat tradisional. Dalam topik pembicaraan tradisional BB hanya dipakai sebagai bahasa pengantar dalam bidang hubungan kekerabatan, situasi tutur yang bersifat kekeluargaan, bahasa pengantar sebelum mengadakan persembahyangan bersama.

(4)

9

Dalam karya sastra membuat puisi, cerpen, novel serta dalam nilai estetis yang lainnya BB tidak pernah dipakai. Dalam topik pembicaraan yang bersifat modern, BB berfungsi sebagai bahasa pengantar dalam bidang kebudayaan modern seperti masalah ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan pengetahuan, BB memiliki fungsi tidak penting.

Kedudukan dan fungsi BB dalam variabel partisipan hubungan akrab dan hubungan tidak akrab yang fungsinya sebagai bahasa pengantar pergaulan. Dalam partisipan akrab BB memiliki fungsi sangat penting sebagai bahasa pengantar pergaulan. Dalam partisipan tidak akrab, BB memiliki fungsi yang tidak penting. 3) Malini, dkk (2012) melaksanakan penelitian terhadap "Model Pemertahanan

Bahasa Ibu: Kasus Daerah Destinasi Wisata Internasional di Bali". Penelitian ini terdapat pada 3 lokasi wisata yang tersebar di Bali, yaitu Ubud, Sanur, dan Kuta. Penelitian tersebut mengungkapkan pola-pola pemakaian BB oleh generasi muda di Bali dan sikap bahasa generai muda terhadap BB. Penelitian ini menunjukkan bahwa pilihan bahasa generasi muda di Bali yaitu BB, BI, dan bahasa Inggris. Bahasa-bahasa tersebut digunakan pada berbagai ranah, utamanya ranah tumah tangga, ketetanggaan dan ranah agama. Tingkat pemahaman dan pengetahuan kosakata dasar baik itu kosakata dasar Swadesh, kosa kata berkaitan dengan organisasi sosial masyarakat, kosakata berkaitan dengan kehidupan religi, kosakata yang berkaitan dengan kesenian, kosakata berkaitan dengan matapencaharian secara umum di Ubud lebih tinggi tingkat pemahamannya dan pemakiannya, kemudian Sanur dan terendah Kuta. Terkait dengan sikap bahasa

(5)

10

dari aspek kognitif, afektif dan konatif generasi muda memiliki kecendrungan bersikap positif.

Penelitian mengenai kedudukan dan fungsi BB diatas masih meneliti tentang pemakaian BB oleh pemakai bahasa secara umum. Pemakaian bahasa oleh masyarakat tidak diklasifikasikan secara khusus dan tidak disesuaikan dengan sampel yang digunakan., sehingga perbedaan frekuensi dan persentase pemakaian BB tidak dapat diketahui berdasarkan profesi masyarakat, mengingat sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan kelas sosial. Selain itu, penelitian mengenai kedudukan dan fungsi BB pada masyarakat Islam di kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem, tidak menjelaskan terlebih dahulu mengenai tingkat keberadaan BS, karena BS tersebut adalah bahasa masyarakat yang beretnik Sasak. Penelitian yang dilakukan oleh Ngurah Bagus (1981) hanya mengungkapkan kedudukan dan fungsi BB pada variabel situasi saja.

Penelitian tersebut memberikan inspirasi yang besar untuk penelitian mengenai "Kedudukan dan Fungsi BB pada Masyarakat Islam di Banjar Candikuning II Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan". Penelitian yang dilakukan oleh Malini, dkk (2012) dapat memberikan pedoman mengenai cara analisis data. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada pengklasifikasian frekuensi dan persentase pemakaian BB, yakni diklasifikasikan berdasarkan profesi sampel, dan sedikit diuraikan tentang keberadaan BS, mengingat masyarakat Islam di Banjar Candikuning II Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan beretnik Sasak.

(6)

11 2.2 Konsep

Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang hal atau persoalan yang dirumuskan. Definisi istilah atau konsep berfungsi untuk menyederhanakan arti kata atau pemikiran tentang ide-ide, hal-hal dan kata-kata benda maupun gejala sosial yang digunakan (Mardalis, 1989: 45-46). Konsep merupakan sesuatu yang digunakan untuk landasan berfikir untuk memahami suatu objek kajian. Sesuai dengan penjabaran di atas, maka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedudukan dan fungsi bahasa, serta dikaitkan dengan BB yang dipakai oleh masyarakat Islam di Banjar Candikuning II Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan.

2.2.1 Kedudukan dan Fungsi Bahasa

Secara tradisional, bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan (Chaer dan Agustina, 2010: 14)

Berdasarkan hasil Seminar Politik Bahasa Nasional yang dilaksanakan pada taggal 25-28 Februari 1985 di Jakarta, dinyatakan bahwa di dalam hubungannya dengan kedudukan BI, bahasa-bahasa seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makasar, dan Batak yang terdapat di wilayah Republik Indonesia, berkedudukan sebagai bahasa daerah. Bahasa daerah ialah bahasa yang disamping bahasa nasional dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah di wilayah Republik Indonesia (Alwasilah, 1985: 176).

(7)

12

Berkaitan dengan fungsinya, Menurut Fisman (dalam Chaer-Agustina, 2010: 15-17) menyebutkan fungsi-fungsi bahasa itu, antara lain, dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.

Diihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya.

Dilihat dari pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.

Bila dilihat dari segi topik ujaran, bahasa itu berfungsi refrensial.Bahasa itu berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya.

Kalau dilihat dari kode yang digunakan, maka bahasa itu berfungsi untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Bahasa digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa.

Kalau dilihat dari segi amanat (Message) yang akan disampaikan, maka bahasa itu berfungsi imaginatif. Sesungguhnya, bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan; baik yang sebenarnya, maupun yang hanya imajinasi ( khayalan, rekaan) saja.

(8)

13

Menurut Nababan (1991: 38-45), terdapat empat golongan fungsi bahasa: (1) fungsi kebudayaan, (2) fungsi kemasyarakatan, (3) fungsi perorangan, dan (4) fungsi pendidikan.

1. Fungsi Kebudayaan

Fungsi bahasa dalam kebudayaan (1) sebagai sarana perkembangan kebudayaan, (2) jalur penerus kebudayaan, dan (3) inventaris ciri-ciri kebudayaan. Bahasa adalah bagian dari kebudayaan, dan bahasalah yang memungkinkan pengembangan kebudayaan sebagai mana kita kenal (Nababan, 1991: 38).

2. Fungsi Kemasyarakatan

Fungsi bahasa kemasyarakatan menunjukkan peranan khusus sesuatu bahasa dalam kehidupan masyarakat. klasifikasi bahasa berdasarkan fungsi kemasyarakatan dapat dibagi dua, yakni (1) yang berdasarkan ruang lingkup dan (2) berdasarkan bidang pemakaian. Yang pertama, yang berdasarkan ruang lingkup, mengandung "bahasa nasional" dan "bahasa kelompok". Bahasa nasional dirumuskan oleh Halim (1976) berfungsi sebagai (a) lambang kebanggaan kebangsaan dan (b) lambang identitas bangsa; dan bagi negara-negara yang beraneka suku, bahasa dan kebudayaan, sebagai (c) alat penyatuan berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan bahasa, dan (d) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

3. Fungsi perseorangan

Fungsi perorangan berdasarkan kajian Halliday tahun 1976 (dalam Nababan, 1991: 42), klasifikasi untuk bahasa anak-anak kecil terdiri dari enam fungsi, yaitu (a)

(9)

14

instrumental, terdapat dalam dalam ungkapan bahasa, termasuk bahasa bayi, untuk meminta sesuatu; (b) menyuruh, yaitu ungkapan untuk menyuruh orang lain berbuat; (c) interaksi, terdapat dalam ungkapan yang menciptakan sesuatu iklim untuk hubungan antarpribadi; (d) fungsi kepribadian, terdapat dalam ungkapan yang menyatakan atau mengakhiri partisipasi; (e) fungsi pemecahan masalah, terdapat dalam ungkapan yang meminta atau menyatakan jawab kepada suatu masalah atau persoalan, yaitu ungkapan yang menyatakan.; (f) khayalan, yaitu ungkapan untuk mengajak pendengar untuk berpura-pura atau simulasi suatu keadaan.

4. Fungsi pendidikan

Fungsi-fungsi bahasa dalam pendidikan dapat dibagi atas empat subfungsi: (1) fungsi integratif, memberikan penekanan pada penggunaan bahasa sebagai alat yang membuat anak didik ingin dan sanggup menjadi anggota dari suatu masyarakat; (2) fungsi instrumental ialah penggunaan bahasa untuk tujuan mendapat keuntungan material, memperoleh pekerjaan, meraih ilmu dan sebagainya; (3) fungsi kultural ialah penggunaan bahasa sebagai jalur mengenal dan menghargai sesuatu sistem nilai dan cara hidup, atau kebudayaan, sesuatu masyarakat; (4) fungsi penalaran , bahasa sebagai alat berfikir dan mengerti serta menciptakan konsep-konsep, dengan pendek untuk bernalar.

Hal senada juga disampaikan oleh Halliday (dalam Djojosuroto, 2006: 42-43) yang menggolongkan fungsi bahasa menjadi tujuh, yaitu:

1. The instrumental function (fungsi instrumental), melayani pengelolaan lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi.

(10)

15

2. The regulatory function (fungsi regulasi), bertindak untuk mengawasi serta mengendalikan berbagai peristiwa, bertindak untuk mengendalikan serta mengatur orang lain.

3. The representational function (fungsi pemberian), adalah penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan, atau dengan kata lain menggambarkan, memberikan realitas yang sebenarnya.

4. The interactional function (fungsi interaksi), bertugas untuk menjamin dan memantapkan ketahanan dan kelangsungan komunikasi, interaksi sosial.

5. The personal function (fungsi personal), memberi kesempatan kepada seorang pembicara untuk mengekspresikan perasaan, emosi pribadi, serta reaksi-reaksinya yang mendalam.

6. The heuristic function (fungsi heuristik), melibatkan penggunaan bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mempelajari seluk-beluk lingkungan.

7. The imagination function (fungsi imajinatif), melayani penciptaan sistem-sistem atau gagasan-gagasan yang bersifat imajinatif.

2.2.2 Bahasa Bali

Periodisasi perkembangan BB dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) BB Kuna, (2) BB Tengahan, (3) BB Baru.

BB Kuna merupakan bahasa yang dijumpai atau dipakai dalam prasasti-prasasti, khususnya prasasti yang ditemukan di Bali. Munculnya istilah BB Kuna

(11)

16

untuk menamakan versi BB yang bersangkutan ialah semenjak sarjana-sasrjana Belanda terutama Goris menemukan prasasti-prasasti yang menggunakan bahasa itu (Bawa, dkk, 1985: 27).

Ciri-ciri BB Kuna, yaitu pengungkapan aturan mengenai sesuatu aspek kehidupan cendrung dinyatakan dengan ringkas serta banyak mengandung istilah teknis yang tanpa penjelasan mengenai maksudnya. Bagi pendukungnya sendiri yang hidup pada periode yang bersangkutan sudah tentu keadaan demikian dapat dipahami dengan memadai. Sebaliknya, bagi generasi yang memiliki latar belakang sosio budaya yang sudah jauh berbeda, hal itu jelas merupakan hambatan besar yang tidak memungkinkan makna atau isi prasasti yang bersangkutan dapat dipahami secara jelas dan menyeluruh. Ciri kedua dari BB Kuna dalam prasasti, yaitu hampir semua teks prasasti tidak mempunyai tanda titik yang menyatakan satuan-satuan kalimat yang mebangun keseluruhan teksnya. Keadaan demikian menyulitkan seseorang dalam usaha memahami satua-satuan buah pikiran yang dimuat dalam prasasti (Bawa, dkk, 1985: 45). Beberapa contoh kosakata BB Kuna, yaitu māgha 'sasih Kapitu' (nama bulan), ajna 'perintah', hetu 'sebab', nāyaka 'pemimpin', dan lain sebagainya.

Istilah nama BB Tengahan dipakai untuk nama yang hidup pada kurun waktu antara BB Kuna dengan BB Kapara atau BB Baru. BB Tengahan ini juga dikenal dengan istilah BB Kawi atau bahasa Kawi Bali. Digunakannya istilah BB Kawi itu karena peninggalan BB Tengahan tersebut sebagian besar berupa bahasa tulisan yang merupakan hasil karya para pangawi atau pujangga, terutama pangawi Bali yang dikarang di Bali (Bawa, dkk, 1985: 47).

(12)

17

Cirri-ciri BB Tengahan, yaitu mengenai kosakatanya, bahwa kata-kata yang diserap dari bahasa Sanskerta ada yang seutuhnya diserap sesuai dengan sistem bahasa Sanskerta itu, baik sisten kasus kata benda maupun sistem waktu kata kerjanya, misalnya sloka sanskerta yang dipakai dalam permulaan penulisan babad-babad, kalimat Om awigenamastu namo sidam 'Oh Tuhan, semoga tidak ada halangan'. Ciri yang kedua, yaitu mengenai struktur morfologinya, kosakata BB Tengahan memiliki bentuk yang berafiksasi, yang berbentuk kata ulang, dan kata majemuk. Kosakata berafiksasi, yaitu agering 'menderita', alungguh 'tempat', nadah 'makan', dan lain sebagainya. kosakata berbentuk kata ulang, yaitu luluputan 'pembebasan', dadawa 'panjang', angucap-ucap 'berkata-kata', dan lain sebagainya. kosakata berbentuk kata majemuk, yaitu pretisantana 'keturunan', atma jiwa 'kekasih, anak', listwayu 'cantik', dan lain sebagainya (Bawa, dkk, 1985: 58-69).

BB Baru adalah bahasa yang hidup, digunakan oleh masyarakat Bali umumnya, dan beberapa pendukungnya yang berada di luar Bali. dalam kehidupannya ini, BB Baru tidak saja digunakan dalam salah satu aspek kehidupan, tetapi hampir digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Berkomunikasi antarindividu dengan individu, antarindividu dengan kelompok BB masih sangat berperan di Bali. Peran yang dimainkan oleh BB Baru tidak saja dalam bentuk lisan, tetapi juga dalam bentuk tulisan (Bawa, dkk, 1984: 75).

Ciri-ciri BB Baru dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu dari sisi: khasanah yang dimiliki, pengaruh-pengaruh yang diterima, dan perubahan-perubahan pengaruh leksis. Berdasarkan khasanah kata, BB Baru dikelompokkan atas dua dialek besar,

(13)

18

yaitu BB Dataran dan BB Aga. BB Dataran tidak terbatas pada salah satu variasi tertentu, tetapi mencakup semua aspek variasi kehidupan. Berdasarkan pengaruh-pengaruh yang diterima, BB Baru yang digunakan secara umum (lumrah) di Bali banyak terkena pengaruh bahasa Sanskerta, Jawa, Melayu (Indonesia), bahasa Arab, dan lain-lainnya. Contoh kosakata BB Baru yang berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu karya, nusa, raja, bagia, upeti, dan lain sebagainya. Kosakata BB Baru yang berasal dari bahasa Jawa Kuna, yaitu ujan 'hujan', gae 'pekerjaan', balu 'janda', uled 'ulat', dan lain sebagainya. Kosakata BB Baru yang berasal dari bahasa Jawa/ Tengahan, yaitu pajeg 'pajak', satus 'seratus', nemnem 'enam, dan lain sebagainya. Kosakata BB Baru yang berasal dari BI (Melayu), yaitu bapa, buah, usap, angus. Kosakata BB Baru yang berasal dari bahasa Arab, diantaranya, adat 'adat', adil 'adil', masuk 'masuk', dan lain sebagainya. Selain pengaruh dari beberapa bahasa tersebut diatas, BB Baru juga mendapat pengaruh dari bahasa Belanda, seperti bangku 'bangku', lampu 'lampu', dan lain-lain. Pengaruh dari bahasa Inggris, seperti kiper 'penjaga gawang', pas 'sudah tepat, dan lain-lain. Pengaruh dari bahasa Prancis, seperti kado 'kenang-kenangan', jam 'jam', dan lain-lain (Bawa,dkk, 1985: 79-87).

Keberadaan BB Baru yang banyak mendapatkan pengaruh dari beberapa bahasa, menyebabkan masyarakat yang berkomunikasi dengan BB Baru memungkinkan melakukan suatu alih kode, campur kode, dan juga memungkinkan terjadinya suatu perubahan sistem suatu bahasa yang sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh

(14)

19

penutur bilingual, yang oleh Weinreich (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 120) disebut istilah interfrensi.

Sehubungan dengan jenis-jenis BBdi atas dan didukung oleh ciri-ciri yang dimiliki oleh bahasa tersebut, masyarakat Islam di Banjar Candikuning II Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan dalam komunikasinya memakai BB Baru. Hal ini terlihat pada pemakaian BB yang tidak saja dalam salah satu aspek kehidupan, seperti komunikasi dalam rumah tangga, akan tetapi juga dipakai dalam aspek kehidupan yang lainnya, seperti di luar rumah tangga, di sekolah, dan komunikasi antarindividu dengan kelompok masyarakat sekitar tempat tinggalnya yang memakai bahasa Bali.

2.3 Landasan Teori

Menurut Siswojo; "teori dapat diartikan sebagai seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antara variabel, dengan tujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena". Dia juga mengatakan "teori menjalin hasil pengamatan ke dalam suatu pengertian utuh yang memungkinkan ilmuwan untuk membuat pernyataan umum tentang variabel-variabel dan hubungannya" (dalam Mardalis, 1989: 41-42).

Penelitian kedudukan dan fungsi BB pada masyarakat Islam di Banjar Candikuning II Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan memakai suatu teori yang relevan dan memiliki keterkaitan terhadap objek yang dikaji. Pada penelitian ini

(15)

20

memakai teori sosiolinguistik. (umum) dan mengacu pada aspek kedwibahasaan atau bilingualitas (khusus).

Ditinjau dari nama, sosiolinguistik menyangkut sosiologi dan linguistik, karena itu sosiolinguistik mempunyai kaitan erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi, sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (Sumarsono, 2009: 1). Menurut Pride dan Holmes (dalam Sumarsono, 2009: 3) sosiolinguistik adalah bagian dari linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosial dan gejala kebudayaan (sociolinguistic is that part of linguistics which is concerned with language as a social and cultural phenomenom).

Pengaitan antara gejala kebudayaan juga terlihat pada batasan yang diberikan oleh Criper dan Widowson yang menyatakan sosiolinguistik merupakan kajian bahasa dalam pemakaian. Tujuannya untuk menunjukkan kesepakatan-kesepakatan atau kaidah-kaidah penggunaan bahasa yang disepakati oleh masyarakat, dikaitkan dengan aspek-aspek kebudayaan dalam masyarakat itu (dalam Sumarsono, 2009: 4).

Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial yang dipakai dalam komunikasi. Karena masyarakat itu terdiri dari individu-individu, masyarakat secara keseluruhan dan individu sosiolinguistik mempengaruhi dan saling bergantung. Sosiolinguistik memang menitikberatkan perhatian pada segi sosial bahasa, tetapi segi individual juga tidak dilupakan (dalam Sumarsono, 2009: 19).

Menurut Fishman, sosiolinguistik adalah ilmu ynag meneliti dua aspek hubungan timbal-balik antara bahasa dengan prilaku organisasi sosial. Menurut

(16)

21

Labov, sosiolinguistik adalah pendekatan terhadap penelitian bahasa yang memusatkan perhatiannya kepada bahasa yang dipakai dalam masyarakat bahasa (speech community), dengan tujuan untuk menghasilkan suatu teori baru yang mantap untuk membenarkan, memerikan, dan menjelaskan data tersebut (dalam Jendra, 1991: 6).

Masyarakat Islam di Banjar Candikuning II Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan merupakan masyarakat dwibahasa, yaitu kemampuan dalam mempergunakan dua bahasa. Menurut Nababan (1991: 5-6) istilah kedwibahasaan itu dipakai untuk dua konsepsi yang berkaitan tetapi berbeda, yakni kemampuan mempergunakan dua bahasa dan kebiasaan memakai dua bahasa dalam pergaulan hidup. Kemampuan mempergunakan dua bahasa disebut bilingualitas dan kebiasaan memakai dua bahasa disebut bilingualisme. Istilah bilingualisme membahas; (a) pola-pola penggunaan kedua bahasa yang bersangkutan, (b) seringnya dipergunakan setiap bahasa itu, dan (c) dalam lingkungan (domain) bahasa yang bagaimana bahasa-bahasa itu dipakai. Yang perlu dikaji dalam bilingualitas ialah tingkat penguasaan setiap bahasa, dan jenis keterampilan yang dikuasai seperti berbicara, menyimak, menulis, atau membaca.

Menutur Nababan (1991: 6) dalam topik kedwibahasaan, dibicarakan juga alih kode (code-switching) dan campur kode (code-mixing). Yang pertama terjadi apabila keadaan berbahasa itu menuntut penutur mengganti bahasa atau ragam bahasa yang sedang dipakai; yang kedua terdapat jika seseorang mencampur dua bahasa atau

(17)

22

ragam bahasa oleh karena mudahnya dan bukan karena dituntut keadaan berbahasa itu.

Berkaitan dengan penelitian kedudukan dan fungsi BBpada masyarakat Islam di Banjar Candikuning II Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan, topik kedwibahasaan yang dibicarakan dalam masyarakat tersebut adalah alih kode dan campur kode, yaitu ditunjukkan dengan pemakaian BB + BI, BB + BS, dan BI + BS.

Fenomena pemakaian bahasa atau pemilihan suatu bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh masyarakat yang berhubungan erat dengan situasi dan struktur sosial, memberikan pemahaman tentang kedudukan dan fungsi bahasa dalam masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan permasalahannya yakni parkir yang ada di areal kawasan Simpang Lima Semarang menerapkan sistem tarif parkir berjalan (progressif), dengan tujuan

Kebiasaan-kebiasaan pulang bersama itu pada akhirnya mengubah aku, kami, mereka, yang awalnya tak begitu akrab menjadi teman satu geng.. Di awal pulang bersama, aku

Steers (1988) mengatakan, komitmen organisasi menjelaskan kekuatan relatif dari sebuah identifikasi individu dengan keterlibatan dalam sebuah organisasi. Komitmen menghadirkan

Untuk mengetahui waktu pemijahan ikan target di lokasi penelitian (aspek temporal), khusus untuk wilayah terumbu karang yang telah ditetapkan sebagai

Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan, dapat juga dikatakan perilaku konsumen merupakan tindakan yang dilakukan konsumen dalam proses pengambilan

Berbeda dengan pengangkutan sistem terbuka, pada sistem tertutup oksigen berasal dari oksigen murni yang dimasukkan ke dalam wadah dan tekanan udara di dalam wadah

Namun sekarang ini lambat laun potensi sumber daya alam Desa Sariwangi yang sebelumnya merupakan areal pertanian dataran tinggi/peladang penghasil palawija dan bunga- bunga kini

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang maha Esa karena atas nikmat-Nya penyusunan Laporan Kuliah Kerja Magang (KKM) STIE PGRI Dewantara Jombang dapat diselesaikan tepat