• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF ANAK DALAM MEMBILANG 1 SAMPAI 10

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN KOGNITIF ANAK DALAM MEMBILANG 1 SAMPAI 10"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 145

MEDIA KARTU ANGKA UNTUK MENINGKATKAN

KOGNITIF ANAK DALAM MEMBILANG 1 SAMPAI 10

Sri Endang Surahmi*)

Taman Kanak-kanak Pertiwi Warugunung Kecamatan Pancur

Abstrak

Permainan membilang merupakan bagian dari ilmu matematika yang sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan kreatifitas anak dalam ketrampilan membilang yang sangat berguna bagi kehidupan manusia sehari-hari. Media kartu angka di Taaman Kanak-kanak sangat diperlukan karena diusia emas ini anak sangat peka terhadap pengembangan pengetahuan dasar matematika. Sehingga anak secara mental siap mengikuti pelajaran matematika ini dijenjang selanjutnya atau di Sekolah Dasar.Secara khusus permainan membilang di Taman Kanak-kanak bertujuan agar anak dapat berpikir secara logis dan sestimatis sejak usia dini melalui pengamatan terhadap benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat disekitar kita. Anak dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam kesehariannya memerlukan ketrampilan membilang.Dalam penelitian tindakan kelas pada siklus I ke siklus II sudah ada peningkatan. Penulis menganggap bahwa anak sudah dapat membilang dengan baik dan penggunaan alat peraga sudah berhasil berdasarkan peningkatan nilai yang sudah diporoleh anak.

Kata kunci: Kartu angka, Kognitif siswa

1. Pendahuluan

Masa pra sekolah merupakan masa yang optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk memenuhi rasa ingin tahunya, selain itu secara naluriah mereka aktif bergerak. Dengan aktivitasnya tersebut anak memenuhi kebutuhan perkembangan dalam belajarnya. Belajar bagi anak juga akan terjadi sebagai dampak partisipasinya dengan anak- anak lain serta orang-orang terdekat mereka termasuk guru dan orang tuanya.

Anak usia dini sampai dengan tujuh tahun menurut J. Piaget berada pada tahap Praoperasional kongkrit yang bertumpu pada pengalaman langsung oleh karena kekhasan belajar meraka adalah melalui aktivitas atau kegiatan langsung dan berkaitan dengan pengalaman sendiri. Pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan bermain ( learning throught games ) karena dengan bermain anak memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengeksplorasikan perasaannya dan berkreasi. Pada fase perkembangan ini anak memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan berbagai aspek pengembangan yang meliputi aspek pengembangan moral dan nilai agama, sosial emosional, bahasa, koknitif, fisik motorik dan seni.

Salah satu potensi yang perlu dikembangkan sejak dini dalam proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan media. Dengan melalui media Melalui media anak dapat mengembangkan berbagai potensinya dan ini dapat melakukan dengan berbagai cara. Anak tidak hanya diajak untuk menghitung atau membilang dengan berbagai bentuk permainan sebagai media pembelajaran agar anak tidak merasa jenuh atau bosan permainan membilang di taman kanak-kanak diharapkan

tidak hanya berkaitan dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, social, dan emosional anak. Oleh karena itu dalam pelaksanaan harus dilakukan dengan sangat menarik dan berfariasi. Membilang di taman kanak-kanak sangat diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan dasar matematika sehingga anak secara optimal siap mental untuk mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut di sekolah dasar. Pengenalan konsep bilangan lambing bilangan, warna, bentuk dan juga ruang posisi tempat kegiatan dan kegiatan bermain yang sangat menyenangkan bagi anak didik. Selain itu permainan membilang melalui media kartu angka juga sangat diperlukan untuk membentuk sikap, logis, kritis, cermat dan juga kreatif secara disiplin pada diri anak. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan katru angka pada dasarnya merupakan sarana atau alat peraga yang digunakan untuk meningkatkan daya pikir anak. Setelah terjadi proses pembelajaran tersebut diharapkan ada perubahan pada anak didik baik dari segi pengetahuan atau kemampuan maupun sikap anak didik, disamping itu anak diberi kesempatan untuk mengembangkan diri.

Dalam menunjang kesempatan tersebut anak diberi fasilitas dan sarana pendukungnya antara lain alat peraga dan alat bermain apabila di taman kanak-kanak tidak ada saran pendukung yang memadai maka kegiatan pembelajaran tidak dapat berfungsi dengan baik karena di taman kanak-kanak mempunyai prinsip “Belajar Sambil Bermain“.

Di Taman Kanak-kanak Pertiwi kemampuan anak untuk membilang angka 1-10 sangat rendah dan belum mampu untuk menyelesaikan tugas tersebut dan masih banyak yang menungu bantuan dari guru yang mengajar. Untuk menarik minat anak belajar mengenal angka guru mencari

(2)

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 146

cara / metode pembelajaran yaitu dengan menggunakan permainan kartu angka dari 1-10.

Media pembelajaran merupakan aspek yang sangt penting, oleh sebab itu media harus menarik dan menyenangkan supaya anak didik semakin semangat untuk melakukan pembelajaran. Media di Taman kanak-kanak harus sesuai dengan usia anak sebab anak di TK masih suka bermain sehingga diperlukan media pembelajaran yang menyenangkan yaitu bermain dengan kartu angka.

Harapan yang ingin dicapai pada akhir pembelajaran, setelah menggunakan media kartu angka agar semua peserta didik mampu mencapai 70% - 90%. Maka dari itu peneliti merasa perlu untuk membahas meneliti dan menganalisa untuk menjadi bahan penelitian Akan tetapi dari hasil indentifikasi tentang apa yang terjadi di dalam pembelajaran timbul masalah terhadap kekurangan-kekurangan dari pembelajaran membilang yaitu sebagai berikut:

a. Kejenuhan dan kekurangan perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran saat kegiatan belajar mengajar

b. Kurangnya fariasi dalam pembelajaran

c. Keterbatasan alat peraga dan sarana prasarana pembelajaran

Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti mengambil judul “upaya meningkatkan kemampuan membilang angka 1 – 10 dengan menggunakan media kartu angka di taman kanak-kanak pertiwi kelompok B Desa Warugunung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang tahun ajaran 2015/2016.

Rumusan masalah dan penelitian ini adalah “Apakah melalui media kartu angka ini dapat meningkatkan kemampuan koknitif anak”

2. Materi dan Metode

2.1. Materi

Menurut Hartati 2005 (dalam Aisyah 2007) Anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Rasa ingin tahu yang besar b. Merupakan pribadi yang unik c. Suka berfantasi dan berimijinasi d. Masa paling potensial untuk belajar e. Menunjukkansikap egois

f. Memiliki rentang daya kosentrasi yang pendek g. Sebagai bagian dari makluk sosial.

Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhi segala kebutuhan fisik diawal perkembangannya dan akan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Menurut Hurloch (dalam Karyono 2003) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan pelekat dasar bagi perkembangan selanjutnya. Jian Piaget juga mengatakan bahwa untuk meningkatkan perkembangan mental adalah melalui

pengalaman-pengalaman aktif dengan menggunakan benda-benda sekitar.

Didalam buku tumbuh kembang anak (dalam Soetjingsih 2004) kemampuan berkonsentrasiterhadap suatu rangsangan di luar memecahkan masalah mengingat dan memanggil kembali memorinya suatu kejadian yang telah lalu, memahami lingkungan fisik sosial diri sendiri termasuk proses kognitif.

Anak usia dini sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungan rasa ingin tahunya sangat tinggi dan akan tersalurkan apabila mendapat stimulan atau rangsangan atau motifasi yang sesuai dengan perkembangannya, anak usia dini sangat startegis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Apabila berhitung diberikan dengan berbagai macam permainan tentunya akan lebih efektif karena bermain merupakan wahana bermain bagi anak. Dengan bermain kartu angka diyakini anak akan lebih berhasil apabila yang ia pelajari sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya Menurut Yusuf Hadi Miarso (2004) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjainya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali. Media merupakan saluran komunikasiuntuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan.

Pendapat Yusuf Hadi Miarso ini sangat luas mencakup segala jenis kegiatan dalam berbagai situasi dengan tujuan membelajarkan peserta didik. Adapun pengertian media lebih berpusat pada menyampaikan pesan-pesan.

Adapun jenis-jenis media yaitu:

a. Media Audio yaitu media yang penampilannya dengan indra telinga misal: radio, kaset, piringan hitam. b. Media Visual yaitu media penyampaiannya ditangkap

dengan indra mata misal: buku, gambar, foto dan lain-lain.

c. Media Audio Visual yaitu media yang penampilannya ditangkap dengan indra mata dan telinga misal : film, vidio, televisi dan lain-lain.

2.2. Metode

Sesuai dengan pendapat Sadikin (2002) dengan melakukan penelitian Tindakan Kelas,guru dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran secara efektif. Penelitian Tindakan Kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara tiori dan praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi karena setelah peneliti melakukan kegiatan sendiri di dalam kelas dan melibatkan anak dengan melalui sebuah tindakan yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi, maka peneliti akan memperoleh umpan balik yang sestematik mengenai apa yang selama ini selalu mereka lakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Penelitianini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto (2006:91) penelitian dapat didevenisikan

(3)

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 147

sebagai suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam proses belajar mengajar karenan proses belajar mengajar ditemukan permasalahan yang bermuara rendahnya prestasi siswa, kwalitas keprofesionalan guru, diantaranya diukur dari tingkat prestasi belajar siswa dan kumpulan guru bertindak memperbaiki proses pembelajaran.

Agar suatu penelitian dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka perlu dibuat rencangan penelitian. Hal ini merupakan bagian dari penelitian tindakan kelas sehingga harus ada tindakan, pengamatan dan refleksi, rancangan penelitian tindakan kelas menggunakan rancangan kwalitatif, prosedur pelaksanaan penelitian kwalitatif sangat memperhatikan kontek atau latar belakang masalah, masalah tidak dirumuskan terlalu ketat dan dapat berkembang didalam perjalanan, tidak mengingat pada tiori, rancangan lentur dandapat disesuaikan dengan kondisi lapangan. Demikian pula tehnik pengumpulan data dan analisisnya walaupun demikian tindakan kelas memiliki kreteria control kualitas.

Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif dengan menggunakan teman sejawat yang bertugas membantu melaksanakan penelitian terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan peneliti adalah: a. Tahap Perencanaan

Perencanaan kegiatan adalah bentuk susunan kegiatan penelitian yang mengarah pada tujuan pelaksanaan untuk meneliti kemampuan pada anak.

b. Tahap Pelaksanaan.

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian merupakan proses tindak lanjut yang berkesinambungan. Apabila sudah mendapatkan atau mengindentifikasi permasalahan yang telah ditemukan kemudian dideskusikan dengan kolaborator atau teman sejawat guna mengevaluasi tingkat kemampuan anak.

c. Tahap Observasi.

Obsevasi adalah metode untuk menyelidiki subyek yang diteliti sehingga peneliti dapat mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

d. Tahap Refleksi.

Peneliti menganalisa hasil data yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian dalam kegiatan belajar mengajar. Dari hasil tersebut diatas menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan jenis tindakan lain pada siklus selanjutnya.

Penelitian ini dilaksanakan di TK Pertiwi Kelompok B Desa Warugunung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang dimana peneliti saat ini mengajar, penelitian dimulai dari tanggai, 30 Juli sampai 29 Agustus 2015 dengan jumlah anak didik 18 anak.

Sebelum mengadakan tindakan penelitian peneliti mengobservasi dan menentukan cara yang tepat dalam

kegiatan pembelajaran serta mencari data awal. Prosedur penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

3.

Hasil dan Pembahasan

3.1 Deskripsi Kondisi Awal

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah :

1) Menyusun silabus yang meliputi Prota, Promes, RKM, RKH dengan meteri mengenal bilangan. 2) Merancang skenario / cara yang tepat dalam

penyampaian pembelajaran.

3) Membuat / merancang alat pengumpulan data b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi

1) Apersepsi memberikan penjelasan umum tentang materi kegiatan yang akan disampaikan.

2) Memberikan tugas agar anak dapat mengenal dan menyebut bilangan 1-10 sesuai rencana yang dibuat.

3) Mengamati dan mencatat anak yang paling tepat dan cepat, tepat tapi kurangcepat, tepat tapi lambat bahkan tidak mau melakukan.

4) Mengumpulkan data yang diperoleh, kalau kurang lengkap mengadakan tehnik tanya jawab untuk melengkapi data.

5) Peneliti mengajar sesuai scenario yang sudah disiapkan

6) Peneliti mengadakan evaluasi c. Tahap Observasi

Dalam pengamatan ini peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati, mencatat hasil penelitian selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

d. Tahap Refleksi

Bersama teman sejawat peneliti mengadakan pertemuan untuk menyiapkan siklus II karena siklus I belum berhasil mencapai ketentuan yang diharapkan.

3.2 Deskripsi Tiap Siklus

3.2.1

Deskripsi Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Peneliti mengevaluasi lembar observasi secara lengkap setelah peneliti menemukan penyebab permasalahannya yang timbul langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah merencanakan perbaikan pembelajaran.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus dua berpedoman seperti pada siklus satu yaitu :

1) Apersepsi memberikan penjelasan umum tentang materi kegiatan yang akan disampaikan.

2) Memberikan tugas agar anak dapat mengenal dan menyebut bilangan 1-10 sesuai rencana yang dibuat.

(4)

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 148

3) Mengamati dan mencatat anak yang paling tepat dan cepat, tepat tapi kurangcepat, tepat tapi lambat bahkan tidak mau melakukan.

4) Mengumpulkan data yang diperoleh, kalau kurang lengkap mengadakan tehnik tanya jawab untuk melengkapi data.

5) Peneliti mengajar sesuai scenario yang sudah disiapkan

6) Peneliti mengadakan evaluasi c. Tahap Observasi

Dalam pengamatan ini peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengamati, mencatat hasil penelitian selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

d. Tahap Refleksi

Bersama teman sejawat peneliti mengadakan pertemuan untuk mengambil keputusan apakah kegiatan ini mampu meningkatkan kognitif anak dalam pemahaman membilang angka 1 - 10 secara urut.

3.3 Pembahasan

Perkembangan hasil belajar anak akan dipantau dan dianalisis dalam setiap siklus melalui lembar penilaian dan observasi. Tahapan data kwantitatif akan di analisis dengan menggunakan analisis statistik deskreptif dengan cara menghitung jumlah anak yang mempunyai nilai baik (●), cukup (√ ) sedangkan kurang (◌ )

Kondisi awal perkembangan koknitif anak dalam membilang 1 - 10 di TK Pertiwi Desa Warugunung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang adalah :

Tabel I Kondisi Awal

Kemampuan yang dicapai ◌ 10 √ 6 ● 2 18 10 x100%= 56% 18 6 x100%=33% 18 2 x100%=11%

Dari tabel satu dapat diketahui bahwa anak yang dapat nilai baik (● ) dan yang bisa membilang angka 1 - 10 dengan benar hanya 2 anak atau 11 % sedangkan yang mempunyai nilai cukup ( √ ) ada 6 anak atau 33 % untuk yang belum bisa membilang ada 10 anak atau 56%. Dengan melihat kondisi tersebut diatas pemahaman anak dalam membilang 1 -10 masih sangat diperhatikan peneliti mencari metode / cara supaya anak bisa tertarik dan mau belajar membilang yaitu dengan cara bermain kartu angka.

Ditahap penilitian yang pertama diawali dengan kegiatan pengenalan permainan yaitu dengan bermain kartu angka bersama kolaborasi peneliti melakukan penyusunan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media kartu angka.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2015 dengan jumlah peserta didik 18 anak. Dalam penelitian ini pendidik bertindak sebagai peneliti sedangkan kolaborator bertindak sebagai observer.

a. Siklus I

1) Tahap Perencanaan

Pada tahap ini diawali dengan pengenalan permainan media kartu angka kepada kolaborator selanjutnya bersama kolaborator maupun rencana pembelajaran untuk langkah-langkah selanjutnya menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

2) Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2015 dikuti 18 peserta didik, dalam penelitian ini guru sebagai peneliti sedangkan kolaborator bertindak sebagai observer.

Hasil kegiatan penelitian pada siklus I yaitu: Tabel 2.

Keberhasilan di siklus I

Kemampuan yang dicapai ◌ 5 √ 4 ● 9 18 5 x100%=28% 18 4 x100%=22% 18 9 x100%=50%

Berdasarkan data diatas setelah dilakukan evaluasi ternyata baru 9 anak atau 50% yang mendapat nilaibaik (● ) dan yang sudah membilang 1 - 10, dan 4 anak atau 22% yang mendapat nilai cukup (√ ) dan yang masih belum bisa membilang angka 1 - 10 ada 5 anak atau 28%. Rendahnya prestasi peserta didik dalam perkembangan kognitif dalam perencanaan siklus I kurang lancar disebabkan anak masih senang bermain sendiri tanpa memperhatikan instruksi guru

3) Tahap Observasi

Pada tahap ini peneliti sudah mulai melaksanakan bimbingan dengan mengajak anak didik untuk memperhatikan penjelasan dari peneliti dan anak didik diajak bermain kartu angka.

4) Tahap Refleksi

Berdasarkan pelaksanaan penelitian pada siklus I dari 18 anak didik didapat anak didik yang mampu membilang 1 - 10 secara urut ada 9 anak atau 50 % yang 4 anak atau 22% masih minta bantuan dari guru atau pendidik sedangkan yang 5 anak atau 28% belum mampu untuk membilang angka 1 - 10.

b. Siklus II

(5)

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 149

Pada siklus II ini perencanaan didasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus I kendala pada siklus I adalah anak didik masih sibuk bermain sendiri tidak memperhatikan instruksi dari guru. 2) Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan tanggal 20 Agustua 2015 Diikuti 18 anak didik di TK Pertiwi Kelompok B Desa Warugunung Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. Observasi dan penilaian yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3.

Keberhasilan di siklus II

Kemampuan yang dicapai ◌ 1 √ 2 ● 15 18 1 x100%=6% 18 2 x100%=11% 18 15 x100%=83%

Hasil pelaksanaan siklus II bisa dilihat di tabel 3 bahwa 15 anak atau 83% sudah bisa membilang 1 - 10 dengan nilai baik (● ) sedangkan 2 anak atau

11% juga sudah bisa membilang meskipun masih minta bantuan dari pengajar atau guru yang 1 anak atau 6% masih belum juga bisa membilang dengan demikian dari siklus I ke siklus II ada peningkatan yang tadinya 50% ke 83%

3) Tahap Observasi

Pada tahap ini peneliti sudah mulai melaksanakan bimbingan dengan mengajak anak didik untuk memperhatikan penjelasan dari peneliti dan anak didik diajak bermain kartu angka. Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana yang disusun.

4) Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siklus II dapat hasil yang sesuai target yaitu 70% - 90% dari 18 anak didik sudah mulai bisa membilang angka 1 - 10 meskipun belum bisa 100%.

Menurut standar kompetensi kurikulum TK/RA (2004) pendekatan pembelajaran di TK harus memperhatikan prinsip di bawah ini:

a. Pembelajaran berorientasi pada prinsip perkembangan anak yaitu sebagai berikut:

1) Anak belajar dengan baik apabila fisik dan psikisnya aman dan tentram.

2) Siklus belajar berulang.

3) Anak belajar melalui interaksi social.

4) Minat belajar keinginan anak akan memotivasi belajar.

5) Memperhatikan perbedaan individu. b. Pembelajaran berorientasi pada kebutuhan anak

Anak usia TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek.

c. Bermain sambil belajar, belajar sambil bermain. d. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abdurrahman

dan Bintaro (2000:78) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang setara dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asuh antar sesama peserta didik sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Penerapan metode ini tidak keluar dari jalur pembelajaran di TK karena pada kenyataannya peserta didik TK Pertiwi desa Warugunung Kec. Pancur Kab. Rembang merasa senang dan gembira dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media kartu angka. Hal ini di dukung dengan hasil siklus I yaitu 50 % peserta didik mampu membilang angka, sedangkan siklus II meningkat menjadi 83 % peserta didik.

4.

Simpulan

Dari hasil pembahasan penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa media kartu angka sangat efektif untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak terutama dibidang pemahaman tentang membilang angka 1 - 10. Dengan terbuktinya penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

a. Kepada teman Pendidik Taman Kanak-kanak media yang digunakan dalam pembelajaran perkembangan kognitif hendaknya lebih variatif karena hal ini mampu merangsang perkembangan anak

b. Kepada Pengelola Pendidikan, dengan cara seperti ini guru lebih mudah memberikan kegiatan dan anak lebih cepat memahami yang telah diajarkan guru dengan metode bermain yang variatf anak sangat senang dan tidak merasa bosan untuk belajar.

c. Kepada Para Peneliti, ntuk mengetahui apakah hasil penelitian tindakan kelas ini berlaku untuk semua, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan cara yang berbeda dan pada tahap yang berbeda serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana hasil penelitian dilaksanakan.

Referensi

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Program

Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997 Metodik Khusus Pengembangan Berhitung. Jakarta : Depdikbud

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2006 Pedoman

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Derektorat Jendral Menejemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Hartati Aisyah 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

(6)

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 150

Jean Piaget. Tingkat Perkembangan Mental Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Karyono. 2003. Perkembangan Awal Menentukan Perkembangan Selanjutnya. Jakarta: Depdikbud.

Miarso, Yusuf Hadi. 1984. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini merupakan metode yang umum digunakan... IPB Handbook

Populasi penelitian ini yaitu lansia di Panti Wredha Rindang Asih III kecamatan Boja. Sampel sebanyak 15 orang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Variabel bebas

Buy on Weakness : Harga berpotensi menguat namun diperkirakan akan terkoreksi untuk sementara Trading Buy : Harga diperkirakan bergerak fluktuatif dengan

!entu" pem!ela#aran !er!asis pengalaman ( experential learning  experential learning ). Nila Nilai-ni i-nilai lai dasa dasar r pro% pro%esi esi NS NS ini ini

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada teman-teman Mahasiswa S2 Teknik Geofisika : Adhilaksana, Kusnahadi, Nanang, Eko Ari, Dedy, Sabri, Imam, Deni, Erfan, Andri dan Johan

Menurunnya aktivitas penyelenggaraan kursus pada periode 1987–1999 disebabkan karena terjadinya krisis multidimensi yang menyebabkan banyak anggota masyarakat

Dari grafik diatas diketahui bahwa dari keempat dimensi EPIC Model (Emphaty, Persuation, Impact , dan Communication ) dalam mengukur efektivitas media promosi

Peneliti menggunakan lidah buaya sebagai koagulan karena memiliki kandungan yang sama dengan kaktus yaitu asam poligalakturonat yang telah terbukti dapat menurunkan kekeruhan