• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

8 1. Pengertian

Dalam operasinya, perusahaan selalu membutuhkan dana harian misalnya untuk membeli bahan mentah, membayar gaji karyawan, membayar rekening listrik, membayar biaya transportasi, membayar hutang dan sebagainya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan akan diterima kembali dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak lama (kurang dari 1 tahun). Uang yang diterima tersebut dipergunakanlagi untuk kegiatan operasi perusahaan selanjutnya, dan seterusnya dana tersebut berputar selama perusahaan masih beroperasi. Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari disebut modal kerja (working capital) (Harjito dan Martono, 2013:74).

Sedangkan pengertian modal kerja menurut Kasmir (2014:250) menyatakan bahwa modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, dan aktiva lancar lainnya.

2. Manajemen Modal Kerja

Manajemen modal kerja (working capital management) adalah manajemen dari elemen-elemen hutang lancar. Tujuan manajemen modal kerja

(2)

yaitu untuk mengelola hutang lancar dan aktiva lancar secara lebih efisien dan efektif sehingga diperoleh modal kerja bersih (Harjito dan Martono, 2010:72).

Manajemen modal kerja meliputi hutang lancar dan aktiva lancar yang mempunyai fungsi utama yaitu:

a. Menyesuaikan tingkat volume penjualan dan penjualan musiman, dimana siklus penjualan jangka pendek ini merupakan syarat untuk prospek jangka panjang yang menguntungkan.

b. Membantu perusahaan memaksimumkan nilainya dengan cara menurunkan biaya modal dan menaikkan laba.

Selain itu modal kerja juga dianggap penting karena dilihat dari kegiatan manajer keuangan dari perusahaan, lebih dari separuh waktunya tiap hari dialokasikan untuk mengelola aktiva lancar. Khususnya bagi perusahaan kecil, manajemen modal kerja sangat penting karena mereka sulit memperoleh sumber pembiayaan dari pasar modal. Dengan kata lain manajemen modal kerja penting untuk menjaga kelancaran kegiatan perusahaan sehari-hari.

3. Konsep Modal Kerja

Menurut Harjito dan Martono (2013:75) menyatakan bahwa untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-elemen modal kerja, dikenal 3 konsep modal kerja, yaitu:

a. Konsep kuantitatif

Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang disebut juga modal kerja bruto (gross working capital).

(3)

Umumnya elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif meliputi kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang dan persediaan.

b. Konsep kualitatif

Pada konsep ini modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang yang segera harus dilunasi. Sebagian aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi hutang lancar seperti hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi benar-benar dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan. Dengan demikian modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar yang juga disebut modal kerja neto (net working capital).

c. Konsep fungsional

Konsep fungsional mendasar pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan (income), baik pendapatan saat ini (current income) maupun pendapatan masa yang akan datang (future income). Konsep modal kerja fungsional merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan current income. 4. Pentingnya Manajemen Modal Kerja

Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja (Harjito dan Martono, 2013: 77), yaitu:

a. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa memiliki jumlah yang cukup besar dibanding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan.

(4)

b. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk pendanaan jangka panjangnya.

c. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja.

d. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat risiko, laba, dan harga saham perusahaan.

e. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk membelanjai aktiva lancar.

5. Tujuan Manajemen Modal Kerja

Menurut Kasmir (2014:253) menunjukkan tujuan modal kerja bagi perusahaan adalah:

a. Guna memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan;

b. Dengan modal kerja yang cukup, perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya;

c. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya;

d. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor, apabila rasio keuangannya memiliki syarat;

e. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat pelanggan, dengan kemampuan yang dimilikinya.

(5)

6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Modal Kerja

Pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja harus selalu memerhatikan faktor-faktor. Menurut Kasmir (2014:254) menyatakan ada beberapa faktor yang memengaruhi modal kerja, yaitu:

a. Jenis perusahaan

Dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan non jasa (industri). Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Di perusahaan industri, investasi dalam bidang kas, piutang, dan sediaan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya.

b. Syarat kredit

Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil (angsuran) juga sangat memengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan bisa dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya adalah melalui penjualan secara kredit.

c. Waktu produksi

Untuk waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya memroduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan untuk memroduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk memroduksi modal kerja, maka semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan.

(6)

d. Tingkat perputaran sediaan

Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi perusahaan. Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran sediaan yang cukup tinggi agar memperkecil risiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan sediaan.

7. Sumber Modal Kerja

Sumber-sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan passiva. Menurut Kasmir (2014:256-258) menyatakan beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan, yaitu:

a. Hasil operasi perusahaan

Hasil operasi perusahaan maksudnya adalah pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu. Pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan penyusutan.

b. Keuntungan penjualan surat-surat berharga

Keuntungan penjualan surat-surat berharga juga dapat digunakan untuk keperluan modal kerja. Besar keuntungan tersebut adalah selisish antara harga beli dengan harga jual surat berharga tersebut.

c. Penjualan saham

Penjualan saham, artinya perusahaan melepas sejumlah saham yang masih dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualan saham ini dapat digunakan sebagai modal kerja.

(7)

d. Penjualan aktiva tetap

Pada penjualan aktiva tetap, maksudnya yang dijual disini adalah aktiva tetap yang kurang produktif atau masih menganggur. Hasil penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau piutang sebesar harga jual.

e. Penjualan obligasi

Penjualan obligasi, artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual kepada pihak lainnya. Hasil penjualan ini juga dapat dijadikan modal kerja, sekalipun hasil penjualan obligasi lebih diutamakan kepada investasi perusahaan jangka panjang.

f. Memperoleh pinjaman

Mengenai memperoleh pinjaman dari kreditor (bank atau lembaga lain), terutama pinjaman jangka pendek, khusus untuk pinjaman jangka panjang juga dapat digunakan, hanya saja peruntukkan pinjaman jangka panjang biasanya digunakan untuk kepentingan investasi.

g. Dana hibah

Mengenai memperoleh dana hibah dari berbagai lembaga, ini juga dapat digunakan sebagai modal kerja. Dana hibah ini biasanya tidak dikenakan beban biaya sebagaimana pinjaman dan tidak ada kewajiban pengembalian.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum kenaikan dan penurunan modal kerja disebabkan:

1) Adanya kenaikan modal (penambahan modal pemilik atau laba); 2) Adanya pengurangan aktiva tetap (penjualan ativa tetap);

(8)

8. Penggunaan Modal Kerja

Menurut Jumingan (2011:74) menyatakan bahwa penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar adalah sebagai berikut. a. Pengeluran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek

(termasuk utang dividen).

b. Adanya pemakaian prive yang berasa dari keuntungan (pda perusahaan pereorangan dan persekutuan).

c. Kerugian usaha dan kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas. d. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai,

pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar.

e. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang.

f. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan. 9. Kebijakan Modal Kerja

Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda dalam mencapai tujuannya. Menurut Riyanto (dalam Harjito dan Martono, 2014:79) menyatakan bahwa ada 3 tipe kebijakan modal kerja yang kemungkinan digunakan oleh perusahaan, yaitu:

a. Kebijakan Konservatif, merupakan manajemen modal kerja yang dilakukan secara hati-hati. Pada kebijakan konservatif ini modal kerja permanen dan sebagian modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang,

(9)

sedangkan sebagian modal kerja variabel lainnya dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.

b. Kebijakan Agresif, pada kebijakan ini sebagian modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan sebagian modal kerja permanen dan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.

c. Kebijakan Moderat, pada kebijakan ini aktiva yang bersifat tetap dan modal kerja permanen dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang, sedangkan modal kerja variabel dibelanjai dengan sumber dana jangka pendek.

10. Modal Kerja dan Kemampuan Memperoleh Laba

Menurut Harjito dan Martono (2013:78) menyatakan bahwa konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang menyangkut persoalan dasar perusahaan, yaitu:

a. Tingkat invesatsi optimal dalam aktiva lancar.

b. Perpaduan yang sesuai antara pendanaan jangka pendek dan pendanaan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar.

Keputusan-keputusan tersebut mempengaruhi hasil yang diharapkan yaitu profitabilitas dan risiko yang dihadapi. Mengurangi tingkat investasi aktiva lancar, asalkan masih mampu memenuhi penjualan akan mengarah pada peningkatan return on assets perusahaan (Harjito dan Martono, 2013:78). Untuk investasi dimana biaya eksplisit dari pendanaan jangka pendek lebih kecil dari

(10)

pendanaan jangka panjang, maka semakin besar profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba perusahaan.

Walaupun kadang-kadang tingkat bunga jangka pendek melebihi tingkat bunga jangka panjang, namun umumnya tingkat bunga jangka pendek lebih kecil. Apabila tingkat bunga jangka pendek lebih tinggi dari tingkat bunga jangka panjang, situasi tersebut hanya bersifat sementara. Penggunaan hutang jangka pendek mungkin untuk menghasilkan laba yang lebih besar karena hutang tersebut akan dilunasi pada periode yang pendek bila sudah tidak diperlukan. Keadaan ini dimaksudkan agar laba yang diperoleh tersebut digunakan untuk menjaga tingkat aktiva lancar yang relatif rendah dan proporsi hutang lancar lebih tinggi dari total hutang. Strategi ini akan menghasilkan tingkat modal kerja yang rendah atau bahkan negatif. Keadaan ini sebagai konsekuensi logis karena perusahaan tidak mempertahankan aktiva lancar yang cukup untuk:

a. Memenuhi kewajiban kas jika jatuh tempo.

b. Mendukung tingkat penjualan yang sesuai (misalnya karena kehabisan persediaan).

2.1.2 Laporan Keuangan 1. Pengertian

Menurut Jumingan (2011:4) menyatakan bahwa laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam setiap perusahaan. Transaksi dan peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Berbagai tindakan

(11)

tersebut tidak lain adalah proses akuntansi yang pada hakikatnya merupakan seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan peristiwa, yang setidak-tidaknya sebagian bersifat finansial, dalam cara yang tepat dan dalam bentuk rupiah, dan penafsiran akan hasil-hasilnya.

Sedangkan menurut Kasmir (2014:7) menyatakan bahwa dalam pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud laporan keuangan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas, dilakukan satu tahun sekali. Di samping itu, dengan adanya laporan keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan tersebut dianalisis.

2. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Jumingan (2011:4) menyatakan laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri atas Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Bagian Laba yang Ditahan atau Laporan Modal Sendiri, dan Laporan Perubahan Posisi Keuangan atau Laporan Sumber dan Penggunaan Dana.

Neraca menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun saat penutupan buku. Neraca ini

(12)

memuat aktiva (harta kekayaan yang dimiliki perusahaan), utang (kewajiban perusahaan untuk membayar dengan uang atau aktiva lain kepada pihak lain pada waktu tertentu yang akan datang), dan modal sendiri (Kelebihan aktiva di atas utang) (Jumingan, 2011:4).

Laporan Laba Rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode waktu tertentu (umumnya satu tahun). Singkatnya, laporan ini merupakan laporan aktivitas dan hasil dari aktivitas itu, atau merupakan ringkasan yang logis dari penghasilan dan biaya dari suatu perusahaan untuk periode tertentu (Jumingan, 2011:4).

Laporan Bagian Laba yang Ditahan, digunakan dalam perusahaan yang berbentuk perseroan, menunjukkan suatu analisis perubahan besarnya bagian laba yang ditahan selama jangka waktu tertentu. Adapun Laporan Modal Sendiri diperuntukkan bagi perusahaan perseroan dan bentuk persekutuan, meringkaskan besarnya modal pemilik selama periode tertentu (Jumingan, 2011:5).

Laporan Perubahan Posisi Keuangan memperlihatkan aliran modal kerja selama periode tertentu. Laporan ini memperlihatkan sumber-sumber dari mana modal kerja telah diperoleh dan penggunaan atau pengeluaran modal kerja yang telah dilakukan selama jangka waktu tertentu (Jumingan, 2011:5).

(13)

3. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2014:10) menunjukkan beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu:

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini;

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu;

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu;

e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode;

g. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode;

2.1.3 Analisis Rasio 1. Pengertian

Menurut Kasmir (2014:104) menyatakan bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan

(14)

keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

2. Manfaat Rasio Keuangan

Rasio keuangan mempunyai manfaat yang dapat digunakan. Menurut Kasmir (2014:104) menyatakan bahwa hasil rasio keuangan digunakan untuk meneliti kinerja manajemen dalam suatu periode apakah mencapai target seperti yang telah ditetapkan. Kemudian juga dapat dinilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan secara efektif.

Dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan atau dipertahankan sesuai dengan target perusahaan. Atau kebijakan yang harus diambil oleh pemilik perusahaan untuk melakukan perubahan terhadap orang-orang yang duduk dalam manajemen ke depan.

3. Bentuk-bentuk Rasio Keuangan

Menurut Kasmir (2014:110) menyatakan bentuk-bentuk rasio keuangan sebagai berikut:

a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio), merupakan rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.

b. Rasio Leverage (Leverage Ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.

(15)

c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.

d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio), merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.

e. Rasio Pertumbuhan, merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.

2.1.4 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) 1. Pengertian Rasio Likuiditas

Menurut Kasmir (2014:130) menyatakan bahwa rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total passiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.

Terdapat dua hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan trsebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid (Kasmir, 2014:130).

(16)

Dalam praktiknya, tidak jarang pula perusahaan mengalami kelebihan dana. Artinya, jumlah dana tunai dan dana yang segera dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Manajemen Kurang mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam hal menggunakan dana yang dimiliki. Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba seperti yang diinginkan (Kasmir, 2014:129).

2. Likuiditas dan Modal Kerja

Menurut Subramanyam & Wild (2011:241) menyatakan bahwa kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan.

Modal kerja merupakan ukuran aset yang penting yang mencerminkan pengaman bagi kreditor. Modal kerja juga penting untuk mengukur cadangan likuiditas yang tersedia untuk memenuhi kontinjensi dan ketidakpastian yang terkait dengan keseimbangan antara arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan.

3. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2014:134). Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety)

(17)

suatu perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Versi terbaru pengukuran rasio lancar adalah mengurangi sediaan dan piutang.

Makin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar (Subramanyam & Wild, 2011:243).

Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunya pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan (Hanafi & Halim, 2012:75).

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio yang dapat digunakan sebagai berikut (Kasmir, 2014:135).

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover)

Menurut James O. Gill (dalam Kasmir, 2014:140), rasio perputaran kas (cash turn over) berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

(18)

Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancar terhadap utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal kerja bersih yang dimiliki perusahaan (Kasmir, 2014:140).

Menurut Kasmir (2014:140) menyatakan bahwa hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut:

a. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihannya.

b. Sebaliknya, apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.

Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah sebagai berikut (Kasmir, 2014:140-141).

2.1.5 Rasio Leverage (Leverage Ratio) 1. Pengertian

Seperti diketahui, dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah pinjaman atau modal sendiri (Kasmir, 2014:113).

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir, 2014:151). Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.

(19)

Menurut Kasmir (2014:152) menyatakan bahwa dalam praktiknya, apabila dalam hasil perhitungan, perusahaan ternyata memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya risiko kerugian yang lebih besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba juga besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio solvabilitas lebih rendah tentu mempunyai risiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat perekonomian menurun.

Makin tinggi proporsi utang, makin besar beban bunga tetap dan pembayaran kembali utang, dan makin besar kemugkinan gagal bayar pada periode penurunan laba atau masa sulit. Elemen kunci solvabilitas jangka panjang lainnya adalah laba (earnings) dan kemampuan menghasilkan laba (earning power) yang menunjukkan kemampuan berulang untuk menghasilkan kas dari operasi (Subramanyam & Wild, 2011:272).

Menurut Hanafi & Halim (2012:79) menyatakan bahwa rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan Rentabilitas Modal Saham (Return on Equity atau ROE) dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham (ROE) akan menurun cepat pula. Risiko perusahaan dengan financial leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula.

2. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)

Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva (Kasmir, 2014:156). Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa

(20)

besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir, 2014:156).

Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut (Kasmir, 2014:156).

2.1.6 Rasio Aktivitas (Activity Ratio) 1. Pengertian

Rasio aktifitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya (Kasmir, 2014:172). Atau dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan.

Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif (Hanafi & Halim, 2012:76).

2. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over)

Perputaran modal kerja atau working capital turn over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu (Kasmir, 2014:182).

Menurut Kasmir (2014:182) menyatakan bahwa dari hasil penilaian, apabila perputaran modal kerja yang rendah, dapat diartikan perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya perputaran

(21)

persediaan atau piutang atau saldo kas yang terlalu besar. Demikian pula sebaliknya jika perputaran modal kerja tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau perputaran piutang atau saldo kas yang terlalu kecil.

Rumus yang digunakan untuk mencari perputaran modal kerja adalah sebagai berikut (Kasmir, 2014:183).

Atau 2.1.7 Rasio Pertumbuhan

Rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya (Kasmir, 2014:114-115). Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham. Menurut Subramanyam & John J. Wild (2011:159) menyatakan bahwa ukuran utilisasi aset yang paling relevan adalah penjualan karena penjualan pada dasarnya adalah laba. J Fred Weston (dalam Kasmir, 2014:107) menyatakan jenis-jenis rasio pertumbuhan sebagai berikut: a) Pertumbuhan penjualan, b) Pertumbuhan laba bersih, c) Pertumbuhan pendapatan per saham, d) Pertumbuhan dividen per saham.

Menurut Journal of Business and Economics Research menyatakan bahwa rumus untuk mencari pertumbuhan penjualan adalah sebagai berikut.

(22)

2.1.8 Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2014:114). Dikatakan perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya.

Rasio Profitabilitas atau rasio rentabilitas dibagi dua, yaitu sebagai berikut (Kasmir, 2104:114).

1. Rentabilitas ekonomi, yaitu dengan membandingkan laba usaha dengan seluruh modal (modal sendiri dan asing).

2. Rentabilitas usaha (sendiri), yaitu dengan membandingkan laba yang disediakan untuk pemilik dengan modal sendiri. Rentabilitas tinggi lebih penting dari keuntungan yang besar.

a. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Menurut Hanafi dan Halim (2012:81-82) menyatakan ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu:

1) Profit Margin

Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu (Hanafi dan Halim, 2012:81).

(23)

Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut (Hanafi dan Halim, 2012:81).

Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut (Hanafi dan Halim, 2012:81).

2) Return on Total Asset (ROA)

ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu (Hanafi dan Halim, 2012:81).

Rasio ini bisa dihitung sebagai berikut (Hanafi dan Halim, 2012:82).

ROA bisa dipecah lagi ke dalam dua komponen yaitu profit margin dan perputaran total aktiva (aset), sehingga bisa menghasilkan analisis yang lebih tajam lagi (Hanafi dan Halim, 2012:159).

Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti efisiensi manajemen (Hanafi dan Halim, 2012:82). Semakin tinggi ROA menunjukkan bahwa semakin tinggi perusahaan menghasilkan laba bersih bagi perusahaan dengan menggunakan aset yang dimilikinya. Return on Asset (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan mampu

(24)

memberikan laba kepada perusahaan, sebaliknya apabila Return on Asset (ROA) yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan perusahaan mengalami kerugian.

3) Return on Equity (ROE)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham (Hanafi dan Halim, 2012:82).

2.1.9 Hubungan Antar berbagai Rasio

Seperti dijelaskan sebelumnya, rasio laporan keuangan memiliki hubungan tersendiri antar rasio. Hubungan ini bisa merupakan hubungan antara rasio laporan keuangan yang satu dengan yang lain atau hubungan dalam komponen dalam satu laporan keuangan. Hubungan tersebut dapat bersifat positif maupun negati tergantung rasio keuangannya (Kasmir, 2014:119).

Hubungan antara rentabilitas ekonomi dengan rentabilitas modal sendiri bersifat positif. Semakin besar rentabilitas ekonomi akan berakibat besar pula rentabilitas modal sendiri. Tentu saja dengan asumsi ceteris paribus, yaitu faktor-faktor lain tidak berubah seperti bunga, pajak, dan rasio utang-modal sendiri (Kasmir, 2014:119).

Menurut Kasmir (2014:120) menyatakan bahwa hubungan antara rasio utang dengan rentabilitas ekonomi dapat bersifat positif dan bersifat negatif atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali. Dalam praktiknya, rentabilitas modal sendiri selain dipengaruhi rentabilitas ekonomi, juga dipengaruhi oleh rasio utang. Pengaruh positif memiliki arti semakin besar rasio utang, besar pula rasio modal

(25)

sendiri, dengan catatan kalau rentabilitas ekonomi (8%) lebih besar dari tingkat bunga (7%).

2.1.10 Penelitian Terdahulu

Tabel 1

Daftar Penelitian Terdahulu Nama

(Tahun)

Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Sayeda Tahmina Quayyum (2011) Effect of Working Capital Management and Liquidity: Evidence from the Cement Industry of Bangladesh. 1. Quick Ratio (QR) 2. Cash Conversion Cycle (CCC) 3. Inventory Turnover Period (ITP) 4. Cash to Current Liability (CTCL) 5. Cash to Sales (CTS) 6. Profitability Ratio (ROA) 7. Debt Coverage Ratio (NPM and ICR respectively)

Hubungan negatif antara siklus konversi kas dengan profitabilitas. Manajemen modal kerja yang efisien dan likuiditas memiliki efek positif pada profitabilitas perusahaan. Penelitian ini jelas menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan di industri semen di Bangladesh memiliki cukup ruang untuk meningkatkan

profitabilitas mereka dengan penanganan modal kerja mereka dengan cara yang lebih efisien. Terutama perputaran persediaan jika ditangani lebih efisien dapat menghasilkan dampak positif yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Dengan demikian perusahaan cenderung untuk mendapat profitabilitas yang lebih baik jika perusahaan mengelola modal kerja dengan efisiensi yang lebih baik dan berfokus pada posisi kas dengan lebih hati-hati.

(26)

Abdul Raheman and Mohamed Nasr (2007) Working capital management and profitabilitycase of Pakistani Firms 1. Average Collection Period (ACP) 2. Inventory Turnover In Days (ITID) 3. Average Payment Period (APP) 4. The Cash Conversion Cycle (CCC) 5. Current Ratio (CR) 6. Net Operating Profitability (NOP)

Hubungan negatif yang signifikan antara profitabilitas operasional bersih dan periode penagihan rata-rata, periode perputaran persediaan, periode pembayaran rata-rata dan siklus konversi kas untuk sampel perusahaan pakistan yang tercatat di Bursa Efek Karachi. Hasil ini menunjukkan bahwa

manajer dapat

menciptakan nilai bagi pemegang saham mereka dengan mengurangi jumlah periode piutang dan persediaan yang wajar. Hubungan negatif antara hutang dan profitabilitas konsisten dengan perusahaan kurang menguntungkan bila menunggu lebih lama untuk membayar tagihan mereka. Hipotesis yang menyatakan manajemen modal kerja secara signifikan mempengaruhi profitabilitas perusahaan pakistan dapat diterima. Atas dasar analisis, dapat disimpulkan bahwa hasil profitabilitas dapat lebih diperkuat jika perusahaan mengelola modal kerja mereka yang lebih efisien. Manajemen modal kerja berarti pengelolaan aset saat ini dan saat

kewajiban, dan

pembiayaan aktiva lancar. Jika perusahaan-perusahaan ini benar-benar mengelola uang mereka,

(27)

piutang dan persediaan secara tepat, pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas tersebut. David M. Mathuva (2010) The Influence of Working Capital Management Components on Corporate Profitability: A Survey on Kenyan Listed Firm. 1. Average Collection Period (ACP) 2. Inventory Conversion Period (ICP) 3. Average Payment Period (APP) 4. Cash Conversion Cycle (CCC) 5. Net Operating Profitability (NOP) Manajemen perusahaan dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham

mereka dengan

mengurangi jumlah periode piutang. Manajemen juga dapat menciptakan nilai bagi pemegang saham mereka dengan meningkatkan persediaan mereka ke tingkat yang wajar. Perusahaan mampu memperoleh keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan cara pemanfaatan yang lebih efektif dan efisien dari sumber daya organisasi melalui pengurangan dari siklus konversi kas yang minimum. Dengan demikian, profitabilitas perusahaan diharapkan meningkat. Amarjit Gill, Nahum Biger, and Neil Mathur (2010) The Relationship Between Working Capital Management And Profitability: Evidence From The

United States 1. Account Receivables (AR) 2. Account Payables (AP) 3. Inventory (INV) 4. Cash Conversion Cycle (CCC) 5. Gross Operating Profit pengumpulan piutang yang lambat, berkorelasi rendah terhadap profitabilitas. Manajer dapat meningkatkan profitabilitas dengan mengurangi jangka waktu kredit yang diberikan pelanggan mereka. Tidak menemukan hubungan yang signifikan antara periode rata-rata

persediaan dan

profitabilitas. Mereka menemukan ada hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan dan

(28)

rasio laba kotor. Dalam penelitiannya, manajer dapat membuat nilai bagi pemegang saham mereka dengan mengurangi jumlah periode piutang. Selain itu, hubungan negatif antara piutang dan profitabilitas perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan akan kurang menguntungan jika mengejar penurunan rekening piutang mereka dalam upaya untuk mengurangi kesenjangan kas mereka dalam siklus konversi kas. Atas dasar temuan penelitian, menyimpulkan bahwa profitabilitas dapat ditingkatkan jika perusahaan mengelola modal kerja dengan cara yang lebih efisien.

Melita Stephanou Charitou (2010) The Effect Of Working Capital Management On Firm’s Profitability: Empirical Evidence From An Emerging Market 1. Cash Conversion Cycle (CCC) 2. Natural Logarithm of Sales 3. Sales Growth 4. Debt Ratio 5. Profitability as Return on Assets (ROA)

Hasil analisis regresi multivariat menunjukkan bahwa siklus konversi kas dan semua komponen utama, yaitu; periode persediaan, periode peningkatan penjulan, dan pembayaran kredit, berhubungan dengan profitabilitas perusahaan. Efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas dan mengurangi volatilitas, yang mengarah ke pengurangan risiko dan dengan demikian dapat meningkatan nilai perusahaan.

(29)

2.1 Rerangka Konseptual

Rerangka Konseptual dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.

Gambar 1 Rerangka Konseptual 2.2 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan teoritis yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diperoleh hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1: Cash Turnover berpengaruh signifikian terhadap profitabilitas.

H2: Debt to Total Asset berpengaruh signifikian terhadap profitabilitas.

H3: Current ratio berpengaruh signifikian terhadap profitabilitas.

H4: Sales growth berpengaruh signifikian terhadap profitabilitas.

H5: Cash Turnover berpengaruh dominan terhadap profitabilitas. Cash Turnover (X1) Debt Ratio (X2) Current Ratio (X3) Sales Growth (X4) Profitabilitas (ROA)

Gambar

Gambar 1  Rerangka Konseptual  2.2  Perumusan Hipotesis

Referensi

Dokumen terkait

Setiap zat antimikrobia dapat bersifat sebagai pengawet (Wibowo, 2009). Bahan pangan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas yang disebabkan

Kandungan propolis yang bervariasi dari keenam jenis propolis menunjukkan bahwa propolis berasal dari lebah madu dari tumbuhan yang berbeda dan tergantung dengan lokasi

Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan denga cara mereka sendiri. Siswa terdorong untuk

merupakan rasio yang bermanfaat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba; (2) analisis rasio likuiditas, merupakan rasio yang bermanfaat untuk mengukur

dan 2017 menjadikan GM metode yang tepat digunakan (minimal tersedia 4 periode data). Namun permasalahan diatas adalah ketidaktersediaan data pengujian pada tahun 2014,

Untuk gerakan lebih di perankan oleh otot rangka, salah satu ujung melekat pada bagian tidak bergerak (origo) dan ujung lain melekat pada bagian yang bergerak

Lokasi yang digunakan dalam penelitian dan pengumpulan data adalah Pengadilan Agama Kabupaten Malang. Adapun alasan kenapa melakukan penelitian dikarenakan obyek

Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2OO8 tentang organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Daerah Provinsi Sumatera.. utara Tahun 2008