• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi Konfercab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Materi Konfercab"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN KONFERENSI CABANG XXXIV PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

Nomor: 001.KONFERCAB.XXXVI.PMII.08.2014

Tentang:

KETETAPAN MANUAL ACARA KONFERCAB XXXIV PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

CABANG KOTA SEMARANG Bismillahirohmaanirrohim

Pimpinan Konferensi Cabang (KONFERCAB) XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang, setelah:

MENIMBANG

1. Bahwa demi mewujudkan ketertiban dan kelancaran dalam Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang, maka di pandang perlu adanya penetapan manual acara Konfercab XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang 2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan

keputusan Konferensi Cabang XXXVI PMII Cabang Kota Semarang tentang manual acara Konfercab PMII Cabang Kota Semarang.

MENGINGAT

1. Anggaran Dasar PMII

2. Anggaran Rumah Tangga PMII 3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN

Hasil Sidang Pleno Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang

MEMUTUSKAN Menetapkan :

1. Manual acara Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang, sebagaimana terlampir 2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan

3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul muwafiq ilaa aqwamithoriq

Ditetapkan di : Semarang

Hari : ……….

tanggal :………Agustus 2014

Pukul :……… Wib

PIMPINAN SIDANG KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOTA SEMARANG

(………) (……….) (……….)

(2)

KEPUTUSAN KONFERENSI CABANG XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

Nomor: 002.KONFERCAB.XXXVI.PMII.08.2014 Tentang:

KETETAPAN TATA TERTIB PEMILIHAN PRESIDIUM KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

CABANG KOTA SEMARANG Bismillahirohmaanirrohim

Pimpinan Konferensi Cabang (KONFERCAB) XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang, setelah:

MENIMBANG

1. Bahwa demi mewujudkan ketertiban dan kelancaran Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang, maka di pandang perlu adanya penetapan pimpinan sidang tetap Konfercab XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang 2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan

keputusan Konferensi Cabang XXXVI PMII Cabang Kota Semarang tentang tata tertib pemilihan presidium sidang Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang.

MENGINGAT

1. Anggaran Dasar PMII

2. Anggaran Rumah Tangga PMII 3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN

Hasil Sidang Pleno Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang

MEMUTUSKAN Menetapkan :

1. Tata Tertib Pemilihan Presidium KONFERCAB XXXVI PMII Cabang Kota Semarang. 2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan

3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul muwafiq ilaa aqwamithoriq

Ditetapkan di : Semarang

Hari :

tanggal : ………, Agustus 2014

Pukul : Wib

PIMPINAN SIDANG KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOTA SEMARANG

(………) (……….) (……….)

(3)

TATA TERTIB

PEMILIHAN PRESEDIUM SIDANG TETAP KONFERENSI CABANG XXXVI

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA KOTA SEMARANG

1. Ketentuan Presedium Sidang Tetap

a. Presidium sidang bukan Pegurus Cabang PMII Kota Semarang periode 2013-2014 b. Presidium sidang adalah anggota PMII kota Semarang

c. Presidium sidang terdiri dari presidium sidang I ( ketua presidium), II ( sekretaris presidium), III ( anggota presidium)

d. Setiap peserta sidang yang direkomendasi oleh komisariat pada KONFERCAB XXXVI Kota Semarang berhak dipilih menjadi presidium siding

e. Setiap komisariat berhak untuk mengajukan 1 nama untuk presidium sidang. 2. Mekanisme Pemilihan Presidium Sidang

a. Presedium sidang dipilih oleh peserta KONFERCAB XXXVI b. Bakal calon presidium sidang hadir dalam forum

c. Tiga suara teratas sah menjadi presidium I,II,dan III

d. Pemilihan dilakukan dangan asas LUBER dan menggunakan kertas pemilihan yang disediakan panitia KONFERCAB XXXVI

Ditetapkan di : Semarang Hari : ……….. tanggal : …………..Agustus 2014 Pukul : ………….. wib PIMPINAN SIDANG KONFERCAB XXXVI

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA KOTA SEMARANG

(………) (……….) (……….)

(4)

KEPUTUSAN KONFERENSI CABANG XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

Nomor: 003.KONFERCAB.XXXVI.PMII.08.2014 Tentang:

HASIL PEMILIHAN PRESEDIUM KONFERCAB XXXIV PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

CABANG KOTA SEMARANG Bismillahirohmaanirrohim

Pimpinan Konferensi Cabang (KONFERCAB) XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang, setelah:

MENIMBANG

1. Bahwa demi mewujudkan ketertiban dan kelancaran Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang, maka di pandang perlu adanya penetapan pimpinan sidang tetap Konfercab XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang. 2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan

keputusan Konferensi Cabang XXXVI PMII Cabang Kota Semarang tentang Presidium tetap Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang.

MENGINGAT

1. Anggaran Dasar PMII

2. Anggaran Rumah Tangga PMII 3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN

Hasil Sidang Pleno Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang

MEMUTUSKAN Menetapkan :

1. Hasil Pemilihan Presidium Sidang KONFERCAB XXXVI PMII Cabang kota Semarang a. Ketua presidium : ………..

b. Sekretaris : ………..

c. Anggota : ………..

2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan 3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul muwafiq ilaa aqwamithoriq

Ditetapkan di : Semarang

Hari :

tanggal : ………, Agustus 2014

Pukul :

PIMPINAN SIDANG KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOTA SEMARANG

(………) (……….) (……….)

(5)

KEPUTUSAN KONFERENSI CABANG XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

Nomor: 004.KONFERCAB.XXXVI.PMII.08.2014

Tentang:

KETETAPAN TATA TERTIB KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

CABANG KOTA SEMARANG Bismillahirohmaanirrohim

Pimpinan Konferensi Cabang (KONFERCAB) XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang, setelah:

MENIMBANG

2. Bahwa demi mewujudkan ketertiban dan kelancaran Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang, maka di pandang perlu adanya penetapan pimpinan sidang tetap Konfercab XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang. 3. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan

keputusan Konferensi Cabang XXXVI PMII Cabang Kota Semarang tentang tata tertib Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang.

MENGINGAT

1. Anggaran Dasar PMII

2. Anggaran Rumah Tangga PMII 3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN

Hasil Sidang Pleno Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang

MEMUTUSKAN Menetapkan :

1. Tata Tertib KONFERCAB XXXVI PMII Cabang Kota Semarang , 2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan 3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul muwafiq ilaa aqwamithoriq

Ditetapkan di : Semarang

Hari :

tanggal :……...Agustus 2014

Pukul : wib

PIMPINAN SIDANG KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOTA SEMARANG

(………) (……….) (……….)

(6)

TATA TERTIB SIDANG KONFERENSI CABANG XXXVI

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA KOTA SEMARANG

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

1. Konferensi Cabang XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Kota Semarang yang selanjutnya disebut KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang adalah permusyawaratan tertinggi dalam organisasi PMII di Kota Semarang.

2. KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang diselenggarakan oleh PC PMII Kota Semarang.

3. KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang diikuti oleh Pengurus Komisariat dan Pengurus Rayon PMII di wilayah koordinasi PC PMII Kota Semarang.

4. KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang dianggap sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah komisariat yang berada di Kota Semarang.

BAB II

WAKTU DAN TEMPAT Pasal 2

KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang diselenggarakan pada tanggal 23 sampai 24 Bulan Agustus Tahun 2014 di Gedung Serba Guna NU Kota Semarang. Jl. Karanganyar-Mangkang Km 11 Kota Semarang.

BAB III

PIMPINAN, TUGAS DAN WEWENANG Pasal 3

Pimpinan dan Kepanitian KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang:

1. Pimpinan KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang adalah Pengurus Cabang Semarang Masa Khidmat 2013-2014

2. Pimpinan KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang bertanggung jawab penuh atas terselenggaranya KONFERCAB XXXVI Kota Semarang

3. Penanggung jawab KONFERCAB XXXVI membentuk panitia yang terdiri dari panitia SC dan panitia OC

Pasal 4

KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang mempunyai tugas dan wewenang untuk :

1. Mengevaluasi, melaporkan dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban PC PMII Kota Semarang Masa Khidmat 2013-2014.

2. Membahas dan menetapkan Strategi Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan Organisasi.

3. Membahas dan menetapkan Strategi gerakan dan hubungan eksternal

4. Membahas dan menetapkan Strategi dakwah dan pengembangan Kajian Islam.

5. Membahas dan menetapkan strategi Pengembangan Kelembangan KOPRI dan Pemberdayaan Kader Perempuan.

(7)

6. Membahas dan menetapkan Pokok-pokok rekomendasi dan kebijakan strategi organisasi.

7. Memilih, menetapkan, dan mengesahkan Ketua Umum PC PMII Kota Semarang Masa Khidmat 2013-2014 dan tim formatur.

BAB IV

PESERTA KONFERCAB Pasal 4

Peserta KONFERCAB XXXVI terdiri dari:

1. Pengurus Cabang PMII Kota Semarang masa khidmat 2013-2014 yang terdiri dari Pengurus Harian dan seluruh jajaran pengurus.

2. Utusan-utasan Komisariat yang masing-masing berjumlah maksimal 5 orang. 3. Utusan-utusan yang dimaksud pada ayat (3) diatas terdiri dari ;

a. Peserta penuh ; adalah satu orang dari utusan komisariat yang depinitif b. Peserta penijau ; adalah empat orang dari utusan komisariat yang depinitif 4. Undangan yang terdiri dari Pengurus Rayon yang berjumlah maksimal 3 orang,

Pengurus Koordinator Cabang, Mabincab, Alumni dan Media massa Pasal 5

1. Setiap peserta diberikan tanda pengenal KONFERCAB XXXVI dan wajib dipakai selama sidang-sidang KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang

2. Panitia dan atau petugas keamanan yang ditunjuk oleh panitia berhak mencegah kehadiran peserta dan atau orang perorang yang masuk dalam persidangan manakala tidak menggunakan tanda pengenal KONFERCAB XXXVI.

3. Panitia wajib memakai ID card.

Pasal 6 Hak dan kewajiban peserta adalah sebagai berikut :

1. Berkewajiban menaati tata tertib KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang. 2. Berkewajiban menjaga ketertiban, kelancaran dan kualitas sidang-sidang selama

berjalanya KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang.

3. Setiap peserta penuh memiliki hak bicara, hak dipilih dan hak suara 4. Setiap peserta peninjau memiliki hak bicara dan hak dipilih.

5. Peserta penuh dan peninjau berbicara lewat pimpinan sidang.

6. Apabila ada peserta yang melanggar isi ketentuan pasal ini, maka pimpinan berhak menenangkan dan menegur peserta yang bersangkutan.

7. Apabila ada peserta yang melanggar isi ketentuan pasal ini sebanyak 3 kali maka pimpinan berhak mengeluarkan peserta sidang.

BAB V

MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT Pasal 7

(8)

1. Sidang pleno merupakan persidangan yang dihadiri oleh seluruh peserta KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang yang tediri dari:

a. Sidang Pleno I membahas manual acara dan tata tertib Pemilihan Presidium sidang, serta pemilihan dan penetapan presidium sidang.

b. Sidang Pleno II membahas dan menetapkan tata tertib KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang.

c. Sidang Pleno III penyampaian Laporan pertanggung jawaban PC PMII Kota Semarang dan pandangan umum Komisariat.

d. Sidang Pleno IV pembagian Rapat Sidang Komisi.

e. Sidang Pleno V ( pleno Komisi) membahas dan mengesahkan hasil-hasil sidang komisi serta pokok-pokok rekomendasi yang termuat dalam masing-masing komisi. f. Sidang Pleno VI Pendemisioneran PC PMII Kota Semarang periode 2012-2013. g. Sidang Pleno VII membahas tata tertib pemilihan ketua umum dan formatur.

h. Sidang pleno VIII Pemilihan dan menetapkan Tim Formatur PC PMII Kota Semarang periode 2013-2014

2. Sidang komisi

a. Komisi A : Strategi Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan Organisasi b. Komisi B : Strategi Gerakan Dan Hubungan Eksternal

c. Komisi C : Strategi Dakwah Dan Lembaga Kajian Islam

d. Komisi D : Pengembangan Kelembangan KOPRI dan Pemberdayaan Kader Perempuan

BAB VI PIMPINAN SIDANG

Pasal 8

1. Pimpinan sidang pleno I terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Sekretaris dan 1 (satu) orang anggota yang ditentukan oleh pimpinan KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang

2. Pimpinan sidang pleno II,III,IV,V terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang sekretaris dan 1 (satu) orang anggota yang dipilih oleh peserta KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang

3. Pimpinan sidang Komisi terdiri dari seorang ketua dan seorang sekretaris yang dipilih oleh komisi bersangkutan

4. Pimpinan sidang VI,VII dan VIII dipimpin oleh MABINCAB dan PKC PMII Jawa Tengah yang hadir dalam KONFERCAB XXXVI PMII Kota Semarang

5. Sidang dianggap sah sekurang-kurangnya dihadiri 2 pimpinan sidang dan qourum 6. Pimpinan sidang dapat menggunakan tanda ketuk dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Satu ketukan digunakan untuk mengesahkan kesepakatan forum b. Dua kali ketukan digunakan untuk memending sidang

c. Tiga kali ketukan digunakan untuk memulai dan mengakhiri forum

d. Ketukan berkali-kali digunakan untuk mengkondisikan peserta atau forum sidang Pasal 9

Tugas, Hak dan Kewajiban

1. Tugas Pimpinan Sidang

a. Memimpin jalannya persidangan sampai selesai dan tetap dalm kebersamaan yang dipimpin dalam khidmad kebijaksanaan dalam permusyawaratan untuk mencapai mufakat

(9)

b. Mempertemukan pendapat-pendapat yang berbeda, menyimpulkan pembicaraan, meminta persetujuan forum dan meluruskan jalannya sidang.

2. Hak dan Kewajiban Pimpinan Sidang a. Mengesahkan tata tertib sidang

b. Menetapkan dan mengesahkan keputusan sidang

c. Menetapkan dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban d. Mencatat dan mengumumkan setiap keputusan yang diambil

e. Memperingatkan dan atau mengeluarkan peserta sidang apabila mengganggu jalannya persidangan dengan kesepakatan peserta

f. Mengatur jalannya persidangan

Pasal 10

Oleh karena satu dan lain hal ketua sidang memandang perlu adanya untuk membicarakan masalah-masalah yang pelu untuk dirundingkan atau dilobby atau harus berkonsultasi dengan penanggung jawab KONFERCAB XXXVI dan atau panitia pengarah KONFERCAB XXXVI, maka sementara dapat meninggalka tempat pimpinan sidang diserahkan kepada wakil atau sekertaris.

BAB VII

QUORUM DAN TATA CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 11

Quorum

1. Setiap sidang pleno dianggap sah apabila dihadiri oleh 1/2 dari jumlah peserta penuh yang ada.

2. Sidang komisi dianggap sah apabila dihadiri oleh ½ lebih satu dari anggota komisi

3. Apabila point (1) dan (2) tidak tercapai, maka sidang ditunda selama 3 X 5 menit menunggu peserta hadir.

4. Apabila dalam waktu 3 X 5 menit belum memenuhi quorum maka sidang dapat dimulai tanpa memperhatikan quorum

Pasal 12

Pengambilan Keputusan 1. Semua keputusan diusahakan melalui musyawarah mufakat.

2. Apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, maka diadakan lobi selama 2 X 5 menit. 3. Jika musyawarah mufakat tidak tercapai pada saat lobby maka keputusanya dilakukan

dengan pemugutan suara

4. Keputusan yang berdasarkan pada pemungutan suara ini dianggap sah apabila disetujui suara terbanyak.

5. Apabila hasil pemungutan suara berimbang maka dilakukan lobby 1X15 menit dan

apabila hasilnya berimbang maka diambil secara qur’ah (undi)

6. Pemungutan suara dilakukan secara bebas dan terbuka Pasal 13

1. Seluruh pelaksanaan sidang dicatat dalam berita acara persidangan yang berisi : a. Waktu, tempat dan tanggal persidangan

(10)

c. Pimpinan sidang, sekretaris siding dan anggota d. Jumlah peserta yang menandatangini daftar hadir e. Notulensi jalanya persidangan

f. Kesimpulan keputusan sidang

2. Semua keputusan dan ketetapan KONFERCAB XXXVI ditandatangani oleh pimpinan sidang KONFERCAB XXXVI

BAB VIII

KETENTUAN TAMBAHAN Pasal 14

1. Tata tertib pemilihan Ketua Umum dan tim formatur KONFERCAB XXXVI diatur dalam tata tertib tersendiri.

2. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini, akan diatur kemudian sesuai kesepakatan forum.

3. Tata tertib ini berlaku sejak waktu dan tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Semarang, Hari : tanggal : Agustus 2014 Pukul : WIB PIMPINAN SIDANG KONFERCAB XXXVI

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA KOTA SEMARANG

(………) (……….) (……….)

(11)

KEPUTUSAN KONFERENSI CABANG XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

Nomor: 005.KONFERCAB.XXXVI.PMII.08.2014

Tentang:

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

CABANG KOTA SEMARANG Bismillahirohmaanirrohim

Pimpinan Konferensi Cabang (KONFERCAB) XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang, setelah:

MENIMBANG

1. Bahwa untuk mengevaluasi, mempertanggungjawabkan dan menilai kinerja Pengurus Cabang PMII Kota Semarang 2013-2014, maka di pandang perlu adanya laporan pertanggungjawaban pengurus PMII Kota Semarang

2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang PMII Kota Semarang 2013-2014.

MENGINGAT

1. Anggaran Dasar PMII

2. Anggaran Rumah Tangga PMII 3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN

Hasil Sidang Pleno Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang

MEMUTUSKAN Menetapkan :

1. MENERIMA / MENOLAK Laporan pertanggungjawaban PC PMII Kota Semarang periode 2013-2014

2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan 3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul muwafiq ilaa aqwamithoriq

Ditetapkan di : Semarang

Hari : ... Tanggal : ..., Agustus 2014

Pukul : ...Wib

PIMPINAN SIDANG KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOTA SEMARANG

(………) (……….) (……….)

(12)

KEPUTUSAN KONFERENSI CABANG XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

Nomor: 006.KONFERCAB.XXXVI.PMII.08.2014 Tentang:

STRATEGI PENGEMBANGAN KADERISASI DAN KEBIJAKAN ORGANISASI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

CABANG KOTA SEMARANG 2013-2014 Bismillahirohmaanirrohim

Pimpinan Konferensi Cabang (KONFERCAB) XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang, setelah:

MENIMBANG

1. Bahwa demi memberikan arah kebijakan organisasi, maka di pandang perlu adanya peraturan Strategi Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan organisasi PMII cabang Kota Semarang 2013-2014.

2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan keputusan Konferensi Cabang XXXVI PMII Cabang Kota Semarang tentang Strategi Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan organisasi PMII cabang Kota Semarang 2013-2014.

MENGINGAT

1. Anggaran Dasar PMII

2. Anggaran Rumah Tangga PMII 3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN

Hasil Sidang Pleno Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang

MEMUTUSKAN Menetapkan :

1. Strategi Pengembangan Kaderisasi dan Kebijakan organisasi PMII cabang Kota Semarang 2013-2014

2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan 3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul muwafiq ilaa aqwamithoriq

Ditetapkan di : Semarang

Hari : ………..

tanggal : ………,Agustus 2014

Pukul : ………. Wib

PIMPINAN SIDANG KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOTA SEMARANG

(………) (……….) (……….)

(13)

KOMISI A

STRATEGI PENGEMBANGAN KADERISASI DAN KEBIJAKAN ORGANISASI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOTA SEMARANG 2013-2014

A. PENDAHULUAN

Dari dahulu hingga sekarang, bagi PMII, tema kaderisasi senantiasa menjadi bahan kajian actual tak ada habis-habisnya. Kaderisasi memang penting karena PMII mempunyai tanggung jawab besar. Tantangan ke depan sangat berat mengingat kita sekarang sudah menjalani globalisasi dimana dunia menjadi medan pertarungan sumberdaya, maka bagaimana PMII menyiapkan kader-kadernya dengan baik akan menentukan arah masa depan bangsa ini. Harapan masa depan layak disematkan di pundak mahasiswa yang dalam sejarahnya mampu memposisikan diri sebagai agen perubahan sosial (agent of social change) dan agen kontrol sosial (agent of social control), baik di era 1908, 1928, 1945, 1966, 1974 maupun 1998. Karenanya, mahasiswa sering dijadikan tolok ukur wajah kepemimpinan bangsa ke depan. Potret mahasiswa sekarang adalah potret kepemimpinan negeri ini di masa mendatang.

Sayangnya, banyak pihak yang kini mempertanyakan gerakan mahasiswa yang dinilai tidak jelas arah. Ada empat tanda gerakan mahasiswa sejak 1998 sampai sekarang dipandang gagap, yaitu: Satu, ketidakjelasan ideologi (carut-marut tata nilai) sehingga melahirkan ketidakjelasan program kerja yang bisa disepakati bersama bahkan program kerja gerakan mahasiswa menjadi sangat pragmatis seperti ingin cepat lulus dan dapat penghidupan layak; Dua, tidak adanya ideologi yang jelas sebagai dampak dari menguatnya ideologi pasar bebas sehingga segala sesuatu mulai ditransaksikan; Tiga, kalaupun ada program kerja bersifat fluktuatif atau naik turun mengikuti momentumnya saja dan lebih lagi sekadar mediatik untuk tampil di permukaan semata; dan Empat, tidak radikal membumi alias terlalu elitis, sehingga kesadaran yang muncul berbasis wacana dan jarang membumi dalam kenyataan yang sebenarnya.

Dalam situasi demikian, mahasiswa dituntut kembali menata dirinya untuk menjadi generasi yang bisa dibanggakan dalam menjawab tantangan zaman (Kun Ibna Zamanika). Pemuda harus bisa berfikir dan bertindak secara realistis sesuai zamannya dan bergerak untuk mencapai cita-cita bersama-sama.

B. PENGKADERAN DI KOTA SEMARANG

Dalam sistem kaderisasi PMII, dikenal tiga tahapan proses, yaitu produksi (merekrut-mendidik), distribusi (menyebar-membagi pangkalan gerakan) dan kontestasi (bersaing untuk memenangkan pertarungan).

1. Produksi Kader

Sebagai organisasi kader, PMII senantiasa melakukan produksi kader. Walau kita terkadang tidak tahu setelah dari PMII mau jadi apa atau kerja apa. Maka yang paling elementer bagi PMII adalah produksi sumberdaya, menciptakan kader PMII yang bermutu dan siap bersaing dalam merebut basis modal, basis pengetahuan dan basis kekuasaan negara. Kader PMII harus mampu memiliki standar performance, sehingga mampu melahirkan kader yang lebih bagus dari yang sebelumnya. Di situlah pentingnya pengembangan basis potensi kader sebagai bekal agar kader percaya diri dalam berkompetisi di lapangan.

Produksi kader PMII selama ini ditempuh melalui tiga pendekatan, yaitu kaderisasi formal, non-formal dan informal. Kaderisasi sudah dimulai sejak rekruitmen anggota.

(14)

Kaderisasi formal berupa Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA), Pelatihan Kader Dasar (PKD) dan Pelatihan Kader Lanjut (PKL). Dari sini yang terlihat kaderisasi yang paling sering dilakukan adalah kaderisasi formal. Namun follow-upnya sering tidak jelas atau kalaupun ada terlihat kurang serius pelaksanaannya. Maka perlu ada proses yang bisa lebih

dimaksimalkan.

Dalam kaderisasi formal biasanya kita penuhi dengan materi yang bersifat nilai atau menginternalisasikan hal-hal yang bersifat normatif. MAPABA, misalnya, sebagai pintu awal masuk ke dalam PMII bertujuan untuk mewujudkan Anggota Mu’takid yang meyakini PMII sebagai wadah Pergerakan yang tepat untuk memperjuangkan kebenaran sesuai akidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dan menegakkan martabat bangsa sesuai cita-cita kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan PKD diarahkan penguatan nilai, pengembangan watak pribadi, penguatan pengetahuan dan potensi kader. PKD bertujuan untuk mewujudkan Kader Mujahid yang mampu mengembangkan watak kepribadian, pengetahuan dan potensinya masing-masing untuk meraih cita-cita pergerakan.

Adapun PKL merupakan proses kaderisasi lanjutan yang lebih bersifat refleksi dan pengembangan. PKL bertujuan untuk mewujudkan Kader Mujtahid yang siap menjadi pemain/aktor utama dalam ketahanan, pertahanan dan pembangunan bangsa di segala bidang

guna menegakkan Islam Ahlussunnal wal Jama’ah dan memperteguh kemerdekaan Indonesia

di era kompetisi global, yaitu terwujudnya bangsa yang jaya, Islam yang benar, bangun tersentak dari bumiku subur.

Kaderisasi informal juga lebih sering kita lakukan secara sadar maupun tidak sadar, seperti bimbingan, diskusi kecil-kecilan, bahkan main poker yang bisa menjadi wahana melatih mental dengan saling menggasak satu sama lain. Sedangkan kaderisasi non-formal adalah kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan pasca-kaderisasi formal, sesuai dengan tingkatannya, seperti diskusi agama, sekolah filsafat, sosiologi, pelatihan proposal, kursus bahasa asing, diklat kepemimpinan, diklat produksi ekonomi perdagangan (kewirausahaan), diklat riset ilmu pengetahuan dan teknologi, diklat media komunikasi dan informasi (jurnalistik), diklat dakwah, diklat kebudayaan, diklat kesehatan, diklat peradilan hukum dan HAM, diklat politik anggaran dan kebijakan, diklat bela negara, kepanduan dan kepecintaalaman, dan lain-lain. Sebagai contoh, kalau tidak menguasai bahasa, terutama bahasa Inggris, PMII akan banyak gagal menjadi pemain global, karena kita tidak mampu membaca kenyataan global yang menggunakan bahasa asing. Atau di bidang jurnalistik, PMII perlu membekali kader dengan skill kejurnalistikan dan membangun jejaring dengan media massa. Di bidang advokasi, PMII perlu membuat pelatihan advokasi seperti advokasi buruh, advokasi anggaran dan kebijakan bahkan kepengacaraan dan peradilan supaya menguasai advokasi litigasi maupun non-litigasi.

Di bidang kewirausahaan, PMII harus mengadakan pelatihan produksi ekonomi dan perdagangan dan membangun jaringan dengan kelompok wirausaha sehingga perdagangan kader PMII bisa maju. Begitu juga yang ingin di akademisi, partai politik maupun LSM. Itu semuanya mencita-citakan kader-kader PMII ke depan bisa survive. Khusus kaderisasi non-formal ini sekarang agak susut (berkurang) atau jarang diadakan karenanya perlu ditingkatkan lagi. Selama ini kita lebih banyak mengadakan seminar, workshop, lokakarya, simposium, pemantauan pemilu, dan lain-lain, yang seharusnya juga perlu diseimbangkan dengan pelatihan lobi, anggaran, manajemen, merekrut kader, dll.

Perlu disadari bahwa hasil dari proses produksi kader semacam ini tidaklah seragam. PMII tidak seperti pabrik odol atau pabrik sabun yang mampu menghasilkan produk yang seragam. Di PMII itu hasil produk kadernya macam-macam walau pendekatan kaderisasi formalnya sama. Dulu kader PMII itu biasa kucel, tapi pintar dan cerdas. Ada juga yang rapi, juga pintar dan cerdas. Ada pula yang kucel tapi kurang pintar dan cerdas. Semua harus

(15)

dirawat dan dididik sebagai bagian dari kader PMII. Ini tentu agak berbeda dengan kenyataan PMII sepuluh atau dua puluh tahun silam. Pada tahun 1990-an, PMII mengalami masa-masa yang khas memproduksi orang-orang yang berani melawan secara frontal terhadap pemerintah yang ditandai banyaknya gerakan advokasi, demontrasi dan perlawanan terhadap negara. Tentu sekarang agak beda karena situasinya juga sudah berbeda.

2. Distribusi Kader

Distribusi kader sering disamakan dengan diaspora atau penyebaran kader di berbagai

bidang. Padahal makna “ Diaspora ” bukan menyebarnya orang ke mana-mana, tetapi

menyebarnya sistem. Seperti Yahudi menyebar sistem di mana-mana. Sistem pengetahuan, sistem kekuasaan ataupun sistem modal. Diaspora juga diartikan penyebaran struktural tetapi tidak kelihatan.

Terkait diaspora gerakan ini kita disuruh apa? Menjawabnya agak susah. Distribusi ini akan berjalan strategis kalau melalui pola intruksi dari pimpinan PMII. Pertanyaannya, apakah kalau diinstruksi, sahabat-sahabat bersedia menjalankannya? Ini persoalan karena kebiasaan kita minta diinstruksi tetapi kalau diinstruksi selalu mengajak diskusi, selalu mengelak. Sesungguhnya kita disuruh ngapain itu muncul dari dalam diri sendiri, bukan dari luar kita. Maka munculkan energi dari dalam yang lebih kuat. Kami sendiri tidak bisa jawab

kalau ditanya: “Kita harus ngapain?”.

Secara umum, mengamati situasi saat ini, penyebaran kader (tepatnya: Alumni) PMII bisa diklasifikasikan dalam lima bidang, yaitu: pengetahuan, kekuasaan, modal, advokasi yang lebih dekat dengan arah kebijakan atau relasi kekuasaan, dan pofesional yang benar-benar murni skill seperti wartawan. Yang paling dominan adalah pengetahuan (wacana) dan politik. Sedangkan yang lain masih sedikit. Itu karena dalam 20 tahun terakhir ini, lebih banyak alumni PMII yang lulusan diklat politik dan ansos.

Kita memang jarang melakukan pelatihan professional. Maka tidak heran yang lahir dari PMII lebih banyak jadi politisi, pemikir, advokat (advokasi melalui LSM) dan jarang yang menjadi pengusaha (walau ada beberapa tapi butuh pendekatan khusus untuk digerakkan demi kepentingan kolektif). Sekarang ini mencari uang untuk organisasi saja lebih banyak dari alumni politisi. Jarang kita mendekat ke alumni yang pengusaha. Padahal minta uang pada pengusaha itu susah. Maka ketika kita berbicara membangun basis modal (produksi ekonomi dan perdagangan) sama saja dengan membabat alas. Sehingga harus ada proses kaderisasi yang lebih bermutu supaya semuanya bisa berjalan dengan baik. Bagaimana cara memperkuat hubungan dengan kekuasaan dan bagaimana setelah dari PMII. Di situlah perlu untuk memperbanyak atau sesering mungkin menyelenggarakan kaderisasi non-formal.

Terkait diaspora ini kita perlu disiplin. Sebab sulitnya mengatur diaspora kader PMII juga terkait erat dengan rendahnya kedisiplinan kita. Kalau direfleksikan, penyebaran kader PMII itu bukan diaspora, tetapi penyebaran yang merupakan kecelakan. Benar-benar menyebar yang susah dikontrol. Ini menjadi tugas kita bersama. Kader yang sudah didistribusikan harus bisa memahami alur sistem diaspora yang dijalankan. Di ruang manapun, di bidang apapun dan di pangkalan gerakan manapun diberi mandat, harus patuh dan melaksanakan dengan baik dan optimal, bukan semata-mata untuk individu tetapi untuk kebersamaan. Soal sistem inilah yang harus dirumuskan bersama-sama sehingga akan menjadi kultur (budaya) atau habitus di PMII.

3. Kontestasi Kader

Kontestasi bisa diartikan sebagai proses kompetisi atau persaingan kader dalam rangka memenangkan pertarungan/perebutan untuk menguasai berbagai pangkalan gerakan. Dalam hal ini mental atau nyali kader menjadi salah satu faktor penentu, di luar faktor keberuntungan takdir.

(16)

Kontestasi kader meniscayakan adanya penataan yang rapi mulai dari proses produksi dan distribusi, termasuk adanya pembagian peran dalam berbagai pangkalan gerakan supaya tidak bertubrukan sesama kader. Standar keberhasilan kader akan dilihat dari kemampuan dia survive dalam persaingan hidup. Apakah dia mempunyai kepercayaan diri yang kuat bahwa dia siap untuk bersaing dengan siapapun dan di tempat manapun?

Seorang kader yang sudah melalui fase produksi dan sudah didistribusikan dituntut harus siap survive di pangkalan tersebut dan di situlah dia akan bersaing dengan banyak orang (berkontestasi): akankah dia bertahan dan semakin mampu berkarir dengan bagus, ataukah malah terpental dan terbuang dari pangkalan gerakan tersebut?

C. BEKAL KADERISASI

Bagaimana PMII menghadapi “perang terbuka” kompetisi global tersebut? Apa yang

sudah disiapkan PMII agar kader-kadernya mampu berbuat banyak di era pasar bebas?

1. Bekal Iman, Ilmu dan Ketrampilan

Dalam menghadapi “pertempuran”, yang perlu disiapkan adalah bekal yang cukup sehingga percaya diri memasuki gelanggang “pertempuran”. Sebaliknya, kalau bekal kurang

tentu akan susah untuk bisa menang, kecuali ada keajaiban. Bekal di sini mencakup banyak hal, seperti keimanan dan ketakwaan, ilmu pengetahuan, keterampilan (skill), jaringan, dll. Bekal tersebut diakumulasi untuk gerakan dengan membangun basis di pangkalan gerakan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

2. Bekal Disiplin dalam Menjalankan Mandat

Untuk bisa punya bekal yang cukup dan mampu membangun basis pangkalan gerakan yang memadai, maka niscaya adanya kedisiplinan diri bagi tiap kader dalam segala hal, dari disiplin dalam penguasaan ilmu maupun perilakunya, seperti dalam hal yang sederhana terkait mengatur waktu, studi, menjalankan tugas organisasi maupun pengembangan kapasitas diri sesuai dengan bakat-minatnya.

Ketika semua kader PMII sudah mampu membangun disiplin diri maka tinggal diatur bagaimana formasi gerakannya agar bermanfaat untuk kepentingan bersaa. Dengan demikian,

bukan mustahil PMII akan memenangkan “pertempuran” (pelajaran berharga dari perang

Badar, perang Uhud dan perang-perang lainnya).

3. Bekal Percaya Diri dalam Segala Keadaan

Kaderisasi PMII diharapkan bisa membuat kader percaya diri menghadapi tantangan zaman dalam segala keadaan. Percaya diri membuat kader PMII berani menghadapi globalisasi yang meniscayakan persaingan sumberdaya. Siapa yang bagus kualitasnya akan survive, siapa yang kurang bagus kualitasnya akan tergilas. Orang yang tidak punya kemampuan akan tidak percaya diri dan itu tanda-tanda akan tergilas.

Secara sederhana, standar keberhasilan kader PMII adalah mana kala dia percaya diri dengan kemampuan yang dimilikinya. Al-I’timad ala an-Nafs Asasun Najah; Percaya Diri adalah Kunci Kesuksesan/Keberhasilan/Kemenangan). Demikian bunyi maqolah Arab yang popular di kalangan pesantren. Keberhasilan, kesuksesan dan kemenangan akan diraih selama kita masih percaya diri. Percaya diri dalam apa saja, baik atas akidah kita, amaliah kita, ilmu kita, jati diri kita, SDM kita, identitas kultural kita, keterampilan kita, skill kita, kemampuan manajerial kita, kemampuan lobi atau komunikasi kita, kemandirian kita, dan lain seterusnya.

Pertanyaannya, dengan mengikuti organisasi PMII bisa membuat kita semakin percaya diri atau tidak? Semakin terampil atau tidak? Semakin berani dalam bersaing dengan orang lain atau tidak? Kalau ternyata kecenderungannya lebih banyak negatif, banyak kader yang keluar dari PMII karena tidak bertambah ilmu, mental atau keterampilannya, maka berarti kaderisasi perlu ditingkatkan.

(17)

Menghadapi situasi demikian, kita harus membangun gerakan kolektif (berjama’ah) agar bisa survive bersama-sama (survival collective). Ini bahasa lama yang sudah 10 tahun kita dengar dan kita gagas tetapi masih perlu diwujudkan dengan gerak nyata.

Dengan bekal yang cukup, disiplin, percaya diri dan kolektivitas akan membuat kita bias survive. Maka meniscayakan pembagian peran dan kerja sama dalam mewujudkan cita-cita.

D. REKOMENDASI STRATEGI KADERISASI DAN KEBIJAKAN ORGANISASI

Membicarakan PMII dalam konteks strategi maupun taktik gerakan, khususnya terkait dengan penataan pangkalan kaderisasi, maka mau tidak mau juga harus berbicara Nahdlatul Ulama (NU), karena secara historis, ideologis dan kultural PMII tidak bisa lepas (dependensi) dengan NU (1960), walau PMII pernah independensi (1972) dan interdependensi (1991) dengan ormas terbesar di dunia tersebut.

Mengkaji akar kesejarahan pendirian NU tidak lepas dari tiga basis kekuatan gerakan strategis yang sudah ada sebelumnya, yaitu (1) Nahdlatul Wathon yang bergerak di bidang politik kebangsaan dan kenegaraan (gerakan melawan penjajah Belanda demi meraih kemerdekaan yang melahirkan banyak aktivis politik yang terlibat dalam mengelola negara); (2) Nahdlatut Tujjar yang bergerak di bidang basis produksi dan perdagangan; dan (3) Tashwirul Afkar yang bergerak di bidang pengembangan ilmu pengetahuan. Ketiga kekuatan tersebut kemudian menyatu dalam wadah organisasi bernama Nahdlatul Ulama (NU).

Dalam perjalanannya, ketika NU berubah menjadi Partai Politik tahun 1954 (dimulai sejak NU keluar dari Masyumi tahun 1952), praktis gerakan NU yang lebih menonjol adalah politik-kekuasaan, yang di kemudian hari dipaksa rezim Orde Baru berfusi dalam PPP tahun 1973 (tekanan dari Ali Murtopo, sang arsitek Orde Baru terhadap Sahabat Zamroni selaku Ketua Umum PB PMII dan rencana fusi partai-partai islam ke dalam PPP inilah yang menyebabkan PMII kemudian menyatakan independen dari NU pada tahun 1972 dalam pertemuan di Balai Desa Murnajati, Malang bagian utara. Deklarasi ini disebut Deklarasi Murnajati). Setelah Khittah NU tahun 1984 yang menyatakan NU tidak terikat dengan gerakan politik manapun, maka dalam sebuah pertemuan di Kaliurang pada tahun 1991 PMII meredefinisi relasinya dengan NU menjadi interdependensi, deklarasi ini dikenal sebagai Deklarasai Kaliurang.

Ketiga kekuatan kuasa strategis tersebut, yaitu Politik Kenegaraan (Nahdlatul Wathon), Modal (Nahdlatut Tujjar) dan Pengetahuan (Tashwirul Afkar) sebagai kekuatan inti NU harus dikembalikan lagi kejayaannya. Ketika NU atau PMII ingin jaya maka harus menggerakkan ketiga-tiganya sekaligus sebagai kekuatan strategis. Andaikata NU atau PMII mampu menata ketiga basis inti tersebut dengan baik maka kemungkinan besar akan tampil sebagai pemimpin peradaban.

Yahudi adalah contoh nyata ketika mampu mengendalikan modal, pengetahuan dan negara sekaligus mampu tampil sebagai pemimpin peradaban dunia (bahkan negara sebesar AS pun mampu dikendalikan oleh Yahudi). Dalam bidang politik, Yahudi membuat konsep negara-bangsa (nation-state) melalui tokohnya bernama Ernas Renan, untuk mendukung pendirian negara etnis Yahudi, Israil. Dalam bidang ekonomi, Yahudi membuat konsep Kapitalisme dan Sosialisme. Dalam bidang pengetahuan mereka men-design dan menguasai perkembangan filsafat, sosiologi, ilmu politik dan teknologi. Maka bisa dipahami jika dunia sekarang ini benar-benar hasil design bangsa Yahudi.

1. Kaderisasi di Pangkalan Politik Kebangsaan

Pertama-tama adalah hubungan PMII dengan Negara (Hablu minal daulah). Membicarakan relasi PMII dengan negara sama artinya dengan menggerakkan semangat gerakan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air/Kaum Pribumi) yang menjadi salah satu cikal-bakal berdirinya NU. Ini adalah embrio gerakan politik dalam tradisi NU. Semangat

(18)

untuk mengelola negara ini sampai kini masih kuat di kalangan warga NU dan PMII (bisa dilihat dari para seniornya).

Di era kemerdekaan, orang-orang tua NU sudah terlibat aktif dalam perjuangan melawan penjajah, misalnya, dengan menjadi anggota laskar Hizbullah yang kemudian bergabung dalam Tentara Nasional Indonsia (TNI), walau tidak lama, karena harus keluar ketika tidak lulus dalam program Restrukturisasi dan Rasionalisasi (Rera) TNI dan Birokrasi (era Perdana Menteri Moh. Hatta tahun 1948). Mereka tidak lulus karena banyak yang tidak punya ijazah sekolah resmi (kebanyakan yang lulus adalah alumni PETA dan KNIL). Inilah kenapa sampai sekarang kita susah mencari jendral kader NU karena sejak itu kader NU yang di kelompok tentara sudah dihabisi.

Dalam sejarah Indonesia, para tokoh NU, mulai KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri, KH. Saefudin Zuhri, Subhan ZE, KH. Idham Chalis, hingga KH. Abdurrahman Wahid, pernah menorehkan tinta emas sebagai pemimpin perjuangan bangsa. Walau sejarah menunjukkan betapa banyak pihak yang ingin menggerus NU dari panggung politik, tetapi sejarah mencatat bahwa dari NU pernah lahir seorang guru bangsa dan menjadi presiden bernama KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Dalam usianya yang ke-50 (1960-2010), PMII tergolong elastis dan fleksibel dalam berhubungan dengan kekuasaan. PMII yang berdiri pada tahun 1960 menjadi bagian dari Partai NU. Menjelang orde lama runtuh (1965-1966), gerakan PMII (era kepemimpinan Sahabat Zamroni) dekat dengan TNI dan ikut mempelopori aksi pembubaran PKI tahun 1965. Namun seiring terkonsolidasinya kekuatan orde baru, PMII dikucilkan, sehingga PMII terlibat dalam aksi perlawanan orde baru pada akhir 1980-an dan tahun 1990-an hingga orde baru tumbang tahun 1998. Di era reformasi PMII tidak jelas dalam berhubungan dengan kekuasaan, misalnya, mendukung Gus Dur atau melawan.

Di era reformasi pula terasa kentara tarikan politik kekuasaan oleh relasi personal kader-kadernya. Hal itu bisa dilihat dalam setiap momentum kongres, konkorcab maupun konferensi cabang, pertarungan rebutan Ketua Umum lebih didasarkan pada pertarungan politik jangka pendek. Hal yang sama juga terjadi di OKP lainnya termasuk ormas NU dan banom-banomnya. Pragmatisme politik yang hari ini terjadi di Indonesia sungguh berbeda degan era-era sebelumnya. Dan PMII sebagaimana OKP-OKP yang lain termasuk yang terlihat gagap bahkan tidak siap menghadapi kenyataan tersebut. Inilah pergeseran yang berbeda dengan masa-masa dahulu.

Hari ini kalau kita bertanya pada kader PMII: mau jadi apa? Rata-rata banyak menjawab jadi PNS, Politisi, KPU, Panwas, bahkan PPK dan PPS. Ini memang menandakan hamper semua ingin jadi pejabat, ingin hidup instan, bermartabat dan cepat kaya. Sebetulnya hal demikian itu tidak masalah manakala tidak hanya sekadar untuk pertaruhan individu, melainkan untuk pertaruhan kolektif. Maka di sinilah kita harus bisa memiliki standar performance, sehingga mampu melahirkan kader yang lebih bagus dari kader yang sebelumnya.

Secara normatif, berhubungan dengan kekuasaan sah-sah saja. Berhubungan bisa mesra atau melawan. Maka kita harus tahu kapan mesti bermesraan dan kapan mesti melawan. Mengelola kekuasaan memang penting karena di situlah politik anggaran dan kebijakan diputuskan dan dilaksanakan. Maka PMII harus bisa memaknai gerakan kekuasaan sebagai basis strategi jangka panjang. Ketika masih aktif di PMII, politik yang diterapkan adalah politik kebangsaan dan politik kerakyatan. Ketika sudah menjadi alumni, dipersilahkan bertarung di kekuasaan (baik di eksekutif, legislative, yudikatif, TNI, Polri, BUMN, BUMD, dan lembaga negara lainnya).

Satu hal yang harus dipahami di sini adalah pengelolaan negara merupakan sebagai bagian dari kehidupan kita. Kunci utama dalam hal ini adalah kepintaran kita bermain dalam pusaran kekuasaan dan mampu memaknai independensi PMII secara tepat, tentunya tidak

(19)

menyimpang dari visi dan misi PMII. Hal itu penting karena dalam situasi pertarungan global ini ketika semua ideology agama, politik dan ekonomi bertarung, salah satu strategi untuk mempertahankan dan mensyiarkan ideology adalah melalui jalur kekuasaan.

Namun, distribusi kader di ruang kekuasaan harus selektif, tidak sembarang orang, supaya tidak mengecewakan bagi kepentingan kolektif di kemudian hari mengingat sekarang ini kita berada pada sebuah zaman yang beda dengan masa lalu sebagaimana kalau kita pahami ketika mengkaji materi geopolitik internasional. Artinya, kita benar-benar berpacu dengan gerakan perubahan zaman global yang semakin cepat dimana arus kuat neoliberalisme ingin mengurangi peran negara. Negara akan dilumpuhkan untuk kepentingan pasar bebas. Maka bagi kita bangsa Indonesia yang masih menata diri, sangat penting untuk menjaga negara. Negara harus kita jaga, kita kelola, dan kita pimpin untuk kepentingan kolektif bangsa, bukan untuk individu atau untuk bangsa asing, karena pertaruhan kita adalah survival bangsa kita di tengah arus globalisasi. Anak muda PMII dan NU harus percaya diri mampu memimpin negara. Gus Dur memberikan kepercayaan pada anak muda NU, bahwa kita mampu menjadi presiden. Di sinilah, kita harus siap menjalankan tugas, baik tugas NU maupun tugas negara.

2. Kaderisasi di Pangkalan Modal

Membicarakan relasi PMII dengan modal sama dengan menggerakkan semangat Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Kaum Pedagang) yang menjadi salah satu cikal-bakal berdirinya NU. Dalam kurun waktu perjalanan 50 tahun (1960-2010), menunjukkan relasi PMII dengan modal sangat lemah. Hampir semua memahami kalau rata-rata kader PMII berasal pada komunitas nahdliyin yang secara umum sudah hancur basis kekuatan modalnya.

Sejak Nahdlatul Ulama berubah menjadi Partai Politik (1954), kekuatan ekonomi NU hampir tidak tertata. Apalagi kebijakan orde baru sangat memarginalkan NU. Maka segenap generasi muda bangsa hendaklah mampu membangun mental dan tradisi produksi dan persiapkan diri untuk bersaing dengan bangsa lain. Baik kita merasa di-gembleng atau tidak di PMII dengan belajar geo politik, geo ekonomi, geo strategi, sejarah masyarakat, Aswaja, dan materi kaderisasi lainnya, maka kita harus memahami bahwa ruang pertarungan kita ada di situ. Bukan semata mengkritisi pemerintah atau pemodal, tapi harus realistis dengan kenyataan di lapangan.

Maksud kaderisasi dengan pengembangan basis produksi kader ini adalah membekali kader dengan semangat produksi dengan mengolah segala sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang kita miliki untuk bekal hidup di tengah arus globalisasi, agar kita ini tidak selalu mengandalkan proposal atau mental ongkang-ongkang yang hanya menunggu modal datang karena mental yang demikian ini akan layak punah dalam situasi pertarungan global. PMII harus membekali kadernya dengan mental dan skill kemandirian ekonomi yang kuat dengan mendidik kadernya menjadi pekerja keras, terampil, disiplin dan profesional. Bukan kader ongkang-ongkang yang maunya instan, cepat dapat uang melalui jalur pintas, dan inginnya segera jadi orang besar dan suskes tanpa tahan proses.

Untuk memperkuat basis produksi, maka kaderisasi PMII harus dikembalikan pada kompetensi individunya. Apa yang bisa diunggulkan dari kader itulah yang harus digali. Bukankah kita masih mempunyai kader yang suka mencangkul (berkebun atau bertani), bertambak, berdagang, beternak, dan seterusnya sampai ada yang menjadi calo politisi? Dan lain seterusnya. Itu semua potensi kader yang bisa dikembangkan. Caranya adalah dengan membangun basis produksi di berbagai sektor (pertanian, perkebunan, pertambakan, kelautan, koperasi, perdagangan, perbankan, produksi barang yang bernilai ekonomis seperti baju, kerajinan, makanan dan lain-lain. Hal ini penting sebagai upaya untuk membentuk watak dan pribadi kader PMII yang mandiri dan siap untuk survive di tempat manapun dalam ikatan gerak kolektif PMII.

(20)

3. Kaderisasi di Pangkalan Pengetahuan

Membicarakan relasi PMII dengan pengetahuan sama artinya dengan menggerakkan semangat Tashwirul Afkar (Konseptualisasi Pemikiran) yang dulu dididikah oleh KH. Abdul Wahab Hasbullah yang kemudian menjadi salah satu cikal-bakal berdirinya NU. Pengetahuan adalah cakrawala kita memandang dunia, termasuk basis nilai kita dalam menyikapi persoalan. Pengetahuan akan menjadi standar berfikir, bersikap dan bertindak. Dengan standar pengetahuan yang jelas, kita akan mampu mengenali arah dan pola gerakan PMII. Relasi PMII dengan ilmu pengetahuan pada umumnya lebih banyak di bidang ilmu agama. Ini bisa dipahami karena mayoritas kader PMII alumni pesantren dan basisnya juga di kampus agama, walau pertumbuhan PMII di kampus umum mulai membaik.

Dalam perkembangan 20 tahun terakhir, pengetahuan kritis bersemai kuat di PMII sehingga membuat PMII sedemikian liberal. Kajian-kajian teori kritis baik filsafat maupun sosiologi merambah pada pemikiran keagamaan sampai mengantarkan PMII memilih Paradigma Kritis Transformatif dan Kritik Wacana Agama. Tentu saja dengan segala kekurangan dan kelebihannya, perkembangan ini cukup member warna bagi sejarah PMII.

Tugas utama PMII adalah merumuskan system pengetahuan yang berbasiskan kenyataan ke-Indonesiaan sehingga pengetahuan ini bisa dijadikan basis nilai, basis strategi

dan basis taktik bangsa dalam mengarungi “pertempuran” global. Di saat yang sama, para

pemikir PMII juga masih banyak yang sekadar menyadur pemikir orang lain alias belum orisinil. Baik pemikiran sosiologi, politik maupun keislaman (dari yang liberal kanan sampai yang kiri mentok), semuanya masih sebatas mendaur ulang pemikiran orang lain. Pemikir PMII belum ada yang sekelas Tan Malaka, Bung Karno dan yang lain yang orisinil dan bisa menjadi basis gerakan.

Sayangnya pengetahuan yang selama ini kita konsumsi sudah banyak produk asing, baik teori filafat, sosiologi, politik, ekonomi, kritik wacana agama, dan yang lainnya. Pengetahuan ala sekolahan yang kita pelajari sejak TK sampai Perguruan Tinggi sangat positivistik (rasionalis dan empiris/inderawi) dan sering dangkal dalam memandang sebuah persoalan. Pengetahuan ala positifisme ini sering menafikan kebenaran pengetahuan irfani (bathin).

Di situlah, proses berpengetahuan kita harus ditata kembali. Jangan sampai diskusi-diskusi hanya berhenti dalam tataran forum. Paling banter hanya sekadar menjadi “kula’an” kata-kata, yang kemudian dapat disampaikan dalam forum pelatihan di cabang masing-masing. Ini tentu sebuah keadaan yang sangat tidak kita harapkan. Padahal kita sebagai orang Indonesia mempunyai banyak basis pengetahuan lokal yang sangat arif dan tidak kalah dengan pengetahuan barat. Dulu, sejak kecil kita selalu dikenalkan dengan takhayyul, dukun, kesaktian, dan selalu percaya pada kiai. Namun sekarang semuanya sudah tidak ada lagi kepercayaan tentang hal semacam itu. Maka jangan heran kalau ini semua berdampak pada hilangnya nasionalisme kebangsaan yang sekerang ini sudah sampai pada level yang mendasar.

Seharusnya, kita yang mempunyai kekayaan peradaban yang adiluhung ini, bisa menerima baik pengetahuan positifistik (burhani) maupun pengetahuan kebathinan atau keruhanian (irfani) juga pengetahuan tekstual (bayani). Hubungan ketiga basis pengetahuan tersebut tidak saling menghancurkan satu sama lain tetapi saling menopang (sirkulatif), saling melengkapi satu sama lainnya. Semua basis ilmu pengetahuan tersebut kita gunakan untuk membangun alam raya ini dengan baik sebagaimana ajaran Alloh SWT. Pengetahuan berasal dari Alloh dan diberikan kepada manusia untuk bekal menjalankan mandat sebagai Khalifatullah fil-ardh.

(21)

F. STRUKTUR ORGANISASI

1. Badan Pengurus Harian (BPH)

terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara Umum, Wakil Bendahara, Ketua I, Ketua II, Ketua III dan Ketua IV.

a. Ketua Umum Kedudukan:

Ketua umum adalah mandataris KONFERCAB sekaligus sebagai pemimpin tertinggi organisasi ditingkatan PC PMII Kota Semarang.

Tugas:

1. Memimpin, mengatur dan mengkoordinir pelaksanaan kebijaksanaan organisasi PC PMIII Kota Semarang.

2. Melaksanakan kebijaksanaan organisasi, baik internal maupun eksternal

3. Melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap koordinasi dan mengupayakan terobosan strategis dalam rangka pengembangan organisasi, baik di dalam maupun keluar.

4. Memimpin, mengkordinir serta menjaga kelancaran pelaksanaan kebijakan-kebijakan organisasi.

5. Menentukan arah kebijakan umum organisasi untuk kemudian dimusyawarahkan dengan pengurus lain.

6. Mengontrol dan mengevaluasi tugas-tugas sekretaris dan ketua. Wewenang;

1. Bersikap dan bertindak untuk atas nama menjaga kelancaran pelaksanaan kebijakan-kebijakan organisasi secara penuh.

2. Melakukan resuffle pengurus dengan persetujuan Rapat Badan Pengurus Harian.

3. Aktif membuka dan atau menjalin kerjasama dengan pihak luar yang mendukung bagi pengembangan organisasi.

4. Memberikan pengarahan serta pencarian solusi yang tepat dalam setiap kegiatan maupun pengambilan keputusan.

5. Bersama Sekretaris Umum dan atau wakil sekretaris untuk menandatangani surat-surat organisasi.

6. Mendelegasikan tugas dan kewenangan kepada salah satu Ketua bila berhalangan sesuai dengan bidangnya.

b. Sekretaris Umum Kedudukan:

Sekretaris adalah pimpinan organisasi tertinggi kedua setelah Ketua Umum Tugas:

1. Membantu Ketua Umum menjalankan organisasi baik internal maupun eksternal.

2. Mendinamisasikan kondisi kepengurusan PC.

3. Mengupayakan kelengkapan kesekretariatan guna mendukung gerak dan langkah organisasi.

4. Mengkoordinasikan kegiatan–kegiatan kesekretariatan

5. Mempersiapkan rapat-rapat organisasi dan mendokumentasikannya.

6. Mewujudkan sistem dokumentasi organisasi yang rapi, sempurna dan terpelihara.

(22)

1. Mengatur dan mengkoordinir pembagian kerja dan tugas antara Sekretaris dan wakil sekretaris.

2. Melakukan penerapan sistem administrasi dan manajemen organisasi secara efektif dan efisien.

3. Mensistematiskan rancangan program kerja, peraturan, surat-surat keputusan dalam lingkungan organisasi.

4. Bersama Ketua Umum dan atau Ketua menandatangani surat-surat organisasi.

5. Mengontrol pengalokasian dan pengelolaan dana di masing-masing departemen/lembaga.

c. Wakil Sekretaris Kedudukan:

1. Wakil Sekretaris berkedudukan di bawah Sekretaris Umum.

2. Wakil Sekretaris adalah pelaksana kerja kesekretariatan bersama Sekretaris dan ketua-ketua

Tugas:

1. Membantu pelaksanaan tugas-tugas Sekretaris dalam menjalankan tugas organisasi.

2. Membantu mengatur mekanisme kesekretariatan, mencatat, dan mengarsipkan data-data.

3. Melaksanakan penertiban urusan-urusan rutin organisasi.

4. Mengaktifkan sistem mekanisme kontrol persuratan organisasi.

5. Melakukan koordinasi dengan bidang-bidang terkait dibawahnya untuk menyusun rancangan program kerja yang berkaitan dengan kesekretariatan. Wewenang:

1. Mewakili Sekretaris sesuai dengan penanganan yang dimaksud ketika Sekretaris berhalangan.

2. Bersama Ketua Umum dan atau ketua menandatangani surat-surat organisasi sesuai bidang kerjanyanya

3. Bersama Sekretaris melakukan inventarisasi barang - barang yang dimiliki oleh organisasi

d. Bendahara Kedudukan:

Bendahara adalah pelaksana kebijakan PC di bidang pencarian dana dan pengaturan keuangan organisasi.

Tugas :

1. Mengatur, menyimpan dan mencatat penerimaan maupun pengeluaran keuangan

2. Membuat petunjuk teknis tentang tata cara permintaan, pembayaran dan pengeluaran keuangan serta pendayagunaan inventaris organisasi

3. Melaporkan situasi keuangan secara berkala

4. Membantu Ketua dalam menggali sumber-sumber pendanaan untuk pembiayaan organisasi.

Wewenang:

(23)

2. Merumuskan rancangan tentang pengaturan penerimaan dan pengeluaran secara periodik dan berkala

3. Menginventarisir dan melakukan pendataan terhadap donatur yang ada

4. Aktif mencari sumber dana dari data donatur yang ada

5. Bersama Ketua Umum dan Sekretaris menyusun pengalokasian dana bagi kegiatan-kegiatan organisasi.

e. Wakil Bendahara Kedudukan:

1. Wakil Bendara berkedudukan di bawah Bendahara .

2. Wakil Bendahara adalah pelaksana dan membantu atas kerja-kerja Bendahara Tugas:

1. Membantu Bendahara mengatur, menyimpan dan mencatat penerimaan maupun pengeluaran keuangan organisasi.

2. Membantu Bendahara membuat petunjuk teknis tentang tata cara permintaan, pembayaran dan pengeluaran keuangan serta pendayagunaan inventaris organisasi.

3. Melakukan koordinasi dengan ketua-ketua dalam menyusun anggaran kerja departemen.

Wewenang:

1. Membantu Bendahara merumuskan rancangan tentang pengaturan penerimaan dan pengeluaran secara periodik atau berkala.

2. Membantu Bendahara menginventaris donatur yang ada dan menjadikannya sabagai sumber resmi pembiayaan organisasi.

3. Membantu Bendahara membuka peluang-peluang sumber pendanaan. f. Ketua I ( Internal )

Kedudukan:

Sebagai pelaksana kebijakan PC yang bertugas dalam menangani koordinasi dan dinamisasi organisasi yang ada dibawah PC dalam hal ini Pengurus Komisariat. Tugas:

1. Membantu tugas Ketua Umum sesuai dengan bidang kerjanya 2. Melakukan koordinasi intensif dan dinamisasi organisasi Cabang. 3. Melakukan monitoring atas kondisi obyektif tiap Komisariat Wewenang:

1. Mewakili Ketua Umum sesaui dengan penanganan yang dimaksud ketika Ketua umum berhalangan.

2. Mengkoordinir dan menjalankan bidang secara terarah, terpadu dan terorganisisr.

3. Secara aktif melakukan koordinasi dengan Ketua Umum dalam melakukan kerja-kerja internal organisasi.

4. Bersama Sekretaris dan Wakil Sekretaris untuk menandatangani surat-surat organisasi.

5. Dalam menjalankan tugas ketua I di bantu oleh : - Departemen pendidikan dan kaderisasi

(24)

- Departemen pengembangan pers dan wacana g. Ketua II ( Eksternal )

Kedudukan:

Sebagai pelaksana kebijakan PC sesuai dengan bidang penjaringan kerja strategis kemasyarakatan.

Tugas :

1. Membantu pelaksanaan Ketua Umum sesuai dengan bidang kerjanya

2. Melakukan kerja jaringan, hubungan organisasi dan hubungan kemasyarakatan.

3. Menyerap dan mensosialisasaikan informasi dari hasil penjaringan kepada pengurus PC.

Wewenang:

1. Mewakili Ketua Umum sesaui dengan penanganan yang dimaksud ketika Ketua umum berhalangan.

2. Mengkoordinir dan menjalankan bidang secara terarah, terpadu dan terorganisisr

3. Secara aktif melakukan koordinasi dengan Ketua Umum dalam melakukan kerja-kerja eksternal organisasi.

4. Bersama Sekretaris dan Wakil Sekretaris untuk menandatangani surat-surat organisasi.

5. Dalam menjalankan tugas ketua II di bantu oleh : - Departemen pengembangan organisasi ( DPO ) - Departemen sosial dan politik ( depsospol ) h. Ketua III ( Keagamaan )

Kedudukan :

Sebagai pelaksana kebijakan PC secara khusus dalam bidang kajian agama dan dakwah Islam serta hubungan dengan pesantren dan masyarakat.

Tugas:

1. Membantu pelaksanaan Ketua Umum sesuai dengan bidang kerjanya.

2. Melakukan koordinasi dan dinamisasi kader-kader Komisariat dan Rayon dalam hal kajian keagamaan dan dakwah Islam.

Wewenang:

1. Mewakili Ketua Umum sesuai dengan penanganan yang dimaksud ketika Ketua Umum berhalangan.

2. Mengkoordinir dan menjalankan bidang secara terarah, terpadu dan terorganisir

2. Secara aktif melakukan koordinasi dengan Ketua Umum dalam melakukan kerja-kerja yang berkaitan dengan bidang keagamaan.

3. Bersama Sekretaris dan Wakil Sekretaris untuk menandatangani surat-surat organisasi.

4. Dalam pelaksanaan tugasnnya ketua III dibantu oleh

(25)

a. Ketua IV ( Kopri ) Kedudukan :

Sebagai pelaksana kebijakan PC secara khusus dalam bidang gender dan emansipasii perempuan dan bertanggungjawab kepada ketua umum PC sebagaimana dalam peraturan dan kewenangan Kopri dalam Ad/Art PMII.

Tugas:

1. Membuat program kerja dan membantu tugas ketua umum sesuai dengan bidang kerjanya.

2. Melakukan koordinasi dan dinamisasi gerak kader – kader perempuan.

3. Melakukan monitoring atas kondisi obyektif kader perempuan di tiap Komisariat.

Wewenang :

1. Mewakili ketua umum sesuai dengan penanganan yang dimaksud ketika ketua umum berhalangan.

2. Mengkoordinir dan menjalankan bidang secara terarah, terpadu dan terorganisasi

3. Secara aktif melakukan koordinasi dengan ketua dalam melakukan kerja-kerja yang terkait dengan isu-isu jender dan perempuan.

4. Bersama sekretaris umum dan atau sekretaris untuk menandatangai surat-surat organisasi

5. Dalam pelaksanaan tugasnya ketua IV dibantu oleh : - Lembaga pemberdayaan perempuan ( LPP ) 2. Badan-Badan Struktural

A. Internal

a. Departemen Pendidikan dan Kaderisasi (DEPDIKA)

- DEPDIKA bertugas untuk merumuskan konsepsi pendidikan dan melaksanakan pelatihan dalam rangka proses pengkaderan.

- DEPDIKA bertugas melaksanakan pengkaderan baik secara formal, non formal maupun informal.

- DEPDIKA bertugas merancang sistem evaluasi pengkaderan dalam lingkup Cabang Kota Semarang yang digunakan sebagai acuan pada tingkat Komisariat

- DEPDIKA berwenang untuk mengambil kebijakan taktis dan strategis berkaitan dengan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.

- DEPDIKA bertanggung jawab kepada Ketua 1 terhadap program yang dicanangkan.

b. Departemen Pers dan Pengembangan Wacana (DPPW)

- DPPW bertugas melaksanakan program yang berkaitan dengan pengembangan wacana dan pemberdayaan kader dalam bidang intelektual.

- DPPW bertugas melaksanakan program yang berkaitan dengan pengembangan studi jurnalistik, penerbitan dan dokumentasi serta respon isu-isu aktual baik lokal sampai global.

- DPPW berwenang untuk mengambil kebijakan taktis dan strategis berkaitan dengan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.

- DPPW melakukan kajian-kajian berkaitan dengan wacana aktual baik lokal, regional, nasional maupun internasional sebagai wacana kader.

(26)

- DPPW bertanggungjawab kepada Ketua 1 terhadap program yang dicanangkan.

B. Eksternal

a. Departemen Pengembangan Organisasi (DPO)

- DPO bertugas melaksanakan porgram yang berkaitan dengan pendampingan dan pengembangan Komisariat dan Rayon di lingkungan Kota Semarang.

- DPO berwenang untuk mengambil kebijakan strategis dan taktis berkaitan dengan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.

- DPO bertugas melakukan monitoring, pendampingan dan pengembangan Komisariat dan Rayon.

- DPO bertanggungjawab kepada Ketua II terhadap program yang telah dicanangkan

- DPO melakukan investigasi terhadap Komisariat / Rayon sebagai acuan putusan Pengurus Cabang yang memiliki kekuatan hukum tetap.

b. Departemen Sosial dan Politik (DEPSOSPOL)

- DEPSOSPOL bertugas melakukan pembahasan secara mendalam terhadap isu-isu sosial dan politik.

- DEPSOSPOL bertugas untuk memberikan rekomendasi keputusan pada Pengurus Cabang terhadap isu-isu aktual.

- DEPSOSPOL berwenang untuk mengambil kebijakan strategis dan taktis berkaitan dengan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.

- DEPSOSPOL bertanggung jawab kepada Ketua II terhadap program yang telah dicanangkan.

c. Departemen Kajian Keagamaan dan Dakwah Islam (DKKDI)

- DKKDI melakukan kajian keagamaan untuk pewujudan Islam rahmatan

lil ‘alamin

- DKKDI melakukan kampanye maupun pendampingan untuk Islam

rahmatan lil ‘alamin

- DKKDI melakukan pemetaan dan pengembangan dakwah untuk masyarakat, kampus, dan internal organisasi.

- DKKDI menjalin komunikasi dan kerja sama intern serta antar umat beragama

- DKKDI berwenang untuk mengambil kebijakan strategis dan taktis berkaitan denga segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.

- DKKDI bertanggungjawab kepada Ketua III 3. Badan – Badan Fungsional

b. Lembaga Ekonomi dan Pengembangan Teknologi (LEPT)

- LEPT berkedudukan sebagai lembaga semi otonom yang melaksanakan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.

- LEPT bertugas melakukan kajian secara mendalam terkait pada bidang ekonomi dan Sains teknologi

- LEPT berwenang untuk mengambil kebijakan strategis dan taktis berkaitan dengan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER

(27)

- Membentuk forum diskusi yang berhubungan dengan ekonomi pengembangan teknologi

c. Lembaga Advokasi Masyarakat (LAMAS)

- LAMAS melakukan studi analisis terhadap kebijakan publik yang berkembang di tingkat lokal Semarang dalam rangka pendampingan kaum marginal.

- Mengembangkan komunikasi atas permasalahan kebijakan publik yang ada di Komisariat dan Rayon.

- Melakukan tindakan advokasi kebijakan daerah lokal maupun regional.

- Menjalin kerja sama dengan organisasi /LSM/ Lembaga tingkat regional ataupun lokal dalam melakukan pembelaan terhadap masyarakat bawah

- LAMAS bertanggungjawab kepada Ketua Umum

- Membentuk forum diskusi yang berhubungan dengan advokasi masyarakat.

d. Lembaga Penelitian (LEMLIT)

- LEEMLIT berkedudukan sebagai lembaga semi otonom yang melaksanakan segala program yang telah dicanangkan dalam RAKER.

- Melakukan kajian mendalam terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam berbagai bidang

- Melakukan pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan yang ditemui dalam berbagai bidang

- Membangun dan mengembangkan kelompok-kelompok penelitian

- Melakukan kerjasama dengan lembaga riset atau organisasi sejenis

- Melakukan publikasi hasil-hasil penelitian

(28)

4. Struktur Organisasi Pengurus Cabang

Keterangan :

: jalur instruksi : jalur koordinasi

Konfercab

Mabincab Ketua Umum

Wakil sekretaris Sekretaris

Wakil bendahara Bendahara

Ketua I Ketua II Ketua III Ketua IV

DEPDIKA DP2W DEPSOSPOL DPO DKKDI DPP LAMAS LEPT LEMLIT

(29)

KEPUTUSAN KONFERENSI CABANG XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

Nomor: 007.KONFERCAB.XXXVI.PMII.08.2014 Tentang:

STRATEGI GERAKAN PMII DAN HUBUNGAN EKSTERNAL PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

CABANG KOTA SEMARANG 2013-2014 Bismillahirohmaanirrohim

Pimpinan Konferensi Cabang (KONFERCAB) XXXVI Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Cabang Kota Semarang, setelah:

MENIMBANG

1. Bahwa demi memberikan arah kebijakan organisasi, maka di pandang perlu adanya peraturan tentang Strategi Gerakan PMII dan Hubungan Eksternal PMII Cabang kota Semarang 2013-2014

2. Bahwa untuk memberikan kepastian hukum maka di pandang perlu untuk menetapkan keputusan Konferensi Cabang XXXVI PMII Cabang Kota Semarang tentang Strategi Gerakan PMII dan Hubungan Eksternal PMII Cabang kota Semarang 2013-2014.

MENGINGAT

1. Anggaran Dasar PMII

2. Anggaran Rumah Tangga PMII 3. Nilai Dasar Pergerakan PMII

MEMPERHATIKAN

Hasil Sidang Pleno Konfercab XXXVI PMII Cabang Kota Semarang

MEMUTUSKAN Menetapkan :

1. Strategi Gerakan PMII dan Hubungan Eksternal PMII Cabang kota Semarang 2013-2014 2. Keputusan ini akan di tinjau kembali jika kemudian terdapat kekeliruan

3. Keputusan ini berlaku sejak di tetapkan

Wallahul muwafiq ilaa aqwamithoriq

Ditetapkan di : Semarang

Hari : ……….

tanggal : ………, Agustus 2014

Pukul : ……….Wib

PIMPINAN SIDANG KONFERCAB XXXVI PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOTA SEMARANG

(………) (……….) (……….)

(30)

KOMISI B

STRATEGI GERAKAN PMII DAN HUBUNGAN EKSTERNAL PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

KOTA SEMARANG 2013-2014

REALITAS KOTA SEMARANG

Kota Semarang merupakan ibu kota Jawa Tengah. Kedudukannya sangat strategis sebagai simpul transportasi regional, menjadikan kota Semarang mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana fisik yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pesatnya laju pembangunan kota ini telah menyebabkan perubahan pada kondisi fisik dan sosial kota.

Semakin besar suatu kota, maka semakin besar / komplekslah permasalahan yang dihadapinya. Kota Semarang dalam beberapa tahun terakhir ini menghadapi permasalahan yang cukup sulit diatasi, yaitu banjir dan merambah pada persoalan baru yaitu kemacetan jalan. Bencana banjir merupakan permasalahan yang umum, terutama di daerah padat penduduk, kawasan perkotaan, daerah tepi pantai / pesisir, dan daerah cekungan. Merebaknya transportasi mulai dari motor dan mobil tidak di imbangi dengan pengurangan kendaraan yang sudah tua, sehingga menjadikan penyempitan jalan.

Kota Semarang yang berpenduduk kurang lebih 1.592.632 orang pada tahun 2010 (sumber: BPS kota Semarang) juga mendapati problem sosial seperti kemiskinan (yang tercatat sebesar 26,4%), pengangguran, serta anak jalanan. Melihat besaran jumlah tersebut yang tentunya diikuti dengan dampak yang ditimbulkannya, seperti terjadinya kriminalitas dan mengganggu pemandangan kota, maka pemerintah perlu segera menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya.

Sebagai organisasi kemahasiswaan yang berbasis pada kaderisasi, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dituntut untuk berperan aktif dalam mengawal jalannya pembangunan baik secara sosial maupun fisik agar tidak terjadi ketimpangan yang merugikan masyarakat dan basis kultur (Nahdliyin) dari PMII.

REALITAS KEMAHASISWAAN (PMII)

Mahasiswa menyadari bahwa mereka adalah ” Lapisan Paling Maju ” dan dengan

demikian menentukan watak kepemimpinan bangsa di masa depan yang bertanggungjawab terhadap transformasi sosial dalam skala besar. Kesadaran yang sudah menyatu dengan aliran darah setiap generasi muda bangsa, kian lama akan mengkristal menjadi perlawanan tak kenal lelah. Dialektika sejarahpun mendorong terbentuknya pemahaman untuk gerak bersama, menentukan langkah dalam menghadapi tantangan global dan nasional.

Sampai saat ini, kita sering menyaksikan meningkatnya intensitas gerakan mahasiswa dalam melancarkan aksi protes terhadap kebijakan pemerintah maupun sekedar aksi solidaritas yang di tujukan untuk membangkitkan semangat melawan bentuk-bentuk

Referensi

Dokumen terkait

Rayon Tarbiyah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Walisongo Purwokerto.. Oleh:

Sesuai dengan judul skripsi mengenai “Sejarah dan Peran Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Surabaya dalam menghadapi dinamika politik

Salah satunya melalui kegiatan pelatihan kepemimpinan (Leadership) yang merupakan agenda dari Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam (PMII)

bahwa latar belakang berdinya PMII Cabang Kota Surakarta adalah adanya keinginan dari mahasiswa nahdliyin untuk memiliki organisasi sendiri yang terlepas dari IPNU-IPPNU..

Dalam penyebaran nilai-nilai Islam Nusantara, PKC PMII Jatim tentunya melibatkan beberapa elemen diluar PMII, jadi tidak hanya melakukan pergerakan sendirian, sehingga

Organisasi yang berada di luar kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah (IMM),

Sesuai dengan hasil konferensi cabang tanggal 22-23 juli 2006, yang diantaranya yaitu mengesahkan pokok-pokok program kerja NU Kota Semarang periode 2006-2011, maka

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan Permusyawaratan yang terdiri dari perwakilan penduduk desa