• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skrining Fitokimia dan Uji Kemampuan Sebagai Antioksidan dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava. L) Tri Bintarti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Skrining Fitokimia dan Uji Kemampuan Sebagai Antioksidan dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava. L) Tri Bintarti"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1907 - 3046 Volume 9, Nomor 1 Mei - Agustus 2014

Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Tahun 2013

Nurlama Siregar

Perilaku Remaja dalam Hal Perubahan Fisiologis pada Masa Pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

Dina Indarsita, Mariaty S, Ravina Primursanti

Ketepatan Pemeriksaan BTA Apusan Langsung dan Metode Konsentrasi dengan Kultur dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru di Medan Lestari Rahmah, Amira Permatasari Tarigan,Bintang Yinke M. Sinaga

Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif pada Ibu yang Bekerja Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Tahun 2013 Elisabeth Surbakti

Hubungan Perawatan Payudara Terhadap Produksi Asi pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2013 Masnila

Efektivitas Kumur dengan Seduhan Teh Hijau dan Larutan Listerine Terhadap Ohi-S pada Siswa/i Kelas VIII BSMP Swastacerdas Bangsa Jl. Titi Kuning Namorambe Link. Visidorejo Delitua Tahun 2014

Rosdiana T. Simaremare, Hasny, Yetti Lusiani

Efektifitas Menyikat Gigi Menggunakan Siwak dalam Menurunkan Indeks Plak pada Siswa MTs Swasta Alwasliyah Desa Lama Kecamatan Pancur Batu Deli Serdang Tahun 2014

Adriana Hamsar, Cut Aja Nuraskin, Manta Rosma

Skrining Fitokimia dan Uji Kemampuan Sebagai Antioksidan dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava. L) Tri Bintarti

Peranan Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Peningkatan Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa-Siswi Kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2014

Nelly Katharina Manurung

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Remaja Kelas XI Terhadap Hubungan Seksual Pranikah (Intercourse) di SMA Dharma Bakti Medan Tahun 2014

Hanna Sriyanti Saragih, Rika Dinata Sianturi, Jujuren Sitepu

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Induksi dan Akselerasi dalam Persalinan di Kota Pematangsiantar Tahun 2013 Tumiar Simanjuntak, Tiamin Simbolon, Kandace Sianipar

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakikutsertaan Menjadi Akseptor KB pada Ibu Bersalin Peserta Jampersal di RSUD Dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2013

Juliani Purba, Tengku Sri Wahyuni, Sri Hernawati Sirait

Evaluasi Kepuasan Mahasiswa dalam Problem Based Learning Asuhan Kebidanan Kehamilan di Program Studi Kebidanan Padangsidimpua

Irwan Batubara, Djaswadi Dasuki, Mubasysyir Hasanbasri

Sosial, Budaya Serta Pengetahuan Ibu Hamil yang Tidak Mendukung Kehamilan Sehat Rina Doriana Pasaribu, Tria Feni Setia, Lusiana Gultom

Status Gizi Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013 Yulina Dwi Hastuty, Dewi Meliasari, Suswati

Hubungan Karakteristik Ibu dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit TK IV 01.07.001 KESDAM I/BB Pematangsiantar Dodoh Khodijah, Yessika Rouli Siburian, Renny Sinaga

(2)

JURNAL ILMIAH

PANNMED

(Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwifery, Environment, Dentist)

VOL. 9, NO. 1, MEI – AGUSTUS 2014

TERBIT TIGA KALI SETAHUN (PERIODE JANUARI, MEI, SEPTEMBER)

Penanggung Jawab: Dra. Ida Nurhayati, M.Kes. Redaktur: Drg. Herlinawati, M.Kes. Penyunting Editor: Soep, SKp., M.Kes. Nelson Tanjung, SKM., M.Kes. Desain Grafis & Fotografer: Ir. Zuraidah, M.Kes. Dra. Ernawaty, M.Si., Apt. Yusrawati Hasibuan, SKM., M.Kes. Sekretariat: Sri Utami, SST, M.Kes. Elizawardah, SKM., M.Kes. Rina Doriana, SKM., M.Kes.

Sumarni, SST. Hafniati Alamat Redaksi: Jl. Let Jend Jamin Ginting KM 13.5 Kelurahan Laucih Kec. Medan Tuntungan Telp: 061-8368633

Fax: 061-8368644

DAFTAR ISI Editorial

Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Tahun 2013 oleh Nurlama Siregar...1-7

Perilaku Remaja dalam Hal Perubahan Fisiologis pada Masa Pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 oleh Dina Indarsita, Mariaty S, Ravina Primursanti...8-13 Ketepatan Pemeriksaan BTA Apusan Langsung dan Metode Konsentrasi dengan Kultur dalam Mendiagnosis Tuberkulosis Paru di Medan oleh Lestari Rahmah, Amira Permatasari Tarigan,Bintang Yinke M. Sinaga...14-19 Rendahnya Pemberian Asi Eksklusif pada Ibu yang Bekerja Lingkungan XX Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Tahun 2013 oleh Elisabeth Surbakti...20-25

Hubungan Perawatan Payudara Terhadap Produksi Asi pada Ibu Post Partum di Rumah Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa 2013 oleh Masnila...26-31 Efektivitas Kumur dengan Seduhan Teh Hijau dan Larutan Listerine Terhadap Ohi-S pada Siswa/i Kelas VIII BSMP Swastacerdas Bangsa Jl. Titi Kuning Namorambe Link. Visidorejo Delitua Tahun 2014 oleh Rosdiana T. Simaremare, Hasny, Yetti Lusiani...32-35 Efektifitas Menyikat Gigi Menggunakan Siwak dalam Menurunkan Indeks Plak pada Siswa MTs Swasta Alwasliyah Desa Lama Kecamatan Pancur Batu Deli Serdang Tahun 2014 oleh Adriana Hamsar, Cut Aja Nuraskin, Manta Rosma……...36-39 Skrining Fitokimia dan Uji Kemampuan Sebagai Antioksidan dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava. L) oleh Tri Bintarti…...40-44

(3)

Peranan Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Peningkatan Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa-Siswi Kelas VII-1 SMP N 31 Medan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2014 oleh Nelly Katharina Manurung...45-48 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap Remaja Kelas XI Terhadap Hubungan Seksual Pranikah (Intercourse) di SMA Dharma Bakti Medan Tahun 2014 oleh Hanna Sriyanti Saragih, Rika Dinata Sianturi, Jujuren Sitepu...49-55 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Induksi dan Akselerasi dalam Persalinan di Kota Pematangsiantar Tahun 2013 oleh Tumiar Simanjuntak, Tiamin Simbolon, Kandace Sianipar...56-60

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Ketidakikutsertaan Menjadi Akseptor KB pada Ibu Bersalin Peserta Jampersal di RSUD Dr.Djasamen Saragih Pematangsiantar Tahun 2013 oleh Juliani Purba, Tengku Sri Wahyuni, Sri Hernawati Sirait...61-66 Evaluasi Kepuasan Mahasiswa dalam Problem Based Learning Asuhan Kebidanan Kehamilan di Program Studi Kebidanan Padangsidimpua oleh Irwan Batubara, Djaswadi Dasuki, Mubasysyir Hasanbasri...67-71 Sosial, Budaya Serta Pengetahuan Ibu Hamil yang Tidak Mendukung Kehamilan Sehat oleh Rina Doriana Pasaribu, Tria Feni Setia, Lusiana Gultom...72-78 Status Gizi Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Tanah Tinggi Binjai Tahun 2013 oleh Yulina Dwi Hastuty, Dewi Meliasari, Suswati...79-83 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit TK IV 01.07.001 KESDAM I/BB Pematangsiantar oleh Dodoh Khodijah, Yessika Rouli Siburian, Renny Sinaga...84-89

Diterbitkan oleh : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN Jl. Jamin Ginting KM. 13,5 Kel. Lau Cih Medan Tuntungan Kode Pos : 20136

(4)

Jurnal PANNMED merupakan salah satu wadah untuk menampung hasil penelitian Dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.

Jurnal PANNMED Edisi Mei – Agustus 2014 Vol. 9 No.1 yang terbit kali ini menerbitkan sebanyak 16 Judul Penelitian.

Redaksi mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Direktur atas supportnya sehingga Jurnal ini dapat terbit

2. Dosen-dosen yang telah mengirimkan tulisan hasil penelitiannya dan semoga dengan terbitnya jurnal ini dapat memberi semangat kepada dosen yang lain untuk berkreasi menulis hasil penelitian sehingga bisa diterbitkan ke Jurnal Pannmed ini.

Akhir kata, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar jurnal ini dapat menjadi jurnal yang berkualitas seperti harapan kita bersama.

(5)
(6)

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU

POST PARTUM PRIMIPARA PERVAGINAM DI KLINIK BERSALIN

TUTUN SEHATI TANJUNG MORAWA TAHUN 2013

Nurlama Siregar

Jurusan Keperawatan Medan

` Abstrak

Senam nifas merupakan latihan jasmani yang berfungsi untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul, dan perut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan metode one group pre test and post test design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu cara untuk mendapatkan besar sampel dengan memilih diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang dimana terbagi alas 2 kelompok yaitu 15 orang sebagal kelompok intervensi dan 15 orang sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa Kuesioner Data Demografi (KDD) dan lembar pemeriksaan. Dari hasil penelitian ini, setelah ibu post partum melakukan senam nifas selama 3 hari dengan gerakan yang benar, rata-rata penurunan tinggi fundus uterus yaitu 5 cm per hari. Sedangkan penurunan tinggi fundus, uterus pada ibu post partum yang tidak melakukan senam nifas rata-rata 2 cm per hari. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji-t yaitu Independent sampelT-Test didapatkan hasil t hitung 11,02 > t tabel 1,70. Ini berarti bahwa Ho ditolak yang menunjukkan bahwa ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum primipara pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa. Diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa dengan memberikan motivasi kepada ibu-ibu post partum untuk melaksanakan senam nifas yang bermanfaat dalam proses pemulihan diri pasca partus.

Kata kunci :Senam Nifas, Involusi Uterus, Ibu Post Partum Pervaginam

PENDAHULUAN

Dalam perhitungan statistik populasi penduduk dunia PBB, bayi yang lahir pada hari Senin, 31 Oktober 2011 adalah warga dunia yang ke tujuh miliar. Hal itu terungkap dari sebuah laporan Kondisi Populasi Dunia 2011 yang dikeluarkan PBB. Laporan tersebut memandang tonggak populasi tujuh miliar sebagai tanda kelangsungan hidup lebih lama dan peningkatan tingkat kelahiran bayi yang hidup. Negara-negara penyumbang penduduk bumi terbesar dan tercepat ada di Negara-negara berkembang kawasan Asia dan Afrika seperti India, Pakistan, Tiongkok, Bangladesh, Nigeria, Ethiophia. Dari 7 miliar manusia dunia, didominasi penduduk Asia, dengan jumlah yang mencapai 4,2 miliar (The Children Indonesia, 2011).

Disamping angka pertumbuhan penduduk yang makin tinggi, angka kematian, khususnya angka kematian ibu bersalin juga masih tinggi. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan saat ini 307 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, angka kematian ibu di

Indonesia yang mencapai 128 dari 100.000 kelahiran hidup, dinilai masih terlalu tinggi khususnya di kalangan negara-negara ASEAN.

Disamping masalah di atas, rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu nifas juga menjadi faktor tertentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi. perdarahan biasanya tidak bisa diperkirakan dan terjadi secara mendadak bertanggung jawab atas 28% kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri (Departemen Kesehatan RI, 2003).

Menurut Dr. Firansisca dari Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan

hemorrhage post partum (perdarahan post partum).

Faktor-faktor yang menyebabkan hemorrhage

postpartum adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, atau kelainan pembekuan darah.

(7)

Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

Menurut Bobak (2004) penyebab perdarahan setelah melahirkan yang paling sering ialah atonia uteri yaitu kegagalan otot rahim untuk berkontraksi dengan kuat. Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Atonia uteri terjadi ketika myometrium. tidak berkontraksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan adalah dengan merangsang kontraksi miometrium maka salah satu upava yang dilakukan adalah senam nifas (Depkes, RI, 2003).

Namun faktanya, para ibu pasca melahirkan takut melakukan banyak gerakan, sang ibu khawatir gerakan-gerakan yang akan dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Padahal, apabila ibu bersalin melakukan ambulasi dini, itu bisa memperlancar terjadinya involusi uterus. Dan pada umumnya wanita yang telah melahirkan sering mengeluh bagian tubuhnya melar, bahkan kondisi tubuhnya kurang prima akibat letih dan tegang. Sementara peredaran darah dan pernafasan belum kembali normal, sehingga untuk membantu mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula harus melakukan senam nifas yang teratur (Jurnal Kesehatan FORIKES, 2011).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi involusi uterus. Faktor-faktor tersebut meliputi senam nifas, mobilisasi dini post partum, menyusui dini, gizi, psikologis, faktor usia dan paritas (Widianti, 2010).

Menurut Huliana (2005) salah satu faktor yang mempercepat involusi adalah senam nifas yaitu bentuk ambulansi dini pada ibu-ibu nifas yang salah satu tujuannya untuk memperlancar proses involusi, sedangkan ketidaklancaran proses involusi dapat berakibat buruk pada ibu nifas seperti terjadi perdarahan yang bersifat lanjut dan kelancaran proses involusi. Manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan, serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut. Latihan senam nifas dapat segera dimulai dalam waktu 24 jam setelah melahirkan lalu secara teratur setiap hari (Bobak, 2004).

Namun perlu diketahui bentuk latihan senam nifas ibu pasta melahirkan normal dengan yang melahirkan dengan sesar tidak sama. Pada ibu yang melahirkan dengan cara sesar beberapa jam setelah keluar kamar operasi, latihan pernafasan dilakukan untuk mempercepat penyembuhan luka. Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah dibagian tungkai dapat dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu sudah cukup baik, maka semua gerakan senam nifas dapat dilakukan (Widianti, 2010).

Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembah menjadi organ

pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilikus. Kemudian naik ke tingkat umbilikus dalam beberapa jam dan bertahan hingga dua atau dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas simfisis setelah sepuluh hari (Widianti, 2010).

Namun adakalanya dijumpai kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil atau disebut dengan subinvolusi. Penyebab subinvolusi yang paling sering ialah tertahannya fragmen plansenta dan infeksi (Bobak, 2004).

Hasil berupa survei secara acak tentang efek senam nifas pada 1003 wanita Amerika mengaku setelah mengikuti program senam nifas dengan latihan yang teratur mengalami pengerutan pada rahim yang lebih kuat, selain itu juga mengalami penurunan pada berat badan selama enam minggu setelah melahirkan. Dan dalam studi dari 1432 ibu nifas di Swedia yang melakukan senam nifas ditemukan bahwa mayoritas 71% wanita tersebut mengalami metabolisme tubuh yang lancar, dan pemulihan fisik yang lebih cepat (Larson, 2002).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih Purwaningrum (2011) tentang Pengaruh Senam Nifas Kecepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partuni Primipara Hari 1-5 di Puskesmas Mergangsan Malang didapatkan hasil pada kelompok intervensi sebelum dilakukan senam nifas rata-rata TFU adalah 11,75 cm dengan standar deviasi 0,67 cm. setelah dilakukan senam nifas diperoleh rata-rata TFU adalah 7,35 cm dengan standar deviasi 0,67 cm. Nilai rata-rata perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 4,4 cm dengan standar, deviasi 10,67 cm. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh senam nifas terhadap invulusi uterus, yaitu perbedaan yang signifikan pada TFU sebelum dan setelah dilakukan senam nifas.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa pada bulan Februari 2013 belum pernah diadakan senam nifas. Pada umumnya masyarakat/ibu nifas tidak melaksanakan senam nifas, hal ini dikarenakan ibu nifas belum mengetahui tentang senam nifas dan tidak menyadari bahwa dengan senam nifas (aktifitas fisik) akan mempengaruhi kebutuhan. otot akan oksigen, aliran darah menjadi lancar sehigga dapat membantu proses pemulihan kesehatan setelah melahirkan. Menurut Bidan yang bekerja di Klinik tersebut, para ibu nifas tidak sempat melakukan senam nifas karena kesibukan sehari-hari sehingga ibu nifas melupakan kesehatannya.

Hal tersebut di ataslah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Senam Nifas terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan Tahun 2013”.

(8)

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah ada Pengaruh Senam Nifas terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa?

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum primipara pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi involusi uterus sebelum melaksanakan senam nifas pada ibu post partum primipara pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan.

2. Untuk mengidentifikasi involusi uterus sesudah melaksanakan senam nifas pada ibu post partum primipara pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan.

3. Untuk menguji pengaruh senam nifas terhadap

involusi uterus pada ibu post partum primipara pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti. Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman tentang Pengaruh Senam Nifas Terhadap Involusi Uterus

2. Bagi Ibu-Ibu Post Partum. Manfaat penelitian ini bagi responden adalah dapat meningkatkan pengetahuannya pentingnya senam nifas selama masa nifas untuk mempercepat pemulihan uterusnya ke kondisi sebelum hamil

3. Bagi Institusi Pendidikan. Sebagai bahan masukan dan informasi dalam mengembangkan pendidikan keperawatan maternitas

4. Bagi Peneliti Selanjutnya. Manfaat penelitian ini bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai data awal ataupun data tambahan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post primipara partum pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif dengan menggunakan desain quasi

experimental menggunakan satu kelompok kontrol dengan metode two group pre test and post test design.

Peneliti menggunakan dua kelompok, dimana satu kelompok sebagai kelompok intervensi dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol atau pembanding.

Peneliti membuat perlakuan terhadap kelompok intervensi dan melakukan pengukuran sebelum dan sesudah dilaksanakannya intervensi.

Penelitian ini telah dilaksanakan di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan.

Penelitian ini telah dilaksanakan selama tiga bulan yakni April sampai Juni 2013.

Populasi penelitian adalah sekumpulan unit penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu post partum primipara pervaginam di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan, dimana rata-rata jumlah ibu bersalin sebanyak 30 orang setiap bulan.

Sampel terdiri dari ibu-ibu post partum yang bersalin di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan selama penelitian dilakukan yang dibagi dua menjadi kelompok intervensi (ibu yang melakukan senam nifas) sebanyak 15 orang dan kelompok kontrol (ibu yang tidak melakukan senam nifas) sebanyak 15 orang.

Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive saniphng. Kriteria sampel untuk kelompok intervensi sama dengan kriteria sampel untuk kelompok kontrol. Jumlah masing-masing didapatkan pada saat penelitian dilakukan.

Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran pada involusi uterus dilakukan dengan mengukur penurunan tinggi fundus uterus menggunakan pita meter. Hasil pengukuran ditulis dalam lembar pemeriksaan menggunakan Skala ratio.

Pengukuran dilakukan sebanyak 4 kali, pengukuran pertama sebelum dilakukan senam nifas, selanjutnya pengukuran kedua dilakukan setelah melakukan senam nifas pada hari pertama, pengukuran ketiga dilakukan setelah melakukan senam nifas pada hari pengukuran keempat dilakukan setelah melakukan senam nifas pada hari ketiga. Lalu hasil pengukuran kelompok intcrvcnsi dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu dengan membandingkan hasil rata-rata tinggi fundus uterus pretest andposttest masing-masing kelompok untuk mengetahui pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum pervaginam hari 1-3.

Teknik Pengolahan Data

1. Editing : melakukan pemeriksaan atau pengeeekan data yang sudah dikumpulkan.

2. Coding : memberi kode (angka/tanda) pada setiap pernyataan dari jawaban

3. Tabulating : mempermudah pengolahan dan analisa data serta pengambilan kesimpulan, maka data dimasukkan ke dalam tabel.

Teknik Analisa Data

Setelah semua data dalam kuesioner dikumpulkan, data dianalisa dengan menggunakan teknik analisa kuantitatif. Data diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang memberikan gambaran tentang data demografi

(9)

Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

responden.

Untuk melihat pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum pervaginam hari 1-3, peneliti melakukan pengujian dengan menggunakan uji-t yaitu Independent Sampel T-Test

sebelum intervensi dan sesudah intervensi, dimana, peneliti membandingkan involusi uterus sebelum intervensi, involusi uterus sesudah intervensi, dan perbedaan kecepatan involusi uterus pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol atau pembanding. Menurut Arikunto (2010) secara umum, pola penelitian dilakukan terhadap dua kelompok, yang satu merupakan kelompok intervensi dan kelompok kontrol atau kelompok pembanding yang tidak dikenai perlakuan. Setelah selesai dilaksanakan intervensi maka hasil kedua kelompok diolah dengan membandingkan kedua mean. Untuk sampel random bebas, pengujian perbedaan mean dihitung dengan rumus t-test sebagi berikut: thitung =

+

+

+

y x y x

N

N

N

N

y

x

My

Mx

1

1

2

2 2 Keterangan :

Mx = nilai rata-rata hasil kelompok 1

My = nilai rata-rata hasil kelompok 2

x = deviasi setiap nilai x2 dan x1

y = deviasi setiap nilai y2 dan yang

N = jumlah sampel

Dimana :

Σx2 dapat diperoleh dari Σx2

-

N

x

)

2

dan

Σy2 dapat diperoleh dari Σy2

-

N

xy

2

)

Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan derajat kemaknaan α = 0,05 (95%

confidence level). Jika hasil perhitungan t hitung lebih besar daripada t tabel, maka secara statistik H0 ditolak berarti ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum pervaginam hari 1-3 sebaliknya jika t tabel lebih besar daripada t hitung maka HO diterima atau tidak ada pengaruh, senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum pervaginam hari 1-3.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur, Suku, Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Post Partum Primipara Pervaginam yang Senam Nifas di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Medan Tahun 2013

No Umur f % 1 20-25 tahun 12 80 2 26-30 tahun 3 20 Jumlah 15 100 No Suku f % 1 Melayu 4 25,0 2 Jawa 11 75,0 Jumlah 15 100 No Pendidikan f % 1 SMP 6 37,5 2 SMA 9 62,5 Jumlah 15 100 No Pekerjaan f % 1 Tidak bekerja 9 56,0 2 Wiraswasta 3 17,0 3 Petani 3 17,0 Jumlah 15 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden terbesar berada pada kelompok umur 20-25 tahun sebanyak 13 orang (80,0%), umur 2630 tahun sebanyak 2 orang (20,0%). Suku responden terbesar pada kelompok ibu yang senam nifas yaitu suku Jawa sebanyak 11 orang (75,0%), suku Melayu sebanyak 4 orang (25,0%). Pendidikan responden terbesar berlatar belakang pendidikan SMA sebanyak 9 orang (62,5%), kemudian pendidikan SMP sebanyak 6 orang (37,5%) dan pekerjaan responden terbesar merupakan ibu rumah tangga atau tidak bekerja sebanyak 9 orang (56,0%), kemudian bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 3 orang (17,0%), bekerja sebagai petani sebanyak 3 orang (17,0%).

Pengaruh Senam Nifas terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Primipara Pervaginam di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa Tahun 2013

Kelompok Intervensi (Tinggi Fundus Uterus (cm) Responden Pre-test (x1) Post-test

(x2) Beda (x) x2 Ki 1 11,5 5,5 6 36 Ki 2 11,5 6,5 5 25 Ki 3 9.5 4.5 5 25 Ki 4 10,5 4,5 6 36 Ki 5 10,5 5,5 5 25 Ki 6 9,5 4,5 5 25 Ki 7 9,5 5 4,5 20,25 Ki 8 11,5 7,5 4 16 Ki 9 11,5 4,5 7 49 Ki 10 9.5 5 4,5 20.25 Ki 11 9,5 4,5 5 25 Ki 12 10,5 5,5 5 25 Ki 13 10,5 4,5 6 36 Ki 14 9,5 4,5 5 25 Ki 15 11,5 6,5 5 25 N=15 Σx1 = 156,5 Σx2 = 78,5 Σx = 78 Σx2 = 413,5 T hitung 11,02 db 28 T Tabel 1,70

(10)

Untuk melihat pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada kedua kelompok pembanding, hasil pengukuran dianalisa dengan menggunakan rumus t-test. Dimana derjat α = 0,05 (95% confidence level). Jika hasil t hitung > t tabel, maka Ho ditolak yang artinya ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum primipara pervaginam hari pertama sampai hari ketiga. Dan sebaliknya, jika t hitung < t tabel maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum pervaginam hari pertarna sampai hari ketiga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa involusi uterus pada kelompok ibu yang senam nifas lebih cepat daripada kelompok ibu yang tidak senam nifas. Dengan hasil yang diperoleh t hitung = 11,02 dan d.b = 28 ; maka t tabel 0,95 = 1,70. Karena t hitung > dari t tabel (11,02 > 1,70), maka dapat maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinva ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum primipara pervaginam hari pertama sampai hari ketiga Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu postpart pervaginam hari 1-3 di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa, didapat adanya perbedaan penurunan tinggi fundus uterus antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hal ini sesuai dengan penelitian dan teori yang mengatakan bahwa senam nifas bermanfaat untuk ibu post dibuktikan dari hasil penelitian yang diperoleh dari uji-t yaitu t hitung 11,02 > t tabel 1,70 yang artinya ada pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus pada ibu post paitun, primipara pervaginam hari 1-3 di

Morawa.

Menurut Dewi (2011), senam nifas merupakan latihan jasmani yang berfungsi untuk mengembalikan kondisi kesehatan, umuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul, dan perut.

Senam nifas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap penurunan tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan pengeluaran lochea pada ibu pasca salin hari I-III, dengan nilai masing-masing p=0,00. Hal ini terjadi karena dengan melakukan senam nifas akan memperlancar aliran darah dan meningkatkan tonus otot-otot uterus, akibatnya proses autolysis menjadi lancar, kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan pengeluaran lochea semakin cepat (Jurnal Kesehatan FORIKES, 2011).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh Larson berupa survei secara acak tentang efek senam nifas pada 1003 wanita Amerika mengaku setelah mengikuti program senam nifas dengan latihan yang teratur mengalami pengerutan pada rahim yang lebih kuat, selain itu juga mengalami penurunan pada berat badan selama enam minggu setelah melahirkan. Dan dalam

studi dari 1432 ibu nifas di Swedia yang melakukan senam nifas ditemukan bahwa mayoritas 71% wanita tersebut mengalami metabolisme tubuh yang lancar, dan pemulihan fisik yang lebih cepat (Larson, 2002).

Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilicus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Tinggi fundus uterus turun kia-kira 1-2 cm, setiap 24 jam. Pada hari keenam pascapartum fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilicus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada hari ke-9 pascapartum (Bobak, 2004).

Dari hasil penelitian ini, setelah ibu post partum melakukan senam nifas selama 3 hari dengan gerakan yang benar, rata-rata penurunan tinggi fundus uterus yaitu 5 cm per hari. Sedangkan penurunan tinggi fundus uterus pada ibu post partum yang tidak melakukan senam nifas rata-rata 2 cm per hari.

Dari data demografi diperoleh rata-rata umur responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol mayoritas berumur 20-30 tahun yang berarti mayoritas, responden pada penelitian ini berada dalam usia reproduksi sehat.

Menurut WHO, usia reproduksi sehat dikenal dengan usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah umur 20-30 tahun, dimana kehamilan ibu dengan usia di bawah 20 tahun berpengaruh kepada kematangan fisik dan mental dalam menghadapi persalinan. Rahim dan panggul ibu seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan kesehatan dan keselamatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa sehingga, sangat meragukan pada keterampilan perawatan diri ibu dan bayinya.

Usia hamil yang ideal bagi seorang wanita adalah antara umur 20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan, mental juga sudah matang dan sudah mampu merawat sendiri bagi dan dirinya (Draper, 2001).

Dari segi paritas, keseluruhan responden berada pada kelompok ibu dengan paritas pertama atau golongan pertama (100,0%). paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang ibu baik yang hidup maupun mati. Jumlah anak mempengaruhi involusi rahim. Otot-otot yang terlalu, sering teregang maka keadaan semula setelah teregang mernerlukan waktu yang sangat lama. Involusi uterus bervariasi pada ibu pasca persalinan dan biasanya ibu yang paritasnya tinggi, proses involusinya menjadi lebih lambat. Hal inni dipengaruhi oleh keadaan uterusnya. Karena semakin sering hamil akan sering kali mengalami regangan (Ambarwati, 2009).

Dari segi suku, responden terbesar berada pada kelompok suku Jawa (75%). Menurut Philip Kotler, banyak faktor yang mempongaruhi perilaku sesorang, salah satunya adalah faktor sosial dan kebudayaan. Suku termasuk bagian dari budaya yang tentunya akan mempengaruhi perilaku dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Pada penelitian ini, responden terbesar merupakan suku Jawa. Suku Jawa

(11)

Jurnal Ilmiah PANNMED Vol. 9 No.1 Mei - Agustus 2014

dikenal sebagai salah satu suku yang masih memegang teguh adat istiadatnya namun tidak ada kebiasaan atau tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kesehatan selama penelitian berlangsung.

Dari segi pendidikan, responden terbesar berada pada kelompok pendidikan SMA (62,5%). Tingkat pendidikan merupakan jenjang dalam penyelesaian proses pembelajaran secara formal. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan pengetahuan dan perilakunya juga semakin baik. Karena dengan pendidikan yang makin tinggi, maka informasi dan pengetahuan yang diperoleh juga semakin banyak, sehingga perubahan perilaku ke arah yang lebih baik diharapkan dapat terjadi (Suryani, 2007).

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh sejak proses kehamilan sampai dengan proses persalinan. Ibu yang berpendidikan tinggi cenderung untuk menikah pada usia yang matur di atas 20 tahun, pendidikan yang semakin tinggi menyebabkan kemampuan ibu dalam mengatur jarak kehamilan, jumlah anak, dan persalinan. Pada penelitian ini, responden terbesar merupakan tamatan SMA (62,5%) sehingga pengetahuan tentang kehamilan dan melahirkan sudah cukup memadai walaupun masih kurang bila ditinjau dari paritas yang rata-rata merupakan kelahiran anak pertama (primipara).

Sedangkan bila ditinjau dari segi pekerjaan, responden terbesar berada pada ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga (56,25%). Pekerjaan seorang ibu bisa mempengaruhi kondisi dari kehamilan. Ibu dengan pekerjaan yang berat dapat mempengaruhi kondisi janin, uterus dan organ reproduksi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan perubahan letak daripada janin dalam kandungan dan juga bahaya lainnya yang merupakan komplikasi dari kehamilan. Namun pada penelitian ini, responden rata-rata merupakan ibu rumah tangga sehingga tidak ditemukan komplikasi selama hamil dan melahirkan.

Pada penelitian ini banyak keterbatasan peneliti, secara teori penurunan tinggi fundus uterus tidak hanya dipengavuhi oleh senam nifas saja akan tetapi banyak faktor lain yang sangat memegang peranan penting dalam penurunan tinggi fundus uterus. Faktor-faktor lain tersebut yaitu status gizi/nutrisi, menyusui (Hulu, 2012). Yang mana faktor tersebut tidak diteliti/tidak dilakukan analisa, selain itu gerakan nifas tidak disederhanakan sehingga peneliti harus mengulang 2-3 kali pada saat mengajarkan senam. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1.

lbu post partum pervaginam yang tidak senam

nifas pada hari 1-3 mengalami penuranan tinggi fundus uterus rata-rata 2 cm.Ibu post partum yang senam nifas dengan gerakan yang tepat pada hari 1-3 mengalami penurunan 5 cm.

2.

Pengaruh senam nifas terhadap involusi uterus didapat hasil t hitung 11,02 > t tabel 1,70 yang

menunjukkan bahwa adanya pengaruh senair, nafas terhadap involusi uterus

Saran

1. Agar Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung

Morawa dapat menerapkan dan memberikan motivasi kepada ibu-ibu post partum untuk melaksanakan senam nifas yang bermanfaat bagi ibu sendiri di dalam proses pemulihan diri pasca partum.

2. Agar hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan bahan masukan bagi institusi pendidikan dan profesi keperawatan khususnya mata kuliah keperawatan maturnitas dimana dengan senam nifas dapat mempercepat involusi uterus pada ibu post partum.

3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian tentang pengaruh senam. nifas terhadap involusi uterus pada ibu post partum pervaginam, menambah jumlah sampel penelitian dan waktu penelitian yang lebih lama.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R. &. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas.

Yogyakarta: Mitra Cendekia Press

Anggraini, Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas.

Yogyakarta: Pustaka ID Rihama.

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta.

Biro Pusat Statistik. 2003. Survei Demografi dan Kesehatan 2003. Jakarta: Depkes RI.

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maernitas.

Jakarta: EGC.

Cunningham, F. G. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Dewi, V. N. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.

Jakarta: Salemba Medika.

Huliana, M. (2003). Perawatan Ibu Pasca Melahirkan.

Jakarta: Puspa Swara.

Hulu, R. (2012). Pengaruh Menyusui terhadap

Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partum Hari Pertama dan Kedua di Klinik Ernawati Pancur Batu Medan Tahun 2012. Skripsi. Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatura Utara.

Indonesia, T. C. (2011). Penduduk Dunia 7 Milyar, Sebuah Krisis yang Mengancam. [Online]. Dari

https://mediaanakIndonesia.wordpress.com/20 11/20 12/penduduk-dunia-7- milyar-sebuah-krisis-yang-mengancam/. [Diakses pada tanggal 7 November 2011

Kasjono, H. S., & Yasril. (2009). Teknik Sampling untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

(12)

Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2003. Asuhan

Kebidanan Post Partum. Buku 4. Jakarta

Purwaningrum, Y. (2011). Pengaruh senam Nifas

terhadap Kecepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri padaA Ibu Post Partum Primipara Hari Pertarna sampai Hari Ke Lima di Puskesmas Mergangsan. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes 2086-3098.

Dari:http://suaraforikes.webs.com/volum2/no morkhusus-HKN.pdt [Diakses: 7 Desember 2012].

Roito, J. (2010). Asuhan Kebidanan Thu Nifas. Jakarta: 2010. Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri.

Jakarta: EGC.

Saleha. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.

Jakarta: EGC.

Suherni, W.d. (2009). Perawatan Masa Nifas. Jakarta. EGC

Sulistyawati, A. (2009). Baku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Andi.

Sunarsih, V. d. (2011). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Toyibah, A. 2003. Pengaruh Senam Nifas Terhadap

Percepatan Turunnya Fundus Uteri Pada Hari PeRTama Pasca Salin di Ruang BerSalin II Dr. Soetomo Surabaya. Skripsi. Surabaya, Dari://http:www.googlescholars.com.

[Diakses: 11 Januari 20131.

Varney, H. (2004). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC.

Widianti. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas.

Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Bedah Kebidanan.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sarwono Prawiroharjo. Yustanto, T. J. (2008). Senam Nifas terhadap Involusi Uteri. Jurnal Kesehatan, 113-118.

Darihttp://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/articic /vicwfiles/113-118 [Diakses: 6 November 2012]S. Sibuea, 2008. Hubungan Pemanfaatan Bidan dengan Cakupan Program, Jakarta

Notoatmodjo Soekidjo, 2002, Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

---, 2010, Metode Penelitian Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta

Wiknjosastro Hanafi, 2005, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, YogyakartA

________________, 2009, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Yogyakarta

(13)

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS

PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN

SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

Dina Indarsita

1

, Mariaty S

2

, Ravina Primursanti

1

1

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan

2

Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Medan

` Abstrak

Latar belakang: Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa. berdasarkan persentase terkecil aspek fisik pada perilaku remaja mengenai keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang memiliki pengetahuan, penilaian serta pengharapan yang belum baik tentang perubahan fisik. Hasil penelitian lain menunjukkan Remaja pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63% dan penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37%. Tujuan penelitian : ini adalah untuk mengetahui perilaku remaja dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013. Metodologi : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 173 orang dengan tehnik pengambilan sampel adalah secara proporsi bertingkat

(proportional stratified sampling) dan acak sederhana (simple random sampling). Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013. Hasil : Hasil penelitian diperoleh pengetahuan remaja berpengetahuan baik sebanyak 134 orang (77,5 %), berpengetahuan cukup sebanyak 36 orang (20,8 %), dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (1,7 %), sikap remaja mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 162 orang (93,6 %) dan minoritas memiliki sikap negatif sebanyak 11 orang (6,4 %), tindakan remaja diperoleh tindakan baik sebanyak 157 orang ( 90,8 %) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang ( 9,2 %). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 baik.

Kata kunci : perilaku, remaja, fisiologis

PENDAHULUAN Latar Belakang

Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa. (Soetjiningsih, 2004).

Dalam usahanya mencari identitas dirinya sendiri, seorang remaja sering membantah orang tuanya karena ia mulai punya pendapat-pendapat sendiri, cita-cita serta nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orangtuanya. Perubahan-perubahan sekunder juga terjadi, badan bertambah tinggi dengan cepat. Hal ini disebabkan masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa.

Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat

Statistik (1999) kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 225, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (dikutip dari Nancy P,2002).

Para ahli merumuskan bahwa pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi, sedangkan istilah adolescence lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas (Poltekkes Depkes Jakarta, 2010)

Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi. Seiring dengan pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan kejiwaan. Remaja menjadi individu yang sensitive, mudah menangis, mudah cemas, frustasi, tetapi juga mudah

tertawa. Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai mampu berfikir abstrak, senang mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru.

Salah satu Perguruan Tinggi Negeri Surabaya melakukan penelitian di Jawa Timur terkait dengan usia pubertas yang hasilnya masa pubertas pada perempuan

(14)

dimulai usia 12,5 tahun dengan puncak pubertas pada usia 15 tahun. Sedangkan masa pubertas laki-laki lebih lambat, yaitu dimulai pada usia 13 tahun dengan puncak pubertas 16 tahun (Rahmawati, 2010).

Perubahan fisik pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004).

Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang, termasuk tahap remaja. Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya (Santrock, JW. 2003).

Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat reaktif, tetapi juga anak mulai aktif mencapai kegiatan dalam rangka menemukan dirinya, serta mencari pedoman hidup, untuk bekal kehidupan mendatang. Pada kegiatan anak dalam rangka penemuan akunya itu anak mulai menyadari akan keberadaan dirinya, yang lebih dalam dibanding pada sebelumnya. Oleh karena itu anak menjadi agak bersikap tertutup (introvert), dan lebih senang mengungkap pengalamannya itu pada buku harian, senang termenung, dan lain-lain.

Solihah (2007 : 144) menyatakan bahwa permasalahan yang paling banyak dikonsultasikan remaja pada MCR (Mitra Citra Remaja) Jawa Barat saat masa pubertas, yaitu permasalahan yang berkaitan dengan perubahan fisik 27%, kekhawatiran pada masa puber 16%, pubertas sebagai awal masa remaja 10,1%, dan keadaan emosi 7,6%.

Yulianto (2012) menjelaskan, berdasarkan persentase terkecil aspek fisik pada perilaku remaja mengenai keadaan fisik diperoleh 48,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak siswa yang memiliki pengetahuan, penilaian serta pengharapan yang belum baik tentang perubahan fisik.

Berdasarkan penelitian Yulianto, H (2012) dengan menggunakan Daftar Cek Masalah (DCM) yang telah dilakukan di SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 2010-2011, menunjukkan adanya konsep diri negatif pada siswa. Hal ini dapat dilihat pada perilaku siswa X Tahun Ajaran 2010-2011 yang merasa tidak percaya diri dengan fisik yang dimiliki, timbullah ejekan antar teman mengenai bentuk fisik yang menyebabkan siswa menjadi tidak percaya diri dalam bergaul, serta adanya perilaku yang

tidak sesuai dengan etika dan nilai-nilai yang berlaku di sekolah ataupun di masyarakat. Dilihat dari fenomena-fenomena yang dipaparkan diatas, banyak siswa yang mengkhawatirkan, memiliki penilaian yang rendah terhadap diri sendiri, berperilaku salah serta tidak merasa puas terhadap perubahan fisik yang terjadi.

Berdasarkan penelitian Dewi, P. (2010) mengenai perilaku remaja dalam menghadapi pubertas. Penelitian ini melibatkan siswa SMPN 1 Sungai Sarik Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman dengan jumlah sampel 124 responden. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah crosssectional. Instrument yang digunakan adalah kuesioner. Terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan dan perubahan perilaku remaja dalam menghadapi perubahan fisik pubertas (p 0,003).

Berdasarkan penelitian Fatwiany (2010) mengenai perubahan fisik remaja pada masa pubertas. Penelitian ini melibatkan siswa SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan dengan jumlah sampel 117 orang. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasi. Hasil penelitian menunjukkan Remaja putri pada masa pubertas memiliki penerimaan yang positif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 78,63%, dan penerimaan negatif terhadap perubahan fisik, yaitu sebanyak 21,37%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai p=0,002, ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konsep diri terhadap penerimaan perubahan fisik remaja putri pada masa pubertas.

Berdasarkan literatur diatas, maka peneliti tertarik meneliti tentang perilaku remaja awal dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas.

RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana perilaku remaja dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui perilaku remaja dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.

2. Untuk mengetahui pengetahuan remaja dalam menghadapi perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.

3. Untuk mengetahui sikap remaja dalam

menghadapi perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.

4. Untuk mengetahui tindakan remaja dalam

menghadapi perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.

(15)

Dina Indarsita, dkk. Perilaku Remaja dalam Hal…

MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai sumber informasi dan bahan masukan

bagi remaja yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam menghadapi perubahan fisiologis

2. Sebagai bahan masukan bagi instansi dalam

memberikan informasi yang jelas kepada remaja di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan untuk berperilaku yang sesuai dalam menghadapi perubahan fisiologis pada masa pubertas.

METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif, dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja terhadap perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja yang berusia 12 sampai 15 tahun di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan tahun ajaran 2012/2013, dengan jumlah siswa sebanyak 304 siswa.

Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek penelitian yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

a) Besaran sampel

Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus : n =

( )

2

1

N

d

N

+

Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1) Didapat jumlah sampel :

n = 2

)

1

,

0

(

304

1

304

+

=

76

,

1

304

= 172,73 (dibulatkan menjadi 173 siswa)

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 173 responden.

b) Tekhnik pengambilan sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil secara proporsi bertingkat (proportional stratified sampling) dan acak sederhana (simple random sampling).

LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan dengan pertimbangan bahwa di Sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai perilaku remaja dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas dan populasi remaja cukup untuk memenuhi target populasi.

HASIL PENELITIAN

1. Distribusi Pengetahuan remaja dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.

a. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan

Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan fisiologis adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi jawaban responden tentang pengetahuan, mayoritas menjawab Benar adalah pernyataan No. 1 tentang pengertian perubahan yang normal (fisiologis) pada remaja yaitu 171 orang (98,8 %), sedangkan mayoritas responden yang menjawab Salah adalah pernyataan No. 8 tentang salah satu ciri tahap pubertas yaitu 49 orang (28, 3 %). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

No Pernyataan

Pilihan Jawaban

Benar Salah

f % F %

1 Pengertian perubahan yang

normal (fisiologis) pada remaja.

171 98,8 2 1,2

2 Yang termasuk perubahan fisik yang normal pada remaja

152 87,9 21 12,1

3 Bagian manakah dari tubuh

remaja yang terlebih dahulu mengalami perubahan

155 89,6 18 10,4

4 Perubahan proporsi tubuh 157 90,8 16 9,2

5 Ciri-ciri seks primer 127 73,4 46 26,6

6 Ciri-ciri seks sekunder 131 75,7 42 24,3

7 Salah satu ciri seks sekunder 146 84,4 27 15,6 8 Yang merupakan salah satu

ciri-ciri tahap pubertas

124 71,7 49 28,3

9 Yang merupakan salah satu ciri-ciri seks sekunder

148 85,5 25 14,5

10 Perubahan kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal termasuk pengertian

(16)

b. Distribusi Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan fisiologis adalah sebagai berikut :

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan remaja berpengetahuan baik sebanyak 134 orang (77,5 %), berpengetahuan cukup sebanyak 36 orang (20,8 %), dan berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (1,7 %). Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

Pengetahuan Frekuensi (f) Persentasi (%)

Baik 134 77,5

Cukup 36 20,8

Kurang 3 1,7

Total 173 100

2. Distribusi sikap remaja dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

a. Distribusi Sikap Remaja dalam hal perubahan

fisiologis adalah sebagai berikut:

Distribusi frekuensi berdasarkan sikap remaja dari 173 responden mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 162 orang (93,6 %) dan minoritas memiliki sikap negatif sebanyak 11 orang (6,4 %). Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Sikap Remaja dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 Sikap Frekuensi (f) Persentasi (%)

Negatif 11 6,4

Positif 162 93,6

Total 173 100

3. Distribusi tindakan remaja dalam hal

perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.

a. Distribusi Tindakan Remaja dalam hal perubahan fisiologis adalah sebagai berikut :

Distribusi frekuensi berdasarkan tindakan remaja remaja diperoleh tindakan baik sebanyak 157 orang (90,8%) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang (9,2%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Tindakan Remaja dalam hal

perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

Tindakan Frekuensi (f) Persentasi (%)

Baik 157 90,8

Kurang 16 9,2

Total 173 100

4. Distribusi perilaku remaja dalam hal

perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013.

Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku remaja remaja diperoleh perilaku baik sebanyak 88 orang (50,9 %) dan perilaku kurang sebanyak 85 orang ( 49,1 %). Hal ini dapat dilihat pada table 5.

Tabel 5. Distribusi Perilaku Remaja dalam hal perubahan fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

Perilaku Frekuensi (f) Persentasi (%)

Baik 88 50,9

Kurang 85 49,1

Total 173 100

PEMBAHASAN

1. Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

Pada tabel 2. dapat diamati bahwa pengetahuan remaja sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 136 orang (78,6 %), dan sebagian kecil berpengetahuan kurang sebanyak 3 orang (1,7 %).

Hal ini menyatakan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi karena responden telah memasuki sekolah pada tingkat menengah pertama dan telah terpapar dengan pengetahuan tentang perubahan fisiologis dari pendidikan di sekolah.

Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian Dewi, P (2010) diperoleh pengetahuan remaja sebagian besar baik yaitu sebanyak 20 orang (55,6 %), berpengetahuan cukup sebanyak 9 orang (25 %) dan berpengetahuan kurang sebanyak 7 orang (19,4 %)

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, media dan lingkungan. Pengetahuan baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: sumber informasi, faktor pendidikan. Semakin banyak seseorang mendapatkan informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.

Dengan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi diharapkan remaja dapat mengambil keputusan yang lebih bijak tentang apa yang seharusnya boleh mereka lakukan dan apa yang seharusnya belum boleh mereka lakukan

2. Sikap Remaja dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

Pada tabel 3. dapat diamati bahwa sikap remaja sebagian besar bersikap positif sebanyak 162

(17)

Dina Indarsita, dkk. Perilaku Remaja dalam Hal…

orang (93,6 %) dan sebagian kecil yang bersikap negatif sebanyak 11 orang (6,4 %).

Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki sikap positif telah meyakini bahwa telah siap menghadapi perubahan fisiologis secara baik. Sikap positif dan negatif dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang dialami individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama hidupnya, sikap ini tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain. Sedangkan remaja yang memiliki sikap negatif disebabkan belum siap menghadapi perubahan fisiologis yang dialaminya dan juga kurang mendapat informasi mengenai perubahan fisiologis. Remaja yang kurang akan pengetahuan tersebut menjadi rendah diri pada saat suaranya mulai membesar, ditambah perubahan fisik dan wajahnya yang berjerawat, sehingga perubahan tersebut membuat remaja menarik diri. Menghadapi perubahan yang cukup pesat ini remaja seringkali tidak pernah cukup untuk mengenal tubuh.

Pernyataan ini juga didukung dengan hasil penelitian Fatwiany (2010), diperoleh responden yang bersikap positif terhadap perubahan fisiologis sebanyak 78,63 % dan yang bersikap negatif terhadap perubahan fisiologis sebanyak 21,37 %.

Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respons tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu. Secara nyata sikap menunjukkan adanya keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

Sikap yang positif akan menjadi salah satu tolok ukur kematangan seseorang, ditandai dengan konsep diri yang memiliki kemampuan untuk melihat gambaran diri yang pada akhirnya akan membentuk rasa percaya diri.

3. Tindakan Remaja dalam hal perubahan

fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

Pada tabel 4. diperoleh sebagian besar remaja memiliki tindakan baik yaitu sebanyak 157 orang (90,8 %) dan tindakan kurang sebanyak 16 orang (9,2 %). Hal ini menunjukkan bahwa remaja – remaja yang memiliki tindakan baik melakukan tindakan sesuai dengan perubahan fisiologis yang dialaminya dan remaja yang memiliki tindakan kurang tidak melakukan hal – hal yang sesuai dengan perubahan fisiologis yang dialaminya.

Pernyataan ini juga sesuai dengan penelitian Dewi, P (2010) yaitu sebagian besar remaja memiliki tindakan positif sebanyak 24 orang (72,7 %) dan yang memiliki tindakan negatif sebanyak negatif sebanyak 9 orang (27,3 %).

Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan atau praktek dilaksanakan setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian

terhadap apa yang diketahui. Dengan kata lain tindakan atau praktek dilaksanakan karena dinilai baik dan diyakini.

Kecerdasan pengetahuan, individu lebih mudah mengendalikan perilaku dan dorongan – dorongan dari dalam individu tersebut dalam melakukan suatu tindakan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya. Perkembangan kognitif yang dimiliki remaja dapat dikembangkan dan di aplikasikan dalam kehidupannya sehingga mereka mempunyai pola berfikir dan mampu menentukan tindakan dari apa yang telah mereka ketahui.

4. Perilaku Remaja dalam hal perubahan fisiologis pada masa pubertas di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013

Pada hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar remaja memiliki perilaku baik yaitu sebanyak 88 orang (50,9 %) dan sebagian kecil memiliki perilaku kurang yaitu sebanyak 85 orang ( 49,1 %). Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki perilaku baik telah melakukan sesuai dengan perubahan fisiologis yang dialami berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sedangkan remaja yang masih kurang memperhatikan perubahan fisiologis yang dialaminya masih mempunyai perilaku kurang.

Pernyataan ini juga sesuai dengan penelitian Dewi, P (2010) yaitu sebagian besar remaja memiliki perilaku baik sebanyak 28 orang (77,7%) dan sebagian kecil memiliki perilaku kurang yaitu sebanyak 8 orang 22,3(%).

Sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2007) dimana perilaku merupakan respons seseorang atau tindakan seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) yang merupakan kumpulan berbagai faktor saling berinteraksi. Sehingga dapat dilaksanakan jika tindakan tersebut di nilai baik dan diyakini.

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi perilaku individu dapat memberikan pengaruh yang baik sehingga individu memiliki perilaku yang baik. Dalam hal ini sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap individu dapat memiliki perilaku yang baik dan terhindar dari timbulnya gejala ketidak sesuaian, sehingga sekolah hendaknya berfungsi sebagai suatu lingkungan yang memberikan kemudahan dan mendukung terciptanya perilaku yang baik. Remaja yang sedang memasuki masa transisi memerlukan bantuan dan bimbingan dalam pemenuhan tugas – tugas perkembangan yang harus dikuasai. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya mampu mengantarkan siswa pada standar kemampuan profesional dan akademis tetapi juga mampu membuat perkembangan diri sebagai remaja yang sehat dan produktif.

KESIMPULAN

1. Perilaku remaja di SMP Yayasan Pendidikan

(18)

sebagian besar memiliki perilaku baik sebanyak 88 orang (50,9 %).

2. Pengetahuan remaja di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 sebagian besar berpengetahuan baik sebanyak 136 orang (78,6 %).

3. Sikap remaja di SMP Yayasan Pendidikan

Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013 sebagian besar memiliki sikap positif sebanyak 116 orang (67,1 %).

4. Tindakan remaja

5. di di SMP Yayasan Pendidikan Shafiyyatul

Amaliyyah Medan Tahun 2013 sebagian besar memiliki tindakan baik sebanyak 157 orang (90,8%).

SARAN

1. Agar tenaga kesehatan sebagai pelaksana

pelayanan kesehatan reproduksi remaja lebih aktif mengadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi bagi remaja dan orang tua.

2. Agar remaja lebih banyak menggali informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik sehingga lebih memahami dampak negatif perilaku remaja terhadap perubahan fisiologis.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. 2006. Psikologi perkembangan. Rafika aditama: Bandung

Ali, M. 2004. Psikologi remaja. Bumi aksara: Jakarta Azwar, R. 2007. Sikap manusia teori dan pengukurannya.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Dariyo, A. 2004. Psikologi perkembangan remaja. Ghalia Indonesia: Bogor

Depkes. RI. (2010). Visi misi Indonesia sehat. Diambil 22 November 2012, dar

Dewi, P. 2010. Perilaku remaja dalam menghadapi pubertas. Diambil 22 November 2012.

Yulianto, H. 2012. Program bimbingan pribadi-sosial

untuk mengembangkan konsep diri siswa (studi deskriptif terhadap siswa kelas X SMA Negeri 24 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. Diambil 24 November 2012

Fatwiany. 2010. Perubahan fisik remaja pada masa pubertas si SLTP Kemala Bhayangkari 1 Medan. Medan : Universitas Sumatera Utara

Gunarsa, S. 2000. Psikologi praktis : anak, remaja dan keluarga. Gunung

mulia : Jakarta

……...., 2003. Psikologi remaja.Gunung mulia: Jakarta Hidayat, AA. 2011. Metode penelitian kebidanan dan

teknik analisa data. Jakarta : Salemba Medika Hurlock, E. 1980. Psikologi perkembangan. Erlangga:

Jakarta

Jahja, Y. 2011. Psikologi perkembangan. Prenada media: Jakarta

Mahmud, DM.2002. Psikologi suatu pengantar.

BEFE.Yogyakarta

Maramis, W. 2006. Ilmu perilaku dalam pelayanan kesehatan. Airlangga: Surabaya

Notoatmojo, S. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Andi off seat. Yogyakarta

Pinem, S. 2009. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Trans info media: Jakarta

Purwanto, H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia untuk keperawatan. EGC. Jakarta

Sanjaya, W. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Kencana: Jakarta

Santrock, J. 2003. Adolescence perkembangan remaja. Erlangga: Jakarta

Santrock, JW. 1996. Adolescence Perkembangan Remaja. Erlangga. Jakarta

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh kembang remaja dan permasalahannya. Sagung seto: Jakarta

Somantri, A. 2011. Aplikasi statistika dalam penelitian. Bandung : Pustaka Setia

Sujanto, A. 1986. Psikologi perkembangan. Aksara baru: Jakarta

Suyanto dan Salamah, U. 2009. Riset kebidanan

metodologi dan aplikasi. Yogyakarta : Mitra cendikia pres

Widayatun, T. 1999. Ilmu perilaku. Sagung seto: Jakarta

(19)

KETEPATAN PEMERIKSAAN BTA APUSAN LANGSUNG DAN METODE

KONSENTRASI DENGAN KULTUR DALAM MENDIAGNOSIS

TUBERKULOSIS PARU DI MEDAN

Lestari Rahmah

1

, Amira Permatasari Tarigan

2

, Bintang Yinke M. Sinaga

3

1

Jurusan Analis Kesehatan Kemenkes Medan

2

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan

3

Dosen FK USU Medan

` Abstract

Introduction: Tuberculosis diagnostic, using microscopic examination of direct smear of acid-fast bacili

(AFB) from the spectrum of lung tuberculosis suspect is still important criteria today, but the sensitivity of this method is low enough, especially in the samples which contain a small number of bacteria. Culture is stronger, but it takes long time, high cost, and it is not conducted in all laboratories. BTA microscopic examination can use direct smear and concentration method. Staining technique which is usually used in microscopic examination is Ziehl Neelsen. The sensitivity of direct smear method tends to be low and can be increased by using concentration method because bacteria can be easily found. Objective of the research: The objective of the research was to find out the effectiveness of direct smear examination of AFB , and concentration method was compared with culture. Materials and Method: The samples consisted of 60 sputum samples from the patients of lung tuberculosis suspects who visited BP4 Medan and from private practices of tuberculosis specialists, and the samples had fulfilled inclusive criteria. Microscopic examination of acid-fast bacilli using direct smear and concentration method with Petroff method, using Ziehl Neelsen staining and culture with Lowenstein Jensen was conducted. Then we performed diagnostic test for direct smear and concentration method to compare it with culture. Result of the research: AFB examination with concentration method had sensitivity of 68.75%, specificity of 82.14%, the value of positive prediction of 81,48%, the value of negative prediction of 69.70%, ratio of positive likelihood of 3.85, and ratio of negative likelihood of 0.38, compared with culture method examination in finding BTA in sputum of lung tuberculosis suspects. The result of microscopic examination of direct smear method had the sensitivity of 59.38%, specificity of 92.68%, the value of positive prediction of 90.48%, the value of negative prediction of 66.67%, ratio of positive likelihood of 8.31, and ratio of negative likelihood of 0.44, compared with culture method examination in finding BTA in sputum of lung tuberculosis suspects. Conclusion: The ability of acid-fast bacilli examination of concentration methodsin diagnosis oflung tuberculosisis 9.37% higher thanthe directsmear but direct smear method gives bigger clinical benefit in diagnosing lung tuberculosis, compared with concentration method

Keywords: BTA, direct smear, concentration, culture

PENDAHULUAN

Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan dan merupakan nomor satu terbesar penyebab kematian dalam kelompok penyakit infeksi.

Jumlah penderita tuberkulosis paru di dunia berdasarkan Global Report WHO(2010)1 sebanyak 14,4 juta kasus. Penderita tuberkulosis paru terbanyak terdapat pada lima negara yaitu: India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia. Pada negara-negara miskin, tingkat kematian akibat penyakit tuberkulosis atau case fatality rate (CFR) sebesar 25% dari seluruh kematian.

Penderita TB di Indonesia adalah sekitar 5,8% dari total jumlah penderita TB dunia. Pada tahun 2009 di Indonesia tercatat sejumlah 294.732 kasus TB telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010)2 dan lebih

dari 169.213 diantaranya terdeteksi basil tahan asam positif (BTA+). Prevalensi penderita tuberkulosis paru di Indonesia sebesar 102 per 100.000 penduduk atau sekitar 236.029 kasus tuberkulosis paru BTA positif.2

Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2008 ditemukan sebanyak 14.158 orang penderita TB Paru dan 264 orang diantaranya meninggal dunia. Sebagian besar penderita TB Paru tersebut berusia 17–54 tahun (kelompok usia produktif) dengan persentase jumlah mencapai 70%. Seorang penderita dengan Basil Tahan Asam (BTA) positif dapat menularkan kepada 10–15 orang setiap tahunnya.3,4

Diagnosis laboratorik penyakit tuberkulosis masih merupakan masalah penting di Indonesia karena bertujuan untuk menekan penularan TB di masyarakat adalah dengan melakukan diagnosis dini yang defenitif. Diagnosis TB paru secara laboratorium dapat ditegakkan dengan ditemukannya Basil Tahan Asam (BTA) baik melalui pemeriksaan mikroskopis, kultur atau molekuler.5

Gambar

Tabel 1.  Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan  Pengetahuan Remaja dalam hal perubahan  fisiologis di SMP Yayasan Pendidikan  Shafiyyatul Amaliyyah Medan Tahun 2013
Tabel 2.  Distribusi Pengetahuan Remaja dalam hal  perubahan fisiologis di SMP Yayasan  Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan  Tahun 2013
Tabel 1.  Hasil Pemeriksaan BTA Metode Apusan  Langsung (Sewaktu, Pagi, Sewaktu)
Tabel 2.   Distribusi Frekuensi Rata-Rata Plak Indeks  Pada Siswa-Siswi Kelas II MTs Al-Wasliyah  Pancur Batu Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

harus menyesuaikan perkembangan alat kerja dan kualitas pelayanannya. Perubahan semacam ini membutuhkan investasi besar, dan tidak mudah dilakukan. 3) Pengaruh Ekonomi:

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul

Kinerja pelayanan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah didasarkan pada dua kegiatan yaitu memperluas lahan perkebunan dan jumlah produksi yang di hasilkan yang nantinya

Indikator 265 Apakah Penyelenggara Pusat Data sudah memiliki sistem manajemen untuk mengelola kompetensi sumberdaya manusia dan tenaga ahli rangka memastikan tersedianya layanan

ِتَٰجۡنَ ۡلِّٱ يِنْوُ ِّلِّ ٖذَٰيٓ َلِّ ِسبَهاىنٱَو ِمۡيانٱ ِفَٰهِز ۡخٱَو ِ ۡسَ ۡلِّٱَو ِد َٰى َٰماسنٱ ِكۡهَخ يِف ان ِِ إ Sesungguhnya dalam penciptaan langt

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh gaya mengajar dosen dan motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi swasta Kota

[r]

Jika ingin membuat tanaman bougenville ini mempunyai bunga beraneka warna, potong tunas muda tersebut dengan potongan miring, kemudia sambung dengan tunas dari jenis bunga