• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIGITAL INFORMATION FLUENCY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA. Sonia Maretina 1. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIGITAL INFORMATION FLUENCY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA. Sonia Maretina 1. Abstrak"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

DIGITAL INFORMATION FLUENCY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA

Sonia Maretina1

Digital information fluency is the ability to locate, evaluate, and use digital information effectively, efficiently and ethically. Digital information fluency is

Abstrak

Digital information fluency merupakan kemampuan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi digital secara efektif, efisien, dan etis.Digital information fluencyini berguna untuk menghadapi ledakan informasi yang dahsyat, terutama realita yang ditampakkan mahasiswa yang masih memiliki selera terhadap segala macam informasi digital yang masih diragukan keabsahannya secara ilmiah.Informasi digital merupakan langkah awal yang ditempuh mahasiswa dalam mencari informasi dibandingkan dengan membaca. Akibatnya, mahasiswa lebih sering terkena kondisi kejenuhan informasi sehingga tidak mampu memanfaatkan information overload. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan digital information fluencypada mahasiswa Universitas Airlangga ditinjau berdasarkan locating information efficiently, evaluating information effectively, dan using information ethicallymenggunakan

teori digital information fluency model milik Carl Heine dan Dennis O’Connor (2001). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random samplingdengan menggunakan teknik multistage random samplingpada 100 mahasiswa aktif S1 Universitas Airlangga angkatan 2012 hingga 2015. Teknik pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS 13 dan Microsoft Excel dengan hasilnya berupa tabel frekuensi dan tabel skor. Tabel skor digunakan untuk menunjukkan level kategori digital information fluencymahasiswa Universitas Airlangga dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian ini menunjukkan level kategori digital information fluencyberdasarkan tiga aspek sebagai berikut : level kategori digital information fluencyberdasarkan aspek locating information efficientlytergolong

rendah dengan total skor rata-rata 3,62, level kategori digital information fluencyberdasarkan aspek evaluating information effectivelytergolong sedang

dengan total skor rata-rata 4,85, serta level kategori digital information fluencyberdasarkan aspek using information ethicallytergolong sedang dengan total

skor rata-rata 4,92.

Kata Kunci :Digital information fluency, information overload, mahasiswa Abstract

1

Korespondensi: Sonia Maretina. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. E-Mail: soniamaretina@gmail.com

(2)

useful to face the devastating explosion of information, especially the reality that revealed students still have the appetite for all kinds of digital information that is scientifically discredited. Digital information is the first step taken by students in finding information than reading. As a result, students are more often exposed to conditions of information overload and unable to take advantage of information overload. Therefore, this study was conducted to describe the digital information fluency at Airlangga University students are reviewed by locating information efficiently, evaluating information effectively, and usinginformationethically by digital information fluency theory model of Carl Heine and Dennis O'Connor (2001). The sampling technique was conducted by random sampling using multistage random sampling technique on 100 active student S1 of Airlangga University force 2012 to 2015. Data processing techniques performed using SPSS 13 and Microsoft Excel with the results in the form of frequency tables and tables score. Table score is used to indicate the level of digital information fluency category at Airlangga University students with a category of high, medium, and low. The results of this study indicate fluency level category of digital information based on three aspects as follows: level category fluency digital information based on aspects of locating information efficiently is low with a total average score of 3.62, the level of fluency category of digital information based on aspects of evaluating information classified as moderately effectively total average score of 4.85, as well as digital information category fluency level based aspects of using information ethically classified as moderate with a total average score of 4.92. Keywords: Digital information fluency, information overload, student

Pendahuluan

Era informasi telah membawa pengaruh yang besar terhadap peningkatan jumlah informasi yang beredar di internet. Hal inilah yang membuat informasi di internet menjadi semakin beragam atau kaya akan informasi. Keberagaman informasi di internet menyebabkan information overload dan informasi yang ada sulit diprediksi akan kebenarannya sebab semua orang bisa mempublikasikan informasi apa saja di internet. Terlebih lagi mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan informasinya lebih menyukai informasi digital.Hanya sedikit atau bahkan tidak ada lagi mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan informasinya dengan hanya membaca buku teks.Mahasiswa yang menyukai informasi digital lebih sering terkena kondisi kejenuhan informasi, dimana tidak bisa memanfaatkan informasi yang ada karena ketidakmampuan untuk mengevaluasi dan memanfaatkan informasi di tengah banjir informasi yang tak terbendung. Kejenuhan informasi inilah yang membuat mahasiswa membutuhkan digital

(3)

information fluency (kefasihan informasi digital) dalam mengenali kebutuhan

informasi, merumuskan rencana untuk memperoleh informasi termasuk teknologi yang tepat untuk digunakan, mengevaluasi dan mengidentifikasi informasi yang relevan dan kredibel, mensintesis informasi yang diperoleh hingga mempublikasikan informasi menggunakan teknologi yang tepat. Gejala inilah yang menarik peneliti untuk melihat apa yang terjadi pada kalangan mahasiswa Universitas Airlangga.

Teknologi informasi bagi kalangan mahasiswa merupakan terobosan baru yang dikembangkan untuk memudahkan segala aktivitas sehari-hari.Dengan teknologi informasi mahasiswa bisa berselancar sejauh apapun itu baik untuk hiburan, chatting, dan yang terutama untuk mencari informasi dalam memenuhi kebutuhan informasi.Mahasiswa membutuhkan informasi untuk mendukung dan menunjang kegiatan perkuliahan serta memperluas dan mengembangkan materi secara mandiri.Selain itu, juga membantu dalam mengerjakan tugas perkuliahan dan melakukan suatu penelitian.Informasi digital yang instan bagi mahasiswa merupakan langkah awal yang ditempuh mahasiswa dalam mencari informasi dibandingkan dengan membaca.Berdasarkan studi oleh OCLC, mayoritas mahasiswa percaya bahwa mahasiswa dapat mencapai semua penelitian mereka secara online.Hanya sedikit atau bahkan tidak ada lagi mahasiswa yang dalam memenuhi kebutuhan informasinya dengan hanya membaca.

Mahasiswa diuji dalam upayanya mampu melewati tantangan fenomena

information overloadatau malah mengalami suatu kondisi kejenuhan informasi.

Kejenuhan informasi merupakan suatu kondisi dimana tidak mampu memanfaatkan informasi yang ada karena ketidakmampuannya untuk mengevaluasi dan memanfaatkan informasi tersebut. Melimpah ruahnya informasi yang beredar menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu tidak berhasil memperoleh informasi yang relevan, bahkan terjerumus dalam dunia maya; menghabiskan banyak waktu, bahkan pada akhirnya gagal dalam menemukan informasi yang diinginkannya; dan kalaupun menemukan informasi, maka harus menyaring informasi terlebih dahulu dalam jumlah yang besar.

(4)

Permasalahan lain yang muncul akibat penggunaan internet dalam mencari informasi digital adalah tidak semua informasi yang ada di internet akurat dan kredibel serta dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Semua orang bisa mempublikasikan informasinya ke internet. Kebebasan inilah yang membuat informasi yang ada di internet menjadi bias dan sulit dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya. Selain itu, informasi di internet tanpa mengalami proses penyaringan dan pemeriksaan naskah terlebih dahulu. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan buku yang melewati proses seleksi yang panjang namun memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kedekatan mahasiswa dengan internet ternyata tidak dibarengi dengan pemahaman akan suatu keterampilan dan kefasihan informasi digital (digital

information fluency) yang baik. Dari sinilah menimbulkan suatu gejala terjadinya

kejenuhan informasi pada diri mahasiswa.

Kejenuhan informasi inilah yang membuat mahasiswa membutuhkan

digital information fluency.Digital information fluency merupakan sebuah set dari

kompetensi inti atau keterampilan baru yang membekali mahasiswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkan untuk hidup lebih produktif di tengah ledakan informasi (information overload) dan memberdayakan mahasiswa akan kebebasan pribadi dalam upaya pembelajaran seumur hidup.

Digital information fluency (DIF) merupakan kemampuan untuk

menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi digital secara efektif, efisien, dan etis. Dari pengertian tersebut, banyak orang yang beranggapan bahwa

digital information fluencysama dengan konsep literasi informasi. Anggapan itu

adalah salah, karena DIF tidak seluas konsep literasi informasi. DIF lebih berfokus pada kemampuan yang melibatkan pengetahuan khusus, keterampilan, dan disposisi untuk mengetahui bagaimana infomasi digital berbeda dari informasi cetak; memiliki keterampilan untuk menggunakan alat khusus untuk mencari informasi digital; dan mengembangkan disposisi yang diperlukan dalam lingkungan informasi digital. Fluency (kefasihan) lebih dalam maknanya daripada “melek atau keaksaraan”, untuk penekanan bahwa kemampuan itu lebih dari kemampuan dasar.Spektrum kemampuan mulai dari tingkat dasar “melek atau

(5)

keaksaraan” ke tingkat yang lebih tinggi itulah yang disebut kefasihan atau

fluency.Oleh karena itu, digital information fluency mencakup aspek baik literasi

informasi, literasi teknologi dan berpikir kritis.

Mahasiswa yang memiliki digital information fluency mempunyai peluang yang besar untuk memanfaatkan banjir informasi sebagai investasi pengetahuan yang besar.Tidak hanya itu, mahasiswa yang berkompeten dalam informasi digital tidak hanya tahu bagaimana menemukan informasi melainkan memiliki kemampuan untuk menentukan apakah informasi tersebut berguna dan tepat “learning how to learn” (Palomar dalam Bill Smith, 2007). Oleh karena itu, sangat penting untuk menciptakan dan mengembangkan digital information

fluency pada diri mahasiswa.

Untuk menciptakan digital information fluencypada mahasiswa membutuhkan waktu dan proses yang panjang. Proses tersebut bisa dimulai dari hal terkecil dari lingkungan rumah, sekolah hingga perguruan tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan mahasiswa belum tentu mahasiswa tersebut sudah memiliki digital information fluency, yang menjadikan mahasiswa itu fasih dalam informasi digitaladalah kepekaan dalam menghadapi dan menjawab segala perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya, yang tentunya selalu mengikuti perubahan serta tantangan zaman. Berbeda halnya dengan mahasiswa yang tidak fasih dalam informasi digitalmaka tidak akan mampu menjawab tantangan perubahan di lingkungan sekitarnya dan tidak mampu merespon perubahan serta tantangan zaman.

Mahasiswa akan mengalami kemunduran zaman karena adanya ketidaktahuan dan ketertinggalan informasi yang menyebabkan suatu kesenjangan pengetahuan dan informasi. Sebab didalam digital information fluency, pengetahuan, keterampilan dan informasi merupakan sumber utama dalam upaya pemecahan permasalahan.Maka tidak heran jika muncul sebuah motto “siapa yang menguasai informasi dialah yang akan berkuasa”.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai digital

(6)

Universitas Airlangga sebagai obyek penelitian karena Universitas Airlangga merupakan universitas bagian timur yang sangat terkenal dan terpercaya dalam mencetak generasi bangsa Indonesia yang lebih baik. Selain itu, Universitas Airlangga memiliki 14fakultas yang sangat fenomenal dan prospek lulusannya yang sangat menjanjikan.Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “digital information fluencypada mahasiswa Universitas Airlangga.”

Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka peneliti ingin mengetahui gambaran digital information fluencypada mahasiswa Universitas Airlangga dengan menjawab pertanyaan penelitian berikut : Bagaimana digital information fluency pada mahasiswa Universitas Airlangga?

Tinjauan Pustaka Fluency (Kefasihan)

Fluency merupakan suatu istilah pada tingkat yang lebih tinggi dari

kompetensi.Fluency mengasumsikan perspektif kompetensi yang dapat dipelajari dan dikaji. Kefasihan informasi mencakup masalah yang ekonomis dan cerdas untuk mencari sumber-sumber yang berguna dan koheren dalam membangun pemahaman dasar konsep yang tidak hanya memiliki perspektif konten tapi juga menempatkan dengan cara lain, misalnya secara historis, secarakonseptual, kritis, geografis, dan relatif terhadap istilah terkait seperti melek informasi yang dengan sendirinya dapat memiliki komponen melek teknologi.

Kefasihan informasi tidak terletak pada apa yang harus dilakukan tetapi bagaimana melakukannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuannya. Individu yang fasih memiliki lebih banyak pengalaman, tahu lebih banyak tentang bahasa yang mereka gunakan dan dapat mencapai apa yang dibutukan dengan lebih mudah menggunakan berbagai jalur. Penekanan kefasihan informasi yakni membekali pengguna dengan strategi dan metode yang cukup untuk mengatasi tantangan dalam hal pengambilan.Sebuah pencari yang fasih tahu bagaimana

(7)

informasi digital berbeda dengan informasi cetak, cepat belajar alat khusus untuk mencari informasi digital serta terlibat secara efektif dalam lingkungan informasi digital.

Selain kefasihan informasi terdapat juga kefasihan dengan teknologi.Kefasihan dengan teknologi berfokus pada pemahaman konsep dasar dari teknologi dan penerapan pemecahan masalah serta berpikir kritis untuk menggunakan teknologi.Perbedaan literasi informasi dengan kefasihan teknologi informasi yakni bahwa literasi informasi berfokus pada konten, komunikasi, analisis, pencarian informasi dan evaluasi.Sedangkan kefasihan teknologi informasi berfokus pada pemahaman yang mendalam tentang teknologi dan penggunaan yang terampil.

Digital Information Fluency (Kefasihan Informasi Digital)

Digital information fluency adalah kemampuan untuk menemukan,

mengevaluasi, dan menggunakan informasi digital secara efektif, efisien, dan legal etis.Digital information fluency lebih berfokus pada kemampuan yang melibatkan pengetahuan khusus, keterampilan, dan disposisi untuk mengetahui bagaimana infomasi digital berbeda dari informasi cetak; memiliki keterampilan untuk menggunakan alat khusus untuk mencari informasi digital; dan mengembangkan disposisi yang diperlukan dalam lingkungan informasi digital. Oleh karena itu, digital information fluency mencakup aspek baik literasi informasi, literasi teknologi dan berpikir kritis.

Digital information fluency yang mencakup aspek baik literasi informasi,

literasi teknologi dan berpikir kritis meliputi informasi dalam semua format dan menggabungkan berbagai elemen penting yang terkait yang memungkinkan mahasiswa untuk menemukan, memilih, menggunakan, berpikir kritis, legal etis, dan keterampilan penggunaan teknologi. Digital information fluency ini membutuhkan pengembangan lebih untuk keberhasilan akademis maupun keberhasilan di luar akademis. Dengan memiliki digital information fluency maka mahasiswa akan mampu (1) mengenali dan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan; (2) mengembangkan strategi penelitian yang efektif dengan memilih

(8)

perangkat pencarian yang sesuai dan menggunakan teknik pencarian yang efektif untuk mendapatkan informasi yang diinginkan; (3) mencari dan mengambil informasi dari berbagai format; (4) kritis mengevaluasi kualitas dan ketepatan informasi dengan menggunakan faktor-faktor seperti akurasi, relevansi, kredibilitas penulis, dan sumber informasi tersebut; (5) mendokumentasi informasi dengan mensintesis informasi yang diperoleh dengan mengembangkan dalam format yang sesuai dan mengutip sumber dari informasi tersebut; (6) kompeten menggunakan komputer dan alat-alat teknologi informasi lainnya untuk mencari dan mengambil informasi serta penggunaan aplikasi perangkat lunak untuk berkomunikasi; (7) memahami beberapa isu hukum dan etika yang berkaitan dengan informasi serta mematuhi kebijakan pada akses penggunaan komputer dan perangkat lunak.

Model Digital Information Fluency (DIF)

Salah satu model kefasihan informasi digital yang pernah dihasilkan adalah model DIF (Digital Information Fluency) oleh Carl Heine dan Dennis O’Connor pada tahun 2001. Model DIF (Digital Information Fluency) terdiri dari tiga kelompok besar yang nantinya berguna dalam penilaian level kefasihan informasi digital sebagai berikut :

1. Locating information efficiently (Menemukan Informasi yang Efisien)

Locating information efficiently meliputi what information am I looking for ? - where will I find the information ? – how will I get there ?. Dalam penilaian

level kefasihan ini, individu mampu menerjemahkan kata kunci untuk informasi yang akan dibutuhkan dan mampu memilih koleksi digital yang sesuai dengan kemampuan serta memilih perangkat pencarian digital yang efektif dan efisien. Yang terpenting mampu menerapkan strategi pencarian yang tepat dan terpercaya untuk informasi digital.

2. Evaluating information effectively (Mengevaluasi Informasi Secara Efektif)

Evaluating information effectively meliputi how good is the information ?Dalam penilaian level kefasihan ini, individu mampu mengevaluasi kualitas hasil

(9)

pencarian dari tahap sebelumnya untuk menentukan kegunaan, keandalan isi informasi serta keandalan sumbernya. Informasi dikatakan baik apabila informasi tersebut akurat dan kredibel serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. 3. Using information ethically (Menggunakan Informasi Secara Etis)

Using information ethically meliputi how will I ethically use the information?

Dalam penilaian level kefasihan ini, individu secara etis menggunakan informasi digital yang sesuai dengan kebutuhan informasinya dengan selalu mengutip sumber dan penulis untuk informasi digital yang dipilih. Hal ini dilakukan untuk menghargai dan mengapresiasi karya orang lain serta untuk menghindari tindakan plagiarisme.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan teknik pengambilan sample secara multistage random sampling. Populasi sample yaitu mahasiswa S1 Universitas Airlangga angkatan 2012-2015 sebanyak 24.446 mahasiswa. Sedangkan sample yang digunakan sebanyak 100 orang responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data primer (kuesioner dan probing) dan pengumpulan data sekunder (studi kepustakaan dan observasi). Teknik pengolahan data yang digunakan adalah editing dan coding.

Analisis Data

Level Kategori Digital Information Fluency Mahasiswa Berdasarkan Aspek Locating Information Efficiently

Locating information efficiently sebagai keterampilan individu dalam

menentukan informasi apa yang akan dicarinya, dimana akan mencari, dan bagaimana memperoleh informasi tersebut. Adapun beberapa komponen yang digunakan untuk mengukur level digital information fluency mahasiswa berdasarkan aspek locating information efficiently yaitu identifikasi konsep-konsep kunci, membuat query pencarian yang efektif dan efisien, efektif dan efisien dalam memilih koleksi digital, dan memilih perangkat digital berdasarkan efektivitas dan efisiensi.Dari pengolahan data dapat diketahui bahwa locating

(10)

information efficiently pada mahasiswa ternyatabelum mampu menemukan

informasi yang efisien pada informasi digital dalam tingkatan rendah.Berikut data yang diperoleh mengenai level digital information fluency mahasiswa berdasarkan aspek locating information efficiently :

Ditinjau dari identifikasi konsep-konsep kunci, mahasiswa tidak mampu memahami konsep atau tugas yang akan dicarinya dan tidak mampu menentukan kata kunci yang sesuai serta menerjemahkan istilah-istilah atau bahasa ilmiah ke dalam bahasa pencarian. Mahasiswa dalam membuat kata kunci lebih kepada sebelum melakukan pencarian informasi dibandingkan dengan membuat kata kunci pada saat akan menelusur ke sistem informasi digital. Tingkat kategori identifikasi konsep-konsep kunci adalah sebesar 3,59. Nilai total skor tersebut menunjukkan bahwa level identifikasi konsep-konsep kunci tergolong rendah.

Ditinjau dari membuat query pencarian yang efektif dan efisien,mahasiswa mempunyai perencanaan yang matang dalam melakuka n pencarian informasi digital, mahasiswa juga menyadari bahwa kalkulasi atau analisis mereka dalam membuat kata kunci yang selalu mendukung hasil pencariannya. Akan tetapi, mahasiswa tidak mengetahui penggunaan Boolean Logic dalam pencarian informasi serta tidak menyediakan kata kunci cadangan. Tingkat kategori query pencarian yang efektif dan efisien adalah sebesar 3,61. Nilai total skor tersebut menunjukkan bahwa level query pencarian yang efektif dan efisien tergolong rendah.

Ditinjau dari efektif dan efisien dalam memilih koleksi digital,mahasiswa tidak mampu menerapkan strategi pencarian yang tepat untuk menentukan situs koleksi digital yang terpercaya dan tidak memiliki kepercayaan diri tinggi dalam mencari solusi ketika terlibat dalam kefasihan informasi digital. Tingkat kategori efektif dan efisien dalam memilih koleksi digital adalah sebesar 3,62. Nilai total skor tersebut menunjukkan bahwa level efektif dan efisien dalam memilih koleksi digital tergolong rendah.

Ditinjau dari memilih perangkat digital berdasarkan efektivitas dan efisiensibahwa search engine yang sering digunakan oleh mahasiswa kurang efektif dalam memenuhi kebutuhan akan informasinya, mahasiswa juga

(11)

mengalami kesulitan dalam menggunakan fitur digital serta tidak memiliki kemampuan dalam hal mengoperasikan fitur sehingga tidak dapat mempengaruhi efisiensi hasil pencarian. Tingkat kategori memilih perangkat digital berdasarkan efektivitas dan efisiensi adalah sebesar 3,64. Nilai total skor tersebut menunjukkan bahwa level memilih perangkat digital berdasarkan efektivitas dan efisiensi tergolong rendah.

Level KategoriDigital Information Fluency Mahasiswa Berdasarkan Aspek Evaluating Information Effectively

Evaluating information effectively sebagai keterampilan individu tentang

bagaimana mengevaluasi informasi yang baik dari segi kegunaan, keandalan isi informasi, dan juga keandalan sumbernya. Adapun beberapa komponen yang digunakan untuk mengukur level digital information fluency mahasiswa berdasarkan aspek evaluating information effectively yaitu evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan kegunaan dalam proses pencarian, evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan isi informasinya, dan evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan sumbernya. Dari pengolahan data dapat diketahui bahwa evaluating information effectively pada mahasiswa ternyatabelum mampu mengevaluasi informasi secara efektif pada informasi digital dalam tingkatan sedang. Berikut data yang diperoleh mengenai level digital information fluency mahasiswa berdasarkan aspek evaluating

information effectively :

Ditinjau dari evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan kegunaannya dalam proses pencarian bahwa mahasiswa sudah memahami indeks dalam search engine yang dapat membantu menentukan kata kunci yang tepat, mahasiswa juga mampu menemukan informasi yang sesuai dengan yang dicari serta penggunaan kata kunci mampu menampilkan informasi yang sesuai dengan yang dicari. Tingkat kategori evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan kegunaannya dalam proses pencarian adalah sebesar 4,79. Nilai total skor tersebut

(12)

menunjukkan bahwa level evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan kegunaannya dalam proses pencarian tergolong sedang.

Ditinjau dari evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan isi informasinya,mahasiswa memiliki kemampuan memilih satu artikel yang sesuai diantara semua artikel yang ditampilkan, tidak mencari hasil pencarian lain diluar pencarian pertama yang diambil, serta dalam mengevaluasi kualitas hasil pencarian dengan membaca secara skimming isi informasinya dibandingkan dengan membaca secara keseluruhan isi informasinya. Tingkat kategori evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan isi informasinya adalah sebesar 4,94. Nilai total skor tersebut menunjukkan bahwa level evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan isi informasinya tergolong sedang.

Ditinjau dari evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan sumbernya,mahasiswa tidak melakukan pengamatan terhadap halaman website untuk mencari tahu apakah informasi yang disediakan selalu diperbaharui, mahasiswa mencari tahu link terkait yang disediakan dalam halaman website tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan relevan sesuai topik informasi yang dibahas, mayoritas mahasiswa mencari tahu informasi tersebut dibuat oleh orang yang ahli dibidangnya, serta mahasiswa mencari tahu referensi pada informasi tersebut apakah kredibel atau tidak. Tingkat kategori evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan sumbernya adalah sebesar 4,81. Nilai total skor tersebut menunjukkan bahwa level evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan sumbernya tergolong sedang.

Level KategoriDigital Information Fluency Mahasiswa Berdasarkan Aspek Using Information Ethically

Using information ethically sebagai keterampilan individu tentang

bagaimana penggunaan informasi secara etis. Adapun komponen yang digunakan untuk mengukur level digital information fluency mahasiswa berdasarkan aspek

(13)

pengolahan data dapat diketahui bahwa using information ethically pada mahasiswa ternyatabelum sepenuhnya etis dalam menggunakan informasi digital dalam tingkatan sedang. Berikut data yang diperoleh mengenai level digital

information fluency mahasiswa berdasarkan aspek using information ethically :

Ditinjau dari etis menggunakan informasi digital, bahwa mahasiswa etis dalam penggunaan informasi digital. Etis dalam penggunaan informasi digital disini meliputi menghubungkan keterkaitan informasi digital sesuai dengan kebutuhan, mencantumkan nama penulis beserta sumbernya pada daftar referensi, serta menggunakan peraturan yang sesuai untuk penulisan informasi digital. Namun disisi lain, mahasiswa juga tidak etis dalam menggunakan informasi digital pada pertanyaan tidak hanya menggunakan informasi digital terpercaya melainkan informasi dari blog, kesulitan dalam menulis referensi informasi digital, tidak mengutip informasi dengan jumlah maksimal sesuai peraturan, serta tidak melakukan parafrase dalam mengutip informasi tersebut. Tingkat kategori etis menggunakan informasi digital adalah sebesar 4,92. Nilai total skor tersebut menunjukkan bahwa level etis menggunakan informasi digital tergolong sedang.

Level Kategori Digital Information Fluency Mahasiswa Universitas Airlangga Level digital information fluency mahasiswa Universitas Airlangga diukur menggunakan tiga kefasihan yang telah disebutkan sebelumnya yaitu locating

information efficiently, evaluating information effectively, dan using information ethically. Berikut tabel ringkasan mengenai level digital information fluency

mahasiswa Universitas Airlangga :

Tabel 1 Level Kategori Digital Information Fluency Mahasiswa Universitas Airlangga

No. Keterangan Rata-Rata Skor Keterangan

1. Locating Information Efficiently 3,62 Rendah 2. Evaluating Information Effectively 4,85 Sedang

3. Using Information Ethically 4,92 Sedang

Sumber : Olahan Data Peneliti

Berdasarkan hasil temuan data yang diperoleh sebagaimana dirangkum pada Tabel 1 tersebut, dapat diketahui bahwa level digital information fluency

(14)

mahasiswa Universitas Airlangga diukur berdasarkan tiga kefasihan. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswa Universitas Airlangga memiliki level digital

information fluency yang tergolong rendah pada aspek locating information efficiently dan level digital information fluency yang tergolong sedang pada aspek evaluating information effectively dan using information ethically. Padahal level digital information fluency lebih ditekankan pada evaluating information effectively dan using information ethically sebab pada kedua aspek tersebut

berkaitan dengan seni berpikir kritis ketika menghadapi informasi digital. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan lagi pada ketiga aspek tersebut.

Penutup

Berikut merupakan kesimpulan mengenai level digital information fluency pada mahasiswa Universitas Airlangga berdasarkan tiga kefasihan, antara lain : 1. Level kategori digital information fluency mahasiswa berdasarkan aspek

locating information efficiently

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, level digital information

fluency mahasiswa berdasarkan aspek locating information efficiently

tergolong rendah dengan total skor rata-rata 3,62. Skor tersebut tersusun dari rata-rata beberapa komponen yaitu level identifikasi konsep-konsep kunci masih tergolong rendah, level membuat query pencarian yang efektif dan efisien masih tergolong rendah, level efektif dan efisien dalam memilih koleksi digital masih tergolong rendah, serta level memilih perangkat digital berdasarkan efektivitas dan efisiensi masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil temuan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa Universitas Airlangga belum fasih dalam menemukan informasi yang efisien di internet.

2. Level kategori digital information fluency mahasiswa berdasarkan aspek

evaluating information effectively

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, level digital information

fluency mahasiswa berdasarkan aspek evaluating information

(15)

tersusun dari rata-rata beberapa komponen yaitu level evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan kegunaannya dalam proses pencarian masih tergolong sedang, level evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan isi informasinya masih tergolong sedang, serta level evaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan keandalan sumbernya masih tergolong sedang. Berdasarkan hasil temuan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa Universitas Airlangga sudah memiliki kefasihan berpikir kritis dalam mengevaluasi informasi (meskipun cenderung rendah) terhadap informasi yang ditemukan secara online. Mahasiswa mampu megevaluasi kualitas hasil pencarian untuk menentukan kegunaannya dalam proses pencarian, keandalan isi informasinya serta keandalan sumbernya. Namun disisi lain, mahasiswa juga belum sepenuhnya berpikir kritis pada evaluasi keandalan isi informasi dan sumbernya secara lebih mendalam.

3. Level kategori digital information fluency mahasiswa berdasarkan aspek using

information ethically

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan, level digitalinformation

fluency mahasiswa berdasarkan aspek using information ethicallytergolong

sedang dengan total skor rata-rata 4,92. Skor tersebut tersusun dari rata-rata satu komponen yaitu etis menggunakan informasi digital masih tergolong sedang.Berdasarkan hasil temuan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa Universitas Airlangga belum sepenuhnya etis dalam penggunaan informasi digital. Mahasiswa mengetahui bahwa dalam mengutip informasi digital harus mencantumkan nama penulis beserta sumbernya. Namun disisi lain, mahasiswa tidak mengetahui batasan dalam mengutip informasi sesuai dengan peraturan teknik penulisan ilmiah serta tidak melakukan parafrase pada informasi tersebut.

Daftar Pustaka

CCSF(s.n). (s.a). Information Competency for CCSF Students, [online], tersedia pada http://www.ccsf.edu.Librar/instruct/competency.html, diakses pada tanggal 7 September 2015.

(16)

Council, National Research. 1999. Being Fluent With Information Technology, [Online], tersedia pada play.google/com/books, diakses pada tanggal 15 Mei 2016.

Heine, Carl and Dennis O’Connor. 2001. 21st Century Information Fluency, [Online], tersedia pada http://21cif.com/resources/difcore/, diakses pada tanggal 7 September 2015.

Heine, Carl and Dennis O’Connor. 2014. Teaching Information Fluency : How To Teach Students To Be Efficient, Ethical and Critical Information Consumers, [Online], tersedia pada play.google/com/books, diakses pada tanggal 15 Mei 2016.

Library Illinois state(s.n). (s.a). Information Fluency : Definition and Learning Outcomes, [online], tersedia pada http://library.illinoisstate.edu/library-

information/about/departments/information-use-and-fluency/standards.php, diakses pada tanggal 4 September 2015.

Sanderson, Gavin. 2011. Information Fluency – Global and International

Perspectives, [Online], tersedia pada http://if.ucf.edu/if%20journal/docs/current%20if%20journal.pdf, diakses

pada tanggal 17 Maret 2016.

Smith, Bill. 2007. Information Competence for Faculty at Rio Hondo College, [online]. Tersedia pada http://library.riohondo.edu/info-comp/whatIsInfoComp.htm, diakses pada tanggal 1 September 2015.

Gambar

Tabel 1 Level Kategori Digital Information Fluency Mahasiswa Universitas  Airlangga

Referensi

Dokumen terkait

Dalam berkhalwat nabi Muhammad SAW lebih sering memilih tempat yang jauh dari keramaian, dengan harapan lebih tenang dan dapat berpikir secara jernih dan iebih khusyuk daiam

Pressure switch atau pressurestat adalah salah satu komponen control yang cukup penting dari suatu system refrigerasi atau tata udara yang berfungsi sebagai alat pengaman apabila pada

Penginderaan Jauh (Remote Sensing) dalam artian secara umum merupakan suatu teknik-teknik berbasis instrumentasi yang digunakan dalam pengumpulan dan pengukuran dari

Pada kasus pasar modal di Malaysia menunjukkan bahwa investasi syari’ah akan memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan investasi konvensional, karena investasi

Berdasarkan hasil skor indikator ke-5 baik pada mahasiswa akademik atas maupun bawah keduanya sudah dapat mengidentifikasi kesulitan dan keterbatasan yang berhubungan dengan

1) Berdasarkan hasil pengujian dapat dinyatakan bahwa material bahan campuran beraspal jenis AC-WC yang digunakan pada studi ini memenuhi kriteria yang terdapat pada

Pertanyaan dalam kuesioner ini diambil dari kuesioner yang dikembangkan oleh Muslichah 2010 dengan jumlah pertanyaan 4 empat meliputi: mempercayai pemerintah transparan dalam