• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

i

Visi Bank Indonesia

maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian

Misi Bank Indonesia

kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang

Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia

-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi,

(2)

ii

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatNya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan IV tahun 2012 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas.

Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 18,94% (yoy) dan ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh positif sangat signifikan sebesar 5,23% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi sedangkan dan ekonomi Papua Barat ditopang oleh kinerja sektor konsumsi, sektor investasi.

Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura. Sampai dengan periode triwulan IV-2012, inflasi Jayapura tercatat sebesar 4,52% (yoy) lebih tinggi dari 2,95% (yoy) pada triwulan III-2012. Jika dilihat secara triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 2.82% (qtq) atau lebih tinggi dibanding inflasi sebesar 1,41% (qtq) pada triwulan III-2012. Peningkatan inflasi yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan konsumsi serta kenaikan harga komoditas bahan makanan khususnya komoditas ikan-ikanan, palawija yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim pada triwulan berjalan. Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. Pada triwulan IV- 2012, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 4.98% (yoy) dan sebesar 0,85% (qtq). Pada triwulan laporan, inflasi di Kota Manokwari dan Sorong masing-masing tercatat sebesar 1,89% (qtq) namun demikian perilaku yang berbeda untuk Kota Sorong mengalami deflasi sebesar -0,36% (qtq). Perbedaan

(3)

iii

tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya stok di kota Sorong dibandingkan kota Manokwari.

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2012 cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Total aktiva perbankan tumbuh sebesar 8,17% (yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 33,83% (yoy), serta penghimpunan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh sebesar 14,63% (yoy).

Pada triwulan IV-2012, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 26,12 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 11.957. Sedangkan dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp. 17,79 triliun sebagai akibat masuknya dana alokasi umum dan masuknya dana perimbangan yang akan digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai alat pembiayaan bagi aktivitas Pemerintahan dan investasi di wilayah Papua. Tercatat sampai dengan triwulan IV-2012 dana perimbangan yang sudah masuk mencapai Rp. 2,1 triliun dan dan dana alokasi umum bagi beberapa Kabupaten yang mencapai Rp. 1,3 triliun.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang baik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya laporan triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat.

Jayapura, Maret 2012

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT

Kepala Perwakilan Ttd.

Hasiholan Siahaan Deputi Direktur

(4)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GRAFIK ... viii

TABEL INDIKATOR MONETER ... ix

RINGKASAN EKSEKUTIF ... xii

BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 1

I. Provinsi Papua ... 3

1.1. Sisi Permintaan ... 3

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga ... 5

1.1.2. Investasi ... 5

1.1.3. Ekspor dan Impor ... 6

1.2. Sisi Penawaran ... 7

1.2.1. Sektor Pertanian ... 7

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 9

1.2.3. Sektor Industri Pengolahan ... 9

1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 10

1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 10

1.2.6. Sektor Lainnya... 11

II. Provinsi Papua Barat ... 12

2.1. Sisi Permintaan ... 12 2.1.1. Konsumsi ... 12 2.1.2. Ekspor Impor ... 13 2.2. Sisi Penawaran ... 14 2.2.1. Sektor Pertanian ... 14 2.2.2. Sektor Pengolahan. ... 15

2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ... 15

2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 16

2.2.5. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 16

2.2.6. Sektor Lainnya... 17

BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA ... 18

I. Provinsi Papua... 18

1.1. Kondisi Umum ... 18

1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Pada Periode Berjalan Di Kota Jayapura ... 19

1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas ... 20

1.3.1. Kelompok Bahan Makanan ... 20

1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ... 21

1.3.3. Kelompok Perumahan, Air dan Listrik ... 21

1.3.4. Kelompok Sandang ... 21

1.3.5. Kelompok Kesehatan... 21

(5)

v

1.3.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ... 21

1.3.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan ... 22

II. Provinsi Papua Barat ... 23

2.1. Kondisi Umum ... 23

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan ... 23

2.2.1. Kelompok Bahan Makanan ... 25

2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ... 25

2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ... 25

2.2.4. Kelompok Sandang ... 25

2.2.5. Kelompok Kesehatan... 26

2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ... 26

2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan. ... 26

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN ... 27

I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua ... 28

II. Perbankan Provinsi Papua ... 29

2.1. Perkembangan Umum ... 29

2.2. Perkembangan Aset ... 29

2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan ... 30

2.4. Penyaluran Kredit Perbankan ... 31

2.5. LDR dan NPL ... 32

2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah ... 33

III.Perbankan Provinsi Papua Barat ... 34

3.1. Perkembangan Umum ... 34

3.2. Perkembangan Aset ... 35

3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan ... 36

3.4. Penyaluran Kredit Perbankan ... 37

3.5. LDR dan NPL ... 37

3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 38

BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 39

I. Keuangan Daerah Provinsi Papua ... 39

1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua ... 39

1.2 Pengeluaran Pemerintah ... 40

BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 42

I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) ... 42

II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) ... 43

III. Perkembangan Uang Kartal ... 44

BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN ... 45

I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua ... 45

1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua ... 45

1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ... 45

II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat ... 46

2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat ... 46

2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ... 47

BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ... 49

(6)

vi

II. Prospek Inflasi ... 49

III. Prospek Perbankan ... 49

(7)

vii

Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan

Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral ... 1

Tabel 2 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%) ... 2

Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) ... 2

Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%) ... 3

Tabel 5 Perkembangan Penjualan PT. Freeport ... 7

Tabel 6 Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua ... 8

Tabel 7 Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua ... 8

Tabel 8 Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua ... 8

Tabel 9 Perkembangan Produksi Perikanan di Provinsi Papua ... 8

Tabel 10 Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia ... 9

Tabel 11 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Pelabuhan Papua ... 10

Tabel 12 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua ... 11

Tabel 13 Pertumbuhan Sisi Permintaan Porvinsi Papua Barat ... 12

Tabel 14 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat ... 14

Tabel 15 Perkembangan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Paua Barat ... 16

Tabel 16 Perkembangan Arus Penumpang ... 16

Tabel 17 Perkembangan Nilai Tambah Nilai Tambah Bank Papua Barat ... 17

Tabel 18 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura ... 18

Tabel 19 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Volitile Food ... 19

Tabel 20 Disagregasi Inflasi ... 20

Tabel 21 Perkembangan Infasi Papua Barat ... 23

Tabel 22.Perkembangan Inflasi Papua Barat ... 24

Tabel 23 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua ... 27

Tabel 24 Perkembangan NPL persektor ... 28

Tabel 25 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua ... 29

Tabel 26 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua ... 30

Tabel 27 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua ... 31

Tabel 28 Perkembangan Indikator Perbankan Provinsi Papua ... 32

Tabel 29 Perkembangan Indikator Perbankan ... 33

(8)

viii

Tabel 30 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua ... 33

Tabel 31 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat ... 34

Tabel 32 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat ... 36

Tabel 33 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 36

Tabel 34 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua ... 38

Tabel 35 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan IV-2012 ... 40

Tabel 36 Perkembangan APBD dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan IV Tahun 2010-2011 ... 40

Tabel 37 Transaksi RTGS Wilayah Papua ... 42

Tabel 38 Transaksi Kliring Wilayah Papua ... 43

Tabel 40 Perkembangan Perkasan KBI Jayapura ... 44

Tabel 41Penduduk Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua ... 45

Tabel 42Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Provinsi Papua ... 47

Tabel 43 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Utama Provinsi Papua Barat ... 47

(9)

ix

Grafik 1 Survei Konsumen ... 4

Grafik 2 Konsumsi Listrik RT ... 4

Grafik 3 Kredit Konsumsi ... 4

Grafik 4 Realisasi Belanja Pegawai Pemda ... 5

Grafik 5 Jumlah kendaraan Baru ... 5

Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum ... 6

Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua ... 6

Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua ... 6

Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua ... 6

Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua ... 7

Grafik 11 Nilai Ekspor Non Migas Papua ... 7

Grafik 12 Nilai Tyukar Petani ... 9

Grafik 13 Perkembangan Konsumsi Listerik Industri ... 10

Grafik 14 Grafik Survey Konsumen ... 13

Grafik 15 Grafik Kredit Konsumsi ... 13

Grafik 16 Pertumbuhan Konsumsi Listerik Papua Barat ... 13

Grafik 17 Tabel Perkembangan Produksi Tangguh ... 14

Grafik 18 Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Barat ... 15

Grafik 19 Grafik Penggunaan Listerik ... 15

Grafik 20 Perkembangan Disagregasi Inflasi Provinsi Papua ... 20

Grafik 21 Perkembangan SEK ... 20

Grafik 22 Disagregasi Papua Barat ... 22

Grafik 23 Perkembangan Survei Konsumen Papua Barat ... 23

Grafik 24 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua ... 29

Grafik 25 Perkembangan Indiaktor Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua ... 31

Grafik 26 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua ... 32

Grafik 27 Perkembangan Perbankan Papua Barat ... 35

Grafik 28 Perkembangan DPK Papua Barat ... 36

Grafik 29 Perkembangan Kredit Papua Barat ... 37

Grafik 30 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat ... 38

Grafik 31 Nilai Transaksi RTGS ... 42

(10)

x

TABEL INDIKATOR INFLASI DAN PDRB

(11)

xi

TABEL PERBANKAN

TABEL SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring

Tabel Transaksi RTGS

(12)

xii

R

INGKASAN

E

KSEKUTIF

1. GAMBARAN UMUM

Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Perbaikan di sektor pertambangan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

2. MAKRO EKONOMI

Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 18,94% (yoy) dan ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh positif sangat signifikan sebesar 5,23% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi sedangkan dan ekonomi Papua Barat ditopang oleh kinerja sektor konsumsi, sektor investasi.

3. INFLASI

Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura. Sampai dengan periode triwulan IV-2012, inflasi Jayapura tercatat sebesar 4,52% (yoy) lebih tinggi dari 2,95% (yoy) pada triwulan III-2012. Jika dilihat secara triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 2.82% (qtq) atau lebih tinggi dibanding inflasi sebesar 1,41% (qtq) pada triwulan III-2012. Peningkatan inflasi yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan konsumsi serta kenaikan

(13)

xiii

harga komoditas bahan makanan khususnya komoditas ikan-ikanan, palawija yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim pada triwulan berjalan.

Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. Pada triwulan IV- 2012, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 4.98% (yoy) dan sebesar 0,85% (qtq). Pada triwulan laporan, inflasi di Kota Manokwari dan Sorong masing-masing tercatat sebesar 1,89% (qtq) namun demikian perilaku yang berbeda untuk Kota Sorong mengalami deflasi sebesar -0,36% (qtq). Perbedaan tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya stok di kota Sorong dibandingkan kota Manokwari.

4. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2012 cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Total aktiva perbankan tumbuh sebesar 8,17% (yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 33,83% (yoy), serta penghimpunan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh sebesar 14,63% (yoy).

Pada triwulan IV-2012, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 26,12 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 11.957. Sedangkan dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp. 17,79 triliun sebagai akibat masuknya dana alokasi umum dan masuknya dana perimbangan yang akan digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai alat pembiayaan bagi aktivitas Pemerintahan dan investasi di wilayah Papua. Tercatat sampai dengan triwulan IV-2012 dana perimbangan yang sudah masuk mencapai Rp. 2,1 triliun dan dan dana alokasi umum bagi beberapa Kabupaten yang mencapai Rp. 1,3 triliun.

(14)

xiv

5. PROSPEK PEREKONOMIAN

Melihat sumber pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat yang masih di didominasi oleh sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan yang cenderung memiliki dampak penyerapan tenaga kerja yang kecil, maka berbagai transformasi kebijakan yang diarahkan mendorong pertumbuhan ekonomi pada pertumbuhan sektor lainnya seperti sektor pertanian serta sektor perrdagangan, hotel dan restoran dan sektor usaha lainnya yang bersifat padat karya harus lebih diperhatikan.

(15)

1

BAB 1.

PERKEMBANGAN

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan daya tahan yang cukup kuat (resilient) ditengah ketidakpastian perekonomian global. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang sangat menggembirakan ditengah krisis ekonomi global yang terjadi. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 18,94% (yoy) dan ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh positif sangat signifikan sebesar 5,23% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi dan investasi sedangkan dan ekonomi Papua Barat ditopang oleh kinerja sektor konsumsi, sektor investasi.

Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor lembaga keuangan; sektor industri pengolahan; dan sektor bangunan. Dalam pada itu, sektor industri pengolahan; konstruksi; pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan; dan sektor listrik, gas, dan air bersih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat.

Tabel 1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%)

(16)

2

Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Permintaan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat

Tabel 3. Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)

(17)

3

Tabel 4. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)

Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah

I.

Provinsi Papua

1.1. Sisi Permintaan

Pada triwulan IV-2012, perekonomian Provinsi Papua tumbuh cukup kuat sebesar 18,94% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan III-2012 yang tumbuh sebesar 1,34%. Dari sisi permintaan, perbaikan kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) dan ekspor yang tumbuh cukup menggembirakan. Beberapa hal yang mendorong tingginya konsumsi swasta pada periode laporan antara lain adalah datangnya Hari Natal dan Tahun Baru. Sementara itu, konsumsi pemerintah yang tumbuh positif berkaitan realisasi berbagai belanja daerah. Walau tidak tumbuh signifikan, kinerja Investasi juga masih tumbuh positif.

Produksi PT. Freeport Indonesia (sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Papua) yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi turut menjadi pendorong tingginya pertumbuhan ekpor di Provinsi Papua.

1.1.1 Konsumsi Rumah Tangga

Pada triwulan IV-2012, komponen konsumsi masyarakat tumbuh mencapai 5,85% (yoy. Namun demikian pertumbuhan itu sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 7,49%. Pertumbuhan konsumsi masyarakat terutama dipengaruhi oleh musim liburan sekolah, dan

(18)

4 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00% 50.00% 0 500 1000 1500 2000 2500

I II III IV I II III IV I II III IV 2010 2011 2012

Konsumsi Pertumbuhan Konsumsi

-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 -10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012

% Ribu Kwh

Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

persiapan tahun ajaran baru. Tetap positifnya pertumbuhan konsumsi juga terekam dari survei konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survey Konsumen menunjukkan terdapat kecenderungan konsumen untuk melakukan pembelian barang-barang

durable goods dengan Indeks mencapai 98,7 di triwulan IV-2012 sementara Indeks

Keyakinan Konsumen secara keseluruhan yang tercatat sebesar 129,7 masih tergolong sangat optimis dan sedikit lebih tingi dibandingkan triwulan III-2012 sebesar 129,0.

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Peningkatan komponen konsumsi juga tergambar dari perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 24,54% (yoy) pada triwulan IV-2012 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,21% (yoy). Tingginya aktivitas konsumsi tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh Bank Umum yang tumbuh sebesar 32,92% (yoy) pada triwulan IV-2012 serta peningkatan jumlah kenderaan baru sebesar 5,00% (yoy).

0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 100 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012

Penghasilan saat ini Pembelian durable goods Ketersediaan lapangan kerja saat ini Garis 100

Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua

Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah

(19)

5 -20.00% -10.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV 2009 2010 2011 2012 (Unit)

Jumlah Kendaraan Baru Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

-40 -20 0 20 40 60 80 0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 2008 2009 2010 2011 % Rp Juta

Realisasi Belanja Pegawai Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Konsumsi pemerintah sampai dengan triwulan IV-2012 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,23% meskipun sedikit lebih rendah dari triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar 11,30%. Peran pemerintah dalam peningkatan konsumsi juga cukup besar seperti terlihat dari peningkatan realisasi belanja pegawai.

1.1.2 Investasi

Realisasi investasi pada periode triwulan IV-2012 menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan. Pembentukan Modal Tetap Bruto mengalami pertumbuhan sebesar 3,56% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,42%. Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya animo masyarakat untuk melakukan ekspansi bisnis seperti tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada periode triwulan IV-2012, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,14 triliun. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua yang semakin meningkat. Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan IV-2012 juga didorong oleh meningkatnya realisasi belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua yang tumbuh mencapai 24,50% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh realisasi pengerjaan beberapa proyek infrastruktur PEMDA.

Grafik 5. Jumlah Kendaraan Baru Papua

Sumber: Dispenda Provinsi Papua, diolah

Grafik 4. Realisasi Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua

Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah

Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah

Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah

(20)

6 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 0 500 1000 1500 2000 2500

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Investasi Growth Investasi Rp. Miliar -100.00 -80.00 -60.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 2009 2010 2011 2012

Realisasi Belanja Modal PEMDA Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

-100.00 -80.00 -60.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 2009 2010 2011 2012

Volume ekspor Non Migas (Ton) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

-80.00 -60.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 -5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 Tw 1 TW 2 TW 3 TW 4 2009 2010 2011 2012

Nilai ekspor Non Migas (US$ Ribu) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

1.1.3 Ekspor dan Impor

Ekspor Provinsi Papua pada triwulan IV-2012 mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 81,75% (yoy). Sementara itu impor mengalami pertumbuhan sebesar 34,57% (yoy). Ekspor non migas yang mengalami pertumbuhan sebesar 69,17% (yoy) menjadi penyebab utama pertumbuhan ekspor Papua pada periode laporan. Kelompok komoditas utama ekspor non migas Papua meliputi produk mineral dengan komoditas antara lain berupa konsentrat tembaga dan konsentrat emas produksi PT. Freeport Indonesia (PT.FI). Kenaikan ekspor Papua tersebut juga searah dengan kenaikan penjualan PT Freeport baik komoditas tembaga dan komoditas emas yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 194,12% dan 49,32%.

Grafik 7. Belanja Modal

Sumber: BPKAD Provinsi Papua, diolah

Grafik 6. Kredit Investasi Bank UmumPapua

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Grafik 8. Volume Ekspor Non MigasPapua Grafik 9. Nilai Ekspor Non MigasPapua

(21)

7

Tabel 5. Perkembangan Penjualan PT. FreeportIndonesia

-80 -60 -40 -20 -20 40 60 80 -5 10 15 20 25 30 35 40 45

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012

% Ribu Ton

Volume Impor Non Migas (Ribu Ton) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

-80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012

% Juta USD

Nilai Impor Non Migas (US$ Juta) Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold

Impor non-migas Papua juga tumbuh sangat tinggi pada triwulan laporan sebesar 44,90% (yoy). Hal ini ditengarai sebagai dampak dari permintaan akan barang modal yang cukup tinggi pada periode berjalan. Sejalan dengan penurunan volume, nilai impor Papua juga mengalami perbaikan kinerja dengan pertumbuhan yang mencapai 77,26% (yoy).

1.2. Sisi Penawaran

Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh pertumbuhan positif hampir seluruh sektor ekonomi yakni sektor pertanian, sektor jasa-saja; sektor lembaga keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor industri pengolahan; dan sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; dan sektor listrik dan air bersih masing-masing sebesar 5,51% 8,09%; 8,09%; 0,48%; dan 16,04%, 13,58%; 9,10%; dan 7,18%. 1.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2012 tumbuh positif sebesar 5,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,24%. Pertumbuhan tersebut juga terlihat dari perkembangan produksi beberapa komoditas tanaman seperti komoditas ubi kayu dan ubi jalar yang merupakan 2 komoditas dengan pertumbuhan masing-masing 6,08% dan 3,40%.

Grafik 10. Volume Impor Non MigasPapua Grafik 11. Nilai Impor Non MigasPapua

(22)

8

Walaupun secara kunatitas masih relatif kecil, namun demikian pertumbuhan produktifitas padi mampu bertumbuh sebesar 10,72% (yoy) yang memberikan dorongan pada pertumbuhan sektor pertanian.

Pertumbuhan sektor pertanian juga di dorong oleh pertumbuhan sub sektor perikanan tercermin dari peningkatan volume produksi seluruh jenis komoditas perikanan baik perikanan laut, perikanan perairan umum maupun perikanan budidaya. Sepanjang periode triwulan IV-2012, total volume hasil produksi perikanan mencapai 73.935 ton.

Tabel 9. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua

Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua

Tabel 7. Perkembangan Produksi Ubi Jalar di Provinsi Papua

Tabel 8. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, diolah

(23)

9 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 2009 2010 2011 2012

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 99 99.5 100 100.5 101 101.5 102 102.5 103 103.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011 Papua Growth 2012

Pertumbuhan sektor pertanian juga tercermin dari pertumbuhan nilai NTP Papua

pada triwulan IV-2012 sebesar 101,76 yang masih berada di atas basis nilai 100 . Hal ini disebabkan adanya peningkatan pada kapasitas lahan dan membaiknya hasil panen komoditas pertanian.

Sumber: BPS Provinsi Papua

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2012 mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar 54,67% (yoy) dan jauh lebih tinggi dari triwulan III-2012 sebesar -13,52%. Sebagai penyumbang utama sektor tambang, target produksi yang ditetapkan oleh PT. Freeport Indonesia dengan utilitisasi yang lebih optimal mendorong perbaikan kinerja sektor tambang.

Tabel 10. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia

Sumber: PT. Freeport Indonesia

Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan IV-2012 Freeport-McMoran Copper and Gold (holding company dari PT.Freeport Indonesia) menunjukkan pertumbuhan produksi tembaga dan emas masing-masing sebesar 194,12% dan 49,32%.

(24)

10

1.2.3. Sektor pengolahan

Industri pengolahan pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 0,48% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 3,31% (yoy). Pertumbuhan ini juga terekam dari dan sejalan dengan peningkatan konsumsi listrik sektor industri yang tercatat mencapai sebesar 578 ribu Kwh sepanjang periode triwulan IV-2012 atau tumbuh mencapai 2,18% (yoy).

Grafik 13 Perkembangan Konsumsi Listerik Industri

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Sumber: PT PLN Wilayah Papua

1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2012 diperkirakan tumbuh sebesar 13,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2012 yang mencapai 10,92% (yoy). Peningkatan kapasitas perdagangan papua tercermin dari tingginya kapasitas bongkar bongkar muat barang di pelabuhan Papua. Arus bongkar muat barang yang dibagi menjadi 3 kategori tumbuh positif pada triwulan IV-2012, masing-masing sebesar: menurut jenis perdagangan 8,15%, menurut jenis distribusi 4,45% dan menurut jenis kemasan 2,07%. Perbaikan tersebut disebabkan oleh semakin baiknya perencanaan yang dilakukan oleh para distributor untuk memasok kebutuhan pokok di Wilayah Papua.

Tabel 11. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua

Sumber: PT Pelindo Papua

Pertumbuhan sektor PHR yang signifikan pada periode triwulan ini didorong adanya persiapan PILKADA yang mendorong peningkatan occupancy rate hotel, musim

-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 0 100 200 300 400 500 600 700 800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012

% Ribu Kwh

Konsumsi Listrik Industri Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

-2.00% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% 10.00% 12.00% 14.00% 0 20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2009 2010 2011 2012

Industri Pengolahan Growth Miliar

(25)

11

Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua

Tabel 12. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua

-20.00% -10.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

I II III IV I II III IV I II III IV 2010 2011 2012

Tingkat Hunian Hotel Bintang di Papua Growth (yoy)

-20.00% -10.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

IV I II III IV I II III IV I II III IV 2010 2011 2012

Perdagangan/Hotel Growth

liburan natal dan tahun baru serta meningkatnya kegiatan PEMDA untuk membahas berbagai program kerja. Pertumbuhan sektor perdagngan juga sejalan dengan pertumbuhan kredit perdagangan provinsi Papua sebesar 44,73%.

Grafik 14 Okupansi Hotel Jayapura

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

1.2.5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2012 tumbuh mencapai 9,10% (yoy) sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 10,41% (yoy). Pertumbuhan sektor ini didorong sub sektor-sub sektor yang dominan yaitu angkutan laut, angkutan udara dan komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang tetap tumbuh pada periode triwulan ini dibadingkan triwulan sebelumnya.

Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara merupakan transportasi dominan di Provinsi Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Pertumbuhan siginifikan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari peningkatan jumlah penumpang menjadi sebesar 68.012 orang tumbuh 16,13% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

1.2.7. Sektor Lainnya

Beberapa sektor lainnya yaitu sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan, sektor jasa-jasa pada periode triwulan IV-2012 masing-masing tumbuh sebesar

(26)

12

7,18% (yoy), 16,04% (yoy), 8,09% (yoy) lebih tinggi bila dibandingkan periode triwulan sebelumnya.

II. Provinsi Papua Barat 2.1. Sisi Permintaan

Pada triwulan IV-2012, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 5,23% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,87% (yoy). Masih tingginya kinerja ekonomi Papua Barat tetap ditopang oleh seluruh komponen pengeluaran seperti konsumsi, investasi (pembentukan modal tetap bruto), pengeluaran pemerintah, dan sektor investasi. Di sisi lain, pengeluaran pemerintah yang tumbuh positif berkaitan percepatan realisasi anggaran baik untuk infrastruktur maupun program kerja rutin Pemerintah Daerah.

Tabel 13 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Sementara itu, dari sisi penawaran, kinerja perekonomian Papua Barat lebih banyak ditopang oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan 1,46%; sektor konstruksi yang tumbuh 15,99%; angkutan dan komunikasi 3,46%; sektor listrik, gas, dan air bersih 9,34%; sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan 3,46%; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 12,96%.

2.1.1 Konsumsi

Konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 9,33% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 7,14% (yoy). Relatif tingginya pertumbuhan konsumsi tersebut merupakan salah indikator akan membaiknya pendapatan masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil Survey Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang terus menunjukkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada triwulan IV-2012 IKK naik menjadi sebesar 136,9 dari 135,1pada triwulan III-2012. Ini berarti bahwa konsumen masih tetap optimis

(27)

13 0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011 2012

(Juta Kwh) (%)

Jumlah Konsumsi Listrik Komersial Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan) -5 0 5 10 15 20 25 0 10 20 30 40 50 60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011 2012

(%)

(Juta Kwh)

Jumlah Konsumsi Listrik RT Pertumbuhan (yoy, sumbu kanan)

akan kondisi ekonomi ke depan sehingga masih akan dapat meningkatkan konsumsinya seperti tercermin dari masih tingginya indeks penghasilan saaat ini yang mencapai sebesar 143,3pada triwulan III-2012.

Selanjutnya, komponen konsumsi masyarakat tersebut memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi sebesar 4,66% pada triwulan IV-2012. Pertumbuhan yang signifikan tersebut antara lain didorong oleh peningkatan penyaluran kredit konsumsi perbankan. Pada periode triwulan IV-2012, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 1,94 trilliun atau tumbuh sebesar 38,41% (yoy). Peningkatan kinerja konsumsi masyarakat juga tercermin dari konsumsi listrik rumah tangga yang pada periode laporan tercatat sebesar 509 ribu Kwh atau tumbuh sebesar 15,75% (yoy)

2.1.2. Ekspor Impor

Perkembangan ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan IV-2012 mengalami kontraksi sebesar -5,24% (yoy), dan pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan lebih triwulan III-2012 sebesar 2,61%.

Dampak lanjutan dari perlambatan produksi LNG Tangguh akibat adanya gangguan

120 125 130 135 140 145 150 155 160 0 20 40 60 80 100 120 140 160 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 100 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% 45.00% 50.00% 0 500 1000 1500 2000 2500

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Konsumsi Pertumbuhan Konsumsi Grafik 15. Grafik Survey Konsumen

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat

Grafik 16. Kredit Konsumsi Papua Barat

Grafik 17 Konsumsi Listrik Papua Barat

(28)

14

produksi di lokasi pabrik diperkirakan menjadi penyebab menurunnya ekspor Papua Barat.

Disisi lain, impor juga mengalami pertumbuhan cukup tinggi yakni sebesar 110,68% (yoy) yang disebabkan oleh masuknya berbagai peralatan barang modal.

2.2. Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan positif yanki sektor industri pengolahan sebesar 1,46%, sektor konstruksi; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan; sektor listrik, gas dan air bersih; serta sektor PHR yang masing-masing tumbuh sebesar 11,93%; 3,46%; 16,19%; 9,34%; dan 12,96%. Lebih lanjut rincian pertumbuhan masing-masing sektor disajikan pada tabel berikut:

Tabel 14 Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

2.2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2012 tumbuh sebesar 3,09% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 0,06%. Indikator tetap bertumbuhanya sektor ini tercermin dari indeks Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV-2012 sebesar 100,79 dari sebesar yang masih berada di atas indeks 100 yang menjadi tolak ukur pendapatan petani.

-120.00% -100.00% -80.00% -60.00% -40.00% -20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 0 500 1000 1500 2000 2500

I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012

Produksi LNG Tangguh (Ribu M3) Growth

-50.00% 0.00% 50.00% 100.00% 150.00% 200.00% -500.00 1,000.00 1,500.00 2,000.00 2,500.00 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2009 2010 2011 2012

Ekspor Pertumbuhan Ekspor

Grafik 18. Tabel Perkembangan Produksi Tangguh

Sumber: Laporan Keuangan LNG Tangguh, Proyeksi KPwBI Papua & Papua Barat

(29)

15

Grafik 19 Nilai Tukar Provinsi Papua Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

2.2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor-sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 1,46% (yoy) atau mengalami perlambatan dari pertumbuhan 2,30% (yoy) pada triwulan III-2012. Sektor ini memberikan sumbangan pertumbuhan dengan andil 0,65% bagi ekonomi Papua Barat. Perlambatan sektor industri pengolahan disebabkan adanya gangguan yang menyebabkan perlambatan sub sektor gas alam cair khususnya hasil produksi LNG Tangguh. Pertumbuhan sektor pengolahan juga didukung oleh aktivitas penggunaan listrik industri sebesar 1386 ribu kWh yang tumbuh sebesar 31,08% pada triwulan IV-2012.

Grafik 20 Penggunaan Listerik

Sumber: PLN Wilayah Papua

2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran

Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan IV-2012 diperkirakan tumbuh sebesar 12,96% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 9,81% (yoy). Perbaikan kinerja sektor PHR juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik konsumen komersial yang tumbuh mencapai 17,23% (yoy) sebagai akibat dari meningkatnya aktivitas bisnis.

-3 -2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 99.00 99.50 100.00 100.50 101.00 101.50 102.00 102.50 103.00 103.50 104.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011 2012

NTP Papua Barat Growth

0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 420.00 440.00 460.00 480.00 500.00 520.00 540.00 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2009 2010 2011 2012 Pertanian Growth -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 0 1 1 2 2 3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011 2012

(Juta Kwh) (%)

Jumlah Konsumsi Listrik Industri (Juta Kwh) Pertumbuhan Konsumsi Industri yoy (%)

0 5 10 15 20 25 30 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011 2012

(Juta Kwh) (%)

Konsumsi Listrik Total (Juta Kwh) Pertumbuhan Konsumsi Listrik yoy (%) Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari Sumber: Bank Indonesia

(30)

16

Selain itu pertumbuhan di sektor ini juga tercermin dari perkembangan perbankan dengan pertumbuhan kredit di sektor perdagangan sebesar 43,22% dengan nilai sebesar Rp. 1,68 triliun.

2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Pada triwulan IV-2012, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh mencapai 11,93% (yoy), atau sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2012 yang tercatat sebesar 10,21% (yoy). Perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari perkembangan arus penumpang kapal di Pelabuhan Papua Barat tumbuh mencapai 10,56% (yoy).

Peningkatan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari pertumbuhan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang tumbuh menurut jenis perdagangan, menurut jenis distribusi yang masing-masing tumbuh sebesar 14,12% (yoy).

2.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 3,46% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III-2012 sebesar 1,03% (yoy). Sub sektor bank memberikan andil yang cukup signifikan pada pertumbuhan sektor ini seperti tercermin dari pertumbuhan tahunan Nilai Tambah Bank (NTB) sebesar 31,33% (yoy).

Sumber: PLN Wilayah Papua

Tabel 15. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Provinsi PapuaBarat

Sumber: PT.Pelindo IV Cabang Manokwari dan Proyeksi KPwBI Papua & Papua Barat

Tabel 16. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Provinsi Papua Barat

(31)

17

Tabel 17 Nilai Tambah Bank

2.2.6. Sektor Lainnya

Sementara itu, 3 sektor lainnya yakni sektor bangunan, sektor listrik, gas, dan air bersih serta sektor jasa-jasa pada periode triwulan ini tumbuh positif masing-masing sebesar 15,99%; 9,34%; dan 16,19%. Sementara sektor pertambangan mengalami kontraksi pertumbhuhan sebesar -0,83%.

(32)

18

BAB 2

PERKEMBANGAN HARGA

1. Provinsi Papua

1.1. Kondisi Umum

Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura. Sampai dengan periode triwulan IV-2012, inflasi Jayapura tercatat sebesar 4,52% (yoy) lebih tinggi dari 2,95% (yoy) pada triwulan III-2012. Jika dilihat secara triwulanan, inflasi kota Jayapura tercatat sebesar 2.82% (qtq) atau lebih tinggi dibanding inflasi sebesar 1,41% (qtq) pada triwulan III-2012. Peningkatan inflasi yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan konsumsi serta kenaikan harga komoditas bahan makanan khususnya komoditas ikan-ikanan, palawija yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrim pada triwulan berjalan.

Tabel 18. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura

Sumber: BPS Provinsi Papua

Inflasi pada triwulan berjalan terutama disumbang oleh kenaikan indeks pada kelompok barang dan jasa sebagai berikut; kelompok Bahan Makanan sebesar 8,26%, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 3,28%, kelompok Kesehatan sebesar 0,57%, kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 4,96%, kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan sebesar 2,29%, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 4,02% dan kelompok Sandang sebesar 2,48%.

Dengan demikian, secara umum kenaikan harga (inflasi) yang terjadi pada triwulan IV- 2012 juga searah dengan hasil pemantauan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) baik di pasar tradisional maupun pasar modern di Kota Jayapura. Hasil SPH mengindikasikan terjadi kenaikan harga pada beberapa komoditas seperti ikan tongkol 5,90% (mtm), ikan kembung 2,50% (mtm), ikan mas/ekor kuning 10,83% (mtm), udang basah 4,17% (mtm).

IHK MTM YTD YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 140.26 -0.36 6.00 6.00 141.44 1.90 0.84 0.89 3.69 151.85 6.70 8.26 7.36 8.26 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 145.66 0.30 2.12 2.12 150.61 0.75 3.40 3.34 3.77 151.52 0.44 4.02 0.60 4.02 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 116.67 0.42 1.93 1.93 120.29 0.06 3.10 1.90 3.65 120.50 0.21 3.28 0.18 3.28

Sandang 129.03 0.26 8.40 8.40 131.86 2.12 2.19 2.90 4.21 132.23 0.11 2.48 0.28 2.48

Kesehatan 114.87 0.01 0.50 0.50 115.52 -0.30 0.56 -0.09 0.31 115.53 0.00 0.57 0.01 0.57 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 108.74 -0.12 0.38 0.38 114.09 0.00 4.92 4.75 4.90 114.13 0.00 4.96 0.03 4.96 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 118.72 1.52 2.50 2.50 117.83 -2.93 -0.75 -0.73 0.28 121.44 2.82 2.29 3.07 2.29 Inflasi Jayapura (Inflasi MTM,YOY,QTQ= %) 126.97 0.36 3.40 3.40 129.07 0.13 1.66 1.41 2.95 132.71 2.57 4.52 2.82 4.52

TW IV

2012

Kelompok Komoditi TW III TW IV

(33)

19

Tabel 19. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Volatile Food

Sumber: Survei Pemantauan Harga KPwBI Papua & Papua BaratJayapura Bekerjasama Dengan KEDUA UNCEN

1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi

Keseluruhan kelompok inflasi (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami

inflasi yang bervariasi. Inflasi kelompok inti (core) tercatat sebesar 3,68% (yoy) dan 0,62%

(qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sebagai berikut: sub kelompok Ikan Diawetkan sebesar 25,01%, sub kelompok sarana dan penunjang transport sebesar 2,72%, sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya 0,99%, makanan jadi 0,87%, minuman tidak beralkohol 0,36%, sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,21%, sandang wanita 0,01%, biaya tempat tinggal 0,25%, obat-obatan 0,16%. Beberapa komoditas penyumbang inflasi pada kelompok ini antara lain adalah: ayam goreng, roti tawar, kayu balokan, papan, seng, kemeja pendek dan emas.

Selanjutnya, inflasi pada kelompok volatile food masing-masing tercatat 6,45% (yoy)

dan secara triwulanan sebesar 7,05% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok Ikan segar sebesar 23,20%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 21,16%, sub kelompok Buah-buahan sebesar 6,93%, sub kelompok Sayur-sayuran 3,55%, sub kelompok Kacang-Kacangan sebesar 0,20%, sub kelompok padi-padian 0,40%. Beberapa komoditas yang menyebabkan kenaikan inflasi pada kelompok ini antara lain adalah: ikan ekor kuning, ikan kembung/gembung, tomat sayur, cabe merah, bawang merah, telur ayam ras, tomat buah, ikan cakalang, ikan cakalang asap, cabe rawit, ikan deho, ikan kawalina, ikan bubara, ikan ekor kuning asap, pepaya, daging ayam ras, talas/keladi, ikan tongkol, daging babi, kol putih/kubis, kacang panjang, susu bubuk, bawang putih, wortel, ikan teri, ikan mujair, ikan merah, lada/merica.

Sementara itu, inflasi pada kelompok administered prices tercatat sebesar 2,21% (yoy) dan secara triwulanan sebesar 2,55% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok transpor sebesar 3,78%, sub kelompok bahan bakar penerangan dan air 0,03%. Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh naiknya sejumlah harga tiket baik transportasi udara, maupun transportasi laut.

(34)

20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Garis 100 Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 -2 0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2010 2011 2012

%,yoy Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

%, yoy

Tabel 20. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Grafik 21. Perkembangan Disagregasi Inflasi

Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Grafik 22. Perkembangan SEK

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

1.3. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas

1.3.1 Kelompok Bahan Makanan

Perubahan cuaca yang cukup ekstrim pada akhir triwulan IV-2012 menyebabkan naiknya harga pada sejumlah komoditas. Kelompok ini mengalami inflasi sebesar 8,26% (yoy) atau 7,36% (qtq). Dari 11 sub kelompok dalam kelompok Bahan Makanan, terdapat beberapa komponen sub kelompok yang menyebabkan tekanan pada kenaikan harga yakni: sub kelompok Ikan Segar sebesar 23,20%, sub kelompok Bumbu-Bumbuan sebesar 21,16%, sub kelompok Sayur-sayuran 3,55%, sub

(35)

21

kelompok Buah-buahan sebesar 6,93%, sub kelompok Ikan Diawetkan sebesar 25,01%, sub kelompok Padi-padian dan Hasil-hasilnya sebesar 0,40%, sub kelompok Kacang-Kacangan sebesar 0,20% dan sub kelompok Bahan Makanan Lainnya sebesar 0,36%.

1.3.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Naiknya konsumsi masyarakat yang diakibatkan oleh faktor musiman menyebabkan naiknya harga pada sejumlah komoditas kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kelompok ini pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi 4,02% (yoy) dan 0,60% (qtq). Adapun penyebab inflasi pada kelompok ini adalah sub kelompok Makanan Jadi sebesar 0,87%, sub kelompok Minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,36%.

1.3.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik.

Kelompok ini pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi 3,28% (yoy) dan 0,18% (qtq). Adapun yang mendorong kenaikan inflasi kelompok tersebut adalah sub kelompok Biaya Tempat Tinggal sebesar 0,25%, sub kelompok bahan bakar penerangan dan air sebesar 0,03%, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,15%. Kenaikan harga pada sub kelompok dimaksud adalah merupakan dampak domino dari kenaikan biaya pengangkutan barang dari luar Papua sehingga harga dasar barang menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya. 1.3.4. Kelompok Sandang

Tingginya permintaan akan sejumlah kebutuhan sandang pada bulan Desember menyebabkan naiknya harga pada kelompok sandang. Kelompok ini pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi 2,48% (yoy) dan 0,28 (qtq). Inflasi triwulanan tersebut disumbang sub kelompok sandang wanita sebesar 0,02% dan sub kelompok barang pribadi dan dan sandang lainnya sebesar 0,99%.

1.3.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok ini pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi 0,57% (yoy) dan 0,01% (qtq) yang disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok obat-obatan 0,16%. Pelemahan rupiah pada akhir tahun 2012 menyebabkan kenaikan harga obat-obatan yang sarat dengan bahan yang di import juga memberikan dampak domino pada penjualan obat di Jayapura.

(36)

22

1.3.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi 4,96% (yoy) dan 0,03 (qtq). Masuknya musim liburan menyebabkan naiknya permintaan atas sejumlah fasilitas rekreasi. Hal ini tercermin dari naiknya harga sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,01%. Disamping itu kenaikan harga relatif untuk biaya pendidikan seperti biaya iuran pembangunan sekolah, biaya seragam sekolah memberikan andil kenaikan harga sub kelompok perlengkapan dan pendidikan sebesar 0,21%.

1.3.7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 2,29% (yoy) dan 3,07% (qtq). Kenaikan biaya tiket baik angkutan udara maupun angkutan laut yang disebabkan oleh datangnya hari Natal menyebabkan kenaikan pada sub kelompok transpor sebesar 3,78%, sub kelompok penunjang transport sebesar 2,72%.

(37)

23

2. Provinsi Papua Barat 2.1. Kondisi Umum

Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari perkembangan harga-harga di Kota Manokwari dan Kota Sorong. Pada triwulan IV- 2012, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 4.98% (yoy) dan sebesar 0,85% (qtq). Pada triwulan laporan, inflasi di Kota Manokwari dan Sorong masing-masing tercatat sebesar 1,89% (qtq) namun demikian perilaku yang berbeda untuk Kota Sorong mengalami deflasi sebesar -0,36% (qtq). Perbedaan tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya stok di kota Sorong dibandingkan kota Manokwari.

Tabel 21. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat

Sumber: Direktorat Statistik Dan Ekonomi Moneter, BPS Provinsi Papua Barat

2.2. Disagregasi dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi

Inflasi gabungan secara tahunan (yoy) di Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2012 terjadi pada semua sub kelompok komoditas. Hal itu terlihat dari kenaikan harga kelompok bahan makanan sebesar 6,99%, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 13,14%, kelompok sandang sebesar 4,21%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 3,44%, kelompok kesehatan sebesar 2,55%, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 2,12%, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 3,80%.

Keseluruhan kelompok inflasi (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami

inflasi yang bervariasi. Inflasi kelompok inti (core) tercatat sebesar 7,17% (yoy) dan 1,11%

(qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sebagai berikut: sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya sebesar 0,58%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 10,82%, sub kelompok buah-buahan sebesar 0,98%

Inflasi pada kelompok volatile food masing-masing tercatat 7,64% (yoy) dan secara

triwulanan sebesar 0,02% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,33%, sub kelompok biaya tempat tinggal 0,25%, sub perlengkapan rumah tangga sebesar 0,01%, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 0,95%, sub

(38)

24

kelompok sandang laki-laki sebesar 0,01%, sub kelompok sandang wanita sebesar 0,95%, sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 3,35%. Sub kelompok obat-obatan sebesar 1,25%, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika 1,05%, sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 1,04%.

Kelompok administered price mengalami inflasi sebesar 4,76% (yoy) dan 0,57% (qtq). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok transpor sebesar 0,17%, sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air 1,10%, sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol 1,05%.

Tabel 22 Perkembangan Inflasi Papua Barat

Sumber: Departemen Statistik Dan Ekonomi Moneter dan BPS Provinsi Papua Barat (Kompilasi) Keterangan: Bobot dan NK adalah rata-rata dari bobot dan NK Tetap Manokwari dan Sorong

Tekanan inflasi dari sisi suplai juga semakin berat oleh karena adanya dorongan dari sisi permintaan. Hal ini tercermin dari perkembangan IKK yang mengalami kenaikan dari 135,4 pada bulan November 2012 menjadi 136,9 pda bulan Desember 2012.

(39)

25 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2010 2011 2012 %,yoy

Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods

Sumber: Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter dan BPS (Kompilasi) Sumber: Departemen Statistik dan Ekonomi Moneter dan BPS (Kompilasi)

%,yoy 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 9 10 11 12 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2010 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Garis 100

Grafik 23 Disagregasi Inflasi Papua Barat Grafik 24 Perkembangan Survei Konsumen Papua Barat

2.2.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 6,99% (yoy) dan 0,49 (qtq). Tingginya inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar 0,58%, sub kelompok buah-buahan sebesar 0,98%, sub kelompok bumbu-bumbuan sebesasar 10,82%, sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 0,33%. Peningkatan pada beberapa sub sektor ini terutama disebabkan oleh datangnya Hari Natal yang menyebabkan permintaan akan komoditas telur, susu, dan bahan makanan jadi lainnya.

2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan IV-2012 tercatat mengalami inflasi sebesar 3,44% (yoy) dan 0,29% (qtq). Kelompok komoditas yang memberikan andil kenaikan inflasi antara lain: sub kelompok makanan jadi sebesa 0,01%, dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,05%.

2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 2,09% (yoy) dan 0,68% (qtq). Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh kenaikan harga pada sub kelompok biaya tempat tinggal sebesar 0,25%, sub kelompok bahan bakar penerangan dan air sebesar 1,10%, sub kelompok perlengkapan rumah tangga 0,01%, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga 0,95%.

2.2.4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada bulan triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 4,21% (yoy) dan 1,52% (qtq). Adapun kenaikan inflasi kelompok tersebut disebabkan oleh kenaikan sub kelompok: sub kelompok sandang laki-laki sebesar 0,01%, sandang wanita sebesar 0,48%, sub kelompok sandang anak-anak 0,07%, sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 3,35%.

(40)

26

2.2.5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 2,55% (yoy) dan 0,39% (qtq). Inflasi pada kelomok ini disebabkan oleh kenaikan pada sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok jasa kesehatan sebesar 0,17%, sub kelomok obat-obatan sebesar 1,23%, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 1,05%.

2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 3,49% (yoy) atau -0,02% (qtq). Deflasi yang terjadi pada kelompok disebabkan oleh deflasi sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar -0,62%.

2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan IV-2012 mengalami inflasi sebesar 13,14% (yoy) dan 2,26% (qtq). Tingginya permintaan akan angkutan laut dan udara khususnya pada Desember 2012 menyebabkan kenaikan pada beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok transpor sebesar 0,17% dan sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,08%, sub kelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 1,04%.

(41)

27

BAB 3

PERKEMBANGAN PERBANKAN

I. Perkembangangan Umum Perbankan Wilayah Papua

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan IV-2012 cukup menggembirakan. Hal itu tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Total aktiva perbankan tumbuh sebesar 8,17% (yoy) yang diikuti dengan pertumbuhan kredit sebesar 33,83% (yoy), serta penghimpunan dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh sebesar 14,63% (yoy).

Tabel 23. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)

(42)

28

Pertumbuhan aset perbankan didominasi oleh tingginya pertumbuhan kredit yang sangat pesat (33,83%). Kredit konsumsi kredit dan modal kerja menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai + 86% dan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 25,35% dan 34,22% dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Walaupun share kredit investasi relatif lebih kecil, namun pertumbuhan di sektor ini cukup besar dengan pertumbuhan sebesar 60,52%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga diimbangi oleh kualitas kredit yang sangat baik seperti tercermin dari rendahnya tingkat Non Performing Loan (NPL) yang hanya sebesar 1,28%. Secara umum nilai ini mengalami penurunan dari 1,65% pada triwulan sebelumnya dan jauh di bawah batas maksimum 5% seperti yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Tabel 24. Perkembangan NPL Persektor

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Selanjutnya dari seluruh dana pihak ketiga, peningkatan komponen tabungan berada diperingkat tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 21,96% diikuti oleh pertumbuhan deposito sebesar 17,49% dan pertumbuhan giro sebesar 1,82% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011. Pencairan sejumlah dana untuk pembayaran sejumlah proyek program pemerintah ditengarai menjadi penyebab melambatnya pertumbuhan giro.

Hal tersebut berdampak pada meningkatnya secara relatif LDR menjadi sebesar 56,64% pda triwulan IV-2012 dari 50,33% pada triwulan III-2012. LDR tersebut masih jauh dari range minimal 78% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Gambar

Tabel 3. Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)   Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)
Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua
Grafik 5. Jumlah Kendaraan Baru Papua
Tabel 9. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua  Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

Faktor pembentuk preferensi konsumen dalam memilih Armor Kopi dalam penelitian ini ada sepuluh faktor yang terdiri dari Harga, Kualitas layanan, Kualitas produk (rasa dan varian),

Pengertian dan Asal Usul Sepak Bola Permainan sepak bola merupakan permainan yang dilakukan dengan cara menendang bola kian-kemari untuk diperebutkan oleh para pemain - pemain

Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : (1.) Ada pengaruh sari rimpang jahe (Zingiber officinale) terhadap jumlah koloni bakteri

Nefron memiliki enam segmen yaitu kapsula glomerulus yang merupakan ujung buntu yang meluas pada nefron, tubuli konvoluti, tubuli rekti proksimalis, segmen tipis,

Penelitian ekstraksi bertingkat petroleum eter-kloroform-metanol dari daun, kulit akar, akar, kulit batang dan batang Fagraea racemosa terhadap pereaksi radikal

Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai keterampilan sosial seperti kemampuan untuk menjalin hubungan secara diplomatis dengan orang

penjelasan terhadap tugas yang diberikan kepada Manajernya, supaya sesuai dengan keinginan General Manager. Komunikasi yang dilakukan oleh General Manager dengan