BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Konsep Keluarga
1.1. Pengertian Keluarga
Efendi (2009), mengemukakan pendapat bahwa keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional di mana individu mempunyai peran masing-masing. Setiadi (2008), mengemukakan bahwa keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik. Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan yang saling berkaitan, mempengaruhi antara sesama anggota keluarga, dan akan mempengaruhi masyarakat.
1.2. Tugas Kesehatan Keluarga
Beberapa tugas kesehatan keluarga yaitu: (a) mengenal masalah kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak dapat diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan serta persepsi keluarga terhadap masalah; (b) membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat yaitu sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan (Bailon dan Maglaya,1998 dalam Setiawati, 2008).
1.3. Peran Keluarga
Peran formal dalam keluarga yaitu: (a) peran sebagai ayah yaitu ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat, dan lingkungan; (b) peran sebagai ibu yaitu ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, dan dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan keluarga; (c) peran sebagai anak yaitu anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual (Nasrul Efendy, 1998 dalam Setiawati, 2008).
Achjar (2010), mengemukakan pendapatnya tentang pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, dan mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Remaja Putri
Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Defenisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode
usia antara 10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai perubahan fisik, emosi, dan psikis. Pada masa remaja juga merupakan suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti Yani, 2009).
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Tidak ada batas antara akhir masa kanak-kanak dan awal masa pubertas, akan tetapi dapat dikatakan bahwa pubertas diawali dengan berfungsinya ovarium.
Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi dengan teratur. Secara klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir pada saat sudah ada kemampuan reproduksi. Secara umum ada pegeseran permulaan pubertas ke arah umur yang muda, dikarenakan meningkatkan kesehatan umum dan gizi. Pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche dan perubahan psikis (Dianawati, 2003).
Perubahan yang terjadi yaitu: (a) munculnya tanda-tanda seks primer: terjadinya haid yang pertama (menarche) pada remaja perempuan; (b) munculnya
tanda-tanda seks sekunder yaitu: pada remaja perempuan pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, tumbuh rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, payudara membesar (Pinem,2009).
Di antara usia sekitar 8 dan 18 tahun tubuh anak perempuan berubah dari seorang anak menjadi seorang wanita, dibawah pengaruh hormon wanita yaitu
estrogen. Pertubuhan fisik remaja putri ada usia sekitar 8 tahun, setahun sebelum
pubertas bagi kebanyakan anak perempuan, tulang panggul mulai tumbuh dan lemak tertimbun pada payudara, panggul, dan paha. Pada tahap remaja, yang umumnya dimulai antara 10 dan 16 tahun, puting mulai muncul, dan rambut pubis dan ketiak mulai tumbuh. Pada tahap ini, organ genital berkembang dan mulai mendapatkan menstruasi. Lebih banyak lemak tertimbun pada panggul, payudara, dan paha. Saat berusia sekitar 18 tahun, pertumbuhan tulang telah lengkap dan mencapai tinggi dewasa. Kecepatan perubahan tubuh bergantung pada banyak faktor dan sangat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Rambut ketiak yaitu pada usia 14 tahun, rambut mulai timbul di ketiak dan kelenjar keringat menjadi aktif. Beberapa perubahan tubuh yaitu: (a) kulit yaitu hormon androgen
memengaruhi kulit, menimbulkan lebih banyak sekresi minyak dan timbulnya jerawat; (b) pinggang yaitu berbeda dengan panggul dan payudara yang melebar, pinggang mulai tampak lebih ramping dan jelas; (c) rambut pubis yaitu rambut ini pertama kali tumbuh saat berusia sekitar 12 tahun dan perlahan akan menjadi lebih tebal dan lebih keriting, menyebar ke atas membentuk segitiga; (d) paha
yaitu bagian dalam dan luar paha membentuk bantalan lemak dari usia 14 tahun, menjadikan tubuhmu lebih berlekuk feminim; (e) panggul yaitu saat tulang panggul tumbuh, panggul mulai melebar. Lemak timbun membentuk ciri tubuh wanita (Stoppard, 2010).
Fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi. Faktor lingkungan dapat memberi pengaruh untuk mempercepat perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ penting, yaitu: hipotalamus dan hipofisis. Ketika
kedua organ ini bekerja, ada tiga kelenjar yang dirangsang, yaitu: kelenjar gondok, kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ reproduksi. Ketiga kelenjar tersebut akan saling bekerja sama dan berinterakasi dengan faktor genetik maupun lingkungan. Perubahan fisik pada remaja putri yaitu: Pertambahan tinggi badan, tumbuh rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak, kulit menjadi lebih halus, suara menjadi lebih halus dan tinggi, payudara mulai membesar, pinggul semakain membesar, paha membulat, dan mengalami menstruasi. Perubahan-perubahan yang dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron (Aryani, 2010).
Perkembangan remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu: (a) masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas antara lain: ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya; (b) masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain: mencari identitas diri timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktivitas seksual dan mempunyai rasa cinta yang mendalam; (c) masa remaja akhir (16-19 tahun) dengan ciri khas antara lain: mampu berpikir abstrak, lebih
selektif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta dan pengungkapan kebebasan diri (Pinem, 2009).
3. Menstruasi Pertama Pada Remaja Putri
Menarche adalah menstruasi pertama perempuan yang umumnya terjadi
pada usia sekitar 10-11 tahun. Rangsangan pancaindera dengan diubah di dalam
korteks serebri dan melalui nucleus amigdala disalurkan menuju ke hipotalamus.
Rangsangan pada hipotalamus, merangsang pembentukan dalam bentuk
gonadothropic releasing factor (hormon) yang merangsang hipofisis anterior
dengan sistem portal sehingga hipofisis mengeluarkan follicle stimulating
hormone (FSH) yang akan merangsang ovarium (folikel de graaf) untuk
mengeluarkan hormone estrogen. Keadaan ini terjadi pada perempuan berusia
sekitar 8-9 tahun. Estrogen dengan konsentrasi rendah ini sudah mampu
merangsang pertumbuhan payudara karena organ ini mempunyai reseptor untuk estrogen, khususnya pada glandula. Estrogen juga menimbulkan perubahan
organ-organ seks sekunder, diantaranya: distribusi rambut, deposit jaringan lemak,
pertumbuhan vulva, dan perkembangan endometrium di dalam uterus.
Rangsangan enstrogen yang cukup lama terhadap endometrium akhirnya
menimbulkan perdarahan pertama disebut menarche (Manuaba, 2007). Menstruasi
pertama tampak cairan yang keluar hitam kecokelatan (Stoppard, 2010).
Menarche disebut haid yang pertama kali terjadi. Setelah masa
reproduksi, wanita akan memasuki masa klimakterium yang terjadi secara
berhenti sesuai usianya. Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan telah menunaikan faalnya. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2-7 hari (Aryani, 2010).
Menstruasi adalah salah satu perubahan yang menjadi tanda kedewasaan seorang wanita. Secara biologi, wanita akan memasuki usia produktif sejak mendapat menstruasi. Sel telur sudah dapat dibuahi dan kemungkinan dapat terjadi jika wanita melakukan hubungan intim dengan lawan jenisnya. Pada siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. Beberapa wanita mengalami menstruasi sangat cepat pada usia 9 tahun. Sebagian lagi mengalami menstruasi yang lama pada usia 18 tahun. Hal tersebut dipengaruhi faktor genetik, nutrisi, lingkungan, dan ras. Menstruasi bisa tidak teratur dan berlangsung dua bulan sekali atau dua kali dalam satu bulan. Kondisi ini dikarenakan produksi hormon kewanitaan yang belum teratur. Menstruasi akan semakin teratur seiring dengan kematangan organ reproduksi (Indarti, 2004).
3.1. Fisiologi Terjadinya Menstruasi
Aryani (2010), mengemukakan fisiologi terjadinya menstruasi yaitu: a. Stadium Menstruasi
Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat itu, endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan. Hormon-hormon ovarium berada pada kadar paling rendah.
b. Stadium Proliferasi
Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari. Dimulai sejak berhentinya darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulai fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua
fungsional yang mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini, endometrium tumbuh kembali antara hari ke-12 sampai 14
dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur disebut ovulasi.
c. Stadium Sekresi
Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa
sesudah terjadinya ovulasi dan hormon progesteron mempengaruhi
pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim).
d. Stadium Premenstruasi
Stadium yang berlangsung selama 3 hari dengan infiltrasi sel-sel
darah putih. Stroma mengalami disintegrasi dengan hilangnya cairan dan sekret sehingga akan terjadi kolaps dari kelenjar dan arteri. Pada
saat ini terjadi vasokontriksi, kemudian pembuluh darah itu
berelaksasi dan akhirnya pecah.
Aryani (2010:106) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi menstruasi yaitu:
a. Faktor Hormon
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu: (a) Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang
dikeluarkan oleh hipofisis; (b) Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium;
(c) Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis; (d) Progesteron yang dihasilkan oleh ovarium.
b. Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang
berperan dalam sintesis protein dan metabolisme serta mengakibatkan
regresi endometrium dan perdarahan.
c. Faktor vascular
Fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam
lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium akan
tumbuh arteri dan vena. Regresi endometrium yang akhirnya terjadi
nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari
arteri maupun vena.
d. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin dengan adanya desintegrasi
miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada
haid.
3.3. Siklus Menstruasi
Umumnya siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari (21 sampai 30 hari), yaitu pada hari 1-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan
folikel primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut, sel oosit primer akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel
berkembang menjadi folikel de Graaf yang masuk, folikel ini juga
menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis.
Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus dan
endometrium yang terkelupas saat menstruasi. Selain itu, estrogen
menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang berovulasi yang terjadi
pada hari ke-14. Waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus
(Aryani, 2010).
Selain itu, LH merangsang folikel yang berubah menjadi badan kuning
(corpus luteum). Badan kuning menghasilkan hormon progesteron yang
berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio disebut fase luteal. Selain itu, progesteron juga berfungsi menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya korpus luteum mengecil dan menghilang. Pembentukan progesteron berhenti
menjadi kering, terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak
ada progesteron, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses
oogenesis kembali (Aryani, 2010).
Siklus menstruasi sekitar 28 hari yaitu: (a) pada hari 1-5 merupakan dinding rahim rontok dan mengalir keluar melalui vagina; (b) pada hari 1-12 merupakan hormon hipofisis merangsang pertumbuhan sebuah folikel telur. Estrogen dari ovarium menyebabkan penebalan dinding rahim; (c) pada hari
12-16 merupakan ovulasi di mana telur dilepaskan dan ovarium mulai
menghasilkan progesteron; (d) pada hari 17-24 merupakan telur berjalan di
sepanjang tuba fallopi menuju ke rahim; (e) pada hari 24-28 jika tidak ada
pembuahan. Ovarium berhenti menghasilkan progesteron, sehingga memicu
menstruasi. Hormon membuat ovarium menghasilkan telur dan dinding rahim
melalui tuba fallopi. Jika telur tidak dibuahi, telur akan dibuang bersama
dinding rahim (Stoppard, 2010).
3.4. Gangguan Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan terjadi menurut siklusnya dari rahim yang menggambarkan rangsangan hormonal pada endometrium karena tidak terjadi kehamilan. Menstruasi menggambarkan kedewasaan biologis seorang wanita. Masa menstruasi terjadi karena menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron. Menurunnya hormon-hormon tersebut mengakibatkan kerusakan lapisan endometrium. Akibatnya,
terjadi perdarahan dan pelepasan lapisan endometrium yang disebut darah menstruasi. Lamanya siklus darah menstruasi normal dihitung dari jarak antara tanggal mulainya menstruasi sebelumnya dengan mulainya menstruasi berikutnya, yaitu berkisar antara 25-32 hari. Lama menstruasi antara 3-7 hari. Ada juga wanita yang mengalami menstruasi 1-2 hari, kemudian perdarahan sedikit demi sedikit mengikutinya. Sebagian lagi mengalami menstruasi lebih lama, yaitu 7-10 hari. Jumlah darah yang dikeluarkan saat menstruasi sekitar 20-40 ml. Oleh karena itu, beberapa wanita merasa sangat lemas saat menstruasi dan membutuhkan 2-5 pembalut untuk menampung darah menstruasi setiap harinya. Sebagian wanita mengalami nyeri saat menstruasi
(dismenorea). Hal ini dapat dikarenakan saluran rahim yang masih sempit
sehingga bersifat normal. Gangguan menstruasi lain, yaitu tidak semua wanita mendapatkan menstruasi dengan siklus dan jumlah hari yang normal. Gangguan kesehatan atau ketidakseimbangan hormon indung telur sering menimbulkan masalah menstruasi (Indarti, 2004).
Beberapa gangguan menstruasi (Aryani, 2010) yaitu: a. Konseptual Disfungsi Menstruasi
Konsep menstruasi secara umum adalah terjadinya gangguan dari pola perdarahan menstruasi seperti menorraghia (perdarahan yang banyak dan
lama), oligomenorrhea (menstruasi yang jarang), polymenorrhea (menstruasi
yang sering) dan amenorrhea (tidak haid sama sekali). Disfungsi menstruasi
ini berdasarkan fungsi dari ovarium yang berhubungan dengan anovulasi dan
gangguan pola menstruasi. Lamanya menstruasi dapat dipengaruhi oleh keadaan dysmenorhea atau gejala lain seperti sindrom premenstruasi.
Gangguan perdarahan menstruasi dapat menimbulkan risiko patologis apabila dihubungkan dengan banyaknya kehilangan darah, mengganggu aktivitas sehari-hari, adanya indikasi, dan tanda-tanda kanker.
b. Gangguan Lamanya Siklus Menstruasi
Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi dengan kategori
amenorrhea primer jika pada wanita diusia 16 tahun belum mengalami
menstruasi, sedangkan amenorrhea sekunder adalah yang terjadi setelah
menstruasi. Secara klinis, kriteria amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi
selama enam bulan atau selama tiga kali tidak menstruasi sepanjang siklus menstruasi sebelumnya. Berdasarkan penelitian, kategori amenorrhea adalah
apabila tidak ada menstruasi dalam rentang waktu 90 hari. Amenorrhea sering
terjadi pada wanita yang sedang menyusui, tergantung frekuensi menyusui dan status nutrisi dari wanita tersebut.
Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak interval
yang pendek atau tidak normalnya jarak waktunya yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari. Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak
siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari. Defek pada fase luteal
adalah tidak adekuatnya sekresi atau kerja dari hormon progesteron sehingga
mengganggu proses siklus menstruasi di endometrium.Defek pada fase luteal
ini sering ditemukan pada wanita yang mengalami infertilitas dan abortus spontan yang berulang.
3.5. Faktor Resiko
Penelitian mengenal faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi
adalah pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, proses ovulasi, dan
adekuatnya fungsi luteal. Perhatian khusus saat ini juga ditekankan pada
perilaku diet dan stres pada atlet wanita. 1) Berat badan.
Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya
penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan
yang berat dapat menimbulkan amenorrhea. 2) Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi menstruasi. Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki resiko untuk mengalami amenorrhea, anovulasi dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisik
yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) dan
aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen.
3) Stress
Stress menyebabkan perubahan sistematik pada tubuh, khususnya sistem persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau
endogenous opiate yang dapat mempengaruhi evelasi kortisol basal dan
menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea
4) Diet
Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang
pendek, tidak normalnya siklus, menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorrhea.
5) Paparan lingkungan dan kondisi kerja
Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang dibandingkan dengan berat kerja ringan dan sedang. Wanita yang bekerja di pertanian mengalami jarak menstruasi yang lebih panjang dibandingkan dengan wanita yang bekerja perkantoran. Paparan suara bising di pabrik dan intensitas yang tinggi dari pekerjaan berhubungan dengan keteraturan dari skilus menstruasi. Paparan agen kimiawi dapat mempengaruhi/meracuni ovarium, seperti beberapa obat anti-kanker (obat sitotoksik) merangsang gagalnya proses di ovarium termasuk hilangnya folike-
folikel, anovulasi, oligomenorrhea, dan amenorrhea. Selain itu, tembakau
pada rokok juga berhubungan dengan gangguan pada metabolisme estrogen
Faktor tersebut menyebabkan resiko infertilitas dan menopouse yang lebih
cepat. Hasil penelitian pendahuluan dari merokok dapat juga menyebabkan
dysmenorhea, tidak normalnya siklus menstruasi, serta pendarahan menstruasi
yang banyak.
6) Sinkronisasi proses menstruasi (interaksi sosial dan lingkungan)
Interaksi manusia dengan lingkungan merupakan siklus yang sinkron/berirama. Proses interaksi tersebut melibatkan fungsi hormonal. Salah
satu fungsi hormonal adalah hormon-hormon reproduksi. Adanya pherohormon yang dikeluarkan oleh setiap individu lain melalui persepsi dari
penciuman baik melalui interaksi dengan individu jenis kelamin sejenis maupun lawan jenis, serta dapat menurunkan variabilitas dari siklus
menstruasi dan sinkronisasi dari onset menstruasi.
7) Gangguan endokrin
Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta
hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevelansi
amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit
polycystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi insulin, dan
oligomenorrhea. Amenorrhea dan oligomenorrhea pada wanita dengan
penyakit polycystic ovarium berhubungan dengan insensitivitas hormon insulin dan menjadikan wanita tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan
dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipertiroid
berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.
Gangguan Pendarahan terbagi menjadi tiga yaitu pendarahan yang berlebihan dan pendarahan yang panjang, dan pendarahan yang sering. Dan adanya kondisi patologi. Abnormal Uterin Bleeding (AUB) adalah suatu
keadaan yang menyebabkan gangguan pendarahan menstruasi. Secara umum terdiri dari: (a) Menorraghia yaitu kondisi pendarahan yang terjadi regular
dalam interval yang normal, durasi dan aliran darah berlebihan/banyak; (b)
Metrorraghia, yaitu kondisi pendarahan dalam jarak yang tidak teratur, durasi
dan aliran darah berlebihan banyak; (c) Polymenorrhea yaitu kondisi
pendarahan dalam interval kurang dari 21 hari. Dysfungsional Uterin Bleeding (DUB) adalah gangguan pendarahan dalam siklus menstruasi yang tidak
berhubungan dengan kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi
menopouse. Pendarahan yang berlebihan merupakan sebagai suatu kondisi
kehilangan darah lebih dari 80 ml per menstruasi. Faktor gangguan koagulan, endometriosis, fibroid, infeksi uterus, dan ketidakseimbangan prostaglandin
menyebabkan pendarahan yang banyak. Pendarahan yang panjang didefinisikan sebagai suatu kondisi pendarahan lebih dari 7-8 hari.
9) Dysmenorrhea
Pada saat menstruasi akan mengalami nyeri yang sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut dinamakan dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan fenomena
simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Gejala
menstruasi. Dysmenorrhea terbagi atas dua macam: (a) Nyeri haid primer
merupakan timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis, fisik, dan seperti stress, syok, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan; (b) Nyeri haid sekunder adalah ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista
atau polip, tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang
mengganggu organ dan jaringan disekitarnya.
Premenstruasi syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi, dapat
menyertai sebelum atau saat menstruasi, seperti perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah, nafsu makan meningkat, dan suka makan makanan yang rasanya asam serta emosi menjadi labil. Gejala yang sering timbul pada PMS adalah mengalami kram perut, nyeri kepala,
pingsan, berat badan bertambah karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak, serta pinggang terasa pegal. Tindakan untuk mengurangi gejala tersebut diantaranya adalah : (a) mengurangi makanan yang bergaram seperti: kentang goreng, kacang-kacangan dan makanan berbumbu, untuk mengurangi penahanan air berlebih; (b) kurangi makanan yang berupa tepung, gula, kafein, dan cokelat; (c) tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin C dosis tinggi, seminggu sebelum menstruasi; (d) konsumsi makanan berserat dan perbanyak minum air putih; (e) jika menstruasi cukup banyak
mengeluarkan darah, perbanyak makan makanan atau suplemen yang mengandung zat besi agar terhindar dari anemia (Aryani, 2010).
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasi sakit perut sewaktu menstruasi yaitu: (a) kompres dengan botol panas (hangat) pada bagian yang terasa kram (bisa diperut atau pinggang bagian belakang); (b) mandi air hangat, boleh juga menggunakan aroma terapi untuk menenangkan diri; (c) menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit (Aryani, 2010).
3.6. Perlindungan Kesehatan Reproduksi Selama Haid
Pembalut biasa memiliki kekurangan yaitu dapat melukai kulit lipat paha. Jika haid dianggap biasa, tentu orang luar tidak akan peduli ketika haid sedang belangsung. Sikap seperti ini hanya terjadi pada masyarakat yang memandang haid sebagai sesuatu yang memalukan dan harus disembunyikan. Dewasa ini, pembalut yang tipis dan dibuat untuk ditempelkan pada celana wanita, disukai karena melindungi wanita terhadap noda haid dan tidak terlalu digunakan. Tetapi tampon intravaginal memiliki kelebihan: tidak kelihatan, dan tidak
mempersulit gerakan. Tampon dapat digunakan usia, karena dapat dimasukkan ke dalam vagina tanpa merasa tidak nyaman. Tampon khusus
yang tipis tersedia untuk wanita yang belum pernah berhubungan badan. Tampon banyak disukai remaja putri dari pada pembalut. Tetapi wanita yang darah haid banyak, merasakan tampon kurang nyaman karena rembesan darah
dan lebih senang memakai pembalut biasa. Tampon harus diganti setiap 4 jam selama haid secara teratur karena dapat mengakibatkan gangguan vagina dan dalam beberapa kasus mengakibatkan kondisi toxic shock (Jones Llewellyn,
2005).
Cara umum yang dipakai untuk menyerap darah menstruasi sebagai berikut: (a) menggunakan tampon yaitu bentuk tampon yang sangat tipis, panjangnya sekitar 9 cm, terbuat dari kapas yang sangat lembut. Pemakaian tampon adalah dengan memasukkan ke dalam lubang vagina sambil ditekan
menggunakan jari tangan. Cara kerja tampon ini seperti sepon yang mengembang karena menyerap dan menahan aliran darah yang keluar. Jika menstruasi mengeluarkan darah lebih banyak, biasanya seseorang dapat menggunakan tampon dan pembalut sekaligus. Efek samping pemakaian tampon ini dapat menyebabkan timbulnya toxic shock syndrome atau TSS
dengan gejala tangan dan kaki berkeringat dingin, diare disertai muntah dan demam. Untuk menghindari terjadinya TSS tersebut penggantian tampon harus
rajin dilakukan setiap 5-7 jam sekali. Sebenarnya, jika mengikuti setiap petunjuk yang penggunaan tampon adalah pilihan yang tepat karena nyaman, aman, dan praktis. Sehingga tampon tidak akan merusak selaput darah seseorang; (b) menggunakan pembalut yaitu pembalut terbuat dari bahan yang telah disterilkan dan berisi kapas. Pembalut ini juga perlu diganti setiap 4-6 jam sekali. Sekarang ini, banyak dijual macam-macam merek pembalut, dari yang tipis, panjang, wing (ada sayapnya), nonwing (tidak ada sayapnya),
mengakibatkan iritasi kulit pada lipatan paha, sehingga akan menimbulkan rasa tidak nyaman (Aryani, 2010).
Pilihan pembalut dan tampon yaitu: (a) pembalut biasa yaitu pembalut tebal yang dikenakan di celana dalam, biasanya dengan perekat; (b) pembalut berbentuk yaitu dikenakan di celana dalam, ditahan agar tidak bergeser oleh perekat; (c) pembalut dengan sayap yaitu sayap perekat menjaga pembalut lebih kuat dalam celana; (d) panty liner yaitu untuk perdarahan sedikit dan
berperekat; (e) tampon yaitu kecil, nyaman, tetapi harus dimasukkan dengan tangan; (f) tampon dengan aplikator yaitu aplikator mendorong tampon ke
dalam vagina (Stoppard, 2010).
Menjaga kebersihan selama menstruasi yaitu: (a) gantilah pembalut atau tampon 3-4 kali sehari; (b) cucilah tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut dan tampon;(c) basuh vulva setiap hari dari arah depan ke belakang,
menggunakan sabun bayi dan air; (d) jangan menggunakan bedak atau deodoran; (e) untuk mengurangi resiko infeksi, jangan menggunakan tampon pada malam hari dan gunakanlah pembalut; (f) ada infeksi yang sangat jarang, yaitu sindrom syok toksik (toxic shock syndrome, TSS), yang berhubungan
dengan pemakaian tampon. Untuk menghindari dari infeksi gunakan tampon yang menyerap dan jangan membiarkan tampon di dalam lebih dari delapan jam (Stoppard, 2010).
Perlu kita sadari bersama bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara umum sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat. Misalnya: makan dengan menu seimbang, adanya keseimbangan antara bekerja dan istirahat, olahraga, rekreasi, dan lainnya. Beberapa cara memelihara kesehatan sistem reproduksi yaitu:
a. Penggunaan pakaian dalam
Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat. Kain yang tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab. Kondisi ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai, serta sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet yang berlebihan akan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal.
b. Penggunaan Handuk
Masyarakat Indonesia masih menggunakan handuk sebagai perlengkapan mandi yang dipakai secara berulang, bahkan ada yang menggunakan satu handuk secara bersamaan dalam satu keluarga. Penggunaan handuk secara berulang diperbolehkan, tetapi yang perlu diperhatikan adalah handuk harus selalu dijemur setiap kali selesai dipakai. Handuk dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga jasad
renik yang ada pada handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi.
Sebaliknya handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak nyaman dipergunakan. Penggunaan handuk secara bersamaan hendaknya dihindari. Handuk yang digunakan secara bersamaan bisa menjadi media penularan penyakit penularan penyakit kulit dan kelamin, misalnya scabies dan pedikulosis pudis. Gejala
scabies yang utama adalah pruritis pada malam hari, karena aktivitas
tunggu meningkat pada suhu kulit yang lembab dan hangat.
Pedikulosis pubis disebabkan oleh kutu Pthirus pubis. Bila kutu ini
menggigit, maka tidak terlihat jelas bekas gigitannya. Namun setelah 30 hari akan timbul pruritis, eritema, dan infeksi sekunder.
c. Memotong bulu pubis
Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu. Guna memelihara kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur. Dengan
mencukur bulu-bulu pubis, kebersihan bulu-bulu pubis akan selalu
terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad renik, serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang
dan lebat (khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat buang air kecil.
d. Kebersihan alat kelamin luar
Bagi remaja putri harus membiasakan diri untuk membersihkan vulva
setiap setelah buang air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam
adalah perilaku yang benar. Teknik membersihkan vulva adalah dari
arah depan ke belakang. Jika perlu, gunakan air bersih yang hangat. Bersihkan vulva dengan tidak menggunakan cairan antiseptik secara
berlebihan, karena akan merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Kuman ini memecah glikogen pada lendir vagina menjadi
asam (PH ± 4,5) yang bersifat bakterisida (membunuh kuman). Penggunaan antiseptik yang berlebihan akan membunuh flora normal
dan memberi kesempatan bagi berkembangan biaknya kuman
patogenik, sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi.
e. Penggunaan pembalut wanita
Remaja putri harus memakai pembalut wanita yang bersih saat menstruasi. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan tidak berwarna dan tidak mengandung parfum (pewangi). Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada vulva. Setelah buang air kecil
atau buang air besar, ganti dengan pembalut yang bersih (baru). Jenis ukuran pembalut disesuaikan dengan kebutuhannya, misalnya pada saat menjelang haid dan mulai terasa adanya keputihan yang sifatnya fisiologis, bisa menggunakan pembalut yang berukuran kecil
(pantyliner).
Kerugian remaja bila melakukan hubungan seksual pranikah adalah sebagai berikut: (1) risiko menderita penyakit menular seksual, misalnya gonore, sifilis, HIV/AIDS, herpes simpleks, herpes genitalis,
dan lain sebagainya; (2) remaja putri berisiko mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Bila ini terjadi, maka berisiko terhadap tindakan aborsi, infeksi ,dan kematian karena perdarahan. Bila kehamilan diteruskan, maka berisiko melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat.
g. Bagi remaja, untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan dorongan biologis bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: (1) pendidikan agama dan budi pekerti; (2) penerapan hukum-hukum agama dalam kehidupan sehari-hari (Aryani, 2010).
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
1. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian pada tinjauan kepustakaan, maka penelitian ini menggunakan kerangka kerja dengan pendekatan teori konseptual (Setiadi, 2007). Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche adalah peran orang tua dalam memberikan pengetahuan
tentang menarche dan membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan
Bedasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat ditetapkan kerangka konsep sebagai berikut :
Skema 3.1 : Peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
2. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Skala
Ukur Hasil Ukur Peran
Ibu
1) Memberi pengetahuan tentang menarche adalah
remaja putri mengerti perubahan fisik dan
menarche yang terjadi
pada masa pubertas.
2) Membimbing remaja putri dalam menjaga kesehatan reproduksi adalah agar remaja putri memahami akan
kebersihan organ
reproduksi saat menstruasi
Kuesioner ini berisi 20 pernyataan berstruktur, jenis pernyatan tertutup dengan pertanyaan “ya” atau “tidak”. Pertanyaan yang diberi nilai 1 = untuk jawaban ya, dan 0 = Skala Ordinal
Peran Ibu baik jika skor 14-10 Peran Ibu cukup jika skor 9-5
Peran Ibu kurang jika skor < 4
Peran Ibu baik jika skor 6-5
Peran Ibu cukup jika skor 4-3 Peran Ibu kurang jika 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang Peran Ibu : 1. Memberikan pengetahuan tentang menarche . 2. Membimbing dalam menjaga kesehatan reproduksi. Remaja Putri
dan terhindar dari penyakit infeksi untuk jawaban tidak. skor < 2 BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui peran ibu dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam menghadapi menarche di Desa Bandar Setia Kecamatan