• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Kloramfenikol

Menurut Ditjen BKAK RI (2014), uraian tentang Kloramfenikol sebagai berikut: Rumus struktur : OH H O2N C C CH2OH H NHCOCHCl2

Gambar 2.1 Struktur Kloramfenikol (Ditjen BKAK., 2014). Nama Kimia : D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-

[β-hidroksi-α-(hidroksimetil)-p-nitrofenetil]asetamida Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O

Berat Molekul : 323,13

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, larutan praktis netral terhadap lakmus, stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam aseton, dan dalam etil asetat (Ditjen POM., 2014).

Kloramfenikol merupakan antibiotik spectrum luas dan sesuai untuk mengobati berbagai macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Semula diperoleh dari sejenis Streptomyces (1947), tetapi kemudian dibuat secara sintetis. Antibiotikum berkhasiat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman gram negatif, juga terhadap spirochaeta, Chlamydia trachomatis dan

(2)

Mycoplasma. Bekerja bakterisid terhadap Str. Pneumonia, Neiss. Menigitidies dan H. Influenza (Tjay, 2007).

Kloramfenikol mempunyai efek samping umum berupa gangguan lambung-usus, neuropati optis dan perifer, radang lidah dan mukosa mulut. Tetapi yang sangat berbahaya adalah depresi sumsum tulang (myelodepresi) yang dapat berwujud dua bentuk anemia (Tjay, 2007).

Gambar 2.2 Spektrum Kloramfenikol (Moffat, dkk., 2005)

Dalam air, kloramfenikol memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 278 nm (A11 = 298a) dan dalam alkohol memiliki panjang gelombang maksimum

sebesar 271 (A11 = 178a) (Moffat, dkk., 2005).

2.1.2 Prednisolon

Menurut Ditjen BKAK RI (2014), uraian tentang Prednisolon sebagai berikut: Rumus struktur : CH2OH HO H CH3 CO OH CH3 H H H

Gambar 2.3 Struktur Prednisolon (Ditjen BKAK, 2014).

(3)

Rumus Molekul : C21H28O5

Berat Molekul : 360,45

Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai praktis putih, tidak berbau. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam methanol dan

dalam dioksan, agak sukar larut dalam aseton dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform (Ditjen POM, 2014). Prednisolon adalah glukokortikoid sintetik, memiliki lima kali potensi kortison asetat tetapi dalam dosis setara menyebabkan retensi natrium berkurang dan cairan meskipun beresiko lebih terhadap lambung. Glukokortikoid mempunyai efek antiradang, dalam klinik digunakan terutama untuk pengobatan kelainan pada jaringan kolagen, kelainan hematologis (leukemia) dan pernafasan (asma), untuk pengobatan rematik, pengobatan karena alergi tertentu, seperti dermatologis yang berat, penyakit saluran cerna (Laurence, 1973).

Efek samping dari prednisolon jika penggunaannya dilakukan jangka panjang menyebabkan seperti hipokalemia, tukak lambung, osteoporosis, muka bulat, atropi kulit, memperberat penyakit diabetes mellitus, mudah terkena infeksi, hipertensi, ganguan menstruasi, perubahan mental (Laurence, 1973).

(4)

Dalam Etanol, prednisolon memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 240 nm (A11 = 415a) (Moffat, dkk., 2005).

Saat ini, sangat banyak beredar produk obat yang mengandung kombinasi dua atau lebih bahan aktif. Kombinasi dimaksudkan agar obat dapat lebih efektif mencapai sasaran terapi. Salah satunya adalah kombinasi antara kloramfenikol dan prednisolon, yang digunakan untuk meringankan efek antiradang seperti dermatologis yang berat dan sebagai antibiotik.

2.2. Spektofotometri

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer merupakan penggabungan dari dua fungsi alat yang terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Khopkar, 1985).

Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik kemudian ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikian sebagi fungsi dari panjang gelombang (Rohman, 2007).

Ketika cahaya (monokromatik atau heterogen) mengenai medium homogen, suatu bagian dari cahaya yang ada akan dipantulkan, sebagian diserap medium, dan sisanya ditransmisikan, atau diteruskan (Day dan Underwood, 1998).

2.2.1. Hukum Lambert-Beer

Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum

(5)

Lambert-Beer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan (Rohman, 2007).

Hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan persamaan sebagai berikut: A = abc

Dimana: A = absorbansi a = absorptivitas b = tebal kuvet (cm) c = konsentrasi

Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang gelombang radiasi (Rohman, 2007).

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Rohman, 2007).

2.2.2. Kegunaan Spektofotometri

Metode spektrofotometri memiliki beberapa keuntungan antara lain kepekaan yang tinggi, ketelitian yang baik, mudah dilakukan, cepat pengerjaannya dan dapat digunakan untuk menentukan senyawa campuran (Munson, 1984).

Pada analisis kuantitatif dengan cara penetapan kadar senyawa yang mengabsorpsi radiasi ultraviolet-sinar tampak dengan membandingkan absorban sampel terhadap absorban senyawa standar yang konsentrasinya diketahui, diukur pada kondisi larutan yang sama Satiadarma, dkk., 2004)

(6)

2.2.3 Komponen Spektrofotometer Ultraviolet

Menurut Satiadarma, dkk., (2004) dan Rohman (2007), komponen spektrofotometer UV-Vis adalah sebagai berikut:

Gambar 2.5. Diagram spektrofotometer ultraviolet - visible

a. Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 200-400 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 400-800 nm.

b. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.

c. Optik-optik: dapat didesain untuk memecah sumber sinar melewati dua kompartemen.

d. Detektor: digunakan sebagai alat yang menerima sinyal dalam bentuk radiasi elektromagnetik, mengubah, dan meneruskannya dalam bentuk sinyal listrik ke rangkaian sistem penguat elektronika.

2.3. Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet

Analisis kuantitatif campuran dua komponen merupakan teknik pengembangan analisis kuantitatif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaanya adalah mencari absorban atau beda absorban tiap-tiap komponen yang memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah satu komponen dalam campurannya dengan komponen yang lainnya (Mulja dan Suharman, 1995).

(7)

Menurut Day dan Underwood (1998) ada beberapa kemungkinan yang terjadi pada spektrum absorban dua kompenen sebagai berikut:

a. Kemungkinan I

Pada Gambar 2.6 menunjukkan terjadi kemungkinan spektrum tidak tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang digunakan. X dan Y semata-mata diukur masing-masing pada panjang gelombang λ1 dan λ2.

Gambar 2.6 Spektrum absorban senyawa X dan Y b. Kemungkinan II

Gambar 2.7 Spektrum absorban senyawa X dan Y, spektrum X bertumpang tindih pada spektrum Y

Terjadi tumpang tindih satu cara dari Gambar 2.7 dimana Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ1, tetapi X memang menyerap cukup banyak

bersama-sama Y pada λ2. Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorban larutan

pada λ1, kemudian absorban yang disumbangkan oleh larutan X pada λ2 dihitung

(8)

dikurangkan dari absorban terukur larutan pada λ2 sehingga akan diperoleh

absorban yang disebabkan oleh Y, kemudian konsentrasi Y dapat diukur dengan cara yang umum.

c. Kemungkinan III

Pada Gambar 2.8 spektrum X dan Y saling tumpang tindih secara keseluruhan. Pada absorbansi maksimum dari komponen X pada λ1, komponen Y

memiliki absorbansi tersendiri. Begitu juga komponen Y pada λ2 , komponen X

memiliki absorbansi sendiri.

Gambar 2.8 Spektrum absorban senyawa X dan Y saling tumpang tindih

Menurut Andrianto (2009) pada penetapan kadar campuran multikomponen sulit dilakukan, sehingga untuk mengatasi hal itu diperkenalkan analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan beberapa panjang gelombang berganda.

Panjang gelombang dipilih berdasarkan spektrum tersebut mulai memberikan serapan sampai hampir tidak memberikan serapan, dimana konsentrasi larutan yang dipakai serapannnya memenuhi hukum Lambert dan Beer yaitu 0,2-0,8. Penentuan panjang gelombang dengan memilih lima panjang gelombang secara variabel bebas. Pada metode ini tidak diperlukan proses pemisahan komponen zat aktif karena kadar komponen kedua zat dapat ditetapkan secara bersama-sama (Andrianto, 2009).

(9)

2.4. Validasi Metode Analisis

Tujuan utama yang harus dicapai dari suatu kegiatan analisis kimia adalah dihasilkannya data hasil uji yang absah (valid). Secara sederhana hasil uji yang absah dapat digambarkan sebagai hasil uji yang mempunyai akurasi (accuracy) dan presisi (precission) yang baik. Validasi adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004).

Validasi metode analisis dilakukan dengan uji laboratorium, dengan demikian dapat ditunjukkan bahwa karakteristik kinerjanya telah memenuhi persyaratan untuk diterapkan dalam analisis senyawa atau sediaan yang bersangkutan (Satiadarma, dkk., 2004). Parameter analisis yang ditentukan pada validasi adalah akurasi, presisi, limit deteksi, limit kuantitasi, kelinieran, dan rentang (Rohman, 2007).

2.4.1. Akurasi

Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Rentang nilai % akurasi analit yang dapat diterima adalah 90%-110% (Ditjen BKAK., 2014). Rentang ini bersifat fleksibel tergantung dari analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium. Akurasi bisa juga dilakukan dengan perhitungan matriks dari serapan komponen obat dan serapan campuran komponnen (Andrianto, 2009).

2.4.2. Presisi

Presisi adalah derajat kesesuaian di antara masing-masing hasil uji, jika prosedur analisis ditetapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi standar relatif (Harmita, 2004; Satiadarma, dkk., 2004).

Presisi merupakan ukuran keterulangan metode analisis dan biasanya diekspresikan sebagai simpangan baku relatif dari sejumlah sampel yang berbeda signifikan secara statistik. Presisi bisa dinyatakan dalam koefisien variasi (KV) dan dinyatakan memiliki presisi yang baik apabila KV < 2% (Gandjar dan Rohman, 2007).

(10)

2.4.3. Linearitas

Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya. Persamaan garis yang digunakan pada kurva kalibrasi diperoleh dari persamaan y = ax + b. Persaman ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi inilah yang digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analisis. Kelinieran suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional dengan konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu (Satiadarma, dkk., 2004).

Data yang diperoleh selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2008; Watson, 2005). Suatu koefisien korelasi -1≤ r ≤ 1 dianggap menunjukkan linearitas. Persamaan suatu garis lurus menghasilkan Y = aX + b (Gandjar dan Rohman, 2008).

2.4.4. Rentang

Rentang adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup. Rentang suatu prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur analitik tersebut mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima ketika digunakan untuk menganalisis sampel (Ermer dan McB. Miller, 2005).

Gambar

Gambar 2.2 Spektrum Kloramfenikol (Moffat, dkk., 2005)
Gambar 2.4 Spektrum Prednisolon (Moffat, dkk., 2005)
Gambar 2.5. Diagram spektrofotometer ultraviolet - visible
Gambar 2.7 Spektrum absorban senyawa X dan Y, spektrum X bertumpang  tindih pada spektrum Y

Referensi

Dokumen terkait

Metode spektrofotometri untuk analisis amlodipin besilat menggunakan larutan bromat-bromida dalam media asam dengan jumlah yang tetap dan menentukan brom yang tidak

Keuntungan dari beton ringan antara lain memiliki nilai tahanan panas ( thermal insulator ) yang baik, memiliki tahanan suara (peredam) yang baik, dan tahan api ( fire

Berlangsungnya proses pengomposan akan lebih cepat dan lebih baik jika ukuran bahan baku yang akan dikomposkan diperkecil, karena mikroorganisme akan lebih mudah

Algoritma Simple Hill Climbing membutuhkan waktu lebih cepat dalam proses pengerjaannya dengan jarak pada rute baru yang dihasilkan lebih baik dari solusi

Pada saat itu, bak larutan garam memiliki banyak keuntungan diantaranya mudah mengontrol dan pemeliharaan serta hasilnya memiliki kualitas yang konsisten konduksi pada

Metode ini cocok digunakan untuk menarik senyawa organik seperti minyak karena relatif mudah dilakukan, memiliki daya simpan yang baik, dapat menjaga nilai nutrisi yang tinggi

Keuntungan metode ini adalah waktu yang diperlukan untuk analisis cepat, memiliki sensitifitas yang baik, tidak ada gangguan dari ion ammonium dan garam-garam buffer, larutan

Akibat konduktivitas tinggi, sirkulasi panas dari nyala api ke reaktan baru lebih cepat terjadi atau lebih mudah, sehingga proses preheating terjadi lebih cepat [3].. 2.7