• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRAN KULTUR PAKAN ALAMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRAN KULTUR PAKAN ALAMI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR BUDIDAYA PERAIRAN KULTUR PAKAN ALAMI

Oleh

NAMA : HALIMI

NIM : G1E114208

KELOMPOK : 3 (Tiga)

ASISTEN : NOOR BORY (G1B111012)

ROZAK (G1B113024)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

(2)

2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas hasil laporan Praktikum Dasar-dasar budidaya perairan ini.

Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah dasar-dasar budidaya perairan dan asisten dosen yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun saya berharap isi dari laporan praktikum saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar tugas praktikum dasar-dasar budidaya perairan ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terimakasih, semoga hasil laporan praktikum saya ini bermanfaat.

Banjarbaru, 31 maret 2015

(3)
(4)

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR GAMBAR...iii I. PENDAHULUAN...1 A. Latar Belakang...1 B. Tujuan Praktikum...2

II. TINJAUAN PUSTAKA...3

III. METODE PRAKTIKUM...11

A. Waktu dan Tempat...11

B. Alat dan Bahan...11

C. Cara Kerja...11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...13

A. Hasil...13 B. Pembahasan...14 V. PENUTUP...17 A. Kesimpulan...17 B. Saran...17 DAFTAR PUSTAKA...18 LAMPIRAN...19

(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 Anantomi Daphnia sp...3

Gambar 2 Moina sp...6

Gambar 3 Jentik Nyamuk...8

Gambar 4 Daphnia sp...13

Gambar 5 Moina sp...13

(6)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam usaha budidaya ikan ada dua kegiatan yang sangat penting yaitu pembenihan ikan dan pembesaran ikan. Pembenihan ikan memegang peranan penting dalam pengembangan suatu usaha budidaya ikan. Salah satu faktor yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan suatu usaha pembenihan adalah ketersediaan pakan alami.

Pakan alami sangat diperlukan dalam budidaya ikan dan pembenihan, karena akan menunjang kelangsungan hidup benih ikan. Pada saat telur ikan baru menetas maka setelah makanan cadangan habis, benih ikan membutuhkan pakan yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Selama ini para pembudidaya ikan melakukan pemberian pakan ke benih ikan yang baru menetas dengan kuning telur matang dan susu bubuk. Pemberian pakan seperti ini berakibat kualitas air media sangat rendah. Disamping air media cepat kotor dan berbau amis, berakibat pula kematian benih ikan sangat tinggi sampai sekitar 60 – 70%.

Salah satu pakan alami yang dapat dikembang biakkan secara mandiri dan tidak memerlukan biaya yang mahal adalah Daphnia. Daphnia merupakan hewan uji yang biasa digunakan dalam uji hayati (bioassay) yang resmi di sahkan oleh organisasi internasional seperti US Environment Protection Agency (EPA), European Economic Community (EEC), Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), dan dibutuhkan oleh setiap negara untuk uji regulasi . Dalam pembudidayaan ikan, pemberian Daphnia atau jenis zooplankton lain sebagai pakan ikan dikenal dengan sebutan pakan hidup. Daphnia sebagai pakan alami memiliki

(7)

beberapa kelebihan yaitu kandungan nutrisinya yang cukup tinggi, memiliki ukuran sesuai dengan ukuran mulut larva, pergerakan yang lambat sehingga mudah ditangkap oleh larva ikan, serta tingkat pencemaran terhadap air kultur akan lebih rendah daripada menggunakan pakan buatan.

Daphnia sp. mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan mudah dicerna dalam usus benih ikan. Ukuran tubuhnya yang relatif kecil sangat sesuai dengan lebar bukaan mulut larva/benih ikan. Sifatnya yang selalu bergerak aktif akan merangsang benih/larva ikan untuk memangsanya dan dapat memberikan gizi secara lengkap sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum budidaya pakan alami adalah sebagai berikut:

1. Untuk menyiapkan pakan alami bagi anakan ikan betok yang akan di pelihara pada praktikum pemijahan ikan betook.

2. Untuk mempelajari cara-cara pengkulturan Daphnia sp. Moina sp. dan Jentik nyamuk dengan proses fermentasi rumput dan batang pisang.

(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi, Morfologi dan Reproduksi Daphnia sp 1. Klasifikasi Daphnia sp.

Klasifikasi Daphnia sp. adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea Sub kelas : Branchiopoda Divisi : Oligobranchiopoda Ordo : Cladocera

Sub ordo : Eucladocera Famili : Daphnidae Genus : Daphnia Spesies : Daphnia sp.

2. Morfologi Daphnia sp. Gambar 1 Anantomi Daphnia sp.

(Sumber http://www.cals.ncsu.edu)

Daphnia sp. berukuran kecil, kebanyakan plankton, Crustacea, antara 0,1 dan 3,0 mm (Pangkey, 2009). Bentuk tubuh Daphnia sp. lonjong dan segmen badan tidak terlihat. Pada bagian ventral kepala terdapat paruh. Kepala mempunyai lima

(9)

pasang apendik, yang pertama disebut antenna pertama, kedua disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Tiga pasang yang terakhir adalah bagian-bagian dari Mulut. (Mokoginta, 2003).

Pada bagian kepala terdapat sebuah mata majemuk (ocellus) dan lima pasang alat tambahan, yang pertama disebut antena pertama, yang kedua disebut antena kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak.

Tiga pasang yang terakhir adalah bagian-bagian dari mulut (Mokoginta, 2003). Umumnya cara berenang Daphnia sp. berupa hentakan-hentakan, tetapi ada beberapa spesies yang tidak bisa berenang dan bergerak dengan merayap karena telah beradaptasi untuk hidup di lumut dan sampah daun-daun yang berasal dari dalam hutan tropic (Suwignyo, 1989 dalam Casmuji, 2002).

3. Reproduksi Daphnia sp.

Daphnia sp. bereproduksi secara partenogenesis dan seksual (Curtis dan Barnes, 1989 dalam Anonim, 2007). Partenogenesis adalah cara reproduksi tanpa pembuahan. Reproduksi secara partenogenesis dapat ditemui hampir di semua kawasan sepanjang tahun dan hanya menghasilkan individu betina (Pennak 1989, dalam Anonim, 2007).

Telur akan matang dengan sendirinya di organ ovarium yang kemudian secara tidak bersamaan akan masuk ke kantung pengeraman (brood chamber) melalui oviduk. Jumlah telur yang dihasilkan dalam sekali bertelur bervariasi antara 2-40 butir telur tetapi umumnya 10 sampai 20 butir. Pada suhu 10˚C, Daphnia sp. membutuhkan waktu 11 hari untuk menjadi dewasa dan 2 hari pada suhu 25˚C (Delbare dan Dhert, 1996 dalam Anonim, 2007).

Pada saat kondisi kurang baik, seperti adanya perubahan suhu, kurangnya makanan dan akumulasi limbah, produksi telur secara parthenogenesis menjadi

(10)

berkurang bahkan beberapa menetas dan telur berkembang menjadi individu jantan (Hickman, 1967 dalam Casmuji, 2002).

Dengan berkembangnya Daphnia sp. jantan, maka populasi mulai bereproduksi secara seksual (Sari, 2010). Kondisi yang merangsang terbentuknya telur yang menghasilkan individu jantan meliputi akumulasi limbah yang mengakibatkan tingginya populasi Daphnia sp. berkurangnya makanan dan suhu media mencapai 14-17°C (Pennak, 1989 dalam Anonim, 2007).

B. Klasifikasi, Morfologi dan Reproduksi Moina sp. 1. Klasifikasi Moina sp.

Klasifikasi Moina sp. adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Subphylum : Crustacea Class : Branchiopoda Order : Cladocera Family : Moinidae Genus : Moina Spesies : Moina sp.

Klasifikasi dalam biologi membedakan plankton dalam dua kategori utama yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton meliputi semua tumbuhan yang berukuran kecil seperti spirulina, chorella, sedangkan yang termasuk dalam zooplankton adalah semua organisme renik yang meliputi hewan yang umumnya renik. Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam air. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya (Nontji, 2005).

(11)

Pada phylum Arthropoda, jenis Moina sp. banyak terdapat di perairan tawar karena pada sungai banyak terdapat makanan Moina sp. yaitu fitoplankton dan juga terdapat banyak zat hara yang terbawa oleh arus (Juwana, 2001).

2. Morfologi Moina sp. Gambar 2 Moina sp.

(Sumber: http://blog.djarumbeasiswaplus.org)

Moina sp. merupakan kelompok udang renik yang termasuk dalam filum Crustacea, kelas Entomostraca, ordo Phylopoda, dan subordo Cladocera. Ukuran Moina sp. berkisar antara 500-1.000 mikron (Mudjiman, 2008 dalam Bangulu, 2014). Ciri khas dari Moina sp. adalah bentuk tubuh pipih ke samping, dinding tubuh bagian punggung membentuk suatu lipatan sehingga menutupi bagian tubuh beserta anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya. Bentuk tubuh Moina sp. tampak seperti sebuah cangkang kerang-kerangan. Cangkang di bagian belakang membentuk sebuah kantong yang berguna sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur.

Ciri-ciri morfologi Moina sp. adalah berwarna merah karena mengandung haemoglobin, bergerak aktif, bentuk tubuh Moina sp. membulat, perkembangbiakannya secara sexual dan parthenogenesis, bentuk tubuhnya bulat,

(12)

segmen badan tidak terlihat. Pada bagian ventral kepala terdapat paruh. Pada bagian kepala terdapat lima pasang apendik atau alat tambahan, yang pertama disebut antena pertama (antennule), yang kedua disebut antenna kedua yang mempunyai fungsi utama sebagai alat gerak. Sedangkan tiga pasang alat tambahan lainnya merupakan alat tambahan yang merupakan bagian-bagian dari mulut.

Tubuh Moina sp. ditutupi oleh cangkang dari kutikula yang mengandung khitin yang transparan, dibagian dorsal (punggung) bersatu tetapi dibagian ventral (perut) berongga/terbuka dan terdapat lima pasang kaki yang tertutup oleh cangkang. Ruang antara cangkang dan tubuh bagian dorsal merupakan tempat pengeraman telur. Pada ujung post abdomen terdapat dua kuku yang berduri kecil-kecil (Mudjiman, 2008 dalam Bangulu, 2014).

3. Reproduksi Moina sp.

Perkembangbiakan Moina sp. dapat dilakukan melalui dua cara yaitu asexual atau parthegonesis (melakukan penetasan tanpa di buahi) dengan cara sexual (melakukan penetasan telur dengan melakukan perkawinan/pembuahan terlebih dahulu). Pada kondisi perairan tidak menguntungkan, induk betina menghasilkan telur istirahat yang akan segera menetas pada saat kondisi perairan sudah baik kembali. Moina sp. mulai menghasilkan anak setelah berumur empat hari dengan jumlah anak selama hidup sekitar 211 ekor. Setiap kali beranak rata-rata berselang 1,25 hari, dengan rata-rata jumlah anak sekali keluar 32 ekor/hari, sedangkan umur hidup Moina sp. adalah sekitar 13 hari (Anonim, 2012).

Moina sp. biasa hidup pada perairan yang tercemar bahan organik, seperti pada kolam dan rawa. Pada perairan yang banyak terdapat kayu busuk dan kotoran hewan, Moina sp. akan tumbuh dengan baik pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 14-30 °C dan pH antara 6,5 – 9. Jenis makanan yang baik untuk

(13)

pertumbuhan Moina sp. adalah bakteri. Untuk menangkap mangsa, Moina sp. akan menggerakan alat tambahan pada bagian mulut, yang menyebabkan makanan terbawa bersama aliran air ke dalam mulut (Anonim, 2012).

C. Klasifikasi, Morfologi dan Reproduksi Jentik Nyamuk 1. Klasifikasi Nyamuk

Klasifikasi nyamuk adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda Class : Insecta Order : Diptera Family : Culicidae

2. Morfologi Jentik Nyamuk Gambar 3 Jentik Nyamuk

(Sumber http://isroi.com/)

Tubuh jentik nyamuk terlihat berulir dan berwarna kelabu kehitaman. Adapun panjang tubuhnya berkisar 10 - 25 mm. Siklus hidup jentik nyamuk sejak menetas hingga menjadi nyamuk dewasa sekitar 5 - 6 hari.

(14)

Terdapat beberapa jenis jentik nyamuk, tergantung jenis nyamuk induknya. Namun, secara umum jenis jentik nyamuk tersebut dapat dikonsumsi oleh ikan. Jentik berumur 2 - 3 hari sangat cocok sebagai pakan alami ikan.

3. Reproduksi Nyamuk

Lamanya kawin dan jumlah telur yang dihasilkan oleh nyamuk betina bervariasi, tergantung jenisnya. Nyamuk Aedes albopictus, misalnya kawin selama 6 – 20 hari dan bertelur 1 – 5 kali. Seluruh telur yang dihasilkan mencapai 11 – 152 butir. Sementara itu, nyamuk Aedes aegypti kawin selama 8 – 30 hari dan bertelur 1 – 7 kali. Jumlah telur seluruhnya mencapai 94 – 237 butir. Namun, umumnya jumlah telur nyamuk Aedes aegypti betina setiap kali bertelur 13 – 131 butir (Bachtiar, 2003).

Fase perkembangan nyamuk dari telur hingga menjadi nyamuk dewasa sangat menakjubkan. Telur nyamuk biasanya diletakkan pada daun lembap atau kolam yang kering. Pemilihan tempat ini dilakukan oleh induk nyamuk dengan menggunakan reseptor yang ada di bawah perutnya. Reseptor ini berfungsi sebagai sensor suhu dan kelembapan. Setelah tempat ditemukan, induk nyamuk mulai mengerami telurnya.

Telur-telur itu panjangnya kurang dari 1 mm, disusun secara bergaris, baik dalam kelompok maupun satu persatu. Beberapa spesies nyamuk meletakkan telur-telurnya saling berdekatan membentuk suatu rakit yang bisa terdiri dari 300 telur. Setelah itu, telur berada pada masa periode inkubasi (pengeraman). Pada periode ini, inkubasi sempurna terjadi pada musim dingin. Setelah itu larva mulai keluar dari telurnya semua dalam waktu yang hampir sama. Anak Nyamuk atau ENCU Sampai siklus pertumbuhan ini selesai secara keseluruhan. Larva nyamuk akan berubah kulitnya sebanyak 2 kali.

(15)

Selesai berganti kulit, nyamuk berada pada fase transisi. Fase ini dinamakan "fase pupa". Pada fase ini, nyamuk sangat rentan terhadap kebocoran pupa. Agar tetap bertahan, sebelum pupa siap untuk perubahan kulit yang terakhir kalinya, 2 pipa nyamuk muncul ke atas air. pipa itu digunakan untuk alat pernapasan.

Nyamuk dalam kepompong pupa yang cukup dewasa dan siap terbang dengan semua organnya seperti antenaa, belalai, kaki, dada, sayap, perut, dan mata besar yang menutupi sebagian besar kepalanya. lalu kepompong pupa disobek di atas. Tingkat ketika nyamuk yang telah lengkap muncul ini adalah tingkat yang paling

membahayakan.

Nyamuk harus keluar dari air tanpa kontak langsung dengan air, sehingga hanya kakinya yang menyentuh permukaan air. Kecepatan ini sangatlah penting, meskipun angin tipis dapat menyebabkan kematiannya. Akhirnya, nyamuk tinggal landas untuk penerbangan perdananya setelah istirahat sekitar setengah jam.

Culex tarsalis bisa menyelesaikan siklus hidupnya dalam tempo 14 hari pada 20 °C dan hanya sepuluh hari pada suhu 25 °C. Sebagian spesies mempunyai siklus hidup sependek empat hari atau hingga satu bulan. Larva nyamuk dikenal sebagai jentik dan didapati di sembarang bekas berisi air. Jentik bernafas melalui saluran udara yang terdapat pada ujung ekor. Pupa biasanya seaktif larva, tetapi bernafas melalui tanduk thorakis yang terdapat pada gelung thorakis. Kebanyakan jentik memakan mikroorganisme, tetapi beberapa jentik adalah pemangsa bagi jentik spesies lain.

(16)

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum dasar-dasar budidaya perairan budidaya pakan alami dilaksanakan di Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, adapun waktunya pada hari Kamis 26 Pebruari 2015.

B. Alat dan Bahan 1. Alat:

Adapun alat dan yang digunakan adalah sebagai berikut: - Parang - Sikat - Kolam Semen - Selang - Baskom 2. Bahan:

Adapun Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: - Batang Pisang

- Rumput - Air Sungai

(17)

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum kali ini adalah

- Bersihkan kolam semen yang akan digunakan untuk kultur pakan alami - Potong batang pisang dan rumput menggunakan parang

- Masukan batang pisang dan rumput yang sudah dipotong ke dalam kolam semen yang digunakan untuk kultur pakan alami

- Ambil air sungai yang diharapkan akan membawa bibit pakan alami menggunakan baskom

(18)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Daphnia sp. Gambar 4 Daphnia sp. (Sumber www.flickr.com) 2. Moina sp. Gambar 5 Moina sp. (Sumber http://www.harpercollege.edu/)

(19)

3. Jentik Nyamuk Gambar 6 Jentik Nyamuk

(Sumber http://www.cals.ncsu.edu/) B. Pembahasan

1. Daphnia sp.

Daphnia sp. banyak terdapat di alam, terutama di daerah comberan dan daerah persawahan. Biasanya Daphnia sp. akan tumbuh subur pada perairan yang banyak mengandung bahan organik. Di samping bisa diperoleh langsung dengan melakukan penangkapan dari alam, Daphnia sp. juga bisa dibudidayakan. Selain cara mendapatkan Daphnia sp. yang cukup repot, untuk daerah-daerah yang tidak banyak comberan dan persawahan juga akan kesulitan mendapatkan Daphnia sp. dari alam. Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhan pakan ikan, terutamapadafase pembenihan, maka Daphnia sp. ini haru dibudidayakan atau dikulturkan sendiri. Cara membudidaya Daphnia sp. cukup mudah.

(20)

Pada praktikum kali ini kita membudidayakan pakan alami Daphnia sp. dengan menggunakan media kolam, karena Daphnia sp. hidup di air tawar maka air yang digunakan untuk mengkultur Daphnia sp. adalah air sungai bersih yang diharapkan membawa bibit Daphnia sp., media yang dipakai pada praktikum kultur pakan alami ini adalah media batang pisang dan rumput kering. Media ini digunakan sebagai tempat tumbuhnya dan berkembangbiaknya Daphnia sp. yang nanti akan digunakan sebagai tempat penetasan telur ikan betok pada praktikum selanjutnya.

2. Moina sp.

Moina sp.banyak dijumpai di perairan yang banyak mengandung bahan organik seperti kolam atau rawa yang banyak. Terdapat rumput-rumput mati atau kayu yang membusuk dan ada kotoran hewan yang menghasilkan mikroorganisme. Di daerah seperti itu biasanya banyak terdapat fitoplankton, zooplankton, detritus dan bakteri yang merupakan pakan Moina sp.

Moina sp adalah jenis plankton yang penting sebagai pakan alami alternatif karena ukurannya sesuai bukaan mulut larva ikan. Kutu air ini juga bisa menjadi pakan alami pada pendederan ikan betok. Moina sp. dimasukkan ke kolam pendederan sebagai inokulan pada proses persiapan kolam untuk menumbuhkan pakan alami. Selain itu, peralihan penggunaan Moina sp. sebagai pakan alami untuk larva ikan dan pendederan ikan akan menurunkan biaya produksi.

3. Jentik Nyamuk

Nyamuk dikenal sebagai insekta yang merugikan krena menyebabkan penyakit malari dan demam berdarah pada manusia, meskipun menyebabkan penyakit,

(21)

nyamuk dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami, untuk benih ikan. Hanya saja tidak dalam bentuk nyamuk, tetapi berupa jentik.

Jentik nyamuk merupakan larva hasil dari telur nyamuk yang menetas di perairan. Nyamuk termasuk jenis serangga, serangga ini hidup didarat dan bersayap sehingga dapat terbang. Alat pada mulutnya berfungsi sebagai penusuk dan penghisap sari makanan. Karena itu, bentuk mulut nyamuk runcing dan memanjang.

Nyamuk jantan hanya memakan sari buah atau cairan tumbuhan. Namun, nyamuk betina membutuhkan darah segar untuk berkembang biak. Darah segar diperoleh nyamuk betina dengan cara menghisap darah manusia, darah hewan unggas atau mamalia. Setelah menghisap darah, nyamuk betina melangsungkan perkawinan dengan nyamuk jantan selama 1 - 8 hari. Setelah itu, nyamuk betina mulai bertelur di perairan.

(22)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pengamatan dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan antara lain :

1. Pakan alami mempunyai peranan yg sangat penting dalam upaya pembenihan ikan, guna meningkatkan keberhasilan pembenihan ikan.

2. Pakan alami yang didapatkan dalam praktikum kali ini adalah Daphnia sp, Moina sp, dan Jentik nyamuk.

3. Pakan alami mempunyai kelebihan yaitu kista pakan alami mempunyai ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut benih ikan.

B. Saran

Mengingat betapa pentingnya kegunaan dari pakan alami khususnya untuk budidaya ikan pada stadium benih / larva, maka pada saat praktikum, praktikan diharapkan dapat lebih memahami dan mengetahui cara membuat pakan alami dan memperhatikan dengan sungguh-sungguh instruksi dari dosen dan asisten dosen.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Teknik Produksi Pakan Alami Budidaya Daphnia sp dan Moina sp. http://karyatulisilmiah.com/laporan-teknik-produksi-pakan-alami-budidaya-daphnia-sp-dan-moina-sp/. [9 Maret 2015].

Bachtiar, I. Y., & Lentera, T. (2003). Menghasilkan Pakan Alami untuk Ikan Hias. AgroMedia.

Bangulu, A. B. (2014). Tingkat Kepadatan Moina Sp Dengan Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Kandang Yang Berbeda Di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Gorontalo).

Casmuji. 2002. Penggunaan Supernatan Kotoran Ayam dan Tepung Terigu dalam Budidaya Daphnia sp. [Skripsi]. Fakultas Perikanan. Institut pertanian Bogor, Bogor, 52 hlm.

Fani, Masani. 2012. Monosodium Glutamat Sebagai Bahan Nutrisi untuk

Pengembangan Kultur Daphnia Magna, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

H, Martinus Andri. (2013). Produksi Ikan Nila Merah (Orechromis niloticus) Jantan Menggunakan Madu Lebah Hutan. S1 thesis, UAJY. [Online].

Tersedia:http://e-journal.uajy.ac.id/3965/. [9 Maret 2015]

Jusadi, Dedi. 2003. Budidaya Pakan Alami Air Tawar Modul Budidaya Daphnia sp. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya, Jakarta. Mokoginta, I., Jusadi, D., & Pelawi, T. L. (2003). The Effect of Enriched Daphnia

sp. with Different Source of Oil on the Survival Rate and the Growth of Oreochromis niloticus Larvae. Jurnal Akuakultur Indonesia, 2(1), 7-11. Nontji, A. Dr., 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Romimohtarto, K., & Juwana, S. (2001). Biologi laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.

(24)
(25)

Foto-foto dokumentasi praktikum

Proses pemotongan batang pisang Batang pisang yang sudah dipotong Peletakan batang pisang dan rumput Pengisian air pada kolam

(26)

Gambar

Gambar 1 Anantomi Daphnia sp.
Gambar 2 Moina sp.
Gambar 6 Jentik Nyamuk

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan pengkayaan (nutrient) pakan alami (rotifer dan naupli Artemia) terhadap pertumbuhan larva dan penampilan warna benih ikan balong

Pertumbuhan berat relatif larva ikan betok hingga berukuran benih yang diberikan pakan alami hasil pemupukkan selama uji coba 30 hari terjadi pertumbuhan berat relatif yang

Untuk mempelajari pengaruh pakan alami dan buatan terhadap pertumbuhan benih Clownfish, dilakukan penelitian pakan dengan nutrisi yang baik dari tiga perlakuan pakan yang

Peningkatan produksi benih lele, baik strain mutiara maupun payton, dapat menggunakan pakan alami, cacing sutera yang dikultur dengan media limbah pertanian untuk

Jenis pakan alami yang diberikan dalam pemeliharaan larva ikan kerapu adalah rotifera dan artemia. Untuk menjaga agar rotifera dan artemia tetap hidup maka diberi

Pertumbuhan berat relatif larva ikan betok hingga berukuran benih yang diberikan pakan alami hasil pemupukkan selama uji coba 30 hari terjadi pertumbuhan berat relatif

mikroalga yang sesuai sebagai pakan larva ikan dan udang dan tidak menutup kemungkinan untuk pakan biota air lainnya, mengingat nilai nutrisi yang cukup tinggi, mudah

Pengamatan praktikum penetasan kista Artemia dengan tujuan mengamati pembelahan kista Artemia hingga menjadi nauplius dilakukan selama tiga hari, terdiri dari