• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

AQUA merupakan pelopor air minum dalam kemasan di Indonesia yang didirikan tahun 1973. AQUA merupakan produk terkemuka di Indonesia dan memiliki volume penjualan terbesar di dunia untuk kategori air mineral. AQUA berasal dari 100% mata air pegunungan alami yang mengandung mineral seimbang yang menyehatkan. AQUA adalah bagian dari kelompok usaha DANONE, salah satu produsen produk makanan dan minuman terbesar di dunia. Di Indonesia sendiri, unit usaha DANONE meliputi empat kategori utama, yaitu minuman (AQUA dan Mizone), produk susu olahan (Milkuat, Activia), dan makanan bayi (Nutricia dan Sari Husada dengan produknya seperti SGM, Vita Plus, Lactamil, dan Vitalac), serta nutrisi medis.

‘Temukan Indonesiamu’ adalah sebuah ajang bagi generasi muda untuk dapat menjelajahi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia, baik dari segi kebudayaan, kesenian, maupun sumberdaya alam. Kekayaan tersebut perlu diapresiasi oleh generasi muda Indonesia agar mereka bisa lebih bangga memiliki dan mencintainya.

AQUA sebagai merek nasional yang sudah bersama-sama dengan Indonesia selama 40 tahun, ingin mengajak generasi muda Indonesia untuk menjelajahi dan menginterpretasikan kekayaan Indonesia yang tersirat dalam

(2)

hal sederhana di sekitar lingkungan kehidupan sehari-hari melalui seni dan fotografi, lewat program ‘Temukan Indonesiamu’.

AQUA berkomitmen untuk memberikan apresiasi karya-karya generasi muda berbakat agar mereka bisa berkarya dengan cara mengeksplorasi keindahan Indonesia. Danone AQUA meluncurkan program ‘Temukan Indonesiamu’ sebagai wujud kepedulian terhadap pelestarian nilai-nilai seni budaya Indonesia. program ini memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk mengeksplorasi kembali kekayaan Indonesia melalui teknologi digital dan sekaligus mengekspresikan kecintaan mereka terhadap seni, khususnya fotografi dan desain grafis.

Dengan ‘Temukan Indonesiamu’ Danone AQUA berharap generasi muda Indonesia dapat lebih merasa memiliki, bangga dan mencintai Tanah Airnya. Danone AQUA berkomitmen menjadikan program ini jangka panjang di masa mendatang untuk mengangkat potensi anak muda berbakat serta menginspirasi lebih banyak lagi generasi muda di Indonesia.

B. Statistik Deskriptif

Analisis data responden dibutuhkan untuk mengetahui latar belakang responden yang dijadikan masukan untuk memperjelas data penelitian dan karakteristik responden, meliputi; jenis kelamin, rentang usia, status perkawinan dan pendidikan terakhir. Sebanyak 100 responden telah dijadikan sampel pada

(3)

penelitian ini, berikut ini adalah gambaran mengenai karakteristik responden yang diteliti.

Tabel 4.1

Karakteristik Identitas Berdasarkan Rentang Usia Responden

Sumber: Data olahan SPSS

Sumber: Data olahan SPSS

Gambar 4.1

Grafik Presentasi Identitas Responden Berdasarkan Usia Responden

Terlihat dari karakteristik identitas bahwa berdasarkan rentang usia responden pada tabel dan grafik 4.1, bahwa rentang usia pada 19 - 28 tahun merupakan responden terbanyak, dengan jumlah 66 responden (66%). Selanjutnya pada usia 29 – 38 tahun terdapat 23 responden (23%), 39 - 48 tahun terdapat 6

(4)

responden (6%), dan pada rentang usia 49-58 tahun sebanyak 5 responden (5%). Sebagai jumlah responden terkecil, terdapat sebanyak 5.responden (5%) pada rentang usia 49 - 58 tahun. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Aqua ‘Temukan Indonesiamu’ ini lebih banyak diminati orang kalangan Remaja, dan sedikit diminati di kalangan Orang Tua.

Tabel 4.2

Karakteristik Identitas Berdasarkan Pendidikan

Sumber: Data olahan SPSS

Sumber: Data olahan SPSS

Gambar 4.2

(5)

Terlihat dari karakteristik identitas berdasarkan jenjang pendidikan responden pada tabel dan grafik 4.2, bahwa sebagian besar dari responden mempunyai pendidikan level SMA/SMK sejumlah 43 responden (43%), sejumlah 37 responden (37%) memiliki pendidikan level Sarjana (S1), lalu sejumlah 18 responden (18%) memiliki pendidikan level Diploma D1/D2/D3, dan sejumlah 2 responden (2%) memiliki pendidikan level SD, Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Aqua ‘Temukan Indonesiamu’ tidak menuntut latar belakang pendidikan terlalu tinggi, dimana proses pengenalannya pun tidak didapat dibangku pendidikan.

Tabel 4.3

Karakteristik Identitas Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Data olahan SPSS

Sumber: Data olahan SPSS

Gambar 4.3

(6)

Terlihat dari karakteristik identitas berdasarkan jenis kelamin responden pada tabel dan grafik 4.3, bahwa sebagian besar responden mempunyai jenis kelamin Perempuan, dimana pada kategori tersebut terdapat sebanyak 63 responden (63%), sedangkan sisanya merupakan responden yang berjenis kelamin laki - laki, yaitu mendapatkan 37 responden (37%). Dari data tersebut diketahui bahwa umumnya Aqua ‘Temukan Indonesiamu’ lebih diminati oleh perempuan, karena jenis produknya juga masuk dalam golongan produk fisik yang bersifat tangible.

Tabel 4.4

Karakteristik Identitas Berdasarkan Status Perkawinan

Sumber: Data olahan SPSS

Sumber: Data olahan SPSS

Gambar 4.4

(7)

Dari karakteristik identitas berdasarkan status perkawinan responden pada tabel dan grafik 4.4, bahwa sebagian besar dari responden mempunyai status perkawinan belum menikah, dimana pada kategori tersebut ada sebanyak 66 responden (66%), dan pada status perkawinan menikah ada sebanyak 34 responden (34%). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Aqua ‘Temukan Indonesiamu’ lebih banyak diminati oleh orang yang belum menikah.

Tabel 4.5

Karakteristik Identitas Berdasarkan Status Pekerjaan

(8)

Sumber: Data olahan SPSS

Gambar 4.5

Grafik Presentasi Identitas Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Dari karakteristik identitas berdasarkan status perkerjaan responden pada tabel dan grafik 4.5, bahwa sebagian besar dari responden mempunyai status pekerjaan, dimana pada kategori Pegawai swasta ada sebanyak 66 responden (66%) yang merupakan responden terbanyak, pada jenis pekerjaan mahasiswa ada sebanyak 14 responden (14%), pada jenis pekerjaan wiraswasta 12 responden (12%) dan pada jenis pekerjaan pegawai negeri terdapat 8 responden (8%) yang merupakan responden terkecil. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis pekerjaan pada yang mengenal atau mengetahui Aqua ‘Temukan Indonesiamu’ lebih diminati oleh orang yang mempunyai pekerjaan Pegawai Swasta.

(9)

C. Uji Kualitas Instrumen Penelitian dan Asumsi klasik

1. Uji Kualitas Instrumen Penelitian

Ada dua uji kualitas instrumen penelitian yang harus dipenuhi, yaitu: uji validitas data dan uji reliabilitas. Dalam melakukan pengujian kualitas instrumen dan uji asumsi klasik.

Uji validitas data diperlukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir suatu daftar atau konstruk pernyataan dalam mengukur suatu variabel. Sebagaimana telah dijelaskan peneliti dalam bab III, pengujian validitas dilakukan menggunakan analisis faktor yaitu dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total (anti image correlation). Bila korelasi tiap faktor tersebut bersifat positif dan besarnya diatas 0,5 maka faktor tersebut dinyatakan valid, sebaliknya jika korelasi tiap faktor tersebut negatif dan besarnya dibawah 0,5 maka faktor tersebut dinyatakan tidak valid.

Hasil pengujian terhadap instrumen Label dapat dilihat pada tabel 4.6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari masing-masing pernyataan kuesioner lebih besar dari 0,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan pada kuesioner adalah valid atau layak dalam mendefinisikan variabel Label.

(10)

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Label Nilai Validitas Label 1 0,535 ≥0,500 Valid Label 2 0,690 ≥0,500 Valid Label 3 0,759 ≥0,500 Valid Label 4 0,687 ≥0,500 Valid Label 5 0,538 ≥0,500 Valid

Indikator Kriteria Kesimpulan

Sumber: Data di olah peneliti

Hasil pengujian validitas terhadap instrumen Label dapat dilihat pada tabel 4.6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari masing-masing pernyataan instrumen kuesioner lebih besar dari 0,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan pada kuesioner adalah valid atau layak dalam mendefinisikan variabel Label.

Tabel 4.7

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Budaya Konsumen

Nilai Validitas BK1 0,624 ≥0,500 Valid BK2 0,641 ≥0,500 Valid BK3 0,407 ≥0,500 Tidak Valid BK4 0,645 ≥0,500 Valid BK5 0,670 ≥0,500 Valid BK6 0,493 ≥0,500 Tidak Valid BK7 0,596 ≥0,500 Valid BK8 0,604 ≥0,500 Valid BK9 0,310 ≥0,500 Tidak Valid

Indikator Kriteria Kesimpulan

(11)

Hasil pengujian validitas terhadap instrumen Budaya Konsumen dapat dilihat pada tabel 4.7. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari pernyataan instrumen BK1, BK2, BK4, BK5, BK7, BK8 mempunyai pernyataan instrumen kuesioner lebih besar dari 0,5, sedang kan BK3, BK6 dan BK9 mendapatkan pernyataan instrumen kuesioner lebih kecil dari 0,5.

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Popularitas Nilai

Validitas

PO1 0,805 ≥0,500 Valid

PO2 0,799 ≥0,500 Valid

PO3 0,861 ≥0,500 Valid

PO4 0,274 ≥0,500 Tidak Valid

PO5 0,387 ≥0,500 Tidak Valid

PO6 0,746 ≥0,500 Valid

PO7 0,102 ≥0,500 Tidak Valid

Indikator Kriteria Kesimpulan

Sumber: Data di olah peneliti

Hasil pengujian validitas terhadap instrumen Budaya Konsumen dapat dilihat pada tabel 4.8. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari pertanyaan instrumen PO1, PO2, PO3, PO6 mempunyai pernyataan instrumen kuesioner lebih besar dari 0,5, sedangkan PO4, PO5 dan PO7 mendapatkan pernyataan instrumen kuesioner lebih kecil dari 0,5.

(12)

Tabel 4.9

Hasil Pengujian Validitas Instrumen Evaluasi Merek Nilai

Validitas

EM1 0,839 ≥0,500 Valid

EM2 0,718 ≥0,500 Valid

EM3 0,708 ≥0,500 Valid

Indikator Kriteria Kesimpulan

Sumber: Data di olah peneliti

Hasil pengujian validitas terhadap instrumen orientasi kewirausahaan dapat dilihat pada tabel 4.9. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai korelasi dari masing-masing pernyataan instrumen kuesioner lebih besar dari 0,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan pada kuesioner adalah valid atau layak dalam mendefinisikan variabel Evaluasi Merek.

Sementara, pengujian reliabilitas terhadap suatu instrumen dilakukan untuk mengetahui keterpercayaan, keterandalan, dan konsistensi dari instrumen tersebut. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan mencari nilai cronbach’s alpha. Jika nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,600 maka disimpulkan bahwa pernyataan-pernyataan dalam instrumen tersebut reliabel (Priyatno, 2008).

(13)

Tabel 4.10

Hasil Pengujian Reabilitas Instrumen Penelitian

Nilai Cronbach's Alpha Label 0,651 ≥0,600 Reliabel Budaya Konsumen 0,719 ≥0,600 Reliabel Popularitas 0,832 ≥0,600 Reliabel

Evaluasi Merek 0.617 ≥0,600 Reliabel

Variabel Kriteria Kesimpulan

Sumber: Data diolah peneliti

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik mutlak diperlukan sebelum pengujian regresi linier berganda dilakukan. Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik. Ada tiga uji asumsi klasik yang harus dipenuhi sebelum analisis regresi linier berganda dapat dilakukan, yaitu: uji normalitas data, uji heterokedastisitas, dan uji multikolinearitas.

(14)

a) Uji Normalitas Data

Sumber: Data di olah peneliti

Gambar 4.6 Grafik P-P Plot Uji Normalitas Residual

Dari Gambar 4.6 terlihat data berdistribusi normal karena sebaran unstandarized residual di sekitar garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal. Dari Normal P-P Plot diatas dapat diketahui bahwa sebaran unstandarized residual mengikuti dan menyebar di sekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan residu model persamaan regresi berdistribusi normal atau memenuhi asumsi normalitas.

(15)

Uji normalitas data juga dapat dilihat dengan menggunakan grafik histogram. Data yang terdistribusi normal ditunjukkan dengan pola grafik histogram yang mengikuti garis kurva (lonceng), namun dalam model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dari Gambar 4.7 ditampilkan bahwa histogram tersebut melewati garis lengkung (lonceng) yang berarti data berdistribusi normal.

Sumber: Data di olah peneliti

(16)

b) Uji Heterokedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan melalui metode dengan melihat hasil dari scatterplot antara data yang telah distandarkan (Sdresid) dengan hasil prediksi variabel dependen yang telah distandarkan (Zpred) masalah heterokedastisitas pada data residual.

Sumber: Data di olah peneliti

(17)

Hasil dari scatterplot ditampilkan pada gambar 4.8. Dari scatterplot tersebut dapat dilihat bahwa data tidak membentuk suatu pola tertentu dan titik-titik data tidak hanya mengumpul di atas atau di bawah angka 0 saja melainkan menyebar di atas dan di bawah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heterokedastisitas pada data residual.

c) Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF (Varian Inflated Factor) dan nilai tolerance. Hasil pengujian ini dapat dalam tabel 4.11.

Tabel 4.11

Hasil Pengujian Multikolinearitas

Sumber: Data di olah peneliti

Dari tabel 4.11 tersebut dapat dilihat bahwa nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas atau korelasi yang tinggi antar variabel independen.

(18)

D. Pengujian Hipotesis

Setelah model regresi yang diajukan lolos dari uji asumsi klasik, maka selanjutnya analisis regresi berganda sudah dapat dilakukan dalam rangka pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dan penentuan persamaan regresi linear berganda. Pengujian hipotesis ini dilakukan melalui pengujian analisis regresi berganda, koefisien determinasi (R Square), uji signifikansi simultan (Uji Statistik F), dan uji signifikansi parameter individual (Uji Statistik t).

1. Analisis Regresi Berganda

Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini dirumuskan dalam model regresi berganda dalam penelitian ini dirumuskan dalam model regresi sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e Keterangan: Y : Evaluasi Merek X1 : Label X2 : Budaya Konsumen X3 : Popularitas a : Parameter konstanta b1 - b3 : Parameter penduga

(19)

e : Faktor error/disturbance

Bentuk analisa regresi berganda ini juga dapat diterapkan dalam penelitian ini. Angka-angka yang digunakan untuk menyusun persamaan ini diambil dari angka-angka Unstandardized Coefficients yang berada pada tabel Coefficients seperti pada tabel 4.13. (hasil Uji statistik t), sehingga persamaannya menjadi:

Y = 1,479xE-16 - 0,011X1 + 0,522X2 + 0,37X3 + e

Persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Harga koefisien konstanta = 1,479x10-16. Hal ini menunjukkan apabila nilai dari X1, X2 dan X3 di objek penelitian sama dengan nol, maka besarnya variabel dependen Y akan sama dengan 1,423x10-16.

2. Harga koefisien b1= -0,011. Hal ini menunjukkan apabila nilai X1 mengalami kenaikan, sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y akan meningkat. Demikian sebaliknya.

3. Harga koefisien b2= 0,510. Hal ini menunjukkan apabila nilai X2 mengalami kenaikan, sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka tingkat variabel Y akan meningkat. Demikian sebaliknya.

4. Harga koefisien b3= -0,037. Hal ini menunjukkan apabila nilai X3 mengalami kenaikan, sementara variabel independen lainnya

(20)

bersifat tetap, maka tingkat variabel Y akan menurun. Demikian sebaliknya.

2. Uji F

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Uji Statistik F ini merupakan pengujian yang diperlukan dalam menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA pada SPSS.

Hipotesis yang peneliti ajukan untuk penelitian ini adalah :

H0 : Terdapat pengaruh yang tidak signifikan secara statistik antara Label, Budaya Konsumen dan Popularitas terhadap Evaluasi Merek.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan secara statistik antara Label, Budaya Konsumen, Popularitas terhadap Evaluasi merek

Kriteria Pengujian:

Ho diterima apabila F hitung < F tabel atau signifikansi F hitung >

(21)

Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik F

Sumber: Data di olah peneliti

F tabel untuk jumlah sampel 100 sampel dengan 3 variabel independen dan tingkat = 0,05 adalah 2,700 (F tabel selengkapnya ada di lampiran). Dari tabel 4.12 dapat dilihat F hitung adalah sebesar 12,638 jauh lebih besar dari F tabel yang besarnya 2,700. Nilai signifikansi F hitung diperoleh sebesar 0,000 yang lebih kecil dari tingkat α yang ditetapkan sebesar 0,05. Dari kedua hal tersebut, maka berdasarkan kriteria pengujian diperoleh kesimpulan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi terdapat pengaruh secara simultan antara variabel label, budaya konsumen dan popularitas terhadap evaluasi merek.

3. Uji t

Pengujian statistik t bertujuan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Jadi pengujian statistik t ini digunakan

(22)

untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara parsial antara Label, Budaya Konsumen, Popularitas terhadap Evaluasi Merek.

Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik t

Sumber : Lampiran

Dari data yang terdapat pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa t hitung untuk variabel Label -0,110. Sedangkan untuk variabel Budaya Konsumen sebesar 4,899 dan Popularitas sebesar 0,399.

Dalam pengujian ini jika t hitung > t tabel atau signifikansi t hitung < , maka ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara statistik antara variabel independen tersebut terhadap variabel dependen. Nilai t tabel untuk jumlah sebanyak 100 sampel dan tingkat α = 0,05 adalah sebesar 1,98.

Pada tabel, dapat dilihat bahwa nilai Sig pada variabel Label adalah 0,913. Nilai ini lebih besar dari pada nilai kriteria, yaitu 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Label secara parsial tidak berpengaruh terhadap Evaluasi Merek.

(23)

Nilai Sig pada variabel Budaya Konsumen adalah 0,000. Nilai ini lebih rendah dari pada nilai kriteria, yaitu 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Budaya Konsumen secara parsial berpengaruh terhadap Evaluasi Merek.

Nilai Sig pada variabel Popularitas adalah 0,691. Nilai ini lebih besar dari pada nilai kriteria, yaitu 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Popularitas tidak berpengaruh secara parsial terhadap Evaluasi Merek.

Pengujian hipotesis ini dilakukan sebagai pengujian akhir peneliti untuk mendapatkan kesimpulan dari beberapa hipotesis, yaitu;

Hipotesis Pertama

H0 : Variabel Label tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel Evaluasi Merek

Ha : Variabel Label mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel Evaluasi Merek

Kesimpulan

Dari hasil uji signifikansi pada tabel diatas diperoleh nilai t hitung sebesar -0,110 ≥ ttabel (1,98) serta nilai Pvalue sebesar 0,913 ≤ α = 0,05. Dengan demikian H0 di terima dan Ha di tolak, atau dapat disimpulkan bahwa Label tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

(24)

Evaluasi Merek, dimana nilai koefisiennya sebesar -0,011 dan bertanda negatif, yang artinya label mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap Evaluasi Merek, atau jika semakin baik Label yang terjadi dan dirasakan oleh responden, maka akan semakin baik pula Evaluasi Merek, begitupun sebaliknya.

Hipotesis Kedua

H0 : Variabel Budaya Konsumen tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel Evaluasi Merek

Ha : Variabel Budaya Konsumen mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel Evaluasi Merek

Kesimpulan

Dari hasil uji signifikansi pada tabel diatas diperoleh nilai t hitung sebesar 4,899 ≥ ttabel (1,98) serta nilai Pvalue sebesar 0,000 ≤ α = 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, atau dapat disimpulkan bahwa Budaya Konsumen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Evaluasi Merek, dimana nilai koefisiennya sebesar 0,522 dan bertanda positif, yang artinya Budaya Konsumen mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Evaluasi Merek, atau jika semakin baik budaya konsumen yang terjadi dan dirasakan oleh responden, maka akan semakin baik pula Evaluasi merek, begitupun sebaliknya.

(25)

Hipotesis Ketiga

H0 : Variabel Popularitas tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel Evaluasi Merek

Ha : Variabel Popularitas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel Evaluasi Merek

Kesimpulan

Dari hasil uji signifikansi pada tabel diatas diperoleh nilai t hitung sebesar 0.399 ≥ ttabel (1,98) serta nilai Pvalue sebesar 0,691 ≤ α = 0,05. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, atau dapat disimpulkan bahwa Popularitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan. Nilai t positif 0,399 menunjukkan bahwa Popularitas mempunyai hubungan yang baik dengan variabel Evaluasi merek.

Nilai koefisien Popularitas sebesar 0,037 dan bertanda positif, ini menunjukkan bahwa Popularitas tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Evaluasi Merek, hal ini menandakan tidak adanya hubungan atara Popularitas yang terjadi dan dirasakan oleh responden dengan variabel Evaluasi Merek.

(26)

4. Koefisien Determinasi (R Square)

Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen. Besaran R Square digunakan untuk mengukur goodness of fits garis regresi. Tabel 4.14 merupakan hasil dari pengujian koefisien determinasi. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai R Square adalah 0,261, jadi dapat disimpulkan bahwa 26,1% variabel pertumbuhan dapat diterangkan oleh variabel label, budaya konsumen dan Popularitas. Sedangkan sisanya 73,9% diterangkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 4.14

Hasil Pengujian Koefisien Determinasi

Sumber: Data di olah Peneliti

E. Pembahasan

Dari hasil uji yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa :

Label, Budaya Konsumen, Popularitas berpengaruh secara bersama – sama dan signifikan terhadap Evaluasi Merek.

(27)

1. Analisis pengaruh label terhadap evaluasi merek

Dari hasil uji yang telah dilakukan peneliti disimpulkan bahwa variabel label tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap Evaluasi Merek.

Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Schoroeder (2005) yang menyatakan bahwa Pekerja seni yang sukses melalui desain kemasan visual yang menarik untuk memberi evaluasi merek.

2. Analisis pengaruh budaya konsumen terhadap evaluasi merek Dari hasil uji yang telah dilakukan peneliti disimpulkan bahwa variabel budaya konsumen mempunyai pengaruh secara parsial terhadap evaluasi merek.

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prabowo (2014) yang menyatakan terdapat pengaruh antara budaya konsumen terhadap evaluasi merek.

3. Analisis pengaruh popularitas terhadap evaluasi merek

Dari hasil uji yang telah dilakukan peneliti disimpulkan bahwa variabel popularitas tidak mempuyai pengaruh secara parsial terhadap evaluasi Merek.

Hal ini tidak sesuai dengan peneliti terrdahulu yang dilakukan oleh Anggraini (2012) popularitas berpengaruh secara signifikan baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap evaluasi merek.

Gambar

Gambar 4.6 Grafik P-P Plot Uji Normalitas Residual
Gambar 4.7 Grafik Histogram
Gambar 4.8. Uji Heterokedastisitas
Tabel 4.12  Hasil Uji Statistik F
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Mahasiswa harus menguasai betul seluruh aturan-aturan mengenai pelaksanaan PPL di instansi pendidikan maupun lembaga terkait dengan mengikuti pembekalan PPL

a. Memastikan jam pelaksanaan praktek kerja dilakukan secara proporsional dengan jam istirahat agar tidak menimbulkan kelelahan sangat yang dapat

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yaitu ada hubungan negatif yang sangat signifikan dapat dijelaskan bahwa semakin rendah

 Pengertian latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek,

Dari hasil penelitian menggambarkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran bervariasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.Penerapan suatu metode pembelajaran

14/06/2016 Salinan informasi nilai hasil SBMPTN 2014, a.n Julian Hadi Prasetyo, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Pemodelan sistem pakar deteksi dini resiko HIV/AIDS menggunakan metode Dempster-Shafer ini dapat mengetahui keputusan dari pakar dengan cara menghitung nilai