• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP ANAK REMAJA DI SMA SWASTA DIPANEGARA UNTUK MEMBENTUK GENERASI MUDA ANTI KEKERASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP ANAK REMAJA DI SMA SWASTA DIPANEGARA UNTUK MEMBENTUK GENERASI MUDA ANTI KEKERASAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ADBIMAS UPMI

Vol 1 No 1

e-ISSN : 2775-2135

PENCEGAHAN KEKERASAN TERHADAP ANAK REMAJA DI SMA

SWASTA DIPANEGARA UNTUK MEMBENTUK GENERASI MUDA ANTI

KEKERASAN

Zetria Erma

Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia

Email : zetriaermaupmi2018@gmail.com

ABSTRAK

Khalayak sasaran dalam kegiatan ini yakni seluruh siswa dan siswi, guru serta masyarakat yang berada disekitar lingkungan SMA Swasta Dipanegara yang ikut bergabung. Sosialisasi dilakukan dengan metode ceramah dan metode demontrasi yang disertai tanya jawab. Metode ceramah digunakan unutk menjelaskan konsep, teori, tentang pencegahan kekerasan terhadap anak remaja di SMA untuk membentuk generasi muda anti kekerasan. Metode demontrasi digunakan untuk menunjukkan kepada masyarakat menggunakan infocus sehingga peserta dapat memahami apapun yang disampaikan oleh instruktur, sedangkan metode tanya jawab untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pemerintah setempat untuk bertanya dan berkonsultasi mengenai pencegahan kekerasan terhadap anak remaja untuk membentuk generasi muda anti kekerasan. Manfaat yang diperoleh peserta dari kegiatan PPM ini adalah masyarakat mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang pencegahan kekerasan terhadap anak remaja untuk membentuk generasi muda anti kekerasan.

Kata Kunci : Metode Demontrasi, Anti Kekerasan

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk menjamin perlindungan anak, karena anak juga memiliki hak hak yang termasuk dalam hak asasi manusia. Anak adalah suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya juga terdapat suatu harkat dan martabat yang dimiliki oleh orang dewasa pada umumnya, maka anak juga harus mendapatkan suatu perlindungan khusus agar kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Anak adalah generasi muda penerus bangsa serta berperan dalam menjamin kelangsungan eksistensi suatu bangsa san negara itu sendiri.

(2)

JURNAL ADBIMAS UPMI

Vol 1 No 1

e-ISSN : 2775-2135

Kehidupan bermasyarakat dan bernegara demokrasi sangat menjunjung tinggi nilai atau hak kemerdekaan dan kebebasan. Dalam pembukaan UUD 1945 bahkan ditegaskan, bahwa “kemerdekan adalah hak segala bangsa”. Tidaklah ada artinya hak kemerdekaan, apabila di lain pihaktetap ada penjajahan dalam segala bentuknya. Penjajahan pada hakekatnya merupakan bentuk- bentuk pelecehan, pelanggaran, perampasan, pengekangan, atau penguasaan paksa atau sewenang- wenang atas hak kemerdekaan orang lain. Hal ini disebabkan antara lain oleh karena para pihak (pejabat) dalam melaksanakan tugasnya kurang atau tidak berdasarkan kepada asas hukum yang berlaku di Indonesia saat ini.

Perkembangan hukum merupakan kaca dari pembangunan masyarakat.Bangsa Indonesia selain mengalami perkembangan secara pesat dalam bidang hukum semenjak era orde baru berakhir, juga mengalami perkembangan dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan teknologi, tetapi disadari atau tidak oleh masyarakat bahwa tidak selamanya perkembangan itu membawa dampak yang positif, melainkan juga dampak negatif, seperti yang telah terjadi di masyarakat, antara lain perkosaan, pelecahan seksual, kekerasan seksual dan pornografi.

Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini adalah kekerasan seksual terhadap anak. Anak adalah anugerah tidak ternilai yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada setiap pasangan manusia untuk dipelihara, dilindungi dan dididik. Ia adalah manusia yang mempunyai kemampuan fisik, mental dan sosial yang masih terbatas untuk mengatasi berbagai resiko dan bahaya yang dihadapinya dan secara otomatis masih bergantung pada pihak-pihak lain terutama anggota keluarga yang berperan aktif untuk melindungi dan memeliharanya. Perlindungan terhadap hidup dan penghidupan anak ini masih menjadi tanggung jawab berbagai pihak yaitu kedua orang tuanya, keluarganya, masyarakat dan juga negara. Perlindungan ini dapat berupa pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Tidak hanya itu, perlindungan yang diberikan terhadap seorang anak juga dapat berupa perlindungan terhadap kondisi psikologis atau mental dari anak yaitu terutama perkembangan kejiwaannya. Artinya bahwa anak tersebut dapat berkembang dan hidup secara normal tidak hanya perkembangan fisiknya saja tetapi juga perkembangan jiwa atau psikisnya.

Setiap orang pasti akan berpendapat bahwa anak merupakan generasi yang akan meneruskan perjuangan dan cita-cita seluruh bangsa-bangsa di belahan bumi ini. Merekalah nantinya yang akan menjadi pemimpin baru yang siap untuk menghadapi tantangan baru seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini secara tegas dirumuskan dalam butir c konsiderans Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi “bahwa anak adalah tunas, potensi, dan

(3)

JURNAL ADBIMAS UPMI

Vol 1 No 1

e-ISSN : 2775-2135

generasimuda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memilikiperan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan” (Shanty 1988 : 5).

Perlu kita camkan “Deklarasi Hak Anak-anak” oleh Majelis Umum PBB, yang disahkan pada tanggal 20 Nopember 1958, bahwa ummat manusia berkewajiban memberikan yang terbaik bagi anak-anak.

Anak mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam bangsa, negara, masyarakat, maupun keluarga. Anak merupakan tumpuan harapan masa depan bagi bangsa, negara, masyarakat dan keluarga. Oleh karena kondisinya sebagaianak, maka perlu perlakuan khusus agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik fisik, mental dan rohaninya.

Beberapa tahun terakhir ini kita dikejutkan oleh pemberitaan media cetak serta elektronik tentang kasus-kasus kekerasan pada anak,dari data induk lembaga perlindungan anak yang ada di 30 provinsi di Indonesia dan layanan pengaduan lembaga tersebut, pada tahun 2006 jumlah kasus pelanggaran hak anak yang terpantau sebanyak 13.447.921 kasus dan pada 2007 jumlahnya meningkat 40.398.625 kasus. Di samping itu Komnas Anak juga melaporkan bahwa selama periode Januari-Juni 2008 sebanyak 12.726 anak menjadi korban kekerasan seksual dari orang terdekat mereka seperti orang tua kandung/tiri/angkat, guru, paman, kakek dan tetangga. Berdasarkan laporan pengaduan yang diterima Komnas Anak baik secara langsung atau tidak langsung pada 2010 tercatat 2.046 laporan kasus kekerasan terhadap anak, di mana 42 persennya kasus kejahatan seksual.Kemudian pada 2011 dari 2.059 kasus 58 persennya kasus kejahatan seksual. Pada 2012 dari 2.637 kasus 62 persennya kasus kejahatan seksual dan pada semester pertama 2013 (Januari-Juni 2013) dari 1.032 kasus 52 persennya atau 535 kasus kejahatan seksual.

Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (Komnas Anak) menetapkan status tahun 2013 sebagai darurat nasional kejahatan seksual terhadap anak. Pemberlakuan status tersebutkarena jumlah kasus kejahatan seksual yang menimpa anak terus bertambah.

Bersamaan dengan hal-hal tersebut di atas, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) terus berupaya untuk melakukan upaya pencegahan kekerasan terhadap anak dengan melaksanakan aksi pencegahan kekerasan terhadap anak remaja di SMA Swasta Dipanegara untuk membentuk generasi muda anti kekerasan.

METODE KEGIATAN

Untuk memecahkan masalah yang sudah diidentifikasi dan dirumuskan tersebut di atas, agar sosialisasi dapat berjalan dengan lancar maka sebagai alternative pemecahan masalah adalah sebagai

(4)

JURNAL ADBIMAS UPMI

Vol 1 No 1

e-ISSN : 2775-2135

berikut : sosialisasi dilakukan dengan klasikal. Pendekatan klasikal dilakukan pada saat pemberian teori tentang penyuluhan hukum tentang pencegahan kekerasan terhadap anak remaja di SMA Swasta Dipanegara untuk membentuk generasi muda anti kekerasan. Adapun metode yang digunakan adalah :

1. Ceramah bervariasi.

Metode ini dipilih untuk menyampaikan konsep-konsep yang penting untuk dimengerti dan dikuasai oleh peserta pelatihan. Penggunaan metode ini dengan pertimbangan bahwa metode ceramah yang dikombinasikan dengan gambar-gambar, animasi dan display dapat memberikan materi yang relatif banyak secara padat, cepat dan mudah. Materi yang diberikan meliputi : konsep tentang kekerasan, bentuk-bentuk kekerasan, serta faktor tindak kekerasan.

2. Metode Demontrasi

Metode demontrasi yaitu metode yang di lakukan dengan sekumpulan siswa dan siswi serta masyarakat khususnya yang berada di SMA Swasta Dipanegara dengan bimbingan para instruktur. Metode ini dilakukan dengan konsep bantuan infocus dan layar lebar guna untuk memudahkan masyarakat dan siswa/siswi khususnya di SMA Swasta Dipanegara dalam memahami materi yakni pencegahan kekerasan terhadap anak remaja di SMA Swasta Dipanegara untuk membentuk generasi muda anti kekerasan.

PELAKSANAAN HASIL KEGIATAN

Pengabdian yang dilaksanakan oleh instruktur dengan metode ceramah dan metode demontrasi yang berorientasi pada materi pencegahan kekerasan terhadap anak remaja di SMA Swasta Dipanegara untuk membentuk generasi muda anti kekerasan. Hasil kegiatan secara garis besar mencakup beberapa komponen sebagai berikut :

1. Keberhasilan dalam mengorganisasi waktu dan tempat. 2. Ketercapaian tujuan pelatihan.

3. Ketercapaian target materi yang telah direncanakan.

4. Kemampuan peserta dalam menguasai materi yang disampaikan.

Target instruktur untuk memberikan pemahaman tentang sosialisasi dan penyuluhan hukum pencegahan kekerasan terhadap anak remaja di SMA Swasta Dipanegara untuk membertuk generasi muda anti kekerasan berjalan dengan lancar.

Materi yang disampaikan sangat jelas dan dapat dipahami oleh berbagai kalangan yang ikut bergabung, dibantu layar infocus yang menampilkan beberapa animasi untuk memperjelas yang disampaikan instruktur, materi sosialisasi yang telah disampaikan yakni :

(5)

JURNAL ADBIMAS UPMI

Vol 1 No 1

e-ISSN : 2775-2135

1. Tentang pengertian kekerasan terhadap anak remaja. 2. Tentang bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak remaja 3. Faktor tindak kekerasan terhadap anak remaja.

Kemampuan peserta dilihat dari penguasaan materi cukup baik sehingga dapat memperlancar penjelasan-penjelasan berikutnya. Para peserta antusias dalam bertanya tentang pencegahan kekerasan terhadap anak remaja.

Secara keseluruhan kegiatan sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap anak remaja di SMA Swasta Dipanegara berjalan dengan lancar. Keberhasilan diukur dari beberapa komponen diatas juga dapat dilihat dari kepuasan dan antusias peserta dalam mendengerkan, memahami dan bertanya kepada instruktur, manfaat yang diperoleh peserta adalah peserta lebih memahami dan mengetahui tentang bagaimana mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak remaja, sehingga dapat membentuk generasi muda berbakat, membanggakan dan anti kekerasan.

KESIMPULAN

Sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap anak remaja di SMA Swasta Dipanegara berjalan dengan lancar sesuai dengan kegiatan yang telah disusun sehingga siswa/siswi serta masyarakat yang berada di lingkungan tersebut dapat mengetahui dan memahami cara pencegahan kekerasan terhadap anak remaja, bentuk-bentuk kekerasan, faktor tindak kekerasan terhadap anak remaja. Para orang tua juga harus memberikan dukungan kepada anak dengan memberikan lingkungan yang sehat, lingkungan yang akan membentuk anak remaja menjadi remaja yang berprestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, Bagong dan Sri Sanituti. 2002 : Krisis & Child Abuse. Airlangga University. Surabaya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Wadong, Maulana Hassan. 2000 : Pengantar Advokasi dan Huku Perlindungan Anak. PT. Gramedia. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Namun adsorpsi menggunakan biosorben teramobilisasi membutuhkan massa yang besar yaitu sebanyak 0,5 gram biosorben teramobilisasi untuk dapat menyerap metilen biru secara

Intervensi keperawatan pada Ny, M dengan diagnosa kedua nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi maka goal dari diagnosa ini yaitu setelah dilakukan tindakan

Pada uji koefisien regresi secara parsial, diperoleh nilai t hitung variabel investasi sebesar 5,020 lebih besar dari nilai t tabel 1,703 dapat disimpulkan bahwa variabel

Furthermore, using such a static factory method mandates that the client refer to the returned object by its interface rather than by its implementation class, which is generally

Hasil penelitian sebagaimana dideskripsikan di atas memberikan gambaran tentang bagaimana implementasi kebijakan etika PNS pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan

1.2 Hal-hal yang diperlukan dalam penilaian dan kondisi yang berpengaruh atas tercapainya kompetensi ini adalah tempat uji yang mempresentasikan tempat kerja, serta

Stasiun II Sungai Pakil dan Sungai Pembalu terletak pada bagian tengah sungai, dimana stasiun II Sungai Pakil hanya didapatkan 66 individu dari 9 jenis, sedangkan Stasiun

Berdasarkan lokasi asal benih, rata-rata pertumbuhan bibit dengan tiga kali pengukuran dapat diketahui bahwa pertumbuhan tinggi yang paling besar adalah bibit asal Carita