• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. A.1 Profil Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas. 30 orang diambil dari hasil pemilihan umum tahun 2004 yang berada dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. A.1 Profil Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas. 30 orang diambil dari hasil pemilihan umum tahun 2004 yang berada dalam"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

A. Profil Pihak yang Bersengketa

A.1 Profil Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas terbentuk pada Tahun 2008 bersamaan dengan mekarnya kabupaten Padang Lawas dari Kabupaten induk Tapanuli Selatan. Pada saat itu anggota DPRD yang berjumlah 30 orang diambil dari hasil pemilihan umum tahun 2004 yang berada dalam daerah pemilihan Padang Lawas.

Setelah pemilihan umum 2009, anggota dewan terpilih sebanyak 30 orang. Alamat kantor DPRD Kabupaten Padang Lawas adalah di Ibu kota Kabupaten Padang Lawas, yaitu Sibuhuan. Di bawah ini adalah struktur organisasi DPRD Kabupaten Padang Lawas periode 2009-2014 :

Ketua DPRD : H. M. Rido Harahap, SE Wakil ketua : H. Syahwil Nasution Wakil ketua : Ammar Makruf Lubis, SE Badan Legislasi :

Ketua : H. Erwin Hamonangan. P. SH. MH Wakil ketua : M. Soleh Daulay

Sekretaris : Jamila Mardiah L. Tobing, SH Anggota : Syahruddin Hakim Nst

Drs. Irwan Hsb Pinayungan

(2)

Irwan Hsb

Ir. Harris Simbolon Guntur Hasibuan Badan anggaran :

Ketua : H.M.Rido Harahap, SE Wakil Ketua : H. Syahwil Nasution Wakil Ketua : Ammar Makruf Lubis, SE Sekretaris : Jamila Mardiah L. Tobing, SE Anggota : H. Fahmi Anwar Nst

Sahrul Efendi Hsb Ir. Hotman Parhimpunan Pinayungan

Ir. H. Syarifuddin Hsb Ali Gusnar Hasibuan Rinal Dyansah H. Hsb Baharuddin Daulay Idham Hasibuan

Komisi A :

Ketua : H. Amir Husin Hasibuan Wakil ketua : H. Erwin H. Pane, SH, MH Sekretaris : Nur Asiah Jamil Hrp Anggota : Drs. Irwan Hsb

Rinal Dyansah H. Hsb H. Baginda Oloan Hsb Baharuddin Daulay M. Soleh Daulay

(3)

M. Haris Hasibuan

Komisi B :

Ketua : H. M Yunan Hasibuan Wakil ketua : H. Fahmi Anwar Nst Sekretaris : Ir. Harris Simbolon Anggota : Ir. H. Syarifuddin Hsb

Ir. Hotman P. Nst Ali Gusnar Hsb Guntur Hasibuan Sukrianda Hsb Sahrul Efendi Hsb Komisi C :

Ketua : Idham Hasibuan Wakil ketua : Irwan, SH

Wakil ketua : Ahmad Yuspan Pulungan Anggota : H. Tambunan Hsb

Ir. Samson Faredy Amir Hud Nst M. Sayur Daulay Pinayungan

Syahruddin Hakim Badan kehormatan :

Ketua : Ir. H. Syarifuddin Hsb Sekretaris : Nur Asiah Jamil Hrp Anggota : Ahmad Yuspan Pulungan Badan musyawarah :

(4)

Ketua : H. M. Rido Hrp. SE Wakil ketua : H. Syahwil Nst

Wakil ketua : Ammar Makruf Lubis, SE Anggota : Sukrianda Hsb

Ahmad Yuspan Pulungan Drs. Irwan

Irwan, SH Nur Asiah Jamil H. Amir Husin Hsb H. Erwin H. Pane M. Sayur Daulay Guntur Hsb Syahruddin Hakim H. Baginda Oloan Hsb Fraksi Demokrat :

Penasehat : H.M Rido Harahap, SE Ketua : Ir. Hotman P, Nst Wakil ketua : Pinayungan

Sekretaris : Nur Asiah Jamil Hrp Anggota : Irwan Hsb, SH Fraksi Golkar :

Pembina : Ir. H. Syarifuddin Hasibuan Penasehat : H. Syahwil Nst

Ketua : H. Tambunan Hsb Wakil ketua : H. Amir Husin Sekretaris : M. Soleh Daulay

(5)

Fraksi PDI Perjuangan :

Ketua : Idham Hasibuan Sekretaris : Ir. Harris Simbolon Anggota : H. Baginda Oloan Fraksi PKPB :

Penasehat : Ammar Makruf Lubis, SE Ketua : Baharuddin Daulay Sekretaris : Syahruddin Hakim Nst Fraksi PPP :

Ketua : Ir. Samson Fareddy Wakil ketua : H. M Yunan Hsb

Sekretaris : H. Erwin Pane, SH. MH Fraksi Nasional Bersatu :

Ketua : Amir Hut Nasution Wakil ketua : Ahmad Yuspan Pulungan Sekretaris : Drs. Irwan Hsb

Anggota : M. Haris Hasibuan H. Fahmi Anwar Sahrul Efendi Hsb Sukrianda Hsb Fraksi Palas Bersatu :

Ketua : Guntur Hasibuan Wakil ketua : Rinaldi Dyansah H Sekretaris : M. Sayur Daulay

(6)

Anggota : Ali Gusnar Hsb. 28

a. Pimpinan

Menurut Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas Nomor 17 Tahun 2010 alat kelengkapan DPRD terdiri atas :

b. Badan musyawarah c. Komisi

d. Badan legislasi daerah e. Badan anggaran f. Badan kehormatan

g. Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh rapat paripurna.29

Pimpinan DPRD merupakan lembaga yang bersifat kolektif, yang terdiri dari ketua dan wakil-wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota DPRD, pimpinan DPRD terdiri atas unsur fraksi dalam DPRD, pimpinan DPRD memiliki masa kerja selama 5 tahun.30

a. Komisi I atau A yang mengurusi bidang Politik dan Pemerintahan. Meliputi sub bidang : Sosial Politik dan Kamtibmas, Kependudukan dan Catatan Sipil, Pemberdayaan Masyarakat dan Ormas, Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Kepegawaian/aparatur Pemerintahan Daerah, Hukum dan HAM, Perundang-undangan, Inspektorat dan Pertanahan, serta Perizinan.

Berdasarkan peraturan tersebut diatur mengenai pembagian komisi berdasarkan bidang-bidang yang dibawahinya, yaitu :

b. Komisi II atau B yang mengurusi bidang Ekonomi dan Keuangan. Meliputi sub bidang : Perindustrian dan Perdagangan, Koperasi dan UKM, Penanaman Modal Daerah, Pertambangan dan Sumber Daya Alam, Pertanian dan Ketahanan Pangan, Peternakan dan Perikanan, Pengadaan Pangan dan Logistik, Perkebunan dan Kehutanan, Perencanaan

28

Lihat Lampiran Bagan Organisasi DPRD Kabupaten Padang Lawas 29

Lihat Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas No 17 Tahun 2010 pasal 16. 30

Hanif Nurcholis. 2007. Teori dan Praktek Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal 223

(7)

Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan, Keuangan dan Aset Daerah, Dunia Usaha, Pasar dan Perbankan, BUMN dan BUMD.

c. Komisi III atau C yang mengurusi bidang Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat. Meliputi sub bidang : Pembangunan infrastruktur, Pertamanan dan Kebersihan, Perhubungan, Perumahan Rakyat, Tata Ruang, Lingkungan Hidup, Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kesehatan, Pemuda dan Olahraga, Agama, Kebudayaan, Sosial, Ke luarga Berencana dan Peranan Wanita, Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Informasi dan Telekomunikasi, Pariwisata.31

Tugas komisi dalam hal ini adalah menyusun rencana kerja dan kegiatan komisi sesuai bidang tugasnya dan menyampaikan laporan kegiatan yang disampaikan dalam rapat kerja DPRD. Komisi juga mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan melakukan pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah dan rancangan keputusan DPRD sesuai dengan pembidangan tugas komisi. Selain itu komisi juga bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD sesuai dengan ruang lingkup tugas komisi-komisi sekaligus juga membantu pimpinan DPRD untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang disampaikan oleh Kepala Daerah dan atau masyarakat kepada DPRD.

Sebagai represntasi dari konstituen, komisi juga menerima, menampung, dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat, memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah. Komisi juga bertugas melakukan kunjungan kerja komisi atas persetujuan Pimpinan DPRD, melakukan rapat kerja dan rapat dengar pendapat, mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugas masing-masing. Dan yang terakhir

31

(8)

tugas komisi adalah memberikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD tentang hasil pelaksanaan tugas komisi.32

1. H. Erwin H. Pane, SH, MH sebagai Wakil Ketua Komisi A yang mengurusi bidang politik dan Pemerintahan, dan juga berasal dari daerah pemilihan Kecamatan Aek Nabara Barumun.

Berdasarkan pemaparan di atas, yang menjadi objek penelitian adalah Komisi A karena komisi tersebut yang mengurusi masalah Pertanahan dan Perijinan yang ada di Padang Lawas. Selain Komisi A, Komisi B juga akan menjadi objek penelitian karena komisi B adalah komisi yang mengurusi masalah perkebunan dan kehutanan. Oleh karena itu, yang akan menjadi narasumber utama dalam penelitian ini adalah :

2. H. M Yunan Hasibuan, sebagai Ketua Komisi B yang mengurusi Bidang Ekonomi dan Keuangan

3. Ir. Harris Simbolon, sebagai Sekretaris Komisi B yang mengurusi Bidang Ekonomi dan Keuangan, dan juga berasal dari daerah pemilihan Kecamatan Aek Nabara Barumun.

A.2 Profil PT. Sumatera Riang Lestari dan PT Sumatera Sylva Lestari

PT Sumatera Riang Lestari (SRL) dan PT Sumatera Sylva Lestari adalah dua perusahaan yang berbeda tetapi berafiliasi dengan satu perusahaan induk yang sama yaitu Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) yang memiliki

32

(9)

kantor pusat di Pekan Baru dan Jakarta.33

PT. SRL memperoleh Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Tanaman dari Menteri Kehutanan sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 208/MENHUT-II/2007 tanggal 25 Mei 2007. Dari luas total 215.305 ha tersebut, luas hutan PT SRL yang ada di Sumatera Utara adalah seluas 65.000ha tersebar di tiga kabupaten yaitu Labuhan Batu Selatan, Padang Lawas dan Padang Lawas Utara. PT SSL memperoleh izin IUPHHK-HTI berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 82/KPTS-11/2001 Tanggal 15 maret 2001 seluas 42.530 yang seluruhnya terletak di Kabupaten Padang Lawas.

PT SRL dan PT SSL merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman. Perusahaan ini merupakan salah satu mitra PT Riau Andalan Pulp and Paper. Luas keseluruhan konsesi PT SRL 215.305 hektar yang terletak di dua provinsi (Sumatera Utara dan Riau). PT. RAPP yang menjadi salah satu pabrik pulp di bawah payung Asia Pacific Resources International Holdings Ltd. (APRIL), mulai dibangun pada tahun 1992 di Pangkalan Kerinci provinsi Riau. PT RAPP memiliki pabrik pulp dan kertas dengan kapasitas produksi 750.000 ton pulp per tahun. Pabrik ini mulai beroperasi pada tahun 1995 dengan kebutuhan bahan baku kayu pulp sebesar ± 3,5 juta meter kubik per tahun.

34

Untuk lebih lengkapnya lihat di tabel dibawah ini :

33

- Eyes on the Forest Investigated.Investigative Report in 2010. Published in February 2011 34

(10)

Tabel 2.1

Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman

No Nama Perusahaan Luas (ha) Lokasi

1 PT. Hutan Barumun Perkasa 11.845 Padang Lawas Utara

2 PT. Putra Lika Perkasa 13.000 Tapanuli Selatan dan Labuhan Batu

3 PT. Sinar Belantara 6.200 Labuhan Batu

Selatan

4 PT. Sumatera Riang Lestari 65.000 Labuhan Batu Selatan, Padang Lawas dan Padang Lawas Utara

5 PT. Sumatera Sylva Lestari 42.530 Padang Lawas 6 PT. Toba Pulp Lestari 188.055 Tapanuli Utara,

Toba Samosir, Humbang

Hasundutan, Dairi, Pulau Samosir dan Tapanuli Selatan 7 Pt. PIR Hutan Lestari 30.000 Tapanuli Utara

dan Toba Samosir 8 PT. Anugerah Rimba Makmur 49.230 Madina

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Gambar 2.1

Peta Sebaran Spasial Hutan Tanaman Industri berdasarkan IUPHHKH/HT/HTR per Desember 2010

(11)

Sumber: Website Kementrian Kehutanan Republik Indonesia dan diolah oleh Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri (KTTJM)

Berdasarkan data IUPHKK-HTI TAHUN 2009, PT SSL dimiliki secara patungan oleh beberapa orang, tetapi dari data tersebut tidak disebutkan siapa-siapa yang merupakan pemilik saham di perusahaan tersebut. Dibawah ini adalah jajaran direksi PT SSL:

Kepengurusan:

- Direktur Utama : H. Ridwan Ruslan - Direktur Produksi : H. Ir. Julian Sukrisna

- Direktur Keuangan : S. Ganesh Imam Gazali, SE

Sedangkan berdasarkan data perusahaan IUPHKK-HTI TAHUN 2009 PT SRL disebutkan dimiliki oleh pihak swasta dengan komposisi pemegang saham PT. Agam Sempurna (50%), PT. Semesta Karya Terpadu (28%) dan Ahli Waris Tn. Polar Yanto Tanoto (22%). Sedangkan jajaran direksi PT SRL adalah :

(12)

Kepengurusan:

- Direktur Utama : Ferry Minggus - Direktur : Marsil Simin

Kedua Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Pekan Baru Provinsi Riau dan memiliki dua direksi yang berbeda. Perusuhaan ini memiliki izin pengelolaan hutan tanaman industri yang memiliki tumpang tindih kebijakan dengan peraturan lain sehingga menyebabkan banyak terjadi konflik dan sengketa lahan. Tidak hanya dengan masyarakat Kecamatan Aek Nabara Barumun saja, PT SRL dan PT SSL juga terlibat konflik dan sengketa lahan dengan masyrakat daerah lain di Padang Lawas, seperti Pasir Pangarayan dan Sosa. Dan sampai saat ini konflik-konflik tersebut belum bisa terselesaikan dan PT SRL dengan PT SSL masih terus bersengketa dengan masyarakat. Selain di Padang Lawas, PT SRL dan PT SSL juga banyak dikritik oleh Aktivis Lingkungan Hidup dan LSM-LSM lingkungan karena dinilai telah merusak lahan hutan di Padang Lawas dan di Provinsi Riau, seperti di Pulau Rupat.35

Kecamatan Aek Nabara Barumun merupakan Kecamatan yang baru dimekarkan pada tahun 2011 berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Padang Lawas Nomor 03 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Kecamatan Aek Nabara Barumun. Kecamatan Aek Nabara Barumun sebelumnya bergabung dengan A.2.3 Profil Kecamatan Aek Nabara Barumun

35

(13)

Kecamatan Barumun Tengah. Kecamatan Aek Nabara Barumun memiliki luas wilayah ± 487,75 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah sebanyak 9.996 jiwa dengan ibu kota kecamatan berada di Pasar Aek Nabara Tonga.

Dibawah ini adalah tabel nama desa, luas wilayah dan jumlah penduduk Kecamatan Aek Nabara Barumun :

Tabel 2.2

Nama Desa, Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padang Lawas.

NO NAMA DESA LUAS WILAYAH (KM2) JUMLAH PENDUDUK

1 Aek Nabara Tonga 10,00 1.213

2 Aek Nabara Jae 5,00 213

3 Padang Garugur Jae 5,00 552

4 Huta Bargot 1,05 209

5 Janji Maria 21,00 176

6 Padang Garugur Julu 20,00 219

7 Sidokan 1,00 99

8 Tobing 1,00 195

9 Hadungdung Aek Rampah 10,00 218

10 Tobing Tinggi 14,25 359

11 Sipagabu 30,00 817

12 Tanjung 20,00 421

13 Paran Tonga 15,00 502

14 Paran Julu 15,00 388

15 Hadungdung Pintu Padang 20,00 437

16 Tanjung Rokan 2,00 223

17 Aek Bonban 1,85 432

18 Marenu 9,00 1.015

19 Aek Nabara Julu 10,00 280

20 Padang Garugur Tonga 1,50 98

21 Bangkuang 1,10 36 22 Paya Bahung 1,50 293 23 Aek Buaton 3,50 800 24 Sayur Matua 4,00 234 25 Sayur Mahincat 4,00 567 JUMLAH 487,75 9,996

(14)

Sumber: Peraturan Daerah Kabupaten Padang Lawas Nomor 03 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Kecamatan Aek Nabara Barumun.

Dari tabel tersebut yang menjadi pusat daerah konflik yang terjadi dengan PT SRL dan PT SSL adalah Desa Tobing Tinggi. Selain Desa Tobing Tinggi, seluruh wilayah Kecamatan Aaek Nabara Barumun yang berbatasan langsung dengan PT SRL dan PT SSL juga terlibat konflik dengan kedua perusahaan tersebut. Wilayah Kecamatan Aek Nabara Barumun sebagian besarnya adalah lahan pertanian dan hutan negara. Berdasarkan data dari Camat Aek Nabara Barumun, sebanyak 800 orang warganya merupakan keluarga pra sejahtera yang menggantungkan hidupnya kepada pertanian dan perkebunan.36

Sementara itu yang dimaksud dengan masyarakat adat sendiri menurut AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) pada Kongres I tahun 1999 dan masih dipakai sampai saat ini adalah: "Komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya

Daerah ini merupakan daerah yang sangat rawan terjadi konflik pertanahan dan sengketa lahan. Menurut masyarakat setempat, mereka sudah mendiami lahan tersebut sejak leluhur mereka menempati daerah tersebut.

36

Lihat lampiran Rekapitulasi Laporan Bulanan Kependudukan Kecamatan Aek Nabara Barumun per Bulan Mei 2014

(15)

yang diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat yang mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya”.37

Berdasarkan wawancara dengan Camat Aek Nabara Barumun, yaitu Bapak Drs. Pamonoran Siregar, sejarah konflik bisa dirunut mulai dari sejarah kepemilikan tanah seluas ±1500 Ha, di Kecamatan Aek Nabara Barumun oleh masyarakat yang berawal pada pertengahan tahun 2004 tepatnya pada bulan Juni. Pada saat itu seorang warga yang bekerja sebagai petani sedang membutuhkan lahan untuk pertanian dan perkebunan kemudian menjumpai Kepala Desa salah satu desa di Kecamatan Aek Nabara Barumun, yaitu Desa Sipagabu dan Desa Tobing Tinggi. Dalam pertemuan tersebut Kepala Desa kedua desa tersebut mengatakan bahwa ada lahan kosong yang bisa dijual. Setelah melakukan beberapa kali pertemuan antara petani dan dari pihak penjual tanah, dan memastikan bahwa tanah tersebut adalah benar milik masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun dan tidak sedang dalam permasalahan atau sengketa, maka disetujuilah perjanjian jual beli antara petani tersebut dengan masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun.

B. Sejarah dan Perkembangan Konflik B.1 Sejarah Konflik

38

Pada saat itu oleh Kepala Desa Tobing Tinggi yang merupakan salah satu desa di Kecamatan Aek Nabara Barumun tersebut menegaskan bahwa tanah yang

37

Syaifuddin, 2010. Peluang Pengelolaan Hutan oleh Mukim dan Penyiapan Masyarakat Adat untuk Mengantisipasi Perubahan Iklim. Governor’s Climate Forest, hal 1

38

(16)

dijual tersebut seluas 1500 Ha. merupakan milik masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun dan tidak dalam persoalan sengketa. Keterangan Kepala Desa ini disaksikan oleh perwakilan Camat Barumun Tengah (pada saat itu Aek Nabara Barumun masih satu Kecamatan dengan Kecamatan Barumun Tengah), perwakilan dari Dinas Kehutanan Tapanuli Selatan (pada saat itu Kabupaten Padang Lawas belum terbentuk dan masih bersatu dengan Kabupaten Tapanuli Selatan).

Petani membeli tanah tersebut seharga Rp. 850.000,00,- per hektar. Pada awalnya hanya sebanyak 35 kepala ke luarga saja yang berminat membeli tanah tersebut, tetapi pada perkembangannya bertambah menjadi 522 kepala keluarga. Para petani membeli tanah tersebut dengan tanda bukti berupa kw\uitansi dan akta PPAT (pejabat pembuat akta tanah) dari Camat dan surat tanda ganti rugi tanah. Pada transaksi pertama ini petani membeli tanah seluas 250 Ha. Namun karena banyaknya petani yang berminat bertambah menjadi ±1025 Ha. Dan seluruh transaksi jual-beli ini mempunyai tanda bukti yang sah dan tidak dilakukan secara ilegal karena dilakukan oleh pejabat yang berwenang yaitu camat.

Petani pendatang yang membeli tanah tersebut juga disambut baik oleh masyarakat adat setempat. Pada tahun 2005 dilakukan acara adat yang cukup besar untuk menyatakan bahwa petani pendatang tersebut sudah resmi menjadi bagian dari masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun. Acara tersebut melegitimasi para petani tersebut untuk bisa menggunakan lahan yang mereka beli sebagai lahan pertanian.

(17)

Permasalahan mulai muncul setelah PT. Suamtera Riang Lestari dan PT. Sumatera Sylva Lestari melakukan pengerusakan lahan pertanian milik petani tersebut dengan alasan atau dalih bahwa para petani atau masyarakat memiliki tanah tersebut secara ilegal dan tidak sah. Pihak PT juga mengklaim bahwa pihak mereka merupakan pihak yang ditunjuk pemerintah melalui Kementrian Kehutanan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI No.208/MENHUT-II/2007 tanggal 25 Mei 2007 tentang pemberian IUPHHK-HT atas areal hutan seluas ±67.230 Ha. yang terletak di Sumatera Utara39, PT SRL diberi hak untuk mengelola Hutan Tanaman Industri tersebut. Sementara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI No.82/Kpts-II/2001 tanggal 15 Mei 2001 tentang pemberian IUPHHK-HTI seluas ±33..390 Ha. yang terletak di Sumatera Utara40, PT SSL diberikan hak untuk menjadi pengelola Hutan Tanaman Industri tersebut.41

Berdasarkan jawaban klarifikasi Direksi PT SRL dan PT SSL atas pertanyaan Panitia Khusus DPRD Padang Lawas, masing-masing direksi menjawab bahwa perusahaan mereka bekerja sesuai dengan Surat Keputusan yang sudah diterbitkan oleh pemerintah tersebut. Dalam klarisfikasi tersebut, kedua direksi dari perusahaan menegaskan bahwa perusahaan mereka sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.42

39

Jumlah luas asli berdasarkan SK Menteri adalah ±215.305, tersebar didaerah Provinsi Riau dan Sumatera Utara.

40

Jumlah luas asli berdasarkan SK Menteri adalah ±42.530 Ha. 41

Lihat Lampiran Klarifikasi PT SRL dan PT SSL atas Pertanyaan Pansus DPRD Padang Lawas 42

(18)

Tumpang tindih perundang-undangan inilah yang kemudian menjadi penyebab utama terjadinya konflik sengketa lahan antara pihak PT dengan masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun. Masyarakat disatu sisi menganggap tanah tersebut telah mereka beli dengan prosedur dan cara yang sah, sementara di pihak lain, pihak PT merasa bahwa mereka berhak atas pengelolaan tanah tersebut karena memiliki mandat dari Kementrian Kehutanan.

Pada perkembangan proses penyelesain konflik ini pun, permasalahan tumpang tindih tersebut adalah permasalahan pokok dari konflik ini dan paling sulit ditemukan titik temu antara kedua belah pihak. Masyarakat juga berpendapat bahwa tanah tersebut merupakan warisan dari leluhur mereka dan sudah mereka miliki sejak lama bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Masyarakat juga beranggapan bahwa Undang-undang dasar telah mengamanatkan bahwa bumi air dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah milik negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka sudah seharusnya rakyatlah yang menikmati tanah dan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, bukannya justru perusahaan yang bahkan bukan milik negara, tetapi perusahaan swasta miliki korporasi besar.

B.2 Perkembangan Konflik

Masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun sudah melakukan langkah-langkah untuk menyelesaikan konflik ini. Di antaranya adalah dengan membentuk kelompok tani yang sah dan terdaftar di inventaris Kabupaten Padang Lawas, nama kelompok mereka adalah Kelompok Tani Torang Jaya Mandiri

(19)

(KTTJM). Pembentukan kelompok tani ini sebagai upaya masyarakat untuk menjadi kelompok tani legal yang diakui oleh pemerintah Kabupaten Padang Lawas.

Masyarakat adat Kecamatan Aek Nabara Barumun juga berkali-kali menyampaikan aspirasi mereka kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Padang Lawas dan Pemerintah Kabupaten Padang Lawas. Baik itu dengan cara resmi seperti pertemuan tatap muka langsung dan juga demonstrasi. Pihak pemerintah disisi lain jugatelah melakukan upaya dengan membentuk tim-tim untuk penyelesaian konflik, seperti tim enclave dan verifikasi yang bertujuan untuk melakukan pendataan terhadap tanah yang di klaim masyarakat ataupun pihak PT. Pihak PT dan masyarakat juga sudah sempat melakukan kesepakatan untuk membentuk tim bersama dan tim pengawasan bersama yang terdiri dari masyarakat,

(20)

Gambar 2.2

Aksi Demonstrasi Warga Aek Nabara Barumun di Kantor DPRD Kabupaten Padang Lawas

Sumber: Dokumentasi Pribadi Ir. Harris Simbolon (Anggota DPRD Kabupaten Padang Lawas)

Selain itu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas juga sudah pernah membentuk panitia khusus atau pansus untuk menyelesaikan sengketa lahan tersebut. Hingga akhirnya permasalahan konflik ini sampai kepada tingkat yang lebih tinggi, yaitu ketingkat provinsi bahkan ke pusat.43

Berdasarkan laporan dari Camat Aek Nabara Barumun sebagaimana yang tercantum dalam notulen rapat dengar pendapat permasalahan PT SRL dan PT SSL dengan masyarakat 22 Desa di Kabupaten Padang Lawas yang digelar pada Masyarakat adat yang menuntut keadilan karena pihak PT terus-menerus melakukan pengerusakan lahan tidak henti menyampaikan aspirasi mereka kepada pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat Kabupaten sampai ketingkat provinsi bahkan pusat.

43

(21)

hari Rabu 13 Juni 2012, menyebutkan bahwa terdapat tujuh desa yang terlibat permasalahan sengketa lahan dengan kedua perusahaan tersebut. Bahkan permasalahan konflik sengketa lahan tersebut sudah menimbulkan kepada aksi anarkis atau kontak fisik diantara kedua belah pihak yang terlibat konflik. Kejadian anarkis tersebut terjadi di Desa Siornop.44

Usaha dari masyarakat dalam memperjuangkan hak mereka sudah membuahkan hasil, setelah melakukan aksi jahit mulut dan mogok makan di kantor DPRD Provinsi Sumatera Utara maka dike luarkanlah rekomendari dari DPRD Provinsi yang menyatakan bahwa masyarakat adat yang memiliki akte jual beli untuk kembali ketempatnya berusaha dan kemanannya dijamin oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara.45

Masyarakat Kecamatan Aek Nabara Barumun Melakukan Demonstrasi dan Aksi Jahit Mulut Kantor DPRD Sumatera Utara

Sumber: Diperoleh dari Antara News dan Medan Daily Bisnis

Gambar 2.3

44

Lihat Lampiran Notulen Rapat Dengar Pendapat Tentang Permasalahan Sengketa Lahan PT SRL dan PT SSL dengan Masyarakat 22 Desa di Kabupaten Padang Lawas.

45

(22)

Namun pasca dikeluarkannya surat rekomendari tersebut, pihak PT masih terus melakukan pengerusakan lahan milik masyarakat. Bahkan konflik ini sudah memicu adanya konflik terbuka secara fisik antara kedua belah pihak, berupa pembakaran rumah milik warga, total sebanyak 26b rumah milik masyarakat. dibakar oleh pihak PT dan total tanaman yang dirusak mencapai ±300 Ha. Bahkan konflik ini sudah menimbulkan korban jiwa. Padahal masyrakat sudah mendapat jaminan dari DPRD Sumatera Utara untuk terus melakukan kegiatan pertanian dilahan tersebut dan keamanannya dijamin oleh Kepolisian Daerah Sumatera Utara.46

46

Lihat lampiran Surat Rekomendasi DPRD Sumatera Utara yang ditujukan kepada Kapolda Sumatera Utara dan Bupati Padang Lawas

Referensi

Dokumen terkait

Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik pada suhu 50 - 60 o C, meskipun demikian bakteri ini juga dapat berkembangbiak pada temperatur lebih rendah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik untuk induksi tunas dari eksplan batang satu buku adalah perlakuan modifikasi medium MS + 0,5 mg/l BA dengan rata-rata

Tidak ada jasa timbal balik (tegen prestasi) yang dapat ditunjuk. Uang yang dikumpulkan tadi oleh Negara digunakan untuk membiayai pengeluaran umum yang berguna untuk rakyat..

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten

Berdasarkan pada dokumen kualifikasi Pengadaan Jasa Konsultansi Pekerjaan Pengawasan Pengerukan Kolam Pelabuhan Penyeberangan Kendal Tahun Anggaran 2012 dan hasil

Pembuktian terbalik yang diatur dalam Pasal 37 (2) Undang-undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak

Akan tetapi, penemuan tersebut bukan merupakan tanda pasti faringitis Streptokokus, karena dapat juga ditemukan pada penyebab tonsilofaringitis yang lain.. Sedangkan

Oleh karena itu, murabahah tidak dengan sendirinya mengandung konsep pembayaran tertunda ( deffered payment ), seperti yang secara umum dipahami oleh sebagian