• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Botani Stroberi"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Botani Stroberi

Stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Dalam klasifikasi tanaman, stroberi termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales,

famili Rosaceae, genus Fragaria dan spesies Fragaria spp. Salah satu spesies

tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L menyebar ke berbagai negara

Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih

menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia (Deputi Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2000).

Menurut Staundt (1999) di Indonesia tanaman stroberi yang dibudidayakan dan telah banyak dikonsumsi oleh masyarakat merupakan hasil

persilangan antara Fragaria virginiana L. varietas Duschene asal Amerika Utara

yang berukuran kecil tapi beraroma dengan Fragaria chiloensis L. varietas

Duschene asal Chili, negara Eropa, yang memiliki ukuran buah besar. Hasil persilangan ini menghasilkan tanaman dengan buah berukuran besar tetapi harum dan manis.

Tanaman stroberi berukuran cukup besar dan tegap, tingginya bisa

mencapai 35 cm, batang utamanya pendek dan tebal disebut dengan crown. Daun

stroberi termasuk daun majemuk beranak tiga (trifoliate), tersusun melingkar pada

crown yang meroset dengan tepi anak daun bergerigi dan berwarna hijau.

Menurut Sukumalanandana dan Verheij (1991), bunga tanaman stoberi bermahkota putih, berbentuk agak bundar, terdiri atas 25-37 benang sari dan ratusan putik yang menempel pada reseptakel dengan pola melingkar. Tangkai bunga stroberi dapat mencapai panjang 14 cm. Pada ujung tangkai utama terdapat bunga primer yang lebih mendominasi perkembangan bunga. Bunga stroberi dengan benang sari yang panjang lebih efektif dalam proses penyerbukan.

Buah sejati stroberi tenggelam dalam torus yang membengkak. Setelah satu bulan pembungaan buah stroberi akan matang dan ukuran buahnya akan menurun menurut percabangan yang makin keatas. Meskipun berbunga dan berbuah terus menerus di daerah tropis, menanam stroberi di musim hujan kurang

(2)

menguntungkan karena rendahnya tingkat pertumbuhan dan penyerbukan serta tingginya pembusukan buah.

Gunawan (1996) menambahkan bahwa buah stroberi berwarna merah

yang biasa dikenal adalah buah semu yang sebenarnya merupakan receptacle

yang membesar. Buah sejatinya yang berasal dari ovul yang telah diserbuki berkembang menjadi buah yang kering dengan biji yang keras. Struktur buah

keras ini disebut achene. Buah-buah sejati ini berukuran kecil dan menempel pada

receptacle yang membesar. Ukuran stroberi ditentukan oleh jumlah buah achene

yang terbentuk sedangkan jumlah buah achene yang terbentuk ditentukan oleh

jumlah pistil dan keefektifan penyerbukan.

Varietas stroberi yang dibudidayakan di Vin’s Berry Park adalah varietas

earlibrite dan strawberry festival. Menurut Chandler et al. (2000) earlibrite

merupakan hasil persilangan antara rosalinda dan FL 90-38 dan diperkenalkan pada tahun 1993. Varietas ini dinamakan earlibrite karena berproduksi tinggi pada awal musim dan buahnya berwarna merah cerah. Earlibrite termasuk tanaman hari

pendek dan memiliki ciri-ciri yaitu rata-rata panjang petiole 108 mm, rata-rata

panjang dan lebar pangkal daun berturut-turut adalah 81 dan 71 mm, rata-rata panjang dan lebar daun kedua adalah 75 dan 72 mm, bentuk buah pertama sering

globose-conic, bentuk buah kedua dan ketiga antara conic-wedge shaped, rata-rata

ukuran buah kecil dan tekstur buah sering lunak, warna buah luar antara orange

kemerahan dan warna bagian dalam antara orange sampai merah, mudah terkena

antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum, dan proses

pengiriman dan shelf life masih bermasalah.

Chandler (2004) menyatakan bahwa varietas strawberry festival ’Florida Festival’ diperkenalkan pada tahun 2000. Varietas ini termasuk tanaman hari

pendek seperti halnya earlibrite. Ciri-cirinya yaitu rata-rata panjang petiole dan

diameter buah 120 mm dan 3.5 mm, rata-rata panjang dan lebar pangkal daun berturut-turut adalah 78 dan 73 mm, rata-rata panjang dan lebar daun kedua adalah 69 dan 72 mm.

(3)

Syarat Tumbuh

Shoemaker (1955) menyatakan bahwa stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki ketinggian >1000 m dpl dengan temperatur optimum 17.5–20.5 derajat Celcius. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600-700 mm/tahun. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang dibutuhkan dalam pertumbuhan adalah 8–11 jam setiap harinya. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi antara 80-90%.

Hidayat (2005) menyatakan bahwa media tanam yang cocok jika ditanam di kebun adalah tanah liat berpasir, subur, gembur, dan mengandung banyak bahan organik, air, dan udara. Tanaman stroberi memerlukan pH tanah 5.4-7.0 untuk budidaya di kebun atau 6.5-7.0 untuk budidaya dalam pot.

Menurut Asrodiah (2005), pemberian air yang teratur merupakan hal yang sangat penting karena mempengaruhi awal pertumbuhan yang baik dan mempengaruhi ukuran buah. Stroberi yang ditanam di kebun harus memperhatikan kedalaman air tanah yang disyaratkan antara 50-100 cm dari permukaan tanah. Penggunaan mulsa biasanya digunakan untuk mengurangi kelembaban tanah, mengurangi serangan hama dan penyakit, mengurangi buah yang busuk dan dapat mengontrol suhu tanah. Stoberi yang ditanam di dalam

rumah plastik (green house) dapat meningkatkan persentase buah karena tidak

terganggu oleh hujan, serangan hama dan penyakit menjadi berkurang karena tanaman tertutup oleh sungkupan atau berada dalam rumah plastik dan menghemat penggunaan pupuk.

Pembibitan

Pembibitan stroberi dapat melalui dua cara yaitu pembibitan secara generatif dan pembibitan secara vegetatif. Menurut Darwis (2007), perbanyakan generatif (melalui biji) dilakukan dengan cara benih dibeli dari ruang penjualan pertanian, rendam benih di dalam air selama 15 menit lalu keringanginkan. Kotak persemaian berupa kotak kayu atau plastik, diisi dengan media berupa campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang (kompos) halus yang bersih dengan perbandingan 1:1:1. Benih disemaikan merata diatas media dan ditutup dengan

(4)

tanah tipis. Kotak semai ditutup dengan plastik atau kaca bening dan disimpan

dan disimpan pada temperatur 18-200 C.

Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap dipindah tanam ke bedeng sapih dengan jarak antar bibit 2-3 cm. Media tanam bedeng sapih sama dengan media persemaian. Bedengan dinaungi dengan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk daun. Setelah berukuran 10 cm dan tanaman telah merumpun, bibit dipindah ke kebun.

Pembibitan vegetatif dapat menggunakan dua jenis bibit yaitu bibit anakan dan bibit stolon. Tanaman induk yang dipilih harus berumur 1-2 tahun, sehat, dan produktif. Penyiapan bibit anakan dilakukan dengan cara rumpun dibongkar dengan cangkul, tanaman induk dibagi menjadi beberapa bagian yang sedikitnya mengandung satu anakan. Setiap anakan ditanam dalam polibag 18x15 cm berisi campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang halus dengan perbandingan 1:1:1, simpan di bedeng persemaian beratap plastik.

Penyiapan bibit stolon dilakukan dengan cara rumpun yang dipilih telah memiliki stolon yang pertama dan kedua. Kedua stolon ini dipotong. Bibit ditanam didalam polibag 18x15 cm berisi campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Setelah bibit memiliki tinggi 10 cm dan berdaun rimbun, bibit siap dipindah ke kebun.

Pembibitan untuk budidaya stroberi di polibag dilakukan hampir sama dengan pembibitan untuk budidaya stroberi di kebun. Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan dengan cara yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Setelah bibit persemaian berdaun dua atau bibit dari anakan/stolon di polibag kecil (18x15 cm) siap pindah, bibit dipindahkan ke polibag besar berukuran 30x20 cm berisi media yang sama. Di polibag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan buah.

Menurut Budiman dan Saraswati (2005), tanaman stroberi yang tingginya rata-rata 20 cm mudah diperbanyak dengan stolon/sulur. Namun, untuk tanaman hibrida tidak layak diperbanyak karena kualitas dan kuantitas hasilnya tidak sebaik tanaman induk. Stolon adalah batang yang tumbuh horizontal sepanjang permukaan tanah. Pada satu stolon biasanya muncul 4-5 anakan. Pada stolon terdapat ruas-ruas yang dapat mencapai 30 cm. Pada ruas terdapat pucuk aksilar

(5)

yang dilindungi oleh bractae. Anakan membentuk akar pada saat pucuk membentuk daun trifoliate. Namun, yang baik digunakan untuk bibit adalah stolon kesatu dan kedua dari induknya. Stolon berikutnya tidak baik untuk bibit karena sifatnya sudah tidak sama lagi dengan induknya.

Gunawan (1996) menyatakan bahwa untuk mendapatkan bibit induk yang

bebas virus, perbanyakan dapat dilakukan dengan teknik in vitro. Stroberi

termasuk salah satu tanaman yang mudah diperbanyak dengan teknik tersebut. Daerah meristem pucuk dengan beberapa primordia daun disterilkan dan diambil secara hati-hati dengan bantuan mikroskop binokuler. Pucuk yang berukuran 0.5-0.7 mm ini pada umumnya tidak mengandung virus. Pucuk kemudian ditanam dalam media buatan yang mengandung unsur hara, gula, vitamin, asam amino, dan hormon.

Dari satu pucuk kecil dapat dihasilkan rata-rata 15-20 pucuk per delapan minggu, tergantung kultivar. Pucuk membentuk akar sehingga diperoleh tanaman lengkap. Ukuran tanaman lengkap yang dihasilkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tanaman dari anakan. Tinggi tanaman kira-kira 2.5-3.0 cm dengan 4-6 lembar daun. Namun demikian, setelah beberapa minggu ditanam di lapangan, tanaman hasil teknik kultur jaringan dapat mengejar pertumbuhan tanaman hasil anakan. Dari 15 pucuk yang diperoleh dapat dipecah menjadi 7-8 kelompok yang masing-masing terdiri atas dua pucuk. Kelompok ini yang diisolasi secara hati-hati dan aseptik, ditanam kembali dalam media baru. Dalam waktu 6-8 minggu, kelompok yang baru membentuk lagi sejumlah pucuk. Pucuk yang diperoleh dapat dipecah dan ditanam lagi. Demikian seterusnya hingga dari satu pucuk diperoleh berpuluh-puluh ribu tanaman baru.

Perbanyakan melalui teknik in vitro dilakukan dalam laboratorium yang

mempunyai fasilitas ruang atau tempat persiapan, ruang transfer, ruang kultur, dan ruang stok sebagai tempat melakukan kegiatan yang beruntun. Persiapan media dilakukan di dalam ruang/tempat persiapan. Kegiatan ini terdiri atas persiapan media, sterilisasi media, persiapan bahan tanam, pengisolasian bagian tanaman, serta pengamatan dan subkultur.

Prastowo et al. (2006) menyatakan bahwa pemeliharaan bibit selama

(6)

pemupukan, penyiraman dan pengairan, penyiangan, dan pengendalian OPT. Pemeliharaan ini sangat berpengaruh terhadap ketahanan bibit ketika dipindahkan ke kebun atau polibag besar.

Pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun seperti Atonik, Metalik atau Gandasil D dengan konsentrasi 2 cc/l air atau menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan konsentrasi 1-2 g/l air. Pemberian pupuk ini dilakukan seminggu sekali. Selain itu pemupukan dapat juga diberikan melalui tanah dengan dosis 1-2 g/tanaman yang dilakukan sebulan sekali.

Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada musim kemarau. Pada musim hujan penyiraman disesuaikan dengan keadaan air di media tanam. Penyiangan gulma dilakukan apabila gulma sudah terlihat mengganggu tanaman dalam pengambilan hara, ruang tempat tumbuh, air, dan sinar matahari.

Penyemprotan dengan insektisida apabila terdapat hama. Biasanya hama yang menyerang tanaman di pembibitan adalah kutu perisai, kutu putih dan ulat daun. Insektisida yang digunakan, misalnya Supracide 25 WP, Decis 2,5 EC, Reagent 50 SC atau Decis 2.5 EC dengan konsentrasi 2 cc/l air.

Penyemprotan dengan fungisida apabila terdapat serangan penyakit. Biasanya penyakit yang menyerang tanaman di pembibitan terutama yang

disebabkan oleh Rhizoctonia sp, Phytophthora sp, Fusarium sp dan Phytium sp.

Bibit yang terserang supaya tidak menular segera dipisahkan dari kelompok yang masih sehat, kemudian seluruh bibit disemprot dengan Antracol 70 WP, Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 2 cc/l atau 2 g/l air. Penyemprotan diulang seminggu sekali.

Hidroponik

Hidroponik merupakan cara bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah. Pada prinsipnya, sistem hidroponik adalah sistem bertanam dengan hanya menggunakan larutan hara sebagai sumber makanan bagi tanaman. Jadi media inert digunakan sebagai media tanam hanya untuk menjadi penyangga bukan sumber hara. Hidroponik pada umumnya dilakukan pada lingkungan terkendali

(7)

Dalam penerapan sistem hidroponik ini tidak hanya menggunakan air, tetapi didukung media lain bukan tanah sebagai penopang tanaman. Media yang digunakan dapat berupa pasir, kerikil, perlit, vermikulit, peat, serbuk gergaji, spon, sekam padi, dan arang sekam (Schwarz, 1995).

Menurut Prihmantoro dan Indriani (1998), bertanam dengan sistem hidroponik mempunyai banyak keuntungan, diantaranya adalah menghemat penggunaan lahan, karena kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipatgandakan. Sementara itu kualitas dari daun, buah, dan bunga yang dihasilkan lebih bagus dan lebih bersih. Lalu pengendalian hama dan penyakit lebih mudah serta pemberian nutrisi tanaman mudah diatur. Selain itu penanaman dengan sistem hidroponik tidak tergantung pada musim.

Referensi

Dokumen terkait

Melihat kondisi geologi kabupaten lumajang yang memiliki potensi bahan galian berupa logam dan non logam berupa pasir besi maka perlu dilakukan pemetaan atau survey geologi

Proses level 0 (Gambar 2) ini menjelaskan alur keseluruhan proses yang terjadi pada aplikasi untuk sistem Kamus Bahasa Indonesia ke Bahasa Dayak Ngaju dan Bahasa

MODEL SOAPS1 ISOTERWll PANILI BATANI; DENGAN CAAA DESORPSI. Oleh VIVA SATRIANA

Hasil pengujian nilai rupa didapatkan bahwa stick ikan alu-alu tanpa konsentrasi asap cair (0%) lebih disukai konsumen dengan persentase tertinggi 97,5% (78 dari 80

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persebaran lahan mangrove di Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi pada tahun 2009, 2014, dan 2019, serta menganalisis

Faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu pengalaman yang ada dalam suatu keluarga yang dialami seorang remaja jika remaja tersebut mengalami pengalaman yang baik saat hidup

Penelitian-penelitian telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing, antara lain terhadap

Aliran darah laminer normal tipikal dijumpai pada daerah-daerah pembuluh darah arterial yang disebut ‘lesi yang terproteksi’ di- mana dapat menghambat mekanisme-