• Tidak ada hasil yang ditemukan

Silvi Anggita Nusantari¹, Tin Rustini², Etty Rohayati³. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Silvi Anggita Nusantari¹, Tin Rustini², Etty Rohayati³. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . A g u s t u s 2 0 1 6

1Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1204912

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

SISWA DALAM PEMBELAJARAN MASALAH SOSIAL MELALUI

MODEL ARCS (

ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE,

SATISFACTION

)

Silvi Anggita Nusantari¹, Tin Rustini², Etty Rohayati³

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

Silvianggita10@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berfikir kreatif dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS di SD. Dengan demikian dilakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa Dalam pembelajaran masalah sosial di kelas IV. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui peningkatan kemampuan berfikir kreatif dengan penerapan model pembelajaran ARCS, (2) untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model ARCS. Langkah-langkah model ARCS yaitu Attention meningkatkan perhatian siswa, relevance

berkaitan dengan manfaat pembelajaran, confidence menumbuhkan rasa percaya diri siswa, satisfaction berhubungan dengan rasa kepuasaan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari III siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 tindakan. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas IV SDN Cihanjuang 4 yang berjumlah 30 orang.instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, catatan lapangan, pedoman wawancara,soal tes evaluasi dan dokumentasi.hasil penelitian menujukan bahwa proses pembelajaran siswa mengalami peningkatan dan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan dan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam pelaksanaan pembelajaran juga mengalami peningkatan yaitu rata-rata nilai berfikir kreatif siswa pada siklus I sebesar 42,76, pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 52,87, dan meningkat lagi pada siklus III sebesar 74,77. Sedangkan untuk rata-rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 56,22, pada siklus II 73,88 dan siklus III 87,13. Dapat disimpulkan model pembelajaran ARCS dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif. Direkomendasikan kepada guru untuk dapat menggunakan model pembelajaran ini dengan penggunaan berbagai media dan metode pembelajaran yang inovatif.

(2)

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Pada pembelajaran Masalah Sosial Melalui Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)| 2

EFFORTS TO IMPROVE STUDENTS CREATIVE THINKING AND

LEARNING CAPABILITIES IN SOCIAL STUDIES BY MEANS OF

ARCS MODEL (ATTENTION,

RELEVANCE,CONFIDENCE,SATISFACTION)

Elementary School Teaching Program Faculty of Science Education Indonesia University of Education

Silvianggita10@gmail.com

ABSTRACT

The backdrop of this study is low student’s creative-thinking and learning capabilities in Social Studies in the Elementary School. Therefore, the study is conducted by applying an ARCS learning model to improve student’s creative-thinking learning capabilities in social studies at grade IV. This study is designed to (1) know the improvement of creative-thinking capability by applying an ARCS learning model, (2) improve student learning performance by using ARCS model. Measures of ARCS model are Attention – increase student interest; Relevance – concerned with benefit of learning; Confidence – develop a sense of student self-confidence; Satisfaction – related to a sense of satisfaction. Method used in this study is research of class action (RCA) by using Kemmis and Taggart model consisting of 3 cycles which is each cycles comprises 2 actions.The subjects of this study are 30 graders IV of State Elementary School of Cihanjuang 4. Instruments used are observational sheets, field notes, interview guidelines, questions of a test for evaluation, and documentations. The results of the study suggest that student’s learning and creative-thinking capability have improvement on cycles I, II, III at, on average, 42.65, 52.87, ad 74.77, respectively. While student’s learning performance on cycles I, II, and III are, on average, 56.22, 73.88, and 87.13. Finally, we concluded that ARCS model may be used to improve creative-thinking and learning capabilities. Recommendations for teachers are that they should to the ARCS model by using a variety of innovative learning methods and media.

(3)

3 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . A g u s t u s 2 0 1 6

1Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1204912 PENDAHULUAN

Pendidikan adalah hal yang penting bagi manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan berkembang dengan maksimal, dewasa ini perkembangan zaman semakin maju menuntut manusia untuk bisa mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu pendidikan harus bisa menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di zaman seperti ini.

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Berdasarkan kutipan di atas, diperlukan peningkatan kualitas pendidikan, karena pendidikan adalah lembaga yang berperan penting dalam memaksimalkan segala potensi yang dimiliki manusia. Semua potensi manusia berbeda-beda sehingga pendidikan harus bisa memfasilitasi pendidikan dengan mempertimbangkan pebedaan tersebut.

Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mempersiapkan siswa supaya mampu memahami, dan bekerjasama untuk memecahkan berbagai tantangan yang dihadapinnya di masyarakat.

Adapun tujuan dari mata pelajaran IPS seperti yang terdapat dalam Kurikulum KTSP, 2006 yaitu Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kesadaran

terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, mampu bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional dan global serta memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan social masyarakat.

Namun dalam kenyataannya, penyelenggaraan pembelajaran IPS di SD belum sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dibuktikan dengan data yang ditemukan di lapangan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru di kelas IV SDN Cihanjuang 4 pada mata pelajaran IPS, menunjukan bahwa siswa kurang bisa berfikir secara luas dan hanya terpaku pada guru dan buku. Sehingga siswa kurang antusias dan aktif terhadap pembelajaran. Selain itu guru kurang memakai media sehingga siswa menjadi kurang tertarik terhadap pembelajaran IPS, kemudian guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir lebih mendalam dalam memecahkan suatu masalah, dan penekanan dalam pembelajaran lebih pada menghafal dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan, . Proses seperti itu kurang bisa mengembangkan kemampuan berfikir kreatif siswa. Sehingga siswa menjadi kurang berminat terhadap pembelajaran IPS khususnya materi yang berupa teks dan hapalan.

Berdasarkan latar belakang di atas,secara umum diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan potensi berpikir kreatif peserta didik. Salah satu alternatif model pembelajara yang dapat diterapkan dalam meningkatkan kemampuan

(4)

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Pada pembelajaran Masalah Sosial Melalui Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)| 4

berfikir kreaif siswa dalam belajar adalah dengan menggunakan model ARCS.

Sedangkan secara khusus rumusan masalah yang menjadi prioritas adalah: 1. Bagaimana peningkatan kemampuan

berfikir kreatif siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) pada materi masalah sosial di kelas IV SDN Cihanjuang IV ?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)

pada materi masalah sosial di kelas IV SDN Cihanjuang IV ?

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi masalah sosial dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV Sekolah Dasar.

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berfikir kreatif siswa pada materi masalah sosial dengan menggunakan model ARCS

(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) di SDN Cihanjuang IV. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar

siswa dengan penggunaan model ARCS (Attention ,Relevance, Confidence, Satisfaction) pada materi masalah sosial di kelas IV SDN Cihanjuang IV.

IPS pada jenjang sekolah dasar menurut (Susanto, 2014) lebih menekankan pada pemberian bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan diri siswa sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Pola pembelajaran IPS di SD sebaiknnya menekankan pada unsur pendidikan dan

keterampilan - keterampilan sosial. Maka dari itu pembelajaran hendaknnya menjadikan siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan agar siswa mampu menjadikan pelajaran yang telah dipelajari sebagai bekal dalam memahami kehidupan di masyarakat. Serta sebagai bekal untuk pendidikan yang selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendorong kreativitas seperti yang diungkapkan (munandar 2009) belajar harus menyenangkan , anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik, pada saat pembelajaran anak hendaknnya menjadi pembelajaran yang aktif, mereka didorong untuk mengungkapkan gagasan, mengungkapkan pengalaman di dalam kelas, mereka dimungkinkan untuk membicarakan tujuan bekerja dan belajar setiap hari bersama gurunya. Pada saat pembelajaran siswa harus nyaman sebaiknnya tidak ada tekanan dan ketegangan dan anak harus mempunyai rasa memiliki dan kebanggaan terhadap diri. Dan hendaknnya pengalaman belajar di dalam kelas dikaitkan dengan pengalaman dari dunia nyata.

Adapun indikator berfikir kreatif menurut Munandar (dalam Susanto, 2014 hlm. 111-113) sebagai berikut Berfikir Lancar

(Fluency)Keterampilan ini adalah kemampuan peserta didik dalam mengajukan suatu pertanyaan yang berbeda dari orang lain, mencetuskan banyak jawaban, gagasan. .Berfikir Luwes (Flexibelity) Keterampilan ini adalah kemampuan untuk memberikan sejumlah jawaban yang bervariasi dalam menyelesaikan suatu masalah, dan dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dalam pembelajaran siswa mampu

(5)

5 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . A g u s t u s 2 0 1 6

1Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1204912 yang berbeda dari orang lain.Berfikir

Orisinil (originalitas). Mampu menciptakan ungkapan yang baru dan unik dan mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak biasa. Berfikir orisinil ini lebih menekankan pada proses seseorang untuk menciptakan ide baru yang berasal dari gabungan-gabungan ide yang sudah ada. Berfikir Merinci

(Elaborate). Mampu mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan dan merinci suatu objek atau gagasan menjadi lebih menarik. Dalam pembelajaran siswa memberikan suatu jawaban yang diperjelas, merinci terhadap jawabannya maupun jawaban orang lain pada saat memecahkan suatu masalah.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Abidin (2011) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan untuk memecahakan masalah dengan cara menelaah langkah pemecahan masalah dan memperbaiki proses pembelajaran secara bersiklus. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis Mc Taggart. Model Kemmis Taggart ini komponen tersebut adalah : Perencanaan, tindakan, Observasi dan refleksi.

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari dua tindakan dalam setiap siklusnya. Penelitian dilaksanakan di SDN Cihajuang 4. Jumlah anak yang menjadi partisipan dalam penelitian ini sebanyak 30 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian adalah penilaian proses dan akhir, observasi, dokumentasi, catatan lapangan dan wawancara.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data kualitatif , kuantitatif.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan desain penelitian menurut Kemmis Mc Tagart yang telah dilaksanakan, kegiatan penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari dua tindakan, setiap hasil dari setiap tindakan diimplementasikan dan direfleksikan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran sehingga dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kegiatan penelitian dilakukan dengan kondisi seperti pembelajaran biasanya, dengan tujuan memperoleh data apa adanya. Hasil dari siklus I diolah dan dilakukan tindak lanjut untuk siklus II dan siklus III. Berikut merupakan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. Dari kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ARCS dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat pada setiap siklusnya. Untuk lebih jelasnya, peningkatan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Grafik 4.2

Peningkatan Kemampuan berpikir kreatif siswa

Berdasarkan grafik di atas dapat di gambarkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I masih diategorikan sebagai nilai yang rendah

0 20 40 60 80 Siklus I Siklus II Siklus III Siklus I Siklus II Siklus III

(6)

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Pada pembelajaran Masalah Sosial Melalui Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)| 6

yaitu hanya 42,76 ,sedangkan pada siklus II nilai rata-rata yang didapat adalah 52,87 nilai tersebut termasuk kedalam kategori nilai yang sedang dalam kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh siswa – siswi kelas IV, dan pada siklus III nilai yang didapatkan cukup baik yaitu 74,77 yang termasuk kedalam nilai tinggi dalam berpikir kreatif.

Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model ARCS. Pada siklus I siswa masih malu dan tidak berani untuk mengungkapkan pendapatnya. Tetapi dengan menggunakn model ARCS ini peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk berani, kemudian menumbuhkan percaya diri siswa pada saat mengemukakan ide dengan memberikan penguatan verbal kemudia memberikan reward. Pada siklus II dan III siswa mulai berani menjawab tanpa malu-malu hampir semua siswa terlihat antusias. Siswa sudah mulai berani mencetuskan banyak jawaban. Hal ini terlihat pada saat siswa bisa menambahkan jawaban siswa lai dengan jawaban yang berbeda.

Pada saat proses pembelajaran guru menggunakan berbagai media seperti gambar, video kemudian dengan menghadirkan suatu masalah yang harus ditemukan jalan solusinnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Jean Piaget (Susanto, 2013 hlm. 152) “karakteristik anak usia sekolah dasar dari 7 sampai 12 tahun memilki karakteristik seperti perkembangan intelektualnnya pada tingkat operasional kongkrit, rasa ingin tahu yang besar, mudah dipengaruhi dan bekerja dalam kelompok”. Maka pada setiap tindakan guru selalu memakai media pembelajaran agar pembelajaran bermakna dan juga membentuk siswa

memberikan jawaban yang bervariasi karena bisa sharring dengan teman kelompoknnya selain itu mampu menyelesaikan masalah dengan bersama-sama.

Pada siklus pada siklus I siswa kurang bisa memberikan ide yang orisinil dan cenderung sama dengan siswa yang lain tetapi pada siklus II dan III siswa sudah mulai mengalami peningkatan dengan berani mengunkapkan ide yang berbeda atau menggabungkan ide-ide yang sudah ada menjadi hal yang berbeda dari sebelumnnya.

Pada kemmapuan ini siswa mampu menambahkan, mengembangkan memperkaya suatu gagasan dan merinci suatu obyek atau gagasan. Kemampua ini terlihat pada siklus II dan III siswa sudah mampu menambahkan jawaban siswa yang lain, menggabungkan jawabannya dan melengkapi suatu gagasan. Pada siklus I siklus I kemampuan ini masih kurang terlihat, siswa masi terlihat takut salah untuk menambahkan, tetapi pada siklus II dan III siswa sudah mengalami peningkatan ditandai dengan mulai berani menambahkan jawaban dan merinci jawaban orang lain.

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Adapun nilai rata- rata hasil belajar siswa dapat dilihat dalam grafik hasil belajar siswa seperti berikut ini :

(7)

7 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . A g u s t u s 2 0 1 6

1Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1204912 Grafik 4.3

Rata-rata Kemampuan kreatif siswa per siklus

Berdasarkan grafik 4.3 menunjukkan bahwa dari siklus I sampai siklus III mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan. Pada siklus I rata- rata nilai siswa adalah 56,22 , Kemudian pada siklus II hasilnya yaitu 73,88 namun nilai tersebut belum memuaskan sehingga dilanjutkan pada pembelajaran siklus III dimana pada siklus ini mendapatkan nilai rata-rata hasil belajarnya sebesar 87,13. Sedangkan nilai kelompok siswa pada siklus I nilai rata-ratanya yaitu 57,08 kemudian pada siklus II yaitu 63,75 dan siklus III yaitu 76. Pada setiap siklusnnya siswa mengalami peningkatan hasil belajar karena berbagai factor antarannya mendorong siswa pada saat pembelajaran dengan selalu mengingat kembali pembelajaran sebelumnnya kemudian memberikan bimbingan belajar secara terus menerus dan memberikan penguatan positif terhadap hasil kerja siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Gagne (dalam Sagala 2012 hlm.17) yang menyatakan bahwa ‘belajar adalah perubahan yang terjadi secara terus menerus, bukan hanya disebabkan proses pertumbuhan saja’.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran masalah sosial dengan menggunakan model pembelajaran

ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)dengan subjek anak kelas IV SD Negeri Cihanjuang 4 ini berhasil untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini dikatakan berhasil juga karena hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan pada setiap siklusnya

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, deskripsi, analisis, dan pembahasan pada pembelajaran IPS khususnya materi masalah sosial dengan menggunakan model ARCS untuk meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa yang dilaksanakan di SDN Cihanjuang 4 Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kemampuan berfikir kreatif siswa dalam pembelajaran materi masalah sosial mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata kemampuan berfikir kreatif siswa pada siklus I dengan rata-rata nilai yaitu 42,76, kemudian meningkat pada siklus II kemampuan berfikir kreatif siswa dengan rata-rata nilai yaitu 52,87 dan meningkat lagi pada siklus III kemampuan berfikir kreatif siswa dengan rata-rata nilai yaitu 74,77. Secara keseluruhan kemampuan berfikir kreatif siswa setelah menggunakan model ARCS pada materi masalah sosial menunjukan peningkatan.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran masalah sosial melalui model ARCS mengalami peningkatan dari setiap tindakan dan setiap siklusnya. Dari hasil penelitian nilai rata-rata kelompok pada siklus I yaitu 0 20 40 60 80 100

Siklus I Siklus II Siklus III

Rata - rata Hasil Belajar

Siswa Per Siklus

Siklus I

Siklus II

(8)

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Pada pembelajaran Masalah Sosial Melalui Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)| 8

57,08, kemudian meningkat pada siklus II yaitu 63,75, dan meningkat lagi pada siklus III yaitu 76. Sedangkan hasil belajar siswa individu pada siklus I rata- rata nilai siswa adalah 56,22 , Kemudian pada siklus II hasilnya yaitu 73,88 namun nilai tersebut belum memuaskan sehingga dilanjutkan pada pembelajaran siklus III dimana pada siklus ini mendapatkan nilai rata-rata hasil belajarnya sebesar 87,13. Hal ini menunjukkan penerapan model pembelajaran ARCS dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press.

Munandar, U. (2009) Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Sagala, S. (2012). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Susanto, (2013). Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta : Prenada Media Group. Susanto, A.(2014). Pengembangan

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta:Prenada Media Group.

Undang-Undang Dasar No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1

Undang-Undang Dasar No.20 Tahun 2003

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

Menurut Wilkinson (2012) ketidakefektifan bersihkan jalan nafas didefinisikan ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran nafas untuk

Yaitu dalam skripsinya yang diberi judul “'AZL DALAM PERSPEKTIF HADITS (KRITIK SANAD, MATAN DAN PEMAHAMAN). 8 Dalam skripsinya ini dijelaskan bagaimana kualitas

Perkembangan teknologi zaman sangatlah pesat. Diantaranya perkembangan sistem operasi seperti smartphone. Smartphone sebagai produk mobile phone ini sudah berkembang

Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan teknik klasifikasi dalam membangun suatu model (classifier) tingkat keberhasilan mahasiswa tingkat I IPB dengan

Hasil penelitian ini berhasil membuat model 3D dengan menggunakan software autocad civil 3D pada perencanaan pembuatan jalan Paris-Girijati yang berupa desain

Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap perilaku demonstrasi mahasiswa Unismuh Makassar yang di lakukan mahasiswa didepan kampus itu tidak

Kombinasi aras faktor pemulpaan pada titik maksimum dan minimum hasil keseluruhan bagi lapisan respon permukaan yang