• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN ALAT PENENTU POSISI PENGHUNI GEDUNG DENGAN NMENGGUNAKAN TEKNOLOGI GELOMBANG INFRA MERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN ALAT PENENTU POSISI PENGHUNI GEDUNG DENGAN NMENGGUNAKAN TEKNOLOGI GELOMBANG INFRA MERAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERANCANGAN ALAT PENENTU POSISI PENGHUNI GEDUNG DENGAN

NMENGGUNAKAN TEKNOLOGI GELOMBANG INFRA MERAH

Fendi Arifianto , Arief Rahman Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email : fendi.arifianto@gmail.com ; rahmanarief@gmail.com ABSTRAK

Faktor keamanan menjadi salah satu syarat dalam pembangunan sebuah gedung bertingkat. Penentuan posisi setiap penghuni gedung bertingkat merupakan suatu hal sangat penting, terutama jika terjadi bencana kebakaran. Tim penyelamat memerlukan informasi jumlah orang yang masih ada di dalam gedung sekaligus posisinya. Untuk itu perlu suatu alat yang dapat menentukan posisi penghuni gedung atau korban untuk memudahkan tim penyelamat dalam proses evakuasi atau penyelamatan. Sistem yang dirancang untuk menentukan posisi penghuni gedung ini dapat meminimalisir jatuhnya korban jiwa saat terjadi bencana seperti kebakaran. Alat ini dirancang menggunakan pemanfaatan teknologi gelombang infra merah. Pada pintu di setiap ruangan yang ada di dalam gedung dipasangi transmitter inframerah yang memancarkan gelombang infra merah dan receiver yang menerima gelombang infra merah yang dipancarkan transmitter. Sistem ini dikendalikan oleh mikrokontroler yang fungsinya sebagai ‘otak’ dari sistem. Banyaknya orang yang ada dalam setiap ruangan akan ditampilkanpada layar LCD.

Kata Kunci : keamanan gedung, gelombang infra merah

ABSTRACT

Safety factor is the key point to consider when we build a building. When an accident happen, the positions of inhabitants inside the building are necessary to determine. This information required for the rescuer. In order to determine position of building’s inhabitants, it needed a tool for it. The system design for determining position of building’s inhabitants is used to minimize victims when an accident occurred. The infra-red technology was applied to this system. The transmitter which was transmitting infra-infra-red wave was set up in every entrance inside the building. This wave was caught by receiver. Systems are controlled by micro-controller as main control. The number of inhabitants on each room was displayed on LCD screen.

Keywords : safety factor, infra red sensor 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kebakaran bangunan merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak yang dapat mengakibatkan kerugian materi dan berpotensi terhadap kematian yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian akan keselamatan pengguna bangunan. Namun sampai saat ini penanganan terhadap kebakaran di Indonesia masih memiliki berbagai kendala yang mengakibatkan kejadian kebakaran sering berakibat fatal dan berulang. Peningkatan kejadian kebakaran disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat, masih kurangnya kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menanggulangi bahaya kebakaran, rendahnya sistem proteksi kebakaran yang dimiliki gedung dan bangunan, dan sistem penanganan kebakaran belum terintegrasi.

Pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa frekuensi terjadinya kebakaran di Surabaya

fluktuatif dari tahun 2001 hingga 2009. Sedangkan berdasarkan jenis kebakaran yang terjadi dapat dilihat pada tabel 1.1. Kejadian kebakaran tentu menimbulkan korban, baik korban luka maupun korban jiwa.

Gambar 1.1. Frekuensi Terjadinya Kebakaran di Surabaya

(2)

2 Tabel 1.1. Frekuensi Kebakaran Berdasarkan Jenis

Kebakaran di Surabaya

(Sumber: Dinas PMK Surabaya)

Menurut Suprapto (2003), beberapa kondisi penanganan kebakaran yang kurang mendukung serta perlu diperbaiki, antara lain:

1. Sistem proteksi masih bertumpu pada sistem aktif. Sistem proteksi pasif dan manajemen keselamatan kebakaran kurang diperhatikan.

2. Infrastruktur kota (sumber air, hidran, sistem komunikasi, dll) belum sepenuhnya mendukung.

3. Belum semua daerah memiliki Perda tentang penanganan kebakaran.

4. Standar maupun pedoman teknis belum sepenuhnya diterapkan dalam perencanaan dan konstruksi bangunan. Faktor keamanan merupakan salah satu syarat dalam pembangunan sebuah gedung bertingkat yang memenuhi standar nasional. Dalam hal ini keamanan dan keselamatan dari seluruh penghuni gedung harus menjadi perhatian utama terutama pada saat terjadi bencana yang tidak diharapkan seperti kebakaran. Untuk itu penentuan posisi setiap penghuni gedung bertingkat merupakan suatu hal sangat penting agar jika terjadi kebakaran maka proses evakuasi dan penyelamatan menjadi cepat dan tepat sasaran.

Tim penyelamat memerlukan informasi jumlah orang yang masih ada di dalam gedung sekaligus posisinya. Sehingga diperlukan suatu alat yang dapat menentukan posisi penghuni gedung atau korban untuk memudahkan tim penyelamat dalam proses evakuasi atau penyelamatan. Beberapa alat untuk mendeteksi posisi orang antara lain adalah dengan teknologi RFID, atau dengan GPS. Akan tetapi teknologi tersebut memerlukan investasi yang cukup besar dan tingkat keberhasilannya dan keakuratannya belum maksimal. Penelitian ini dilakukan untuk merancang alat untuk mendeteksi keberadaan sekaligus menentukan

posisi penghuni gedung dengan memanfaatkan sensor infra merah. Dalam hal ini teknologi yang digunakan lebih sederhana, sehingga biaya yang diperlukan juga lebih efisien. 1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang diselesaikan dalam penelitian ini adalah merancang sistem penentuan posisi penghuni gedung dengan memanfaatkan teknologi sensor infra merah dan mikrokontroler sebagai pengolah data dan penerapan sistem ini dapat bekerja dengan baik terutama pada gedung perkantoran.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang alat penentu posisi penghuni gedung dengan memanfaatkan teknologi sensor infra merah dan mikrokontroler berdasarkan tahapan yang ada dalam perancangan dan pengembangan produk, serta mengujicoba sistem penentuan posisi penghuni gedung dengan teknologi sensor infra merah pada sebuah maket gedung sederhana.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk lebih memfokuskan dan menyederhanakan permasalahan sehingga dapat diselesaikan dengan pendekatan metode ilmiah, peneliti menentukan ruang lingkup penelitian. Batasan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu perancangan prototype sistem penentu posisi penghuni gedung dalam bentuk maket sederhana, dan rancangan alat ini diaplikasikan pada ruangan dengan 1 pintu. Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perilaku penghuni gedung masih dalam batas normal (tidak melompat melalui jendela).

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini dalam bidang keilmuan adalah perancangan alat ini dapat mengetahui jumlah orang yang ada di dalam ruangan pada gedung serta mempercepat proses evakuasi dan penyelamatan penghuni gedung ketika terjadi kebakaran sehingga meminimalisir jatuhnya korban jiwa.

2. Metodologi Penelitian

Pada metodologi penelitian dijelaskan mengenai tahapan-tahapan proses penelitian yang dilakukan. Secara umum terdapat

(3)

3 beberapa tahapan yang akan dilakukan yaitu

tahap perancangan dan pengujian sistem. Pada tahap ini dijelaskan mengenai gambaran serta mekanisme kerja sistem untuk satu gedung. Setelah itu dijelaskan mengenai mekanisme yang lebih detail untuk mekanisme kerja sensor di setiap ruangan. Kemudian dijelaskan mengenai proses perancangan prototype, mulai dari komponen-komponen yang digunakan untuk merancang alat ini hingga proses pengujian yang dilakukan. Tahap selanjutnya adalah melakukan analisa dan interpretasi terhadap rancangan sistem yang telah dibuat, rancangan prototype, serta mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan sistem. Setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan untuk penelitian ini.

3. Hasil Penelitian.

3.1 Mekanisme Kerja Sistem Satu Gedung

Gambar 3.1 Alur Sistem

Mekanisme report data status penghuni gedung dari PC server ke sistem SMS gateway untuk selanjutnya disampaikan kepada pihak-pihak terkait. Ketika alarm kebakaran berbunyi, maka akan dilakukan prosedur evakuasi. Seluruh penghuni gedung harus meninggalkan gedung sesuai lama waktu evakuasi yang telah ditentukan, biasanya sekitar 15 sampai 30 menit tergantung jenis dan kapasitas gedung. Ketika waktu evakuasi yang ditentukan tersebut telah selesai, maka sistem akan melaporkan (report) status jumlah penghuni gedung. Jika ternyata masih ada orang di dalam gedung, maka PC server sebagai pusat database akan mengirimkan

report ke sistem SMS Gateway untuk

selanjutnya memberikan SMS Alert secara langsung kepada pihak-pihak yang berwenang (security, manajemen, PMK).

Gambar 3.2 Blueprint Report

Pada gambar 3.3 digambarkan mengenai hubungan setiap entitas dari sistem, terdiri dari pihak keamanan gedung (security), manajemen, pemadam kebakaran, dan penghuni gedung itu sendiri. Sistem memberikan informasi yang sama kepada semua entitas, yaitu informasi jumlah dan posisi penghuni gedung. Sedangkan pihak keamanan gedung memberikan respon bantuan evakuasi dan penyelamatan terhadap penghuni yang masih tertinggal di dalam gedung. Pihak manajemen atau pemilik gedung sebagai pengelola database yang bertanggung jawab atas data yang tersaji. Pihak pemadam kebakaran memberikan respon tanggap jika ada penghuni yang terjebak di dalam gedung dan tindakan penyelamatan. Penghuni gedung yang lain juga dapat berpartisipasi dalam proses evakuasi jika terdapat penghuni lain yang mengalami kesulitan ataupun tidak mampu melakukan evakuasi, bisa jadi disebabkan keterbatasan fisik atau faktor lainnya.

(4)

4 Gambar 3.4. Rangkaian Sensor dan Mikrokontroler

Setiap mikrokontroler memiliki 4 port , dimana setiap port terdiri dari 8 pin. Salah satu port digunakan untuk sambungan ke CPU komputer dan 3 port lainnya terhubung dengan sensor infra merah. Setiap sensor infra merah terhubung dengan 2 pin pada mikrokontroler, sehingga untuk satu mikrokontroler dapat digunakan untuk 12 sensor atau 6 ruangan. Setiap sensor terhubung ke mikrokontroler dengan perantara kabel, biasanya digunakan kabel pelangi.

Downloader

Gambar 3.5. Rangkaian Mikrokontroler dengan Komputer

Dari beberapa mikrokontroler akan terhubung ke PC dengan menggunakan komunikasi serial dengan perantara alat yang disebut downloader. Data-data logic pada mikrokontroler akan diintegrasikan ke komputer dan dengan pemrograman bahasa C akan ditampilkan data jumlah orang di setiap ruangan.

Gambar 3.6. Diagram Blok Rangkaian Sistem

3.2 Mekanisme Kerja Sistem untuk Tiap Ruangan

Sistem ini bekerja berdasarkan sensor inframerah yang terpasang di setiap ruangan yang terdapat pada gedung. Pada setiap titik tersebut dipasang 2 sensor, yaitu untuk mendeteksi orang yang keluar dan masuk. Setiap ruangan atau tempat yang ada di dalam gedung diberi nama untuk ditampilkan pada monitor PC. Setiap orang yang melewati sensor pendeteksi masuk, maka pada monitor akan langsung terlihat penambahan jumlah orang pada ruangan tersebut. Begitu pula ketika orang tersebut melewati sensor pendeteksi keluar, maka pada monitor akan tampil berkurangnya jumlah orang pada ruangan tersebut. Proses seperti ini berlaku untuk semua tempat atau titik yang telah dipasangi sensor, sehingga dinamika perubahan jumlah orang di setiap ruangan dapat diketahui dan dipantau. Proses monitoring dilakukan pada suatu tempat atau ruangan khusus, biasanya pada pos keamanan dimana akan terdapat monitor yang menampilkan jumlah orang pada setiap ruangan dan juga jumlah orang secara keseluruhan di dalam gedung.

Gambar 3.7 Diagram Blok Rangkaian Ketika transmitter (Tx) memancarkan gelombang infra merah dan diterima oleh receiver (Rx), maka data logic 1 yang masuk ke mikrokontroler. Jika gelombang tersebut terhalang, maka receiver akan memberikan logic 0 ke mikrokontroler. Logic 0 inilah yang diolah oleh mikrokontroler untuk menentukan apakah dilakukan penambahan atau pengurangan jumlah orang.

(5)

5 - Untuk penambahan orang

if(PINA.0==0) { while (1) { if(PINA.1==0) {a=a+1; delay_ms(1000); goto keluar;

pin A.0 adalah IR1 dan ketika logic 0 berarti receiver terhalang dan sistem aktif sehingga terjadi penambahan (a=a+1).

- Untuk pengurangan orang if(PINA.1==0) { while (1) { if(PINA.0==0) {a=a-1; delay_ms(1000); goto keluar;

pin A.1 adalah IR2 dan ketika logic 0 berarti receiver IR2 terhalang dan terjadi pengurangan (a=a-1).

Tabel 3.1. Logika Sensor

IR 1 IR 2 Deskripsi 0 0 Tidak ada orang 0 1 Tidak ada orang 1 0 Tidak ada orang 1 1 Ada orang

* Jika IR 1 bernilai 1 pertama kali, maka terjadi penambahan orang. Sedangkan jika IR 2 yang bernilai 1 pertama kali, maka terjadi pengurangan orang.

Gambar 3.8. Flowchart Mekanisme Kerja Sistem

3.3 Perancangan Prototype

Pada perancangan prototype ini dijelaskan mengenai penentuan komponen – komponen untuk power supply, sistem minimum (mikrokontroler), dan LCD. Power Supply dirancang untuk mengeluarkan keluaran berupa tegangan +5 V ; 2A dan 0. Alat ini akan digunakan untuk memberikan suplai energi untuk peralatan lainnya seperti rangkaian sistem minimum dan peralatan lainnya.

Gambar 3.9. Diagram Blok PowerSupply Komponen – komponen yang diperlukan dalam pembuatan power supply ini antara lain :

Dioda 1N5400 (4 buah) Dioda 1N4148 (1 buah)

Kapasitor Polar 2200 f (2 buah) Kapasitor Polar 100 f (2 buah) Regulator 7805 (1 buah)

Transistor NPN TIP3055 (1 buah) Trafo 2A Dioda

Rectifier Regulator

input output

Tegangan 5V dan 0

(6)

6 Transformator CT 2A (1 buah)

Pin Header Freezer

Proses selanjutnya membuat rangkaian dari komponen-komponen tersebut ke pcb sehingga dihasilkan board power supply.

Gambar 3.10. Rangkaian Power Supply Selanjutnya dilakukan pembuatan rangkaian sistem minimum menggunakan mikrokontroler Atmega16. Komponen yang digunakan dalam rangkaian sistem minimum ini adalah sebagai berikut :

• Mikrokontroler Atmega16 + Soket (1 buah)

• Resistor 4,7 K ohm (1 buah) • Resistor 1 K ohm (1 buah) • Kapasitor 22 pF (2 buah) • Kapasitor 10 nF (1 buah) • Kristal 11,0592 Mhz (1 buah) • Push Button (1 buah)

• Led (1 buah) • Pin Header

Proses berikutnya adalah membuat rangkaian tersebut ke papan pcb. Sehingga dihasilkan board mikrokontroler.

Gambar 3.11. Rangkaian Board Mikrokontroler Modul inframerah yang digunakan pada prototype ini adalah tipe DT - I/O, terdiri dari modul transmitter dan receiver. Rangkaian transmitter merupakan suatu modul pengirim data melalui gelombang infra merah dengan frekuensi carrier sebesar 38 kHz. Modul ini

dapat difungsikan sebagai output dalam aplikasi transmisi data nirkabel seperti robotik, sistem pengaman, datalogger, absensi, dan sebagainya. Dalam hal ini difungsikan secara khusus untuk sistem pengaman.

Gambar 3.12. DT-I/O Infra Red Transmitter Untuk modul receiver merupakan rangkaian receiver merupakan suatu modul penerima data melalui gelombang infra merah dengan frekuensi carrier sebesar 38 kHz.

Gambar 3.13. DT-I/O Infra Red Receiver Sedangkan LCD yang digunakan adalah ukuran 2x16, terdiri dari 2 baris dimana setiap baris terdiri 16 karakter.

Gambar 3.14. LCD 2x16

Setelah dilakukan perancangan dan pengujian tiap komponen hardware, kemudian dilakukan perancangan sistem atau alat secara menyeluruh, dimana hasil akhirnya berbentuk maket sederhana yang dianalogikan sebagai sebuah ruangan. Maket ini terbuat dari kombinasi triplek dan kayu yang dibentuk sedemikian rupa disesuaikan dengan letak komponen elektronika yang digunakan.

(7)

7 Gambar 3.15 Prototype Alat Jadi

3.4 Pengujian Prototype

Proses pengujian dilakukan dengan cara melewatkan kaki manusia pada sensor sepertihalnya orang yang berjalan melewati pintu ruangan. Hal ini disebabkan bentuk maket yang tidak memungkinkan untuk dilewati seluruh tubuh. Pada saat sistem aktif, maka tampilan LCD akan tampak seperti gambar 3.16

Gambar 3.16. Tampilan LCD

Pada saat obyek (kaki manusia) melewati sensor ke dalam, maka terjadi penambahan jumlah orang pada ruangan sebanyak 1 orang (gambar 3.17). Begitu seterusnya apabila

Gambar 3.17. Tampilan LCD

terdapat obyek (kaki manusia) yang lewat ke dalam lagi maka akan terjadi penambahan jumlah orang lagi menjadi 2 orang (gambar 3.18).

Gambar 3.18. Tampilan LCD

Pengujian selanjutnya dilakukan untuk proses pengurangan jumlah orang dengan cara yang sama, hanya saja kaki manusia melewati sensor dari dalam keluar. Jika di dalam ruangan terdapat 2 orang, saat obyek melewati sensor dari dalam keluar maka terjadi pengurangan jumlah orang menjadi 1 orang. Kemudian dilakukan proses yang sama sekali lagi dan hasilnya jumlah orang di dalam ruangan menjadi seperti semula yaitu 0 (nol).

Gambar 3.19. Tampilan LCD

Proses pengujian dilakukan berkali – kali (lebih dari 20 kali), dari hasil pengujian tersebut, sistem dapat berfungsi dengan baik sesuai yang diharapkan. Selanjutnya diharapkan mampu diimplementasikan pada ruangan sebenarnya yang ada di dalam gedung.

4. Analisa dan Pembahasan 4.1 Analisa Perancangan Sistem

Rancangan alat yang dibuat prototype berupa rangkaian sensor inframerah yang dengan mikrokontroler sebagai pengolah data dan LCD untuk menampilkan jumlah penghuni gedung dalam suatu ruangan. Data dari setiap deteksi sensor inframerah akan tersimpan pada memori mikro. Pada saat terjadi kebakaran, ketika alarm berbunyi maka PC Server akan mengirimkan informasi data status penghuni gedung melalui sistem SMS Gateway atau SMS Alert kepada pihak keamanan gedung dan pemadam kebakaran. Sehingga seandainya terdapat masih terdapat orang yang terjebak di dalam gedung maka tim penyelamat dapat melakukan tindakan penyelamatan ke posisi orang tersebut.

Untuk sistem inframerah seluruh ruangan, digunakan beberapa mikrokontroler karena keterbatasan memori yang dimiliki oleh mikrokontroler. Setiap mikrokontroler terhubung dengan beberapa modul inframerah. Kemudian beberapa mikrokontroler tersebut terhubung secara paralel dengan suatu device sehingga data dapat terintegrasi. Value untuk tiap ruangan akan identik sesuai penamaan yang diberikan pada saat proses pemrograman.

(8)

8 4.2 Analisa Perancangan Prototype

Jenis atau tipe komponen yang digunakan dalam perancangan prototype disesuaikan dengan kebutuhan dan budget yang tersedia. Untuk power supply yang digunakan mampu menghasilkan tegangan sebesar 5 Volt sesuai dengan tenaga yang diperlukan oleh rangkaian mikrokontroler dan LCD. Rangkaian sistem minimum menggunakan mikrokontroler Atmega 16, dimana mikrokontroler jenis ini memiliki memori 16K Bytes sehingga cukup dalam pembuatan prototype sederhana seperti dalam penelitian ini.

Modul infra merah yang digunakan adalah tipe DT - I/O, terdiri dari modul transmitter dan receiver. Modul infra merah tipe DT – I/O ini menggunakan gelombang infra merah dengan frekuensi sebesar 38 kHz, biasanya difungsikan dalam aplikasi transmisi data nirkabel seperti robotik, sistem pengaman, datalogger, absensi, dan sebagainya. Dalam hal ini difungsikan secara khusus untuk sistem pengaman gedung. Untuk LCD yang digunakan adalah ukuran 2x16 dengan lampu latar warna biru, artinya terdiri dari 2 baris dimana setiap baris terdiri dari 16 karakter. Semua komponen dirangkai dengan maket sederhana yang terbuat dari kombinasi triplek dan kayu berdimensi sekitar 70 x 70 x 70 cm. 4.3 Analisa Perbandingan Sistem Existing

dan Perbaikan

Beberapa sistem proteksi keamanan dan keselamatan pada gedung masih bertumpu pada sistem aktif, padahal sistem proteksi pasif sangat berperan dalam keadaan bahaya, dalam hal ini pada saat kebakaran. Sistem pasif dalam hal ini adalah sistem yang bekerja memonitor status penghuni gedung meskipun tidak terjadi kebakaran. Selama ini jika terjadi kebakaran pihak pengelola gedung dan tim penyelamat tidak mengetahui posisi pasti dari korban jika masih ada yang terjebak di dalam gedung, sehingga proses penyelamatan menjadi memakan waktu dan menimbulkan jatuhnya korban jiwa.

Sistem penentu posisi penghuni gedung dengan menggunakan deteksi sensor inframerah ini merupakan salah satu sistem proteksi pasif yang berperan memantau keselamatan penghuni gedung, dalam hal ini pada saat terjadi kebakaran. Data status penghuni gedung akan dikirim dengan sistem SMS Gateway ke beberapa pihak terkait, diantaranya pihak keamanan gedung,

manajemen, dan pemadam kebakaran. Sistem ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain :

Kelebihan :

1. Memberi informasi jumlah dan posisi penghuni gedung.

2. Mempercepat proses evakuasi saat terjadi bahaya kebakaran.

Kekurangan :

1. Sensor tidak boleh terhalang dalam jangka waktu yang lama karena perhitungan akan tidak valid.

2. Diperlukan biaya investasi yang cukup besar.

Dari kekurangan yang ada diharapkan dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya sehingga sistem mampu diimplementasikan pada kemungkinan kondisi yang tidak biasa.

5. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Rancangan sistem ini dapat mempercepat proses evakuasi penghuni gedung jika terjadi kebakaran.

2. Berdasarkan hasil pengujian, prototype alat penentu posisi penghuni gedung ini dapat bekerja dengan baik dalam menghitung jumlah orang di dalam suatu ruangan.

Adapun saran yang berguna untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Rancangan sistem SMS Gateway harus di ujicoba agar kinerja sistem lebih maksimal.

2. Prototype alat dan maket sebaiknya didesain lebih baik lagi agar proses ujicoba lebih mudah dilakukan.

3. Perlu digunakan sebuah gedung sebagai obyek amatan atau studi kasus.

6. Referensi

Badan Standardisasi Nasional. 2010. “Standard Bidang Konstruksi dan Bangunan”. (URL: http://jdih.bsn.go.id). Diakses tanggal 13 Februari 2010.

Bishop, Owen. 2004. “Dasar – dasar Elektronika. Edisi Pertama”. Jakarta: Erlangga.

(9)

9 Budiharto, Widodo. 2005. “Panduan Lengkap

Belajar Mikrokontroler Perancangan Sistem dan Aplikasi Mikrokontroler”. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Proulx, Guylene, A. Kaufman, J. Pineau. 1996.

“Evacuation Time and Movement in Office Buildings”. National Research Council Canada.

Putra, Septian. 2009. “Protoype Pendeteksi Kebakaran Pada Gedung Dengan Pusat

Kendali Mikrokontroler

ATMega8535”. Tugas Akhir D-III Jurusan Fisika Instrumentasi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Simanullang, Renova, 2009. “Perancangan Palang Kereta Api Otomatis Berbasis

Mikrokontroler AT89S51

Menggunakan Sensor Inframerah Sebagai Sensor Halangan”. Tugas Akhir D3 Program Studi Fisika Instrumentasi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sukrisno, Ariani T. 2010. “Perancangan Prototype Dynamic Exit Sign dengan Mengembangkan Metode Floyd-Warshall Algorithm pada Perancangan Proses Evakuasi Gedung Bertingkat”. Tugas Akhir S1 Jurusan Teknik Industri. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Wikipedia. 2010. “Inframerah”. (URL: http://www.wikipedia.com/). Diakses tanggal 12 Oktober 2010.

http://www.docstoc.com/docs/37727802/I- Pengertian-dasardefinisi-K3-(Occupational-Health-and-Safety). Diakses tanggal 12 Oktober 2010. http://hme.ee.itb.ac.id/elektron/?p=32 . Diakses

Referensi

Dokumen terkait

menghidupkan sprinkle2, tombol sprinkle3 berfungsi untuk menghidupkan sprinkle3, tombol off berfungsi untuk mematikan sprinkle yang di hidupkan, tombol connect

Yang menjadi pokok hubungan keduanya adalah fakta bahwa dalam proses berpikir, manusia tidak dapat melepaskan diri dari bahasa untuk memahami dunia luar, baik

Pada hipotesis kedua, yang menyatakan bahwa QWL yang terdiri dari; job security, selective hiring, self management team, equitable compensation, extensive training,

Nama Paket : PENGADAAN JASA PEMELIHARAAN PERANGKAT LUNAK DATABASE ORACLE BESERTA PERPANJANGAN ANNUAL TECHNICAL SUPPORT (ATS) DATABASE ORACLE DI LINGKUNGAN DIREKTORAT

Contohnya yaitu jika ingin mengetahui tentang sifat pengakuan anak yang dilahirkan di luar perkawinan oleh orangtuanya, hakim tidak cukup hanya dengan

Bakal calon Dekan dan Wakil Dekan, Direktur dan Wakil Direktur Sekolah Pascasarjana atau sebutan lainnya, Ketua dan Sekretaris Lembaga Penelitian dan

Dalam perkembangannya, kehidupan manusia modern ini dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu (i) kehidupan manusia modern awal yang kehadirannya hingga akhir zaman es

Perihal usaha atau upaya bela negara itu bagi warga negara bukan suatu kesadaran, fakultatif , tetapi harus diterima sebagai suatu panggilan tugas dan kewajiban,