LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNIK PEMBENIHAN IKAN PEMIJAHAN ALAMI PADA IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp)
dan LAJU PERTUMBUHAN BENIH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Laporan Akhir Praktikum Teknik Pembenihan Ikan
Disusun Oleh: Kelompok 7 / Perikanan B Ade khoirul Umam 230110140082 Syifa Mauladani 230110140092 Indri Okfri Auralia 230110140100
Isma Yuniar 230110140103
Adi Prasetyo 230110140135
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum ”Laporan Akhir Praktikum Teknik Pembenihan Ikan Tentang Pemijahan Alami Pada Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp) Dan Laju Pertumbuhan Benih”. Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas laporan akhir mata kuliah Teknik Pembenihan Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Melalui kesempatan yang sangat berharga ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini, terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Ujang Subhan, selaku koordinator mata kuliah Teknik Pembenihan Ikan sekaligus membimbing dalam proses pembuatan laporan akhir ini. 2. Bapak Ujang Subhan, dan Bapak Ibnu Dwi Buwono Selaku Dosen
Pengampu Mata Kuliahn Teknik Pembenihan Ikan dan sekaligus membimbing dalam proses pembuatan laporan akhir ini.
3. Tim asisten laboratorium Teknik Pembenihan Ikan yang telah membantu dan mengarahkan dalam kegiatan praktikum Teknik Pembenihan Ikan. 4. Teman-teman sekelompok yang telah membantu dalam membuat laporan
akhir praktikum ini.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini, yang telah memberikan bantuan moral dan materiil dalam proses penyelesaian makalah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas segala bantuan yang telah diberikan. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jatinangor, Mei 2017
DAFTAR ISI
2.4 Hormon Yang Berperan Dalam Pemijahan Alami...7
2.5 Pengaruh Lingkungan Terhadap Tingkat Keberhasilan Pemijahan Buatan...9
2.6 Telur Ikan Lele...10
2.7 Larva Dan Benih Ikan Lele...11
3.3.3 Metode...14
3.4Parameter yang Diamati...15
3.5.1 Teknik Pemijahan Alami Dan Tingkat Keberhasilan...15
3.5.2 Teknik Penetasan Telur Lele...15
3.5.3 SR larva...16
3.5.4 SR benih...16
3.5.5 Laju Pertumbuhan Benih Lele...16
IV HASIL DAN PEMBAHASAN...18
4.1 Hasil Dan Pembahasan Kelas...18
4.2.1 Teknik Penetasan Telur...22
4.2.2 Teknik Pemeliharaan Larva Dan Benih...24
4.2.3 Perhitungan FCR, GR dan SGR...25
V PENUTUP...28
5.1 Kesimpulan...28
5.2Saran...28
DAFTAR PUSTAKA...29
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. karakteristik Induk Lele Jantan dan Lele Betina...7
2. Hasil Pengatamatan Kelas...18
3. Hasil Pengamatan Kelompok...21
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Budidaya ikan di Indonesia merupakan salah satu komponen yang penting pada sector perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang ketersediaan pangan nasional, menciptakan pendapatan dan lapangan kerja. Di samping itu budidaya ikan dianggap sebagai sector penting untuk mendukung perkembangan ekonomi. Salah satu budidaya ikan yang dikembangkan saat ini adalah budidaya ikan konsumsi.
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele berkembang dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat dan pemasarannya relatif mudah serta modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Lele Sangkuriang yang dihasilkan dari persilangan induk betina lele dumbo generasi kedua (F2) dengan induk jantan lele dumbo generasi keenam(F6). Hal ini dilakukan sebagai upaya dari BBPBAT (Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar) Sukabumi untuk mengembalikan kualitas lele dumbo seperti pertama kali didatangkan ke Indonesia. Proses tersebut terbukti telah menghasilkan lele berkualitas unggul mendekati kualitas lele dumbo ketika pertama kali didatangkan ke Indonesia. Kualitas lele sangkuriang antara lain kemampuan produksi yang tinggi, masa panen lebih cepat, lebih tahan terhadap penyakit, kemampuan bertelur dan daya tetas telur yang tinggi. Sehingga pada tahun 2004, lele hasil silang balik tersebut resmi dilepas oleh Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai komoditas baru ikan lele unggul melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KP.26./MEN/2004 tanggal 21 Juli 2004.
2
terjadi karena pengaruh lingkungan sekitar, biasanya terjadi di alam liar ketika musim penghujan. Pengaruh lingkungan ini dapat berupa perubahan suhu, DO, PH ataupun salinitas, dalam hal ini sinyal lingkungan yang diterima oleh ikan akan mempengaruhi kontrol endokrin untuk menghasilkan hormon yang mengakibatkan ketertarikan diantara ikan jantan dan betina sehingga terjadi pemijahan alami.
Umumnya pemijahan alami dilakukan pada ikan-ikan dari kelompok ikan yang mudah memijah. Umunya pemijahan terjadi secara spontan setelah induk jantan dan betina disatukan di dalam kolam pemijahan. Pada saat terjadi pemijahan, induk betina mengeluarkan telurnya kedalam air, dan pada saat hampir bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma dan membuahinya. Telur yang sudah terbuahi, pada jenis ikan tertentu ada yang bersifat menempel pada substrat, ada juga yang tidak menempel tetapi melayang-layang didalam air.
Untuk jenis ikan yang menempelkan telurnya pada substrat seperti lele sangkuriang, perlu disiapkan kakaban pada kolam pemijahan yaitu substrat buatan sebagai tempat menempel telur. Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit dua buah bambu. Jika kakaban dari ijuk sulit diperoleh dapat juga menggunakan rerumputan. Kakaban atau rerumputan dipasang dikolam pemijahan setelah unduk jantan dan betina dimasukkan kedalam kolam tersebut.Pemilihan induk yang baik dan matang gonad merupakan kunci keberhasilan pemijahan ikan secara alami.
1.2 IdentifikasiMasalah
1. Bagaimana cara memijahkan ikan lele secara alami?
2. Hormon apa saja yang digunakan dalam pemijahan alami ikan lele? 3. Bagaiamana cara pemeliharaan benih ikan lele?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum maturasi ini yaitu :
1. Mengetahui bagaimana teknik pemijahan alami ikan lele yang baik dan benar
2. Mengetahui bagaimana laju pertumbuhan ikan lele
4. Mempraktekkan dan mengaplikasikan teori yang didapat di lapangan. 5. Melatih kemampuan analisis mahasiswa untuk membaca dan memahami
fenomena sesungguhnya yang terjadi di lapangan.
1.4 Kegunaan
Kegunaan praktikum ini diharapkan praktikan dapat :
1. Mengetahui informasi tentang teknik pemijahan alami ikan lele yang baik dan benar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele
Ikan Lele (Clarias sp.) memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Jika terkena sinar matahari warna tubuh lele berubah menjadi pucat dan jika terkejut warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti moziak hitam-putih. Mulut lebar, memiliki 3 buah sirip tunggal, yakni sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur. (Khairuman dan Khairul Amri, 2002)
Lele memiliki tubuh memanjang (simetris radial), bagian kepala hingga punggung berwarna coklat kehitaman, pada bagian kepala hingga leher terdapat bercak warna putih. memiliki sungut empat pasang yang terletak disekitar mulut. Sepasang sungut hidung, sepasang sungut maksilar, dan dua pasang sungut mandibular.Sungut maksilar berfungsi sebagai tentakel, yaitu alat untuk meraba. (Murhananto, 2002).
Ikan Lele hidup liar di sungai, rawa-rawa, dan hamper di semua habitat air tawar. Setelah diternakan secara intensif, ternyata lele dapat tumbuh dengan cepat. (Murhananto, 2002). Di alam ikan lele memijah pada awal musim penghujan. Hal ini disebabkan pada musim penghujan, ikan lele menagalami rangsangan untuk memijah lantaran terjadinya peningkatan kedalaman air (Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
Dalam pemijahan ikan lele induk betina akan membuat sarang untuk meletakkan telurnya, bersamaan dengan itu induk jantan akan menyemprotkan spermanya disekitar telur-telur tersebut, sehingga telur terbuahi. Telur yang telah dibuahi akan di jaga oleh induk betina sampai menetas dan menjadi lele kecil yang kuat mencari makan sendiri. Telur-telur tersebut akan menetas dalam jangka waktu 2 – 3 hari (Sri Najiyati, 2004).
Ikan lele menyukai makanan alami berupa binatang renik, seperti kutu air dari kelompok daphnia, cladocera,atau copepoda. Dengan pola makannya itu ikan lele sangkuriang digolongkan sebagai ikan pemakan daging (Karnivora) dan ikan lele ini dapat juga memakan pakan buatan seperti pelet, limbah peternakan ayam, dan limbah peternakan lainnya.(Khairuman dan Khairul Amri, 2002).
4
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) adalah:
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidea Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias Sp.
Gambar 1. Ikan Lele 2.2 Pemijahan Alami
2.1.1 Seleksi Calon Induk
Langkah pertama untuk pemijahan ikan lele secara alami adalah dengan memilih induk betina dan jantan yang sudah matang gonad. Pilih sepasang ikan lele yang memiliki bobot seimbang, tujuannya agar salah satu induk tidak ketakutan terhadap induk lainnya. Keseimbangan bobot sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemijahan.
5
Pasang kakaban, bisa dibuat dengan ijuk yang dijepit dengan bambu seukuran area kolam. Gunakan pemberat agar kakaban tersebut tenggelam tidak mengapung di atas permukaan air. Kakaban berfungsi agar telur hasil pemijahan tidak berhamburan dan mudah dipindahkan. Buatlah kakaban sekokoh mungkin agar tidak berantakan oleh indukan yang aktif. Air untuk pemijahan ikan lele harus kaya oksigen, oleh karena itu berikan aerasi pada kolam pemijahan. Atau, apabila tersedia sumber air yang cukup buatkan aliran masuk dan keluar. Atur debit air sebanyak 2-3 liter per detik.
Waktu yang tepat untuk memasukan indukan kedalam kolam pemijahan adalah sore hari. Biasanya ikan lele akan memijah sekitar pukul 23.00 hingga pukul 05.00. Selama proses pemijahan ikan lele kolam harus ditutup, untuk mencegah induk ikan loncat keluar kolam. Pada pagi hari, biasanya proses pemijahan sudah selesai. Telur akan menempel pada kakaban. Telur yang berhasil dibuahi berwarna transparan sedangkan yang gagal berwarna putih susu.
Setelah proses pemijahan selesai, segera angkat induk dari kolam pemijahan ikan lele. Hal ini untuk menghindari telur disantap oleh induk ikan, karena setelah memijah induk ikan betina akan merasa lapar. Selanjutnya telur yang telah dibuahi ditetaskan. Penetasan bisa dilakukan di kolam pemijahan ataupun di tempat lain seperti akuarium, fiberglass atau kolam terpal. Selama proses penetasan suplai oksigen (aerasi) harus dipertahankan dan suhu distabilkan pada kisaran 28-29oC.
Telur yang telah dibuahi akan menetas dalam 24 jam menjadi larva. Setelah itu segera pisahkan telur yang gagal atau larva yang mati untuk mencegah tumbuhnya jamur. Larva yang menetas akan bertahan tanpa pemberian makanan tambahan selama 3-4 hari. Selanjutnya lakukan proses pemesaran larva.
2.1.2 Pemeliharaan Induk
6
Dalam pembesaran ikan lele sangkuriang ini dapat diberikan dedak yang dicampur dengan ikan rucah dengan perbandingan 9:1, atau dapat pula diberikan bekatul, jagung dan cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1, berat atau jumlah makanan yang diberikan berkisar antara 5 – 10 % per hari dari berat total ikan yang dipelihara (Nurhidayat, dkk., 2004).
Menurut Bramasta (2009) bahwa suhu air optimal dalam pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah 25 – 30 0C. Suhu di luar batas tersebut tentu akan mengurangi selera makan ikan lele sangkuriang. Untuk mendapatkan suhu itu, kolam perlu ditutup dengan tanaman air, dengan demikian air dalam kolam tidak terkena sinar matahari secara langsung.
2.1.3 Pemberokan
Pemberokan induk betina dilakukan dalam bak seluas 4 – 6m2 dan tinggi 1m, pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran dalam usus pencernaan dan mengurangi kandungan lemak dalam gonad. Setelah proses pemberokan selesai, kematangan gonad induk diperiksa kembali. Induce breeding (kawin suntik) adalah salah satu usaha untuk memproduksi benih ikan secara optimal yang tidak tergantung pada musim. Disamping itu, metoda ini dapat digunakan untuk memproduksi benih dari induk yang tidak mau memijah secara alami (Bramasta, 2009).
2.3 Reproduksi Ikan Lele
Reproduksi merupakan kemampuan indivudu untuk menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun ukurannya kecil, sehingga sintasan rendah. Sebaliknya ikan memiliki telur sedikit, ukurannya besar. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungnya (Fujaya, 2004).
7
gonad yang merangsang kelenjar hipofisa serta mengontrol perkembangan dan kematangan gonad dalam pemijahan (Sumantadinata, 1981).
Ikan lele juga dapat memijah sewaktu-waktu sepanjang tahun, apabila keadaan air kolam sering berganti. Pemijahan juga di pengaruhi oleh makanan yang diberikan. Makanan yang bermutu baik akan meningkatkan vitalitas ikan sehingga ikan lele lebih sering memijah.
Apabila telah dewasa, lele betina akan membentuk telur di dalam indung telurnya. Sedangkan lele jantan membentuk sperma atau mani. Bila telur-telurnya telah berkembang maksimum yaitu mencapai tingkat yang matang untuk siap dibuahi maka secara alamiah ikan lele akan memijah atau kawin.
Perkembangan telur dan sperma berlangsung di dalam tubuh lele dengan mekanisme pengaturan oleh zat yang disebut hormone kelamin gonadotropin atau gonade stimulating hormone (GSH). Bila lele mencapai tingkat dewasa, hormone gonadotropin secara alami akan terbentuk di dalam kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil. Awalnya hormone gonadotropin yang terbentuk sedikit kemudian dialirkan melalui darah ke dalam indung telur, sehingga terbentuklah telur-telur yang semakin besar dan banyak jumlahnya di dalam indung telur.
Sampai suatu saat telur-telur menjadi matang untuk dibuahi oleh sperma (fertilisasi). Namun kematangan telur yang terjadi dalam indung telur belum tentu segera diikuti oleh kemauan induk untuk memijah sehingga diperlukan rangsangan yaitu dengan mengubah iklim atau sifat-sifat air yang dapat membei rangsangan bagi lele untuk membentuk hormone gonadotropin lebih banyak lagi.
Perkembangan muakhir untuk merangsang pemijahan ikan lele saat ini dapat menggunakan hormone buatan atau hormone sintetis yang telah banyak diproduksi. Beberapa jenis hormone tersebut antara lain Ovaprim, HCG, LHRH. Persyaratan penggunaan hormone sintetis adalah induk lele hsrus sudah mengandung telur yang siap untuk memijah (matang gonad).
Karakteristik induk lele jantan dan lele betina
Lele jantan Lele betina
Kepalanya lebih kecil Kepalanya lebih besar
Warna kulit dada agak tua Warna kulit dada agak terang. Urogenital papilla (kelamin) agak
menonjol, memanjang ke arah
8
belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
Perutnya lebih langsing dan kenyal Perutnya lebih gembung dan lunak. Bila bagian perut di stripping secara
manual dari perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan putih kental (sperma)
Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
Kulit lebih halus Kulit lebih kasar
Tabel 1. Karakteristik induk lele jantan dan lele betina
2.4 Hormon Yang Berperan Dalam Pemijahan Alami
Menurut Harvey dan Hoar (1979) dan Harvey dan Carolsfeld (1993), dalam proses reproduksi, ikan dapat memijah karena adanya rangsangan hormon yaitu LH (Luteinizing Hormone) yang diproduksi dan dilepas oleh kelenjar hipofisa (pituitary gland) dan estrogen yang dihasilkan oleh sel-sel teca dari folikel. Pelepasan hormon LH dan estrogen dalam pemijahan ikan ini disebabkan oleh adanya pelepasan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) dalam hal ini LHRH (Luteininzing Hormone Releasing Hormone) dari hypothalamus. Pelepasan GnRH dari hypothalamus disebabkan adanya perintah dari Central Nervous Syatem (otak), akibat dari CNS menerima rangsangan dari luar atau lingkungan air sekitarnya. Oleh sebab itu, kepastian ikan akan dapat memijah sangat tergantung kepada kesesuaian atau kecocokan kondisi lingkungan air dimana ikan tersebut dipijahkan atau dikawinkan. Jadi kalau kondisi lingkungan air tidak cocok atau sesuai dengan kebutuhannya, maka ikan tersebut tidak akan dapat memijah. Untuk lebih jelasnya bagaimana mekanisme kerja antara faktor lingkungan, hypothalamus, hipofisa, gonad (ovarium), sehingga terjadi ovulasi dan pemijahan ikan dapat dilihat pada Gambar 2.
Menurut Cook (1990) dalam Darwisito (2002), ada beberapa hormon yang terlibat dalam pengaturan reproduksi atau pemijahan ikan. Hormon-hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar hipothalamus, hipofisa dan gonad. Adapun hormon-hormon tersebut adalah :
9
Kelenjar hipofisis anterior menghasilkan dua macam hormon yaitu Lutein Hormon (LH) dan Folikel Stimulating Hormon (FSH). Bila testis dirangsang oleh LH dari kelenjar hipofisis, maka sekresi testosteron selama kehidupan fetus penting untuk peningkatan pembentukan organ seks pria.
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk mensekresi testoteron. FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma tidak akan terjadi.
Perubahan spermatogenesis menjadi spermatosit dalam tubulus seminiferus dirangsang oleh FSH. Namun, FSH tidak dapat menyelesaikan pembentukan spermatozoa. Oleh karena itu, testosteron disekresikan secara serentak oleh sel intertisial yang berdifusi menuju tubulus seminiferus. Testosteron diperlukan untuk proses pematangan akhir spermatozoa.
2. Hormon Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka internal folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal mrlalui konfersi hormone androgen. Pada pria diproduksi juga sebagian di testis. Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Estrogen berfungsi untuk merangsang sekresi hormon LH.
Pada uterus: menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks: menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina. Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara, juga mengatur distribusi lemak tubuh. Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / generasi tulang. Pada wanita pascamenopouse, untuk pencegahan tulang kropos/ osteoporosis, dapat diberikan terapi hormone estrogen (sintetik) pengganti.
10
3. Hormon Steroid
Salah satu teknik reversal adalah dengan memberikan hormon steroid pada fase labil kelamin. Pada beberapa spesies ikan teleost gonochoristic, fisiologo kelamin dapat dengan mudah dimanipulasi melalui pemberian hormone steroid (piferrer et al. 1994). Nagy et al. (1981) menjelaskan bahwa keberhasilan manipulasi kelamin pada ikan menggunakan hormn dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : jenis dan umur ikan, dosis hormon, lama waktu, dan cara pemberian hormon serta lingkungan tempat pemberian hormon dilakukan
Ditekankan oleh Hunter dan Donaldson (1983), bahwa keberhasilan pemberian hormone sangat tergantung pada interval waktu perkembangan gonad, yaitu pada saat gonad dalam keadaan labil sehingga mudah dipengaruhi oleh hormon. Hormon steroid yang dihasilkan oleh jaringan steroidogenik pada gonad terdiri atas hormone androgen untuk maskulinasi, esterogen untuk feminisasi dan progestin yang berhubungan dengan proses kehamilan (Hadley 1992).
Namun pada tahap perkembangan gonad belum terdeferensiasi menjadi jantan atau betina, hormone steroid belum terbentuk sehingga pembentukan gonad dapat diarahkan dengan menggunakan hormone steroid sintetik (Hunter & Donaldson 1983).
2.5 Pengaruh Lingkungan Terhadap Tingkat Keberhasilan Pemijahan Buatan.
11
Beberapa faktor eksternal yang berperan penting bagi keberhasilan proses kematangan gonad untuk reproduksi adalah :
a) Photo Periode
Photo periode diduga berpengaruh secara langsung terhadap mekanisme saraf yang menentukan waktu pemijahan bagi ikan laut.
b) Suhu
Suhu juga berpengaruh terhadap waktu pemijahan, pematangan gonad dan keberhasilan pemijahan.
c) Substrat Pemijahan
Jika substrat yang sesuai belum ditemukan maka ovulasi tidak akan terjadi d) Ketersediaan Makanan
Pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial akan menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah.
e) Faktor Sosial (Hubungan antar periode)
Pada beberapa spesies ikan ovulasi akan terhambat jika kepadatan ikan pada suatu perairan.
2.6 Telur Ikan Lele
Diamater telur sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pemijahan, kuning telur yang merupakan sumber energi bagi embrio dan pada masa awal kehidupannya sebelum bisa makan pakan dari luar. Semakin besar volume kuning telur, maka cadangan makanan dari proses perkembangan embrio dan larva semakin terjamin. Diameter telur diamati pada ikan yang sudah berada pada tahap perkembangan kematangan gonad TKG III dan IV. Menurut Hoar (1969), lama pemijahan dapat juga diduga dari ukuran diameter telurnya, jika waktu pemijahan pendek, semua telur masak yang terdapat pada ovarium berukuran sama. Tetapi bila waktu pemijahan tersebut terus menerus pada waktu kisaran waktu yang lama, maka ukuran telur yang berada dalam ovarium berbeda-beda.
12
tahap dimana telur aktif dalam melakukan pembelahan dan terhenti pada tahap profase meiosis pertama (fase diplotein), pada fase diplotein ini dihasilkan oosit primer, sedangkan vitellogenesis merupakan tahap dimana terjadi pergerakan inti telur yang telah mengalami perkembangan diameter telur disebabkan oleh aktivitas MPF (Maturation Promoting Factor) untuk kemudian terjadi peleburan inti di bawah mikrofil yang disebut GVBD (Germinal Visicle Break Down) (Gambar 3). Nutrien hasil dari steroidogenesis yang berasal dari estradiol-17ß oleh hati diubah menjadi vitellogenin, kemudian oleh darah vitellogenin diangkut dan masuk ke dalam oosit fase diplotein itu, yang menyebabkan peningkatan akumulasi kuning telur dan diameter telur.
Gambar 2. Fase Pergerakan Inti Telur Ikan Lele
2.7 Larva Dan Benih Ikan Lele
Larva merupakan salah satu stadia paling kritis dalam siklus hidup ikan. Beberapa
faktor yang menyebabkan pemeliharaan larva memiliki tingkat kesulitan yang paling tinggi dalam pembenihan ikan antara lain adalah:
1. Larva memiliki tubuh dan bukaan mulut yang kecil, sehingga dalam pemberian pakan dan pengelolaan lingkungannya relatif sulit.
2. Larva membutuhkan pakan alami, sementara itu kegiatan ltultur pakan alami juga mengalami tingkat kesulitan yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, perlu diperhatikan factor-faktor yang mendukung dalam keberhasilan pemeliharaan larva, seperti padat penebaran pemeliharaan larva, pengelolaan kualitas air dan pemberian pakan yang benar.
13
bentuk kuning telur dan butir minyak. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sitip, mulut, mata dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses prkembangan organ tubuh larva. Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis). Pakan yang dibedkan berupa pakan yang memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan, pakan ikan juga bergerak sehingga mudah dideteksi dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang tinggi.
Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutra) atau Aftemra sp. Pakan tersebut diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pkan yang tersisa.
2.8 Laju Pertumbuhan Benih Lele
Kelangsungan hidup merupakan perbandingan antar organism yang hidup di awal dan akhir priode (Hermawan, 2012). Menurut Goddard (1996), faktor lingkungan dan ketersediaan pakan dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup. Nafsu makan ikan lele sangkuriang akan menurun apabila oksigen pada kolam budidaya rendah, sehingga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan dan kelangsungan hidup. Pergantian air merupakan Salah satu tindakan yang diglakukan guna menciptakan lingkungan ideal untuk kolam budidaya.
14
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pemijahan alami ikan lele dan laju pertumbuhan benih dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan Laboraturium Manajemen Sumberdaya Perairan, Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan dilaksanakan pada tanggal 1-14 April 2016.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam pemijahan alami pada ikan lele adalah: 1. Bak/akuarium penampung induk untuk menampung induk ikan lele
selama proses pemijahan yang terjadi secara alami.
2. Ember digunakan sebagai alat untuk memindahkan indukan ikan lele dari bak pemeliharaan lelel ke bak pemijahan.
3. Serok digunakan sebagai alat megambil indukan ikan lele.
4. Kakaban digunakan sebagai tempat melekatnya telur indukan ikan lele. 5. Sterofoam digunakan sebagai wadah pemeliharaan larva dan benih
ikan lele.
6. Timbagan digital digunakan sebagai alat untuk menimbang pakan harian benih ikan lele.
7. Pisau digunakan sebagai alat untuk mencacah pakan cacing sutera
1.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam pemijahan pada ikan lele adalah: 1. Indukan ikan lele sebagai ikan uji selama pemijahan alami .
2. Cacing sutera digunakan sebagai pakan benih ikan lele selama proses pemeliharaan.
14
3.1 Tahapan Praktikum 3.3.1 Persiapan Praktikum
1. Dimasukan kakaban sebagai substrat telur lele 2. Diseleksi indukan ikan lele
3. Dimasukan indukan lele yang telah diseleksi kedalam kolam yang sudah tersedia kakaban
4. Diberok ikan lele selama 1-3 hari
5. Diambil kakaban yang telah ada telurnya
6. Dipindahkan kakaban ke dalam styrofoam yang telah disiapkan di laboratorium
7. Diambi kakaban dan Dipisahkan antara telur yang menetas dan yang tidak menetas
8. Diberi pakan dengan cacing sutera
9. Disampling dan dihitung kebutuhan pakannya per hari
3.3.2 Pelaksanaan Praktikum
1. Diseleksi induk betina dan jantan dengan rasio 1:1
2. Dipindahkan indukan ke dalam kolam yang telah tersedia kakaban 3. Dipindahkan kakaban yang telah ada telurnya dari kolam pemijahan ke
wadah pemeliharaan yaitu sterofoam
4. Dipeliharan larva hingga benih dan indukan dari lele dipindahkan lagi kolam pemeliharaan
5. Diambil benih ikan lele sebanyak 300 ekor
6. Dipelihara benih dengan pemberian pakan cacing sutra
3.3.3 Metode
15
salinitas, dalam hal ini sinyal lingkungan yang diterima oleh ikan akan mempengaruhikontrol endokrin untuk menghasilkan hormon yang mengakibatkan ketrtarikan diantara ikan jantan dan betina sehingga terjadi pemijahan alami.
Pemijahan alam pada ikan merupakan suatu proses dimana fertilisasiatau masuknya sel sperma ke dalam sel telur secara lami tanpa adanya bantuan tangan manusia atau tanpa adanya proses streaping dan tanpa adanya bantuan hormanl yang di implantasikan ke dalam tubuh ikan.
3.4 Parameter yang Diamati
3.5.1 Teknik Pemijahan Alami Dan Tingkat Keberhasilan
Pemijahan alami hal yang mendasar adalah seleksi indukan ikan lele yang berada di kolam pemeliharaan berlokasi di Ciparanje FPIK Unpad dengan umur minimal 1 tahun dengan bobot 3 kg. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sunarma (2004) bahwa persyaratan reproduksi ikan lele antara lain umur minimal 1 tahun, berat 0,7-1 kg dan panjang 25-30 cm (betina) sedangkan umur minimal 1 tahun, berat 0,5-0,75 kg dan panjang 30-35 cm (jantan). Kemudian calo indukan mulai terlihat kejar-kejaran antara betina dan jantan, lele jantan mengembangkan bantalan otot di kepala merak dan tubuh jantan berubah warna menjadi kemerah merahan. Kemudian lele jantan dan betina akan mencari tempat yang tersembunyi seperti sudut kolam, tepian batu ataupun tempat yang memungkinkan untuk membangun sarang untuk melakukan proses pemijahan alami.
3.5.2 Teknik Penetasan Telur Lele
16
ketersediaan oksigen terlaryut dan penggantian air yang kotor akibat dari pembusukan telur yang tidak terbuahi. Dalam hal ini teknik penetasan tellur dilakukan secara almi yang terjadi di bak dimana indukan dari ikan lele dibuahi.
3.5.3 SR larva
Effendi (1997) menyebutkan bahwa untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
SR (%) = No XNt 100 % Keterangan:
SR : Kelangsungan hidup,survival rate ikan selama percobaan
Nt : Jumlah telur yang menetas (ekor)
No : Jumlah telur yang tidak menetas (ekor)
3.5.4 SR benih
Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
SR (%) = No XNt 100 % Keterangan:
SR : Kelangsungan hidup,survival rate ikan selama percobaan
Nt : Jumlah larva pada akhir percobaan (ekor)
No : Jumlah larva pada awal percobaan (ekor)
3.5.5 Laju Pertumbuhan Benih Lele
17
dan kelangsungan hidup. Pergantian air merupakan Salah satu tindakan yang diglakukan guna menciptakan lingkungan ideal untuk kolam budidaya.
Selama proses pemeliharaan benih ikan lele ketersedia pakan sangat penting agar pertumbuhan dari ikan lele terjadi secara normal. Pakan alami yang digunakan selama proses pemeliharaan benih yaitu cacing sutera yang diberikan secara rutin setiap harinya.
Laju pertumbuhan dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Zonneveild et al dalam Syandri (1996) dalam Arnentis dan Darmawati (2003) yaitu :
W = Wt-Wo Keterangan :
W = pertumbuhan mutlak rata-rata individu (g)
18
Berat Benih (gram) Berat Cacing yangDimakan (gram) Penambahan Bobot Ikan(gram) FCR Mingguan Minggu
19
Kelompok
GR Benih Lele (gram) SGR Benih Lele (%) Jumlah Benih Lele (ekor) Berat Ikan yang Mati(gram) Minggu
20
4.1.2 Pembahasan Kelas
Berdasarkan hasil pengamatan kelas yang telah di amati dapat dilihat pada tabel 2 bahwa terjadi kenaikan maupun penurunan yang secara perlahan keseluruhan benih ikan lele, cacing yang dimakan, pertambahan bobot benih. Hal tersebut terjadi disebabkan adanya pertambahan bobot yang terjadi setiap harinya yang disebabkan pemberian pakan yang secara rutin. Selain itu, terdapat juga perubahan seperti jumlah benih yang berkurang, SR Mingguan, sedangkan SGR mengalami kenaikan. Keadaan tersebut dapat di pengaruhi oleh adanya perubahan kondisi lingkungan yang berubah-ubah, seperti Suhu, pH, DO, kadar amonia, dan intensitas cahaya.
Pemberian pakan yang dilakukan yaitu pemberian pakan alami berupa cacing sutra karena memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu protein sebesar 57%, lemak sebesar 13.3%, serat kasar sebesar 2.04%, kadar abu sebesar 3.6%, dan air sebesar 87.7% serta bentuk tubuh yang kecil dan tipis yang sesuai dengan bukaan mulut larva ikan lele (Khairuman dkk 2008). Demikian juga penambahan bobot benih terjadi kenaikan dengan stabil.
Hasil pengamatan SGR dapat dilihat pada tabel 2 dimana dapat diketahui bahwa nila SGR benih ikan lele rata – rata perminggunya 35,73% - 52,99% dengan nilai terendah adalah kelompok 11 dan nilai tertinggi terdapat pada kelompok 12 yaitu sebesar 301,28%-562,51% hal tersebut menunjukan bahwa pakan dapat dicerna dengan baik oleh benih-benih ikan lele. Semakin besar laju pertumbuhan spesifik semakin baik pakan tersebut dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Meliani, 2002).
21
selama pemeliharaan terdapat 0,30-42,67 kg yang artinya setiap 0,30-42,67 kg pakan yang diberikan makan akan menghasilkan 1 kg daging. Nilai FCR yang tertinggi terdapat pada kelompok 6 yaitu sebesar 0,30 kg dan yang terendah terdapat pada kelompok 5 yaitu sebesar 42,67 kg.
Kematian benih dapat di akibatkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya perwatan selama pemeliharaan benih, seperti kondisi aerasi yang kurang diperhatikan mengakibatkan kandungan oksigen terlarut mengalami penurunan. Penyifonan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kemtian pada benih ikan karena berhubungan dengan kadar amonia yang terdapat pada wadah pemeliharaan.
1.2 Pembahasan Kelompok
22
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 7B bahwa terjadi penambahan berat benih yang secara perlahan, yang diakibatkan oleh pemberian pakan yang rutin. Kebutuhan cacing yang dimakan mengalami kenaikan karena semakin hari benih ikan lele semakin tumbuh dan memerlukan asupan makanan yang berubah-ubah, seperti Suhu, pH, DO, kadar amonia.
4.2.1 Teknik Penetasan Telur
Teknik penetasan telur pada proses pemijahan alami ikan lele yang dilakukan terdapat pada tabel 4 sebagai berikut:
Table 3. Teknik Penetasan Telur
Pembuatan kakaban
Kakaban yang digunakan pada saat pemijahan alami ikan lele adalah terbuat dari ijuk yang kenudia di rekatkan dengan menggunakan bambu yang sudah dipotong
23 diseleksi 300 ekor benih ikan lele untuk di pelihara skala lab pada wadah styrofoam
Pemberian memudahkan benih ikan lele memakannya
4.2.2 Teknik Pemeliharaan Larva Dan Benih
Pemberian pakan awal larva berupa cacing sutera menghasilkan pertumbuhan yang sama pada larva yang dihasilkan oleh induk ukuran besar dan kecil. Pemberian pakan cacing sutera terlebih dahulu dicacah agar sesuai dengan bukaan mulut dari larva. Hal ini diduga karena larva mampu memanfaatkan kedua jenis pakan yang diberikan. Selain itu, kandungan proksimat pada kedua jenis pakan sudah memenuhi kebutuhan nutrisi larva lele sangkuriang. Nilai kandungan protein pada cacing sutera yaitu 57,10% dan lemak 15,95% (Priyadi et al 2010). Selain itu, pemberian pakan pada larva juga harus disesuaikan dengan kondisi biomassa yang terdapat dapat wadah pemeliharaan, sehingga tidak terjadi kelebihan pakan maupun kekurangan pakan.
24
Jumlah benih ikan lele yang ditebar adalah sebanayak 300 ekor/sterofoam. Selama proses pemeliharaan benih suhu yang baik untuk pemebenihan ikan lele adalah berkisar antara 25-31oc.
Effendi (1997) menyebutkan bahwa untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup ikan dapat dilakukan perhitungan SR (Survival rate) adapun hasil dari perhitungan SR Larva yang didapatkan diakhir pememliharan benih adalah pada minggu pertama sebanyak 42,00 % dan pada minggu ke-2 didapatkan sebanyak 4,54 %. Selama proses pemeliharaan terjadi penuruan SR yang signifikan yang disebabkan dari kesalahan dari praktikan dan disebabkan kurangnya manejeman selama proses pememliharaan.
4.2.3 Perhitungan FCR, GR dan SGR
Berikut merupakan hasil perhitungan nilai FCR, SR, GR, dan SGR kelompok 7 B :
FCR
Efesiensi pakan = pertumbuhan biomassatotal pakan Efesiensi pakan minggu ke-1 = 30,4722,29gg
= 1,37 g
Efesiensi pakan minggu ke-2 = 54,5910,71gg = 5,09 g
Rata-rata efisiensi pakan = (1,37 g + 5,09 g)/2 = 3,23 g
Jadi, FCR rata-rata yang diperoleh selama 2 minggu pemeliharaan oleh kelompok 7B adalah 3,23 gr. Jika dibandingkan dengan hasil rata-rata dari kelas yaitu 7,30 maka kelompok 7B belom dapat dikatakan efisien dalam pemberian pakan dimana hasil FCR lebih rendah dibandingkan dengan rata – rata Nilai FCR kelas. Nilai FCR terbilang baik apabila perbandingannya sesuai antara pakan yang diberikan dengan sisa pakan sehingga terhitung hasil daging yang mengalami pertumbuhan oleh benih.
25
Rata-rata SR = (73,66% + 69,23%)/2 = 71,45 %
Jadi, nila SR rata-rata benih ikan lele yang diperole oleh kelompok 7B selama pemeliharaan 2 Minggu yaitu 71,45% artinya dapat dikatakan pemeliharaan larva ikan lele berhasil. Faktor yang memepengaruhi keberlangsungan hidup ikan lele yang perlu diperhatikan adalah padat tebar dan pemberian nutrisi pada ikan. Selain itu, hal yang perlu dperhatikan juga adalah kondisi kualitas air yang harus terjaga agar benih ikan lele tidak terserang oleh penyakit yang disebabkan oleh air yang kotor. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air (Yuniarti, 2006), sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit dan ikan dapat bertahan hidup.
GR
26
pertumbuhan, karena zat tersebut akan dipergunakan untuk menghasilkan energi mengganti sel-sel tubuh yang rusak (Handajani 2006), maka benih ikan lele tersebut dapat dikatakan bisa memenuhi kebutuhan nurtisi yang baik dengan pemberian pakan yang sesuai juga. SGR
SGR (%) = 100 x¿we−d¿ws
SGR minggu ke -1 = 100 xln 67,9−7ln13,77
= 18,62 %
SGR minggu ke -2 = 100 xln 54,59−7ln10,71
= 4,52 %
Rata-rata SGR = (18,62% + 4,52%)/2 = 11,57 %
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemijahan alami adalah pemijahan yang dilakukan dengan tidak adanya bantuan tangan dari manusia dan tidak menggunakan rangsangan hormon. Pemijahan alami diaawali dengan seleksi indukan yang sudah siap untuk di pijahkan.
- Larva yang dipelihara oleh kelompok 7B selama 2 minggu berjumlah 300 ekor, dengan rata-rata nila FCR 3,23 gr, SR 71,45 %, GR 2,09 gr, SGR 11,57 %.
- Hasil tersebut dapat dikategorikan sudah berhasil dengan baik. Jadi, selama proses pemijahan alami hingga pemeliharaan larva dan benih ikan lele.
- yang harus diperhatikan adalah padat tebar, jumlah nutrisi, kandungan oksigen terlarut dan kondisi kualitas air.
5.2 Saran
Disarankan bahwa untuk praktikum selanjutnya harus diperhatikan manejamen pemeliharaan dari benih ikan yng dimualai dari pemberian pakan sampai dengan penggantian air yang dilakukan secara berkala agar selama proses pemeliharan benih tidak terjadi kematian pada ikan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Chen, D. 2001. Biotechnologies For Improving Metabolism and Groeth A Review. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 14 (12): 1794 – 1802 p.
Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan.Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Cetakan pertama. Rineka Putra. Jakarta.
Effendie MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Bogor (ID): Yayasan Dewi.
Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. 163 hal
Rottmann, R.W., J.V. Shireman, and F.A. Chapman. 1991. Introduction to Hormon-Induced Spawning of Fish. SRAC Publication 421
Handoyo,B.,D.Day, C.Harimurti, Solaiman.2005. Decline in Fertilization and Hatching Rates of Green Catfish (Mystus nemurus) after Ovulation. Freshwater Aquaculture Development Center. Jambi.
Harvey., B. J. 1993. Cryopreservation Of Sarotherodon Mossambicus Spermatozoa. Aquacultur, 32: 313-320
Hoar, W. S. And Nagahama.1978. the celluler source of sex steroids in teleost gonads. Ann. Biol. Anim. Bioch. Biophys., 18(4):893-898
Kordi, Ghufran KM. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.
Nasrudin, 2010. Jurus Sukses Beternak Lele Sangkuriang. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal. Pratiwi R.D., 2014., Aplikasi affective Microorganisme Untuk Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang. Jurusan
30
biologi. Fakultas sains dan Teknologi. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta. Hal : 6-7,22
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina Rupa Aksara. Jakarta
Sinjal, H.J. 2007. Kajian Penampilan Reproduksi Ikan Lele (Clarias gariepinus) Betina melalui Penambahan Ascrobyl Phosphate Magnesium sebagai Sumber Vitamin C dan Implantasi Estradiol 17β. Tesis program pascasarjana. IPB. 7- 21 hal.
31
32
Lampiran 1. Kegiatan Praktikum
Seleksi indukan ikan lele Peletakan kakaban
Indukan ikan lele yang siap dipijahkan Seleksi benih ikan lele
33
lampiran 2. Prosedur Praktikum
Persiapan kolam tempat pemijahan alami ikan lele
Dilakukan seleksi induk, seleksi induk ikan lele dilakukan secara perlahan agar tidak terjadi stres
pada ikan
Dilakukan pembuatan kakaban untuk tempat melekat telur ikan lele
Dipersiapkan sterofoam sebagai wadah pemeliharaan benih ikan lele