BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pencatatan dan pelaporan data pelayanan pertanahan, data pemetaan wilayah berdasarkan karakteristik daerah masing-masing, data kependudukan, data akta perubahan kepemilikan tanah belum terintegrasi, antara penyelenggara pelayanan pertanahan yang dilakukan oleh PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) dan BPN (Badan Pertanahan Nasional) dengan Kependudukan (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) serta kantor kecamatan di Kabupaten Bantul belum dapat terkoneksi basisdata secara langsung.
Platform yang digunakan pada masing-masing server berbeda. Untuk BPN sistem informasi berbasis Web dengan sistem operasi Windows Server, dan untuk Kantor Kecamatan berbasis Windows dengan pengolahan data menggunakan Microsoft Access dan Excel, sedangkan PPAT sistem operasi berbasis Windows dengan pengolahan data menggunakan MySQL, dan untuk Dispendukcapil menggunakan sistem berbasis Windows Server dengan pengolahan basisdata menggunakan MySQL. Semua server–server tersebut belum terhubung melalui LAN ataupun internet. Sistem dikembangkan dengan teknologi dari berbagai macam vendor, yang semuanya merupakan teknologi tertutup, dan tidak ada yang dikembangkan tanpa menggunakan sistem basisdata (RDBMS/Relational Basisdata Management System) yang kesulitan diintegrasikan dengan sistem lain yaitu pengolahan data menggunakan Microsoft Excel.
Kantor Kecamatan sebagai perwakilan pemerintah yang menangani pemerintahan ditingkat kecamatan sebagai penghubung antara kabupaten dengan desa-desa yang menjadi garis koordinasinya (PP No.19 Tahun 2008), diantaranya adalah pelayanan dibidang kependudukan dan pertanahan. Ada permasalahan pada data pertanahan yaitu adanya kesulitan memperoleh data dan informasi tentang pertanahan di wilayah kecamatan yang menjadi koordinasinya. Untuk perihal perijinan yang menyangkut bidang pertanahan belum bisa terkoneksi
melalui sistem informasi yang ada di BPN (Badan Pertanahan Nasional) Bantul, sehingga perijinan perubahan status tanah, kepemilikan, perubahan luas dan peruntukan tanahnya masih dilakukan dengan menggunakan laporan data yang dibuat menggunakan pengolah data Microsoft Excel.
BPN Bantul telah membangun sistem informasi pertanahannya menggunakan Web base dengan sistem operasi Microsoft Windows, dengan kewenangan akses yang diijinkan adalah PPAT selaku pejabat yang membantu proses perubahan status tanah dan kepemilikannya, yaitu untuk melihat proses yang dilakukan oleh BPN, tidak dapat dipergunakan untuk mengkoneksikan data yang berasal dari PPAT. Data-data yang berasal dari PPAT belum dapat langsung diakses oleh BPN, masing-masing PPAT dalam membangun sistem informasi mempunyai basisdata yang berbeda dan juga platform yang berbeda satu dengan lainnya yaitu Microsoft Access dan MySQL. Hal ini menyebabkan terjadinya kesulitan pertukaran data antara BPN dan PPAT, juga terkendala sistem belum terhubung secara fisik melalui LAN ataupun internet protokol.
Kantor Kecamatan juga tidak dapat melakukan interkoneksi data melalui sistem yang dibangun oleh masing-masing PPAT(Pejabat Pembuat Akta Tanah) tersebut selaku pejabat yang menangani perubahan tanah tersebut secara langsung. Sistim informasi yang dibangun di kantor kecamatan menggunakan paltform sistem operasi berbasis Windows sedangkan basisdata dibangun menggunakan Microsoft Access sedangkan PPAT berbasis Windows dengan basisdata MySQL, keduanya tidak terkoneksi secara langsung, sistem tersebut tidak terkoneksi melalui jaringan (LAN) ataupun internet protokol. Sehingga kantor kecamatan tidak dapat merinci perubahan kepemilikan tanah dan perubahan status tanah. Selain itu juga tidak dapat terkoneksi dengan BPN Bantul, tidak diberikannya akses pada sistem pertanahan di server basisdata dan akses masuk ke sistem web pertanahan Bantul, hal ini menambah permasalahan untuk memantau perkembangan perubahan status tanah ataupun kepemilikan tanah. Kebutuhan data-data dari BPN masih dilakukan secara manual dengan mengajukan surat permohonan untuk mengetahui perubahan kepemilikan tanah dan status tanah dan diterima dalam bentuk pemberitahuan melalui dokumen, oleh karena itu data tidak
dapat diketahui secara real time.
Permintaan data oleh BPN Bantul kepada kantor kecamatan yang ada dibantul tentang informasi pertanahan yaitu asal tanah dalam kasus ini adalah data-data letter C desa, yang terekam oleh kantor kecamatan melalui Mircosoft Excel yang merupakan hasil pengumpulan data dari desa-desa yang menjadi koordinasinya. Data Excel tersebut oleh BPN harus dimasukkan secara manual ke dalam sistem basisdata BPN, hal ini memperlambat kinerja BPN itu sendiri.
BPN Bantul belum dapat terkoneksi secara sistem dengan Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) Bantul, karena e-KTP yang dibangun belum dapat menghubungkan koneksi basisdata dengan BPN Bantul. Juga disebabkan belum diterapkannya e-KTP secara menyeluruh di seluruh kecamatan yang ada di Bantul. Kebutuhan data-data tentang kependudukan dalam keterkaitannya dengan pertanahan dilakukan dengan input ulang data kedalam sistem informasi BPN. Walaupun keduanya menggunakan platform basisdata yang sama yaitu MySQL, tetapi karena belum terhubung melalui jaringan LAN atau internet maka komunikasi data dan permintaan data belum dapat terkoneksi. Begitu juga interkoneksi antara PPAT dengan Dispendukcapil belum dapat dilaksanakan karena belum adanya koneksi data melalui jaringan LAN ataupun internet, juga adanya perbedaan platform pada kedua server tersebut.
Basisdata yang ada pada saat ini terletak pada masing-masing server pada instansi-instansi yang berbeda yaitu berada di server BPN Bantul, server PPAT, server kantor kecamatan dan server Dispendukcapil Bantul sehingga untuk menghubungkan basisdata tersebut diperlukan adanya jembatan komunikasi untuk pengambilan data-data dari setiap server basisdata. Basisdata tersebut akan dipakai bersama (share), sehingga dibutuhkan ketersediaan (availabilty) dan kehandalan (reliability) serta dibutuhkan kecepatan query (Silberschatz, et. Al, 2010). Sedangkan jembatan komunikasinya melalui Web Service yang memungkinkan terjadinya komunikasi dalam jaringan komputer (Weigle, 2006).
Basisdata yang ada pada setiap aplikasi tersebut dapat dihubungkan sehingga data-data yang ada dapat berkomunikasi sesuai yang dibutuhkan pada masing-masing aplikasi, untuk menangani hal tersebut perlu adanya sistem
interoperabilitas, yang mempunyai kemampuan untuk bekerjasama dengan suatu sistem atau produk lainnya, satu aplikasi dapat saling berkomunikasi dengan aplikasi yang lainnya (Miller, 2000).
Web services adalah komponen yang independen terhadap platform ataupun bahasa. Web services menggunakan web protokol (HTTP) yang sangat mendukung heterogenoitas dan interoperabilitas serta memudahkan integrasi. Selain itu web services mendukung koneksi secara bebas dan lepas (loosely coupled), sehingga sebuah perubahan pada satu aplikasi tidak akan memaksa perubahan pada aplikasi yang lain. Sebuah web services memiliki interface berupa Web API (Application Programming Interface) yang dapat dipanggil oleh suatu aplikasi untuk mengakses aplikasi yang mengimplementasikan layanan web services tersebut (Elkarra, 2005).
Permintaan data pada aplikasi yang berbeda platform tersebut akan dirancang dengan Web API menggunakan model REST (Representationalal State Transfer) ful Web API (Application Programming Interface) (Amundsen, 2013).
Berdasarkan permasalahan tersebut maka akan dirancang interoperabilitas basisdata terdistribusi menggunakan Web API untuk sistem kepemilikan tanah di Kabupaten Bantul.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat disimpulkan rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu:
a) Bagaimana merancang komunikasi antar server basisdata menggunakan Web API untuk server BPN, server PPAT, server Kantor Kecamatan dan server Dispendukcapil.
b) Bagaimana mengimplementasikan Web API untuk menghubungkan basisdata terdistribusi antara server basisdata BPN, server basisdata PPAT, server basisdata Kantor Kecamatan dan server basisdata Dispendukcapil.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Rancang bangun interoperabilitas basisdata terdistribusi menggunakan model REST Web API.
2. Sistem yang dibangun menggunakan pendekatan bottom-up, karena adanya basisdata pada server BPN, server PPAT, server Kantor Kecamatan dan server Dispendukcapil.
3. Platform yang digunakan disesuaikan dengan platform yang sudah diterapkan pada kantor BPN (Badan Pertanahan Nasional), Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil), Kantor Kecamatan dan Kantor PPAT( Pejabat Pembuat Akta Tanah) di Kabupaten Bantul.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan yang dingin dicapai dalam penulisan ini adalah membuat sistem Interoperabilitas untuk menjembatani pertukaran data yang dibangun menggunakan REST Web API pada server basisdata di BPN, PPAT, kantor kecamatan dan Kependudukan (Disdukcapil) pada sistem kepemilikan tanah di Kabupaten Bantul.
1.5 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh adalah data yang diproses menggunakan sistem Interoperabilitas basisdata terdistribusi dapat diketahui ketersediaannya (availabilty) sehingga dapat dipakai secara bersama (share) antar server basisdata di BPN, PPAT, Kantor Kecamatan dan Kependudukan.
1.6 Metodologi
Metode yang digunakan adalah : a) Perencanaan
Pada tahap ini proses yang dilaksanakan meliputi identifikasi masalah, penentuan tujuan sistem, identifikasi kendala sistem dan penyusunan studi
kelayakan, pencarian data-data dan mencari pustaka yang berkaitan dengan tesis ini.
b) Analisis
Membuat analisa sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru atau diperbaharui. Pada sistem ini kegiatan yang dilakukan adalah mendefinisikan kebutuhan informasi, mendefinisikan kriteria kinerja sistem dan menyiapkan usulan rancangan.
c) Perancangan
Perancangan sistem aplikasi basis data terdistribusi meliputi: 3.1 Perancangan subsistem model
Model dirumuskan sebagai fungsi yang mengGambar kan hubungan antara item-item yang bersesuaian dalam beberapa jenis data yang diterapkan
3.2 Perancangan subsistem basisdata
Data yang akan digunakan dalam sistem ini ditampung pada bebarapa basis data secara terdistribusi yang dikelola oleh suatu sistem manajemen basis data.
3.3 Perancangan subsistem dialog
Perancangan ini dimaksudkan untuk membuat sistem dialog yang mudah dipahami dengan menyertakan paket informasi tertentu.
d) Implementasi
Implementasi perancangan dengan menggunakan REST Web API dengan JSON dan PHP.
e) Uji Coba Sistem
Ujicoba sistem diakukan untuk menguji kesesuaian aplikasi yang dibuat sesuai rancangan, termasuk penggunaan model-model yang ada.
1.7 Sistematika
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan hal-hal yang sifatnya umum yang mendasari disusunnya penelitian ini, yaitu latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas tinjauan pustaka yang menjadi referensi pada penelitian ini.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori dasar yang berkaitan dengan pengelolaan informasi kependudukan, dan kepemilikan tanah yang meliputi definisi basisdata, basisdata terdistribusi dan konsep perancangan sistem serta peranan web.
BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Membahas tentang analisis dan perancangan sistem yang dibangun. Pada bab ini diuraikan juga perancangan pengujian dari sistem yang dibangun.
BAB V IMPLEMENTASI
Menguraikan langkah-langkah implementasi dari perancangan sistem. BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
Menguraikan hasil pengujian serta pembahasan hasil pengujian dari sistem yang dibangun, dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi kinerja sistem secara keseluruhan.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
Bab terakhir berisi kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan, serta saran-saran untuk tesis selanjutnya.