• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA MAKANAN ALAMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PANDUAN PRAKTIKUM BUDIDAYA MAKANAN ALAMI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BUDIDAYA MAKANAN ALAMI

OLEH: TIM ASISTEN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2013

(2)

1 I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang tinggi, disamping usaha penangkapan, juga perlu dilakukan proteksi dan konservasi terhadap sumberdaya perikanan tersebut yaitu dengan cara melakukan kegiatan budidaya. Seiring meningkatnya usaha budidaya, maka meningkat pula kebutuhan benih yang berkualitas, sehingga membutuhkan ketersediaan plankton sebagai pakan alami bagi larva.

Pakan merupakan salah satu faktor pembatas bagi organisme yang dibudidayakan. Dalam kondisi normal di alam, keanekaragaman pakan hidup (fitoplankton dan zooplankton) tersedia dalam jumlah yang cukup dan dapat dimanfaatkan oleh setiap trofik level dengan efisien. Kebutuhan akan pakan ikan dapat tercukupi, karena ikan mempunyai daya jelajah pada wilayah yang relatif luas. Permasalahan akan kebutuhan pakan biasanya baru muncul pada saat organisme berada dalam lingkungan budidaya. Ketersediaan pakan sangat tergantung dari manusia yang memelihara baik dari jumlah, jenis maupun waktu pemberian.

Pakan alami hingga saat ini masih mutlak diperlukan dalam pemeliharaan larva, baik fin fish ataupun non fin fish. Oleh karena itu ketersediaan pakan alami merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha pembenihan.

Menurut Ismi (1998), menjelaskan bahwa plankton dibagi menjadi dua yaitu, 1. Fitoplankton sebagai produsen tingkat pertama, berklorofil dan mampu

mengadakan fotosintesa dengan sinar matahari contohnya Nannochloropsis

oculata, Chaetoceros sp., Skeletonema sp., Tetraselmis sp., Chlorella sp., Dunaliella sp., Spirulina sp. dan lain-lain.

2. Zooplanton merupakan konsumen tingkat pertama yang memanfaatkan fitoplankton, dan merupakan sediaan makanan alami bagi konsumen selanjutnya. Zooplankton yang biasa digunakan pada usaha pembenihan antara lain : Artemia salina, Branchionus rotundiformis, Daphnia sp., Moina sp. Menurut Coutteau (1996), fitoplankton merupakan dasar dari suatu mata rantai dalam ekosistem perairan, dapat dimanfaatkan langsung untuk pakan organisme budidaya non finfish dan sebagai pakan zooplankton. Disamping sebagai pakan hidup, fitoplankton juga berfungsi sebagai penstabil lingkungan dalam media pemeliharaan larva.

(3)

2 Pemilihan jenis pakan alami untuk organisme budidaya merupakan prakultur yang harus dicermati dengan baik. Menurut Donalson (1991), spesies yang dikultur di unit pembenihan harus berpedoman pada species target. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan pakan alami adalah :

1. Ukuran harus sesuai dengan bukaan mulut larva 2. Mudah dicerna

3. Tidak beracun

4. Mudah dikultur secara massal 5. Mengandung nutrisi yang tinggi

Beberapa jenis plankton dapat menghasilkan racun sehingga dapat membahayakan organisme yang dibudidayakan atau biota lainnya. Sebagai contoh, dinoflagellata yang menyebabkan red tide apabila terjadi blooming.

Pakan alami yang dibudidayakan secara massal mempunyai kemungkinan sebagai salah satu sumber infeksi parasit dan penyakit, walaupun jasad pakan alami tersebut tidak secara langsung sebagai inang atau vector organism penyebab parasit dan penyakit. Air yang digunakan sebagai media budidaya makanan alami dapat tertular penyakit atau parasit apabila penanganannya kurang memadai. Usaha-usaha untuk maminimalkan tertularnya air media budidaya makanan alami terhadap organisme penyebab penyakit dan parasit salah satunya dilakukan dengan memberikan desinfektan pada media budidaya makanan alami (Mudjiman, 2000).

Kandungan gizi pakan alami sangat menentukan pertumbuhan larva yang dipelihara. Plankton sebagai jasad makanan merupakan sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral bagi pemangsanya. Plankton sebagai jasad makanan harus dapat memenuhi kebutuhan gizi larva yang dipelihara.

1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud

Maksud dari praktikum Budidaya Makanan Alami adalah agar kita dapat mengetahui cara pembudidayaan makanan alami.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum Budidaya Makanan Alami adalah :  Dapat melakukan kultur pakan alami (fitoplankton) skala laboratorium

 Dapat melakukan kultur pakan alami (zooplankton) serta mengetahui teknik pembudidayaannya

(4)

3 1.3 Kegunaan Praktikum

Kegunaan dari praktikum Budidaya Makanan Alami dapat memperkenalkan berbagai macam teknik dalam kultur makanan alami. Diharapkan mahasiswa mampu menguasai teknik-teknik tersebut dan mampu mengaplikasikannya.

1.4 Waktu dan Tempat

Praktikum Budidaya Makanan Alami dilakukan di Laboratorium Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang pada tanggal 9 s/d 30 November 2013.

(5)

4 II. Materi dan Metode

Budidaya fitoplankton dibagi menjadi tiga tahap, yaitu isolasi dan pembuatan stok murni, pengembangbiakan stok, serta budidaya skala laboratorium dan massal.

2.1 Teknik Isolasi Fitoplankton (Metode Pipet Kapiler) 2.1.1 Dasar Teori

Untuk mendapatkan suatu biakan murni jenis plankton tertentu (khususnya algae). Metode untuk mengisolasi fitoplankton tergantung pada ukuran dan karakteristik fitoplankton. Ada lima metode isolasi yang dapat dilakukan yaitu metode isolasi secara biologis, metode isolasi pengenceran berseri, metode isolasi pengurangan sub-kultur, metode pipet kapiler, dan metode goresan atau metode media agar.

Teknik isolasi fitoplankton yang biasa dilakukan salah satunya ialah metode pipet kapiler. Prinsip dasarnya yakni dengan mengambil satu persatu tiap jenis plankton untuk mendapatkan biakan murni.

2.1.2 Alat dan Bahan

Alat : Bunsen, Korek Api, Pasteur Pipet, Tissue Culture Chamber, Pipet Kapiler, Mikroskop, Objek dan Cover Glass.

Bahan : Media (pupuk), Alkohol, Plankton (Algae). 2.1.3 Cara Kerja

1. Pasteur pipet dibakar ujungnya dan ditarik hingga didapatkan lubang dengandiameter mendekati ukuran plankton yang akan diisolasi

2. Plankton hasil saringan dari perairan umum diambil beberapa tetes dan ditempatkan pada objek glass dan diamati dibawah mikroskop

3. Plankton yang dikehendaki diambil satu persatu dengan pipet kapiler

4. Plankton yang telah didapat dibudidayakan pada tempat yang telah disediakan (tissue culture chamber yang telah diberi media)

5. Plankton yang telah diisolasi pada tissue culture chamber diamati setiap hari dibawah mikroskop

6. Apabila masih terdapat plankton yang tidak dikehendaki (terkontaminasi), maka dipisahkan dengan metode yang sama

7. Jika satu spesies yang dikehendaki telah berkembang, maka dibudidayakan pada tempat yang lebih besar.

(6)

5 2.2 Kultur Murni Fitoplankton Skala Laboratorium

2.2.1 Dasar Teori

Kultur skala laboratorium dimulai dari volume 0,5 hingga 3 – 5 liter. Air laut dengan salinitas tertentu harus disterilkan kemudian inokulum dimasukkan sebanyak kepadatan awal yang ditentukan, media kultur di pupuk terlebih dahulu.

Tujuan dari kultur skala laboratorium ialah lanjutan dari isolasi algae untuk mendapatkan biakan murni, kemudian dilanjutkan pada skala yang lebih besar (semi massal dan massal).

2.2.2 Alat dan Bahan

Alat : Toples, Selang Aerasi, Batu Aerasi, Aerator, Plastik, Karet, Gelang, Lampu, Pipet Tetes, Haemocytometer, Refraktometer,

Bahan : Air Laut, Air Tawar, Pupuk, Klorin 2.2.3 Cara Kerja

1. Toples disterilisasi menggunakan klorin dan dicuci dengan air tawar hingga bersih, kemudian diisi air laut salinitas 30 ppt (air laut dan air tawar)

2. Diberi pupuk tiap jenis 1 ml per liter media

3. Dimasukkan bibit awal (inokulan) dengan kepadatan tertentu

4. Setelah inokulan algae dimasukkan, toples ditutup plastik dan diaerasi terus- menerus

5. Toples diletakkan 20 cm dari lampu neon 20 watt sebagai sumber energi untuk fotosintesis serta suhu ruangan dikontrol

Dihitung perkembangan harian algae serta dilakukan kontrol harian terhadap kualitas air media budidaya

2.3 Kultur Zooplankton (Diatom) 2.3.1 Dasar Teori

Zooplankton merupakan konsumen tingkat pertama yang memanfaatkan fitoplankton, dan merupakan sediaan makanan alami bagi konsumen selanjutnya. Zooplankton yang biasa digunakan pada usaha pembenihan antara lain : Artemia salina,

(7)

6 2.3.2 Alat dan Bahan

Alat : Toples, Selang Aerasi, Batu aerasi, Aerator, Plastik, Karet Gelang, Pipet Volume, Refraktometer, Termometer

Bahan : Rotifer (Branchionus rotundiformis), air laut, Algae (Nannochloropsis

oculata), Ragi (Yeast), Air Tawar

2.3.3 Cara Kerja

1. Toples disterilisasi menggunakan klorin dan dicuci dengan air tawar hingga bersih, kemudian diisi air laut salinitas 30 ppt (air laut dan air tawar)

2. Diberi pupuk tiap jenis 1 ml per liter media

3. Dimasukkan bibit awal (inokulan) dengan kepadatan tertentu

4. Setelah inokulan algae dimasukkan, toples ditutup plastik dan diaerasi terus- menerus

5. Toples diletakkan 20 cm dari lampu neon 20 watt sebagai sumber energi untuk fotosintesis serta suhu ruangan dikontrol

2.4 Kultur Kista Artemia Salina 2.4.1 Dasar Teori

Naupli Artemia merupakan salah satu pakan dari jenis zooplankton yang digunakan pada hampir seluruh unit pembenihan. Naupli Artemia ini diperoleh dari hasil penetasan kista yang banyak diperjual belikan dalam bentuk kalengan. Tahapan penetasannya adalah Dekapsulasi dan Non Dekapsulasi. Dekapsulasi ialah proses penghilangan lapisan korion dari telur Artemia salina dengan larutan hipoklorit.

2.4.2 Alat dan Bahan

Alat : Termometer, Beaker Glass, Spatula, Botol Air Mineral, Aerator, Selang dan Batu Aerasi atau Blower, Toples, Plastik Hitam, Senter, Saringan Mesh size 100 µm,

Refraktometer

Bahan : Kista Artemia, Larutan Hipoklorit, Air Laut, Air Tawar 2.4.3 Cara Kerja Metode Dekapsulasi

1. 30 g kalsium hipoklorit dilarutkan dalam 300 ml air tawar

2. 1 g kista Artemia direndam dalam air tawar sebanyak 100 ml selama 1 jam 3. Keringkan (tiriskan)

4. Buat campuran 187,5 ml larutan kalsium hipoklorit (62,5% dari 300 ml) dan 11,25 g sodium hidroksida (75% dari 15 g) dan diaerasi dengan suhu tinggi 5. Masukkan kista Artemia selama 15 menit dan diamati suhu 35-36oC

(8)

7 6. Setelah 15 menit dicuci dengan air tawar

7. Perendaman diulang sekali lagi dengan menggunakan campuran 112,50 ml larutan kalsium hipoklorit dan 3,75 g sodium hidroksida (sisanya) sampai kista berubah warna dari abu-abu ke kemerah-merahan atau orange

8. Dibilas dengan air tawar sampai bersih 9. Dikeringkan

10. Ditempatkan dalam botol air mineral 1,5 liter (diisi 1 liter air laut) dan ditetaskan selama 12-18 jam

2.4.4 Cara Kerja Metode Non Dekapsulasi 1. Ditimbang 1 gr kista artemia 2. Dihitung jumlah kista artemia

3. Kista artemia dimasukkan kedalam toples yang berisi 1 liter air laut dan diaerasi terus-menerus

4. Setelah 24 jam dilakukan pemanenan dengan cara menutup toples dengan menggunakan plastik berwarna hitam dan disinari senter pada bagian bawah toples

5. Dilakukan penyifonan pada naupli artemia yang berada dibawah toples 6. Dihitung jumlah kista artemia yang menetas

2.5 Menghitung Plankton 2.5.1 Dasar Teori

Pertambahan kepadatan fitoplankton digunakan sebagai salah satu parameter untuk mengetahui pertumbuhan fitoplankton tersebut, selain itu juga digunakan untuk menghitung kepadatan bibit, kepadatan pada saat awal kultur, dan kepadatan pada saat akan dipanen. Kepadatan fitoplankton dapat dihitung menggunakan haemocytometer atau sedwichrafter (untuk yang berfilamen).

2.5.2 Alat dan Bahan

Alat : Haemocytometer, Pipet Tetes, Cover Glass, Mikroskop, Hand Counter, Tissue

Bahan : Lugol/Formalin, Aquadest, Fitoplankton 2.5.3 Cara Penggunaan Haemocytometer

1. Siapkan haemocytometer yang akan digunakan

2. Bersihkan permukaan haemocytometer dan cover glass dengan menggunakan tissue kering

3. Tutup haemocytometer pada bagian tengah dengan menggunakan cover glass

(9)

8 4. Ambil fitoplankton yang akan dihitung kepadatannya dengan menggunakan

pipet tetes

5. Apabila algae bergerak aktif, maka ditambahkan lugol/formalin

6. Tuangkan kedalam haemocytometer secara hati-hati (jangan sampai berlebih) dan jangan sampai ada gelembung udara

7. Letakkan dan amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100X 8. Bagi bidang pandang menjadi 4 bagian

(10)

9 10. Perhitungan fitoplankton dilakukan HANYA pada fitoplankton yang berada

dalam bidang pandang

11. Hitung jumlah total sel fitoplakton pada keempat bidang pandang kemudian di rata-rata dan dihitng sebagai (n)

12. Total kepadatan fitoplankton adalah : n X 104 sel/ml Luas Kotakan 1 mm2

Kedalaman 0,1 mm

Volume 0,1 mm3 atau 0,0001 cm3 (atau 0,0001 ml)

(11)

10 2.6 Pengenceran

2.6.1 Dasar Teori

Dalam usaha budidaya ketersediaan pakan alami cukup penting. Untuk itu pakan alami yang akan dikultur medianya harus sesuai dengan habitat di alamnya. Pada plankton air laut, salinitas merupakan bagian terpenting dalam menciptakan suasana media yang sama dengan habitat asalnya. Hal ini untuk menunjang keberhasilan usaha budidaya makanan alami tersebut. Untuk mengukur salinitas salah satunya menggunakan refraktometer, untuk mendapatkan salinitas tertentu pada media budidaya maka dapat menggunakan metode bujur sangkar, dan untuk menghitung volume dari plankton yang diperlukan untuk penebaran, maka dapat menggunakan metode pengenceran.

2.6.2 Alat dan Bahan Alat : Refraktometer

Bahan : Air Laut, Air Tawar, Plankton 2.6.3 Cara Penggunaan

2.6.3.1 Refraktometer

1. Bersihkan permukaan kaca refraktometer dengan aquadest 2. Keringkan dengan menggunakan tisu kering

3. Teteskan kembali aquadest pada permukaan kaca refraktometer untuk dikalibrasi (aquadest = salinitas 0 ppt)

4. Bersihkan dengan tissue kering

5. Teteskan dengan air media yang akan diukur salinitasnya dan diamati salinitas yang ditunjukkan pada refraktometer

6. Bersihkan refraktometer dengan menggunakan tissue kering 2.6.3.2 Metode Pengenceran

Rumus :

Keterangan :

(satuan volume dapat dalam satuan ml atau liter) V1 : Volume plankton untuk penebaran awal (ml) N1 : Jumlah plankton yang akan ditebarkan (sel/ml) V2 : Volume media budidaya yang dikehendaki N2 : Jumlah bibit yang dikehendaki (sel/ml)

(12)

11

21

21 2.6.3.3 Metode Bujur Sangkar

(A) (D)

(B) (E)

+

(F)

Keterangan :

(A) : Salinitas air tawar (B) : Salinitas air laut

(C) : Salinitas yang diinginkan (D) : Hasil Pengurangan (B-C) (E) : Hasil Pengurangan (A-C)

(F) : Hasil Penjumlahan (D+E) harus sama dengan selisih

Contoh Soal :

Kebutuhan air laut yang diinginkan adalah 35 ppt dengan volume bak media budidaya adalah 100 liter. Apabila seorang praktikan membutuhkan media 21 ppt dengan volume 7 liter. Berapa liter volume air laut dan air tawar yang dibutuhkan, jika konsentrasi air tawar 2 ppt.

Jawab :

2 14

35 19 +

33 33

Air Laut : (19/35) X 7 liter = 3,8 liter Air Tawar : (14/35) X 7 liter = 2,8 liter

Jadi air laut dan air tawar yang dicampurkan untuk mendapatkan salinitas 21 ppt adalah 3,8 liter air laut dan 2,8 liter air tawar dalam volume 7 liter.

(13)

12 Lampiran 1. Kebutuhan Pupuk Kultur Fitoplankton Skala Laboratorium (ppm)

Plankton Na2SiO35H2O B12 B1 EDTA ZA UREA TSP KNO3 FeCl3 Na2HPO4

Skeletonema costatum Chaetoceros calcitrans Tetraselmis chuii Spirulina sp. Dunaliella Chaetoceros sp. Chlorella Artemia

(14)

13 Lampiran 2. Gambar Plankton Yang Biasa Di budidayakan (dari berbagai sumber)

(15)

14 Lampiran 3. Komposisi Pupuk Untuk Kultur Fitoplankton

No Jenis Pupuk Komposisi

1 Na2SiO35H2O Larutan silikat stok :tambahkan 30 g Na2SiO3 ke dalam 1 liter aquades

2 Na2EDTA

(Na2C10H14O8N2H2O)

Larutan trace metal / EDTA

Stok primer : buat 5 stok 1 liter (g/liter akuades) 10,0 g CoCl2, 9,8 g CuSO4, 180 g MnCl2. 6,3 g Na2MoO4, 22,0 g ZnSO4

3 FeCl3.6 H2O Larutan stok; tambahkan 1 ml masing-masing larutan primer + 4,35 g Na2C10H14O8N2 + 3,15 g FeCl3. ke dalam 1 liter akuades

4 Na2HPO4 Larutan nitrat/phospat stok : tambah 75 g NaNO3 + 5 g Na2HPO4 ke dalam 1 liter akuades

(16)

15 Lampiran 4.Data Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data Pengamatan Harian Kultur Fitoplankton (Data Kelas)

Jenis Plankton/Kel Tgl Kepadatan (104sel/ml) Suh u (oC) pH Sal (ppt) Keterangan

(17)
(18)

17 Tabel 2. Data Pengamatan Harian Kultur Diatom (Data Kelas)

Kel Tgl Kepadat an (104sel/ ml) Suh u (oC) Sal (ppt) pH Vol Air (liter) Ket 1 2 3

(19)

18 4

(20)

19 6

7

(21)

20 9

10

(22)

21 12

13

(23)

22 15

(24)

23 Tabel 3. Data Kultur Dekapsulasi Kista Artemia salina (Data Kelas)

Kel Berat Kista (gr) Jumlah Kista (butir) Sal (ppt) Suhu (oC) pH Jumlah Naupli (ekor) Lama Kultur (jam) HR Kista (%) Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

(25)

24 Tabel 4. Data Kultur Non Dekapsulasi Kista Artemia salina (Data Kelas)

Kel Berat Kista (gr) Jumlah Kista (butir) Sal (ppt) Suhu (oC) pH Jumlah Naupli (ekor) Lama Kultur (jam) HR Kista (%) Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

(26)

25 Lampiran 5. Daftar Nama Asisten Budidaya Makanan Alami 2012

No Nama Telp

1 Soni Andriawan (Co) 089655906089 2 Atika Marisa 081217377851 3 Tholibah Mujtahidah 085755187145 4 Lusiana Ritonga 085262951322 5 Christin Ayu S. 087859584083 6 Hendra Budi Kusuma 085791314621 7 Sofyan Hadi 0818532016 ..

Gambar

Tabel 1. Data Pengamatan Harian Kultur Fitoplankton (Data Kelas)

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi-fungsi sendiri yang penulis buat pada hari ini adalah yang pertama fungsi untuk mengakses halaman tampilan tambah teks berjalan, kemudian fungsi yang kedua

Ryu dan Myung (2005) menyatakan bahawa apabila bebanan mental mencapai kemuncaknya, Seseorang itu akan menjadi bosan dan sering melakukan kesilapan. Hal ini dapat kita lihat

Perdarahan kelompok obat asam traneksamat lebih cepat berhenti dibanding dengan kontrol, karena asam traneksamat merupakan obat anti pendarahan atau hemostatik (obat

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka, analisis data, dan diskusi dapat disimpulkan bahwa aplikasi Zoom Cloud Metting merupakan salah satu media yang efektif digunakan

Penanaman mangrove dilaksanakan di pulau tirang, dengan Penanaman mangrove menggunakan bibit mangrove jenis Rhizophora Mucronata, penyampaian teknik penanaman mangrove

1. Guru dan kolaborator serta murid-murid harus punya tekad dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan komitmen itu terwujud dalam keterlibatan mereka

bahwa pelaksanaan hari dan jam kerja bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Walikota Probolinggo

Berdasarkan analisis SWOT, STT Simpson memiliki beberapa kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai strategi bersaing. Dalam matriks analisis SWOT