• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juli 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juli 2020"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN JUNI 2020

A. Monitoring Dinamika Atmosfer Juni 2020

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Juni 2020:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama Juni 2020, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) cenderung netral menghangat sedangkan pada wilayah timur menunjukan kondisi positif. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat di -0.18°C dan nilai bulanan Juni 2020 adalah +0.03 sehingga termasuk kategori Netral. Hal lainnya juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi normal hingga hangat. Dan Nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada Juni 2020 tercatat +0.745 yang menunjukkan kondisi Netral. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang semakin menurun, diprediksi ENSO perlahan mendingin menuju kondisi Normal hingga dingin dan akan berlangsung pada Juli 2020 sedangkan pada Oktober hingga Desember 2020 diprediksi akan menuju ke kondisi bawah Normal.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Juni 2020 (Sumber : BoM)

(2)

2 Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia selama bulan Juni 2020 menunjukkan

penurunan dan berada di kondisi normal. Indeks minggu terakhir Juni 2020 tercatat +0.36 hal ini menunjukkan tidak adanya kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI normal ini diprediksi berlangsung hingga Oktober 2020.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga akhir Juni 2020 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Analisa aktifitas MJO pada tanggal 29 Juni 2020 menunjukkan MJO tidak aktif dan di prediksi tetap tidak aktif hingga pertengahan dasarian I Julii 2020. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR wilayah Indonesia, kondisi normal mendominasi di seluruh wilayah Indonesia pada akhir dasarian III Juni 2020, kemudian berangsur – angsur menjadi wilayah basah dibagian barat hingga tengah wilayah Indonesia hingga pertengahan dasarian II Juli 2020.

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Juni 2020, Warna biru adalah OLR negatif,menunjukkan wilayah basah atau hujan (Sumber : BoM & BMKG)

(3)

3 Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Pada Juni 2020, seluruh wilayah Indonesia didominasi Angin Timuran, kecuali Sumatra bagian tengah hingga utara yang didominasi oleh angin baratan. Angin Timuran yang bertiup umumnya lebih kuat dibandingkan Klimatologisnya. Pola angin meridional, angin dari Selatan mendominasi wilayah Indonesia, kecuali di Wilayah Pesisir Barat Sumatera. Aliran massa udara dari Selatan umumnya hampir sama dengan normalnya.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: BMKG), dan normal streamline angin gradien 925 hPa

Juni (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Juni 2020 lapisan 850 mb (sumber: ESRL NOAA)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di wilayah Jawa Timur khususnya Banyuwangi selama Juni 2020 (rata-rata bulanan) terjadi anomali negatif yang mengindikasikan adanya dominasi massa udara dari timur. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di mayoritas Jawa Timur kondisinya terjadi anomali positif artinya massa udara dominan dari Selatan. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Juni 2020.

(4)

4 Suhu Muka Laut Perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Juni 2020 berkisar antara -0.5 hingga +2.0º C, suhu muka laut yang hangat (anomali positif) umumnya terjadi di perairan utara Sulawesi, Laut Maluku dan perairan utara Papua. Namun secara harian kondisi suhu muka laut cenderung hangat di sekitar perairan Jawa sebelah Selatan. Dengan suhu muka laut kisaran 26 – 30 °C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan potensi penguapan cukup tinggi dalam pembentukan awan. Hangatnya suhu perairan menjadi salah satu faktor dalam membentuk hujan selama Juni 2020, ditambah faktor lainnya

Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Juni 2020 (sumber: NOAA)

Gangguan Tropis

Selama Juni 2020 terdapat 1 aktifitas siklon tropis di Utara ekuator yaitu Siklon NURI pada 12 Juni - 13 Juni 2020, lokasi siklon yang cukup jauh maka tidak berdampak terhadap kondisi cuaca. Di wilayah Banyuwangi kejadian hujan secara umum dipengaruhi oleh masih hangatnya suhu muka laut.

(5)

5 Kelembaban Udara

Kelembaban udara relatif selama Juni 2020 di Jawa Timur umumnya cukup basah dengan rata-rata kisaran diatas 80%. Dari peta anomali terlihat merata di seluruh wilayah Jawa Timur dengan anomali positif 09 – 10 % dari rata-ratanya, dimana hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Juni 2020 yaitu masih terjadi hujan di wilayah Jawa Timur khususnya Banyuwangi.

Gambar 9. Kelembaban Udara Relatif Juni 2020 dan Anomalinya pada level 850 mb (Sumber: ESRL NOAA)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Juni 2020 sebagian besar wilayah Banyuwangi masih terjadi hujan dengan kategori Rendah, Menengah dan Tinggi. Hujan kategori Rendah terjadi di Banyuwangi Kota, Dadapan/Kabat, Tegaldlimo, Purwoharjo, Kalibaru, Blambangan dan Pesanggaran. Kategori Menengah terjadi di Licin, Jambu, Rogojampi, Alasmalang/ Singojuruh, Genteng, Glenmore, Kebondalem, Songgon, Sukonatar, Karangdoro dan Jambewangi. Sedangkan kategori Tinggi hanya terjadi di Bayu Lor dengan jumlah hujan 317 mm/bln.

Kondisi hujan pada Juni 2020 jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan tersebut secara spasial hujan yang terjadi memiliki sifat hujan Bawah Normal (Licin, Glenmore, Songgon, Purwoharjo, Kalibaru dan Blambangan). Sifat hujan Normal (Alasmalang dan Jambewangi), sedangkan sifat hujan Atas Normal (Banyuwangi Kota, Jambu, Dadapan, Rogojampi, Bayu Lor, Genteng, Kebondalem, Sukonatar, Tegaldlimo, Karangdoro, dan Pesanggaran). Hujan yang terjadi walaupun secara normal musimnya masuk kemarau ini lebih disebabkan karena suhu muka laut yang hangat di perairan Jawa Timur khususnya perairan Banyuwangi serta adanya aktifitas gelombang Equatorial Rossby.

Pada Juli 2020 sebagian besar wilayah Banyuwangi diprediksi memasuki masa musim kemarau. Kondisi cuaca untuk wilayah perairan selatan Banyuwangi pada Juli 2020 cuaca hujan diprediksi akan cenderung berkurang. Hal yang perlu diwaspadai adalah terjadinya gelombang tinggi serta tingginya kecepatan angin yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana. Hal tersebut di akibatkan karena banyaknya tekanan udara tinggi yang kuat di daerah Bum i Belahan Selatan (BBS) yang berpengaruh terhadap kondisi angin kencang dan gelombang tinggi di perairan selatan khususnya Banyuwangi.

(6)

6 B. Pantauan Kondisi Cuaca Bulan Juni 2020 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Juni 2020 menunjukan bahwa wilayah Banyuwangi Kota sudah memasuki musim kemarau, hal tersebut di tandai oleh jumlah curah hujan <150 mm/ bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Tenggara, dengan kecepatan 2 – 12 knots. Kondisi cuaca cerah – berawan dan hujan ringan - sedang. Angin maksimum terjadi pada 03 Juni 2020 yaitu dari arah Timur Laut dengan kecepatan maximum 12 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan 77.9 mm (Atas Normal). Suhu tertinggi 32.2 °C terjadi pada 03 Juni 2020, suhu terendah sebesar 21.4 ºC terjadi pada 11 Juni 2020.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan J u n i 2 0 2 0 , di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Juni 2020

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI JUNI 2020 NORMAL JUNI (1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 27.0 ⁰C 26.4 ⁰C

2 Temperatur maksimum 30.0 ⁰C 31.6 ⁰C

3 Temperatur minimum 24.1 ⁰C 21.6 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 32.2 ⁰C 33.5 ⁰C

5 Temp. min. absolut 21.4 ⁰C 19.5 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1011.7 mb 1010.7 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 3.1 knots 3.0 knots

8 Arah angin terbanyak Tenggara Selatan

9 Kelembaban rata-rata 80 % 79 %

10 Curah hujan 77.9 mm 5 mm

(7)
(8)

8 Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Juni

2020 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Juni 2020 mencapai 137.0 mm dengan rata-rata harian 4.6 mm, penguapan tertinggi 9.6 mm terjadi pada 10 Juni 2020.

Penyinaran matahari rata-rata J u n i 2020 a d a l a h 8 2 % . P e n y i n a r a n M a t a h a r i t e r t i n g g i mencapai 1 0 0 % terjadi pada dasarian I, II, dan III.

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 1 1 . 7 m b , tertinggi 1013.0 mb pada 01 Juni 2020 dan terendah 1010.1 mb pada 12 Juni 2020.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) J u n i 2020 adalah 8 0 % dengan RH tertinggi 87% pada 21 Juni 2020, dan RH terendah 73% pada 03 Juni 2020. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 3 – 8 knots.

Angin dominan bertiup dari arah Selatan. Kecepatan angin antara 3 – 8 knots sebesar 50.1 %, kecepatan angin 8 – 13 knot sebesar 6.8%. Kecepatan angin tertinggi 12 knots, terjadi pada tanggal 14 Juni 2020 dari arah Selatan.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi.

Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa Blimbingsari Kec. Blimbingsari Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada koordinat 8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 September 2010. Terdapat lima maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air, Citilink (Garuda Indonesia Group), Lion Air, Batik Air. Selain itu juga terdapat 2 sekolah penerbangan yaitu Akademi Penerbang Indonesia (API), Bali International Flight Academy (BIFA).

Kondisi parameter cuaca selama Juni 2020 di Bandara Banyuwangi dari data hasil pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Banyuwangi dengan durasi pengamatan 24 jam (00.00 – 23.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah Bandara Banyuwangi pada bulan Juni 2020 normalnya berada pada masa Musim Kemarau. Pada Juni 2020 di Bandara Banyuwangi jumlah curah hujan 58.9 mm.

Curah hujan tertinggi pada Juni sebesar 27.4 mm tanggal 05 Juni 2020. Kelembaban udara relatif rata-rata 86 %. RH tertinggi 100 % pada dasarian I, II dan III Juni 2020, terendah 49 % tanggal 09 dan 11 Juni 2020. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1011.8 mb, tertinggi 1014.9 mb dan terendah 1007.6 mb. Suhu rata–rata 26.8 °C dengan suhu maksimum absolut 33.2 °C terjadi pada tanggal 02 Juni 2020, suhu minimum absolut 20.1 °C pada tanggal 11 Juni 2020. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 3 – 8 knots sebesar 67.4% bertiup dari arah Tenggara. Kecepatan angin tertinggi 16 knots, terjadi pada 14 Juni 2020 dari arah Tenggara.

(9)

9 Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Juni 2020 di

(10)

10 D. Evaluasi Kondisi Cuaca Pelabuhan Penyeberangan Selat Bali

Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Juni 2020 angin dominan dari ar ah Selatan - Barat Daya dengan kecepatan angin bervariasi 2 – 14 knot. Suhu berkisar antara 22.2 – 30.7 °C, Kelembaban Udara Relatif 57 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1006.7 – 1014.0 mb. Kondisi cuaca dominan cerah – berawan namun masih terdapat hujan ringan - sedang. Curah hujan tercatat 19,4 milimeter. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

(11)

11 E. AnalisaHujan Juni 2020 Daerah Banyuwangi

Berdasarkan data curah hujan bulan Juni 2020 dari stasiun BMKG dan pos-pos hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Jumlah Curah hujan tertinggi 317 mm/bulan, terjadi di Bayulor (16 hari hujan) dengan sifat hujan Atas Normal. Sementara curah hujan terendah 26 mm/bulan yang terjadi di Blambangan/ Muncar dengan sifat hujan Bawah Normal. Sedangkan curah hujan di Banyuwangi Kota 77.9 mm/bulan (Atas Normal)

Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Juni 2020 dan Sifat Hujan Juni 2020 di Banyuwangi (Sumber: BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Juni 2020 sebagian besar masih terjadi hujan. Hujan yang terjadi masuk dalam kategori bervariasi yaitu Rendah, Menengah dan Tinggi. Curah Hujan kategori Rendah (0-100 mm/bln) terjadi di Banyuwangi Kota, Dadapan/Kabat, Tegaldlimo, Purwoharjo, Kalibaru, Blambangan dan Pesanggaran. Kategori Menengah (100-300 mm/bln) terjadi di sebagian besar wilayah banyuwangi yaitu di Licin, Jambu, Rogojampi, Alasmalang/Singojuruh, Genteng, Glenmore, Kebondalem, Songgon, Sukonatar, Karangdoro dan Jambewangi. Sedangkan hujan Kategori Tinggi (300-500 mm/bln) hanya terjadi di Bayu Lor dengan jumlah hujan 317 mm/bln. Sifat hujan Bawah Normal terjadi di Licin, Glenmore, Songgon, Purwoharjo, Kalibaru dan Blambangan. Sedangkan sifat hujan Atas Normal tejadi di Banyuwangi Kota, Jambu, Dadapan, Rogojampi, Bayu Lor, Genteng, Kebondalem, Sukonatar, Tegaldlimo, Karangdoro, dan Pesanggaran.

(12)

12 F. Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Juni 2020 di Banyuwangi (Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial seluruh wilayah Banyuwangi pada Juni 2020 sebagian besar masih terjadi hujan. Hasil monitoring hari tanpa hujan di wilayah Banyuwangi pada Juni 2020 masuk dalam klasifikasi Sangat Pendek (Banyuwangi Kota, Licin, Songgon, Glemore, Genteng, Singojuruh, Rogojampi, Srono, Tegaldlimo, Bangorejo, Silir Agung dan Pesanggaran). Klasifikasi Pendek (Kabat dan Kalibaru) dan klasifikasi Menengah (Muncar dan Purwoharjo).

Hal ini mengindikasikan bahwa daerah yang berpotensi terjadi Kekeringan Ekstrim pada Juli 2020 tidak ada/ nihil. Jumlah hujan yang terjadi di Banyuwangi selama Juni 2020 masuk kategori Rendah, Menengah dan Tinggi. Pada Juli 2020 wilayah banyuwangi di prediksi masih berpotensi menerima hujan. Hal ini disebabkan karena kondisi suhu muka laut di perairan Jawa Timur khususnya perairan selatan Banyuwangi yang hangat, dampak adanya aktifitas gelombang Equatorial Rossby serta kondisi dinamika atmosfer lainnya. Kondisi hangatnya suhu muka laut menyebabkan ketersediaan uap air sebagai bahan pembentukan awan masih banyak.

(13)

13 II. PROSPEK CUACA BULAN JULI 2020

A. Prediksi Dinamika Atmosfer Juli 2020

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa terjadi pelemahan anomali positif di pasifik tengah diprediksi berlangsung pada Juni 2020 hingga Desember 2020, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau positif pada Juni 2020, diprediksi akan tetap netral pada Juni hingga Desember 2020, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat maupun sebaliknya.

Secara umum anomali suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia dan sekitarnya pada Juni – Juli 2020 diprediksi tetap berada dalam kondisi normal hingga hangat dan untuk bulan Oktober – November 2020 anomali SST Indonesia diprediksi perlahan mendingin dan menuju ke kondisi normal hingga dingin.

Analisis Madden Jullian Oscillation pada tanggal 29 Juni 2020 menunjukkan MJO tidak aktif dan diprediksi tidak aktif hingga pertengahan dasarian I Juli 2020. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, kondisi normal mendominasi seluruh wilayah Indonesia hingga pertengahan dasarian II Juli 2020.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Juli 2020 akan sering muncul di Belahan Bumi Utara (BBU). Seiring pergerakan semu matahari memasuki bulan Juli 2020 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS akan berkurang yang membuat monsun Timuran stabil dan akan berdampak terhadap berkurangnya kejadian hujan terutama di selatan ekuator. Namun perlu diwaspadai suhu udara yang cenderung menurun (dingin) berpotensi melanda sebagian wilayah Banyuwangi akibat aktifnya Monsun Dingin Australia.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim di Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa wilayah Banyuwangi pada bulan Juli 2020 memasuki musim kemarau. Tetapi Tetap perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrim, terutama hujan lebat disertai angin kencang (puting beliung) dan petir. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak pola monsun timuran yang stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan bulan Juli 2020 sebagian wilayah diprediksi curah hujannya berada pada kondisi normalnya, sebagian diatas normalnya dan sebagian wilayah lainnya berada dibawah kondisi rata-rata / normalnya.

(14)

14

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : IRI, NMME )

(15)

15 B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi Bulan Juli 2020

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Juli 2020 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan wilayah Banyuwangi berkisar 0 mm hingga 100 mm

Sifat Hujan wilayah Banyuwangi dominan di Bawah Normal - Normal

(16)

16 C. Prakiraan Potensi Banjir Juli 2020

Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Juli 2020. Dari peta terlihat wilayah di Banyuwangi potensi banjirnya diprediksi masuk kategori Aman. Memasuki bulan Juli 2020 semua wilayah Banyuwangi memasuki musim kemarau. Namun masih terdapat potensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan – sedang.

Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Juli 2020 (Sumber:BMKG)

III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI JULI 2020

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan Juli 2020 di wilayah Kota Banyuwangi :

(17)

17 IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan dirasakan sampai di wilayah Banyuwangi selama Juni 2020 NIHIL/ tidak ada kejadian.

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM MEI 2020

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim di yakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/ iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Juni 2020 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari Rogojampi 115 mm, Bayulor 114 mm, Sukonatar

101 mm

Tanah Longsor -

Banjir Bandang -

(18)

18 DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

(19)

19 Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone) merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu :

a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20

c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap

rata-ratanya

Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi.

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude

gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw),

magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan intensitasnya.

Gambar

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar  Pasifik Ekuatorial sampai akhir Juni 2020 (Sumber : BoM)
Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Juni 2020, Warna biru adalah OLR  negatif,menunjukkan wilayah basah atau hujan (Sumber : BoM &amp; BMKG)
Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Juni 2020 lapisan 850 mb  (sumber: ESRL NOAA)
Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Juni 2020 (sumber: NOAA)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Batok kelapa dengan nilai kalor dan fire power yang lebih besar dibanding tongkol jagung dan limbah kayu, memberikan pasokan termal lebih besar dan akan

Kesalahan dari segi tata tulis/ejaan yang masih terdapat dalam surat undangan yang disusun oleh organisasi kemahasiswaan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

Menyetor selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan atas transaksi bulan sebelumnya dan melapor selambatnya tanggal 20 pada bulan yang sama dengan bulan penyetoran

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi mengenai pengaruh dimensi kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan dalam perusahaan yang

Dalam penelitian ini model prakriraan debit masa depan yang digunakan adalah model diskrit Markov serta model korelasi spasial hujan dan debit (model kontinu),

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif, Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada populasi atau sampel

Fungsi diatas merupakan pilihan yang ada pada mode penyiraman tanaman 2 yang berada pada sisi kanan.Void pot2() { untuk mendefinisikan variable pot 2 atau

Salah satu parameter yang menarik untuk dikaji dari perikanan ini diantaranya adalah waktu terjadinya pemijahan dan rekruitmen, contohnya waktu dalam satu