• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN ETOS KERJA PETANI KECIL MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN: Studi Kasus Pola Pembinaan Yang Dilakukan Oleh PPL Terhadap Petani Kecil Di Desa Mekarharja Kecamatan Purwaharja - Banjab.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN ETOS KERJA PETANI KECIL MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN: Studi Kasus Pola Pembinaan Yang Dilakukan Oleh PPL Terhadap Petani Kecil Di Desa Mekarharja Kecamatan Purwaharja - Banjab."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBINAAN

EXOS

KERJA

PETANI KECIL MELALUI

KEGIATAN

PENYULUHAN

(STUDI KASUS POLA PEMBINAAN YANG DILAKUKAN OLEH PPL

TERHADAP PETANI KECIL DI DESA MEKARHARJA

KECAMATAN PURWAHARJA - BANJAB)

T E S I S

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan Ilmi Pendidikan Bandung

untuk •eaenuhi sebagian dari syarat

Prograa Pascasarjana Bidang Studi

Pendidikan Luar Sekolah

OLEH: CIK SUABUANA

No. STB. 9132340

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

INSTIXUX KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G

(2)

T A N D A P E N G E S A H A N

Disetujui dan disahkan oleh tim Pembimbing

PROF. DR. H. SUTARYAT TRISNAMANSYAH. M.A.

PROF. DR. NURSID SUMAATMADJA

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KBGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

B A N D U N G

(3)

P E M B I N A A N E T O S K E R J A P E T A N I K E C I L

M E L A L U I K E G I A I A N P E N Y U L U H A N

ABSTRAK

Sejak

masa-masa

sebelum PELITA

hingga

kini

telah

banyak dilakukan kegiatan pembangunan pedesaan, terutama

dengan pembinaan pihak pemerintah. Baik pembinaan berupa

penyuluhan

dan

pendidikan khusus

dalam

berbagai

sektor

pembangunan, maupun disertai dengan pelayanan dan

pengatur-an ypengatur-ang diperlukpengatur-an.

Akan tetapi ternyata bahwa pembinaan oleh. pihak

pemerintah itu belum banyak menjangkau lapisan bawah

masya-rakat pedesaan yang sebagian besar terdiri dari golongan

petani kecil. Padahal mereka adalah golongan penduduk yang

berpendapatan sangat rendah, malah dapat digolongkan kepada

golongan orang-orang miskin. Selain miskin, pada umumnya

mereka masih bersikap belum responsif terhadap kemajuan.

Sikap ini bertalian erat dengan etos kerja mereka yang

belum "dinamis" yang disebabkan karena proses perkembangan

1ingkungannya yang terbentuk dalam waktu yang lama. Karena

kurang terjangkau oleh pembinaan itu, keadaan mereka pada

umumnya

tidak banyak berubah dibandingkan dengan

kemajuan

(4)

Sebenarnya peranan golongan petani kecil sangat

penting

dalam

akselerasi

pembangunan,

apabila

potensi

mereka telah berkembang sebagaimana mestinya. Malah peranan

mereka itu pada akhirnya dapat menentukan keberhasilan

seluruh pembangunan. Hal ini mengingat bahwa golongan

petani kecil itu merupakan golongan rakyat Indonesia yang

terbesar termasuk di dalamnya "berjuta-juta" angkatan kerja

yang seharusnya produktif.

Sekarang ini pemerintah mulai mencurahkan

perhatian-nya terhadap pembinaan lapisan bawah masyarakat pedesaan

itu. Salah s'atu usaha pemerintah dalam hal ini ialah

men-jalankan

kegiatan yang disebut PEMBINAAN PETANI

KECIL

di

antaranya adalah dengan mengadakan PEMBINAAN ETOS KERJA

PETANI KECIL MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN.

Menyadari hal tersebut, penulis tertarik untuk meng

adakan penelitian masalah "Sejauhmana petani di Desa

Mekar-harja Kecamatan PurwaMekar-harja melaksanakan fungsi dan peranan

pembinaan etos kerja petani kecil melalui kegiatan

pe-nyuluhan

dalam rangka mengubah prilaku petani kecil

untuk

meningkatkan usaha tani mereka?" Secara rinci permasalahan

ini akan dituangkan dalam bentuk pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1) Sejauhmana petani melaksanakan fungsi dan peranan pro

gram pembinaan etos kerja petani kecil melalui kegiatan

penyciluhan oleh PPL?

(5)

2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembinaan etos

kerja petani kecil melalui kegiatan penyuluhan oleh PPL?

3) Bagaimana hasil pelaksanaan pembinaan etos kerja petani

kecil melalui kegiatan penyuluhan oleh PPL?

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkat

kan kualitas pembinaan etos kerja petani kecil melalui

kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh PPL dalam rangka

mengubah prilaku petani kecil untuk meningkatkan usaha tani

mereka.

Ada dua kegunaan utama yang diharapkan dari peneli

tian ini yaitu yang bersifat teoritis maupun bersifat

praktis.

- Kegunaan Teoritis: (1) Sumbangan bagi teori pembinaan melalui kegiatan penyuluhan; (2) Sumbangan bagi upaya penemuan dan pengembangan konsep pembinaan etos kerja petani kecil melalui kegiatan penyuluhan. Dalam hal ini

terutama bagi upaya mengembangkan suatu konsep proses

pembelajaran yang diperuntukkan bagi sasaran PLS untuk

daerah pedesaan.

- Kegunaan Praktis: (1) Sebagai masukan bagi pengelola dan pelaksana program pembinaan etos kerja petani kecil,

khususnya bagi PPL dalam upaya penyempurnaan pembinaan

etos kerja petani kecil melalui kegiatan penyuluhan; (2)

Sebagai bahan pertimbangan bagi perencana, pengambil keputusan dan para pengelola program PLS guna penyempur naan program-program belajar yang sedang dan akan

dilak-sanakan, terutama bagi sasaran warga belajar di daerah

pedesaan.

(6)

Pendekatan dan metode penelitian adalah menggunakan

pendekatan kualitatif yang didasari bahwa penelitian ini

mempelajari fenomena yang terjadi dalam pelaksanaan pembi

naan etos kerja petani kecil melalui kegiatan penyuluhan.

Sedangkan metode penelitian adalah metode studi kasus yang

bersifat eksploratif, yaitu suatu metode yang dapat

diguna-kan secara intensif untuk mengungkap latar belakang, status

sekarang, interaksi dengan 1ingkungannya dari suatu unit

seperti individu/kelompok.

Teknik pengumpulan data digunakan wawancara,

peng-amatan langsung, dan Studi Dokumentasi. Sedangkan

langkah-langkah penelitian yang ditempuh; (1) Orientasi: guna

mendapatkan gambaran umum tentang sasaran penelitian; (2)

Ekspiorasi: hanya dilakukan terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan studi ini; (3) Member check: untuk mempertahankan

kebenaran informasi selama penelitian (hasil wawancara yang

dituangkan dalam bentuk laporan lapangan diper1ihatkan

kepada responden untuk dibaca dan diperiksa kebenarannya);

(4) Triangulasi: data yang diberikan oleh seorang responden

diperiksa lagi kebenarannya kepada responden lainnya sampai

diperoleh persamaannya.

Temuan peneli t ian:

1. Terungkap bahwa etos kerja dan kemampuan menyerap materi pembinaan etos kerja ketiga responden, ditentukan oleh

tingkat pendidikan sekolah yang diselesaikannya.

(7)

2. Ditemukannya ketidaksesuaian antara latar belakang pe-kerjaan sebelumnya dengan pepe-kerjaan sekarang.

3. Terungkapnya latar belakang ketidakmampuan

ekonomi

ke-luarga subyek penelitian.

4. Keberagaman motivasi dalam mengikuti program pembinaan

etos kerja petani kecil yang

ditunjukkan

oleh

masing-masing responden,

ternyata banyak

disebabkan

oleh

ke-butuhan dan tujuan yang hendak dicapai.

5. Beberapa responden kurang

menyadari

betapa

pentingnya

program pembinaan etos kerja melalui kegiatan

penyuluh

an.

6. Ada responden yang tidak memahami maksud dan tujuan

di-adakannya program pembinaan etos kerja melalui

kegiatan

penyuluhan.

7. Partisipasi kedua responden (W dan N) di dalam

kegiatan

tersebut terbatas hanya sebagai partisipan pasif.

8. Kurangnya antusiasme kedua responden dalam hal mengikuti

program pembinaan etos kerja melalui kegiatan

penyuluh

a n .

9. Terungkap bahwa materi pembinaan etos kerja melalui

ke

giatan penyuluhan ada yang sesuai

dengan

kebutuhan pe

tani kecil dan ada yang tidak sesuai.

10. Terungkap bahwa proses pembinaan etos kerja petani kecil

melalui kegiatan penyuluhan lebih

didominasi

oleh

pra-karsa pihak PPL.

11. Terungkap di dalam proses pembinaan etos

kerja

melalui

kegiatan penyuluhan

tidak

digunakannya

media

belajar

yang diambil dari lingkungan tempat kerja petani

kecil.

12. Terungkap bahwa waktu dan tempat pembinaan, nampak belum

disesuaikan dengan kondisi petani kecil.

13. Terungkap bahwa kompetensi penyuluh masih

terlihat

ku

(8)

14. Hasil penelitian menunjukkan, ketiga responden mengakui

bahwa bagaimanapun juga program pembinaan etos kerja

petani kecil melalui kegiatan penyuluhan ada manfaatnya bagi mereka. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan pendapatan ekonomi keluarga mereka bila dibandingkan se-belum mengikuti program pembinaan etos kerja.

15. Bila dilihat dari etos kerja yang berkaitan dengan sikap

mental petani kecil, tentunya masih jauh dari harapan

keberhasilan program tersebut.

16. Ternyata peranan konsep diri bagi petani kecil sangatlah

penting dalam membentuk etos kerjanya.

17. Petani kecil (responden) memiliki pandangan yang berbeda

terhadap arti dari karya manusia.

18. Inovasi yang diperkenalkan PPL kurang berorientasi pada hal-hal yang secara nyata mereka butuhkan dan sebaliknya

lebih berorientasi pada hal-hal yang menurut anggapan

PPL mereka perlukan.

Kes impulan:

1. Secara umum dapat diketahui bahwa sebagian besar inovasi

yang diperkenalkan PPL belum dilaksanakan dan

dimanfaat-kan secara optimal oleh petani kecil bagi peningkatan

etos kerjanya (dalam rangka peningkatan usaha taninya).

Ini berarti bahwa pembinaan etos kerja petani kecil

belum banyak memberikan perubahan prilaku mereka.

2. Bahwa PPL yang membina etos kerja petani kecil melalui

kegiatan penyuluhan di Desa Mekarharja secara umum tidak

berhasil dalam pelaksanaan pembinaan.

3. KetidakberhasiIan PPL di dalam melaksanakan pembinaan

etos kerja petani kecil tersebut disebabkan oleh

bebera-pa faktor, yakni latar belakang diri dan keluarga petani

kecil kecil, orientasi nilai budaya, kondisi ekonomi

petani kecil, kondisi fisik, kondisi psikologis petani

kecil sebagai orang dewasa dan kredibilitas penyuluh.

(9)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses

pembelajaran dalam pembinaan etos kerja petani kecil me

lalui kegiatan penyuluhan: (a) Kesesuaian materi pem

binaan etos kerja dengan kebutuhan petani kecil; (b)

Metode dan pendekatan; (c) Media pembinaan etos kerja

petani kecil;

(d) Waktu dan tempat pembinaan;

(e)

Kridi-bilitas penyuluh.

Secara khusus dari rangkaian penelitian dan pengamatan,

diperoleh adanya berbagai kondisi serta prilaku para

petani keci1.

a. Adanya petani kecil seperti pak Engkoswara yang

demi-kian antusiasnya mengadopsi berbagai hal yang

di-suluhkan PPL. Orang yang ulet, mau menanggung resiko,

menyadari dirinya serba kekurangan namun mau

merubah

nasib. Dia dikategorikan mempunyai etos kerja tinggi.

b. Adanya petani kecil seperti pak Ngadiman, yang se-dikit antusias mengadopsi berbagai hal yang

disuluh-kan PPL. Orang yang ulet, kurang mau menanggung re

siko, menyadari dirinya serba kekurangan dan

keter-belakangan, namun mau merubah nasib. Dia dikategori

kan mempunyai etos kerja sedang.

c. Adanya petani kecil seperti pak Wiharmi, yang kurang antusias mengadopsi berbagai hal yang disuluhkan PPL.

Orang yang kurang ulet,

tidak mau menanggung

resiko,

menyadari dirinya serba kekurangan dan keterbelakang-an, namun ia kurang mau merubah nasib. Dia dikate gorikan mempunyai etos kerja rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa materi

pembinaan etos kerja petani kecil yang disajikan dalam penyuluhan oleh PPL, ternyata tidak jauh berbeda dengan

penyuluhan-penyuluhan

yang

biasa

dilakukan

oleh

PPL

lainnya.

(10)

Saran

1. Bagi

lembaga terkait dengan upaya perencanaan PLS

se

perti

halnya DIKMAS Tingkat I, II dan Penilik

DIKMAS

Kecamatan serta- pihak lain yang langsung terkait

dengan

upaya pengembangan masyarakat pedesaan,

dalam

hal ini Dinas Pertanian Tanaman Pangan; sebelum melak

sanakan

kegiatan PLS kiranya perlu

mengadakan

studi

awal berkenaan dengan "analisis kebutuhan" terhadap

petani kecil. Hal ini dimaksudkan agar program kegiat

an

yang dilaksanakan akan lebih inovatif,

produktif,

menyentuh setiap kebutuhan masyarakat.

2. Kepada perancang program pembinaan etos

kerja

petani

kecil, hendaknya menggunakan pola pendekatan yang

ber-pusat pada modifikasi program dengan

metode

partisi-patif

dalam

menyusun

program

pembinaan

etos kerja

petani kecil melalui kegiatan penyuluhan, agar program

belajar tersebut

dianggap

oleh

petani kecil sebagai

kebutuhan belajar yang bermanfaat untuk meningkatkan usaha taninya.

3. Perlu adanya kerjasama antara instansi Departemen Per-tanian sebagai penyelenggara program pembinaan etos

kerja

petani kecil dengan instansi

lainnya;

seperti

Depsos, Depkop, Depdagri, Deptrans serta Bank Pemerin

tah untuk saling memberikan masukan dalam

penanggu-langan berbagai hambatan yang dihadapi oleh petani

keci1 .

4. Dalam pelaksanaan program pembinaan etos kerja

petani

kecil

perlu dipertimbangkan faktor pendidikan

formal

dan latar belakang pekerjaan petani kecil sebelumnya

dalam proses pembinaan.

(11)

Dalam pelaksanaan program pembinaan etos kerja

petani

kecil,

perlu adanya tindak lanjut program

yang

akan

berfungsi

sebagai monitoring dan

pembinaan

lanjutan

terhadap apa yang telah dibina melalui kegiatan penyu

luhan .

Kepada PPL yang melaksanakan pembinaan etos kerja

ke

pada petani kecil:

(1) Dalam proses "pembelajaran", di

samping

menggunakan bentuk "pembinaan massal",

perlu

juga

menggunakan

bentuk

"pembinaan

individual"

di

tempat

para

petani kecil

melakukan

pekerjaan;

(2)

Hendaknya

lebih

berperan

sebagai

fasilitator

dan

motivator

dalam proses "pembelajaran";

(3)

Hendaknya

empati terhadap permasalahan petani kecil;

(4) Hendak

nya menggunakan multi metode dalam proses

"pembelajar-an";

(5)

Hendaknya

memanfaatkan

sarana-sarana

di

lingkungan petani untuk media pembelajaran yang

kongk-rit; (6) Hendaknya menentukan waktu dan tempat

pembi

naan,

disepakati

bersama dengan

petani

kecil;

(7)

Hendaknya berusaha meningkatkan pengetahuan dan

kete-rampilan lebih lanjut

dalam

masalah

pembinaan

etos

kerja petani kecil.

Untuk penelitian lebih lanjut disarankan

hal-hal

se

bagai berikut:

7.1. Perlu diadakan penelitian lanjutan berkenaan de

ngan

penelitian

ini,

terutama

lebih

diarahkan

pada

latar belakang pekerjaan petani

kecil

dan

penyuluh

terhadap

keberhasilan

pengembangan

usaha tani.

7.2. Perlu adanya penelitian tentang kredibilitas

dan

kompetensi

PPL

dalam pembinaan

etos

kerja

di

kalangan petani kecil.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI i

RATA PENGANTAR xi

UCAPAN TERIMA KASIH xiv

DAFTAR ISI xviii

DAFTAR TABEL xx

DAFTAR GAMBAR xxi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 5

C. Definisi Operasional 7

D. Tujuan Penelitian 11

E. Kegunaan Penelitian 11

BAB II PEMBINAAN MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN

DALAM KONSEP PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DAN

TINJAUAN TENTANG ETOS KERJA PETANI KECIL 14

A. Hubungan Penyuluhan Pertanian dengan

Pendidikan Luar Sekolah 14

1. Pendidikan Luar Sekolah ... 14

2. Pembinaan Melalui Kegiatan Penyuluh

an Pertanian 17

3. Penyuluhan Merupakan Proses Belajar

Orang Dewasa 20

B. Pola Pembinaan Etos Kerja Petani Kecil

Melalui Penyuluhan Dalam Konsepsi PLS.. 26 1. Masukan sarana (Instrumental Input) 28 2. Masukan mentah (Raw Input) 43 3. Masukan lingkungan (Environmental

Input) 47

4. Proses pembinaan melalui kegiatan

penyuluhan 51

5. Keluaran (Output) 54

6. Masukan lain (Other Input) 57

7. Pengaruh (Impact) 58

(14)

C. Etos Kerja Petani Kecil 58

1. Pengertian etos

58

2.

Pengertian etos kerja

59

3. Karakteristik etos kerja 61

4. Etos kerja petani kecil 65

D. Pendekatan Edukatif dan Inovatif

terhadap Etos Kerja Petani Kecil 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 81

A. Metode Penelitian 81

B. Teknik Pengumpulan Data . 82

C.

Subyek Yang Diteliti

83

D. Analisis dan Penafsiran Data 85

E. Langkah-langkah Penelitian 88

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA 91

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian dan

Kondisi Petani Kecil 91

1. Kondisi Geografis 91

2. Kondisi Demografis 93

3. Kondisi Sosial-budaya keagamaan .... 95

4. Kondisi sosial-ekonomi 98

5. Kondisi petani kecil 100

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian 102

C. Analisis Hasil Penelitian 134

D. Hubungan Fungsional antara Komponen-komponen dalam Pembinaan Etos Kerja melalui Kegiatan Penyuluhan oleh PPL

di Desa Mekarharja 168

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 179

A. Kesimpulan 179

B. Saran 185

DAFTAR PUSTAKA 189

LAMPIRAN^LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

1. Dimensi Tingkah Laku Mendewasa

56

2. Pembagian Luas Tanah Berdasarkan Penggunaan ....

92

3. Struktur Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Desa

94

Mekarharja

4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ..

96

5. Jumlah dan Komposisi Mata Pencaharian Penduduk..

98

6. Latar Belakang Diri dan Keluarga

135

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

1. Hubungan Fungsional antara

Komponen-Komponen PLS

27

2. Model Komunikasi dari Perubahan Sikap 33

3. Model-Model Proses Inovasi yang Berorientasi

pada Individu

68

4. Model-Model Proses Inovasi yang Berorientasi

pada Organisasi

69

5. Proses Pengambilan Keputusan Inovasi 71

6. Tingkat Perbedaan Waktu dan Kemantapan Pembinaan

Tingkah Laku 161

7. Hubungan Fungsional antara Komponen-komponen PLS

dalam Pembinaan Etos Kerja Petani Kecil melalui

Kegiatan Penyuluhan oleh PPL di

Desa Mekarharja

169

(17)

B A B I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang Masalah

Sasaran umum Pembangunan Lima Tahun

Keenam

menurut

GBHN 1993 adalah tumbuhnya

sikap kemandirian

dalam

diri

manusia dan masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran

serta,

efisiensi

dan produktivitas rakyat

dalam

rangka

meningkatkan taraf

hidup

... (Ketetapan MPR RI 1993: 47).

Seiring dengan kualitas sumber daya manusia, maka

priori-tas

Pembangunan

Lima Tahun

Keenam

adalah

"pembangunan

sektor-sektor di bidang ekonomi dengan keterkaitan

antara

industri

dan

pertanian

serta bidang

pembangunan

lainnya

dan

peningkatan kualitas sumber daya manusia"

(Ketetapan

MPR RI 1993: 47).

Pertanian merupakan sektor utama perekonomian

Indo

nesia,

sebagian dari penduduk

Indonesia

(55,9

persen),

menurut

sensus penduduk tahun 1990, masih

menggantungkan

dirinya dari sektor pertanian, baik langsung maupun

tidak

langsung.

Perhatian terhadap sektor

pertanian

merupakan

sumber penghidupan sebagian dari rakyat Indonesia.

Walau-pun golongan petani kaya atau sebagian dari petani

sedang

telah

dapat

ditingkatkan

pendapatannya,

namun

bagian

terbesar

dari

petani di Indonesia masih hidup

di

bawah

garis

kemiskinan

(Dawam Rahardjo, 1984: 278).

Sedangkan

Napitupulu

(1980:

8)

mengemukakan

bahwa

penduduk

di

(18)

daerah pedesaan masih ditandai oleh ciri-ciri kebodohan,

kemiskinan dan kemelaratan, pada dasarnya ciri-ciri terse

but dialamatkan kepada kaum tani di pedesaan.

Dalam membantu masyarakat desa yang kebanyakan

ber-penghasilan dari sektor pertanian, diperlukan upaya bim

bingan dan pembinaan yang intensif dari pemerintah, khu

susnya kepada petani kecil yang sebagian besar masih

banyak hidup di bawah garis kemiskinan. Hal tersebut

ditekankan oleh Presiden Soeharto dihadapan para Gubernur,

Bupati serta Walikota se-Indonesia:

Sebagai Kepala Daerah, harus memiliki peta wilayah yang memuat informasi mengenai daerah yang penduduknya

masih banyak yang hidup"" di bawah garis kemiskinan,

daerah-daerah kumuh, terpencil, rawan bencana dan

kerawanan sosial lainnya (Kompas, 17 Pebruari 1993: 1). Atas dasar tersebut kiranya dapat disusun

program-program penanggulangan dan pembinaan serta mempermudah

pemantauan perkembangan kesejahteraan petani. Selanjutnya

Kepala Negara mengingatkan:

Harus terus menerus kita sadari bahwa tujuan utama se-tiap program dan proyek pembangunan adalah untuk me ningkatkan mutu kehidupan rakyat. Masyarakat juga harus terus didorong untuk membangkitkan prakarsa dan

kreativitasnya, sehingga dapat makin besar peranan dan sumbangannya dalam pembangunan (Kompas, 17 Pebruari 1993: 1).

Sesuai dengan amanat GBHN 1993, bahwa pembangunan

pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan

taraf hidup petani (Ketetapan MPR RI 1993: 64). Agar

(19)

perlu

terus

ditingkatkan, khususnya

program

Pendidikan

Luar

Sekolah

(PLS),

termasuk kegiatan

penyuluhan

dalam

bidang pertanian. Sebagaimana diamanatkan GBHN 1993

bahwa

kemampuan para petani dalam penerapan dan penguasaan

teknologi

pertanian

harus ditumbuhkan

melalui

kegiatan

penyuluhan,

pendidikan

dan

pelatihan

(Ketetapan

MPR

RI

1993: 65).

Soekandar Wiriaatmadja (1973: 7) mengemukakan bahwa:

Penyuluhan Pertanian

adalah suatu

sistem

Pendidikan

Luar Sekolah

(PLS)

untuk

keluarga-keluarga

tani

di

pedesaan, di mana mereka belajar sambil

berbuat untuk

menjadi mau,

tahu dan bisa menyelesaikan sendiri

masa-lah-masalah yang dihadapinya secara baik,

menguntung-kan dan memuaskan.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka pe

nyuluhan

pertanian

adalah suatu bentuk

pendidikan

luar

sekolah

yang

cara,

bahan

dan

sarananya

disesuaikan

dengan

keadaan, kebutuhan dan kepentingan, baik dari

sa

saran, waktu maupun tempat.

Kaitannya dengan

etos

kerja

petani

yang

melekat

dewasa ini diungkapkan oleh Roni Artasasmita (1989: 8)

dengan

mengutip pendapat Reynold (1969), bahwa

ciri-ciri

yang masih melekat pada kaum tani adalah:

(1) Pandangan yang sering tidak masuk akal

(2) Sifat menghambat terhadap perubahan

(3)' Tidak responsif terhadap

teknologi

dan

insentif

yang bersifat ekonomik

(4) Sebagai "pemalas" yang hanya melakukan usaha

tani-nya sesuai dengan

tingkat

kebutuhan

konsumsinya

(20)

Sedangkan

Koentjaraningrat (1984:

37-41)

mengungkapkan

tentang

mentalitas

petani

yang

berkaitan

dengan

etos

kerjanya adalah sebagai berikut:

(1) tidak biasa

berspeku-lasi

tentang

hakikat dari hidup, karya dan

hasil

karya

manusia;

(2)

persepsi

terhadap

waktu

terbatas

kepada

ketentuan tradisi dan keadaan masa sekarang;

(3)

menganut

nilai

budaya

yang tidak aktif terhadap

alam

sekitarnya

sehingga

cenderung

hidupnya

selaras

dengan

alam;

(4)

menilai tinggi konsep sama rata-sama rasa yang

mewajibkan

munculnya

sikap konformis. Hal-hal

tersebut

menunjukkan

etos

kerja

yang rendah di mana

etos

kerja

berpengaruh

terhadap kerja.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, pembinaan etos

kerja

petani kecil melalui kegiatan penyuluhan

oleh

PPL

sangatlah penting untuk diteliti, karena dengan

"mendiag-nosis" kelemahan-kelemahan di dalam proses pembangunan,

diharap

didapatkan terapi yang tepat dalam upaya

pening

katan

kesejahteraan petani khususnya petani

kecil

dalam

rangka

"menghilangkan kemiskinan"

dan

membuka

"isolasi

mental"

yang menyelubungi lapisan bawah masyarakat

pede

saan yang pada waktu ini kondisinya sebagian besar terdiri

atas orang-orang yang berstatus petani kecil yang

kehidup-annya tergantung dari usaha pertanian, agar potensi mereka

berkembang sehingga mereka dapat berperan dalam

pembangun

(21)

B. Identifikasi Masalah

Kehidupan golongan petani kecil tertinggal bila di

bandingkan dengan perkembangan kemajuan golongan rakyat

lainnya. Mereka berpendapatan rendah sekali, tergolong

"orang-orang miskin". Selain keadaan miskin, banyak di

antara mereka yang berwatak tidak dinamis, etos kerjanya

rendah; malahan banyak pula yang bukan saja tidak dinamis

bahkan relatif "statis", yang dicirikan terutama oleh

sifatnya yang tidak responsif terhadap kemajuan, sehingga

belum merupakan prasarana mental yang baik untuk pem

bangunan.

Sebenarnya peranan golongan petani kecil sangat

pen-ting dalam akselerasi pembangunan negara kita, apabila

potensi mereka telah berkembang sebagaimana mestinya. Hal

ini mengingatkan bahwa golongan petani kecil merupakan

"ujung tombak" di dalam pelaksanaan pengolahan lahan usaha

pertanian, setidak-tidaknya mereka jangan jadi beban

pembangunan.

Sejak masa-masa sebelum PELITA (Pembangunan Lima

Tahun) hingga kini telah banyak dilakukan kegiatan pemba

ngunan, pedesaan,

terutama dengan

pembinaan

dari

pihak

pemerintah. Baik pembinaan berupa penyuluhan dan pen

didikan khusus dalam berbagai sektor pembangunan, maupun

(22)

disertai dengan pelayanan dan pengaturan yang diperlukan.

Akan tetapi kini ternyata bahwa pembinaan oleh pihak

pemerintah itu belum banyak menjangkau lapisan "bawah"

masyarakat pedesaan yang sebagian besar terdiri atas

golongan petani kecil. Pembinaan kepada petani selama ini

ialah pembinaan kepada petani secara umum tanpa

memper-hatikan "lemah" tidaknya petani itu, yang ternyata kurang

terjangkau oleh golongan petani kecil.

Menyadari hal tersebut, penulis tertarik untuk

meng-adakan penelitian masalah: "Sejauhmana petani di Desa

Mekarharja Kecamatan Purwaharja melaksanakan fungsi dan

peranan program pembinaan etos kerja petani kecil

melalui

kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh PPL dalam

rangka mengubah prilaku petani kecil untuk meningkatkan

usaha tani mereka?".

Secara rinci permasalahan ini akan dituangkan dalam

bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Sejauhmana petani melaksanakan fungsi dan peranan prog

ram pembinaan etos kerja petani kecil melalui kegiatan

penyuluhan oleh PPL?

2) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pembinaan

etos kerja petani kecil melalui kegiatan penyuluhan

(23)

3) Bagaimana hasil pelaksanaan pembinaan etos kerja petani

kecil melalui kegiatan penyuluhan oleh PPL ?

C. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu

diberikan definisi operasional. 1stilah-istilah tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Pembinaan Etos Kerja

Penulis menggunakan istilah pembinaan etos kerja

sebagai setiap usaha yang dilakukan melalui penyuluhan

pertanian untuk menumbuhkan perubahan prilaku sasaran

(petani dan keluarganya), agar mereka memiliki etos kerja

sehingga dengan kekuatan sendiri mampu dan sanggup

memper-baiki/meningkatkan kesejahteraan keluarga dan

masyarakat-nya.

2) Penyuluhan

Penyuluhan adalah Satuan Pendidikan Luar Sekolah

(PLS) untuk keluarga-keluarga tani di Pedesaan, di mana

mereka betajar sambil bekerja untuk menjadi mau, tahu dan

bisa menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang

(24)

3) Etos Kerja

Menurut Websters yang dimaksud dengan etos adalah:

"the distinguishing character, sentiment, moral nature, or

guiding beliefs of a person, group, or institution"

(Websters, 1975: 393). C. Geertz mengemukakan bahwa

etos adalah "sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia

yang dipancarkan hidup. Etos adalah aspek evaluatif, yang

bersifat menilai" (Taufik Abdullah, 1982: 3).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa

etos berarti ciri, sifat atau kebiasaan, adat istiadat,

atau juga kecenderungan moral, pandangan hidup yang

dimi-liki seseorang, suatu kelompok atau suatu bangsa. Ber

dasarkan ketentuan ini dapat dikatakan bahwa etos kerja

berarti sikap terhadap kerja, pandangan terhadap kerja,

kebiasaan kerja, ciri atau sifat-sifat cara bekerja yang

dimiliki seseorang, atau kelompok suatu bangsa.

4) Petani Kecil

Yang dimaksud dengan petani kecil ialah pengelola

usaha tani (baik modal produktifnya milik sendiri maupun

secara menyewa) yang pendapatan keluarganya dalam satu

tahun sama atau lebih kecil dari "biaya keperluan hidup

(25)

dari

"garis kemiskinan" keluarga)

serta biasanya

berwatak

belum dinami s.

Modal produktif petani kecil (tanah garapan, tanah

milik, ternak, alat-alat, modal uang), yaitu di bawah

pemilikan

rata-rata dari semua petani di

desanya.

Untuk

petani yang kegiatannya bercocok tanam hal

ini berarti:

- Luas tanah garapannya (sawah dan darat) sempit, yaitu di

bawah garapan rata-rata para petani di desanya.

- Luas tanah miliknya (sawah dan darat) sempit, yaitu di

bawah pemilikan rata-rata dari para petani di desanya.

Ukuran utama untuk menentukan tingkat kemiskinan

petani

kecil

sangatlah bervariasi. Ada

yang

menentukan

tingkat

kemiskinan dari besarnya kalori

yang

dikonsumsi

setiap

orang per-hari dan ada juga pendapatan

per-kapita

setahun dengan ukuran beras. Untuk lolos ke atas garis

kemiskinan, minimal 2100 kalori per-hari, atau kalau

dirupiahkan

saat

ini setara dengan

Rp

203.000,00

per-kapita

setahun

atau Rp 17.000,00 sebulan (Tempo,

8

Mei

1993: 31).

Namun, patokan itulah yang sering mengundang

per-tanyaan.

Karena menggeser ke atas beberapa

rupiah

saja,

yang "jatuh" ke bawah garis kemiskinan bisa jutaan. Ekonom

(26)

10

punya versi lain. Seperti dikutip Kompas, Suroso

berpenda-pat, penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemis

kinan bukan hanya 27 juta melainkan 46 juta. Angka ini

diperoleh dari ukuran pendapatan per-kapita Rp 240.000,00

per tahun atau Rp 20.000,00 sebulan. Lain lagi ukuran yang

diperkenalkan Sayogyo yang menggunakan patokan pendapatan

per-kapita setahun dengan ukuran beras. Miskin bila

ber-penghasilan setara beras kurang dari 240 kg untuk pedesa

an, miskin sekali kalau kurang dari 180 kg (Tempo, 8 Mei

1993: 31).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang di

maksud dengan petani kecil ialah pengelola usaha tani

(baik modal produktifnya milik sendiri maupun secara

menyewa yang pendapatan per-kapita dalam satu tahun kurang

dari Rp 240.000,00 atau kurang dari Rp 20.000,00 sebulan

atau bila berpenghasiIan setara beras kurang 240 kg.

5) Fungsi dan Peranan Program Pembinaan

Yang dimaksud dengan fungsi dan peranan program

pembinaan adalah kegunaan program pembinaan etos kerja

bagi kehidupan petani kecil, bersumber pada kualitas diri

petani kecil, diwujudkan dalam tata nilai sebagai etos

A

kerja yang kemudian dilaksanakan secara atual dalam kerja

untuk peningkatan pendapatan petani kecil dalam rangka

(27)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum yang ingin dicapai melalui penelitian

ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembinaan etos

kerja petani kecil melalui kegiatan penyuluhan yang dilak

ukan oleh PPL dalam rangka mengubah prilaku petani kecil

untuk meningkatkan usaha tani mereka.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengungkap tentang sejauhmana petani di Desa Mekar

harja melaksanakan fungsi dan peranan program pembinaan

etos kerja petani kecil melalui kegiatan penyuluhan

oleh PPL.

2) Menampilkan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam

pembinaan etos kerja petani kecil melalui kegiatan

penyuluhan oleh PPL.

3) Mengungkap hasil yang dicapai dalam pelaksanaan pem

binaan etos kerja petani kecil melalui kegiatan penyu

luhan oleh PPL.

E. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kegunaan yang bersifat teoritis maupun bersifat praktis,

sepert i : ••

1) Kegunaan Teoritis

(28)

meliput i:

(1) Sumbangan

bagi

teori

pembinaan

melalui

kegiatan

penyuluhan. Hal tersebut diperlukan, terutama di dalam

usaha pengembangan model dan

strategi

belajar

dalam

pendidikan luar

sekolah

yang dapat

dijadikan

dasar

pengembangan model dan strategi pembinaan melalui ke

giatan penyuluhan bagi petani kecil.

(2) Sumbangan

bagi

upaya

penemuan

dan

pengembangan

konsep pembinaan etos kerja petani kecil melalui ke

giatan penyuluhan. Dalam hal

ini,

terutama bagi

upaya

menciptakan

dan

mengembangkan

suatu

konsep

proses

pembelajaran

yang

diperuntukkan

bagi

sasaran

pendidikan luar sekolah untuk daerah pedesaan, khusus

nya bagi petani kecil.

2) Kegunaan Praktis

Mengenai

kontribusi

dalam

aspek praktis yang

di

harapkan adalah:

(1) Sebagai masukan bagi pengelola

dan

pelaksana program

pembinaan etos

kerja petani

kecil

melalui

kegiatan

penyuluhan

di Desa

Mekarharja

Kecamatan

Purwaharja

kabupxaten Ciamis, khususnya bagi tenaga penyuluh

per

tanian

lapangan

dalam upaya

penyempurnaan pembinaan

(29)

(2) Sebagai bahan pertimbangan bagi para perencana,

peng-ambil keputusan, dan para pengelola program pendidikan

luar sekolah guna penyempurnaan program-program bel

ajar yang sedang dan akan dilaksanakannya, terutama

(30)
(31)

B A B I I I

M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N

A. Metode Penelitian

Pendekatan

yang digunakan di dalam

penelitian

ini

adalah pendekatan kualitatif. "Penelitian kualitatif

pada

hakikatnya

ialah

mengamati

orang

dalam

1ingkungannya,

berinteraksi

dengan mereka, berusaha memahami bahasa

dan

tafsiran tentang

dunia

sekitarnya"

(Nasution, 1988: 5).

Bogdan & Biklen (1982: 31) mengemukakan bahwa dalam pende

katan

kualitatif,

peneliti berusaha mengerti

arti

dari

peristiwa

dan

interaksi yang ada sangkut pautnya

dengan

orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Oleh karena itu,

dalam mengumpulkan datanya melalui kontak langsung

dengan

subyek yang diteliti di tempat di mana mereka biasa berada

dalam melakukan kegiatan.

Pemilihan dan penggunaan pendekatan kualitatif dalam

peneliti ini didasari bahwa penelitian mempelajari

fenome-na

yang

terjadi dalam pelaksanaan pembinaan

etos

kerja

petani

kecil

melalui kegiatan

penyuluhan.

Metode

yang

dipandang

tepat

digunakan untuk

penelitian

ini

adalah

metode etudi kasus yang bersifat eksploratif. Yaitu

suatu

metode

yang

dapat

digunakan

untuk

mempelajari

secara

intensif latar belakang, status sekarang, interaksi dengan

lingkungan,

dari suatu unit seperti

individu,

kelompok,

(32)

82

Menurut Bogdan & Biklen (1982: 59-61) terdapat

tiga

tipe studi kasus kualitatif, yaitu: (1) historical organi

zation

case studies, (2) observational case studies,

dan

(3)

life

history. Historical organization

case

studies

memusatkan

perhatiannya

pada

organisasi

tertentu

pada

waktu yang lama, menelusuri suatu organisasi atau peristi

wa

sejak awal pertumbuhannya. Observational case

studies

memusatkan perhatiannya pada organisasi tertentu atau pada

aspek tertentu organisasi tersebut. Life history

memusat

kan

perhatiannya pada peristiwa yang

menyangkut

riwayat

hidup seorang tokoh.

Tipe studi kasus yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah "observation case studies". Dalam hal ini

peneliti

mengarahkan

pada

perolehan data dari

permasalahan

yang

menyangkut:

Sejauhmana

petani

melaksanakan

fungsi

dan

peranan program pembinaan etos kerja petani kecil

melalui

kegiatan

penyuluhan

oleh

PPL,

faktor-faktor

apa

yang

mempengaruhinya

dan bagaimana hasil

pelaksanaan

program

pembinaan etos kerja tersebut.

B. Teknik Pengumpulan Data

Alat

pengumpul

data dalam

penelitian

ini

adalah

peneliti sendiri. Lexy J. Moleong (1989: 132) mengemukakan

bahwa

'"kedudukan

peneliti

dalam

penelitian

kualitatif

cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana,

pelaksana,

pengumpul data, analisis, penafsir data dan pada

akhirnya

(33)

8?,

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara yang

mendalam dan pengamatan langsung (participant observation)

baik dalam kegiatan pembinaan melalui penyuluhan, di rumah

maupun

di tempat petani kecil bekerja. Dalam

pengamatan,

peneliti

tidak sepenuhnya berperan dalam kegiatan

pembi

naan melalui penyuluhan petani kecil tetapi tetap

melaku-kan

fungsi pengamatan. Menurut Buford Junker, teknik

ini

disebut "pemeranserta sebagai pengamat" (Lexy J.

Moleong,

1989: 139).

Sedangkan alat yang digunakan peneliti

dalam

kegiatan

wawancara dan pengamatan adalah

tape

recorder,

catatan lapangan dan alat pemotret (kamera). Tape recorder

digunakan pada waktu mengadakan wawancara,

lembaran catat

an dan alat pemotret digunakan pada waktu peneliti

meng

adakan pengamatan.

Selain kedua teknik pengumpul data di atas, peneliti

juga

berupaya memperoleh data yang relevan dengan

meman

faatkan studi dokumentasi. Dalam studi dokumentasi

terse

but diarahkan guna memperoleh data mengenai pembinaan etos

kerja petani kecil melalui kegiatan penyuluhan.

C. Subyek yang Diteliti

Penentuan subyek penelitian dilakukan secara

purpo-slve sampling. Sampling purposive dilakukan dengan

mengam-bil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti

menurut

(34)

84

yang purposive adalah "sampel yang dipilih dengan cermat

hingga relevan dengan disain penelitian" (Nasution, 1982:

113). Lexy J. Moleong (1989: 182) mengemukakan ciri-ciri

"sampel

bertujuan sebagai berikut:

1) Sampel tidak

dapat

ditentukan atau ditarik terlebih dahulu;

2) Tujuan memper

oleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai

apabi-la satuan sampel dilakukan jika satuan sebelumnya sudah

dijaring

dan dianalisis;

3) Pada mulanya

setiap

sampel

dapat sama kedudukannya, namun sesudah makin banyak infor

masi yang masuk dan makin mengembangkan pertanyaan peneli

tian, akan ternyata bahwa sampel makin dipilih atas dasar

fokus penelitian; 4) Pada sampel bertujuan, jumlah sampel

ditentukan oleh pertimbangan informasi yang diperlukan.

Jika sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan

sudah harus dihentikan." S. Nasution (1988: 11) mengemu

kakan bahwa "metode naturalistik tidak menggunakan sam

pling random atau acakan dan tidak menggunakan populasi

sampel yang banyak. Sampel biasanya sedikit dan dipilih

menurut tujuan (purposive) penelitian".

Subyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah

petani kecil di desa Mekarharja kecamatan Purwaharja

Banjar xian penyuluh yang pernah memberikan penyuluhan

kepada petani kecil. Secara keseluruhan jumlah petani

kecil di desa Mekarharja berdasarkan data statistik desa

(35)

85

orang

petani

penggarap sawah yang tidak

memiliki

lahan

pertanian

sendiri, akan tetapi menggarap lahan

pertanian

orang

lain

dengan sistem sewa menyewa atau

sistem

bagi

hasil pertanian dengan pemilik, 311 orang buruh tani yang

menggantungkan

penghidupannya sebagai buruh

tani.

Kedua

golongan

petani

tersebut,

penulis

kelompokkan

sebagai

petani

kecil. Sedangkan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

yang

pernah memberikan pembinaan etos kerja

melalui

ke

giatan penyuluhan kepada petani kecil berjumlah dua orang.

Cara pemilihan subyek yang diteliti dilakukan ber

dasarkan pertimbangan informasi yang berkaitan dengan se

jauhmana petani melaksanakan fungsi dan peranan program

pembinaan

etos kerja petani kecil dan faktor-faktor

yang

mempengaruhi pelaksanaan pembinaan etos kerja bagi

petani

kecil

melalui kegiatan penyuluhan. Petani kecil yang

di-jadikan subyek penelitian

berjumlah

tiga orang.

Ketiga

petani

kecil yang menjadi subyek penelitian

telah

meng

ikuti

pembinaan

etos kerja melalui

kegiatan

penyuluhan

yang pernah dilaksanakan oleh Penyuluh Pertanian

Lapangan

(PPL).

Sedangkan penyuluh yang menjadi subyek

penelitian

berjumlah satu orang.

D. Analisis dan Penafsiran Data

1. Analisis Data

Menurut

Patton (1980: 268),

analisis

data

adalah

(36)

86

suatu pola, kategori dan uraian pembahasan. Pendapat lain

yang senada dengan apa yang dikemukakan Patton, yakni

Bogdan & Biklen (1982: 145) mengemukakan bahwa analisis

data adalah proses mencari dan manata secara sistematis

catatan hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi

untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang

diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.

Selanjutnya, Bogdan & Biklen (1982: 146-162) membedakan

analisis data itu melalui dua langkah, yaitu analisis

selama di lapangan dan analisis sesudah meninggalkan

lapangan. Langkah-langkah analisis selama di lapangan dan

analisis sesudah meninggalkan lapangan. Langkah-langkah

selama di lapangan adalah: (1) mempersempit fokus studi,

(2) menetapkan tipe studi, (3) mengembangkan secara

terus-menerus pertanyaan analitik, (4) menuliskan komentar

peneliti sendiri, (5) upaya penjajagan tentang ide dan

tema penelitian pada subyek responden sebagai analisis

penjajagan, (6) membaca kembali pustaka yang relevan

selama di lapangan, (7) menggunakan metaphora, analogi dan

konsep. Langkah-langkah analisis sesudah meninggalkan

lapangan adalah: (1) membuat kategori masalah dan menyusun

kodenya/1 (2) menata sekuensi atau urutan penelaahannya.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, analisis data

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai ber

(37)

87

- Berdasarkan data yang terkumpul, yakni berupa abstrak

dari seluruh deskripsi hasil observasi, transkrip hasil

dari wawancara baik rekaman "tape recorder" maupun

catatan lapangan, dan abstrak dari hasil studi doku

mentasi. Peneliti memilah-milah data tersebut sesuai

dengan kategori masalahnya.

- Menguraikan kategori-kategori tersebut untuk memahami

aspek yang terdapat di dalamnya sambil menelaah hubungan

antara satu dengan lainnya.

- Menata urutan masalah guna memberikan tafsiran yang

menggambarkan perspektif peneliti untuk memberikan makna

terhadap hasil analisis data dari kategori masalah

tersebut.

2. Penafsiran Data

Rangkaian dari kegiatan analisis data yaitu penaf

siran data. Dengan demikian antara analisis data dan

penafsiran data merupakan satu kesatuan tahap kegiatan.

Data yang diperoleh pada setiap pertemuan langsung

dianalisis dan ditafsirkan. Analisis dan penafsiran data

berjalan'1 terus selama proses penelitian dan semua data

yang diperlukan terkumpul.

Selama proses penelitian, analisis dilakukan dan

(38)

melacak

terus kasus yang diteliti sampai

diperoleh

data

sebanyak mungkin tentang pola pembinaan etos kerja

petani

kecil melalui kegiatan penyuluhan oleh PPL.

Oleh

karena

kasus yang

diteliti

menyangkut

pola

pembinaan melalui kegiatan penyuluhan oleh PPL dan

faktor-faktor

yang mempengaruhinya, berkaitan dengan etos

kerja

petani kecil, maka hasil penelitian akan dianalisis dengan

menghubungkannya melalui pendekatan pendidikan luar

seko

lah.

E.

Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah

penelitian

yang dimaksud

di

sini

adalah

tahap-tahap kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti

selama

proses

penelitian

berlangsung.

Langkah-langkah

penelitian

tersebut

menurut

S. Nasution

(1988:

33-34)

adalah

1)

tahap orientasi, 2) tahap ekspiorasi,

dan

3)

tahap "member check".

1. Tahap Orientasi

Tahap awal didahului dengan orientasi guna

mendapatkan

gambaran

umum

tentang

sasaran

penelitian.

Hal

ini

meliputi

gambaran umum "kondisi" petani kecil

beserta

keluarganya,

lahan pertanian dan peristiwa yang

dapat

(39)

8Q

2. Tahap Ekspiorasi

Setiap

tahap

ekspiorasi didahului

dengan

orientasi.

Ekspiorasi

hanya dilakukan terhadap hal-hal yang

ber

kaitan

dengan studi ini. Metode yang digunakan

adalah

wawancara

intensif dengan petani kecil

dan

penyuluh.

Metode

lain

adalah

observasi

langsung

pelaksanaan

penyuluhan

dan

aktivitas

sehari-hari

petani

kecil.

Hasilnya langsung dianalisis guna menemukan

pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam pertemuan

berikut-nya.

Dari informasi yang dieksplorasi ini

berlangsung

terus

menerus selama penelitian sampai

ditemukan apa

yang menjadi fokus penelitian.

3. Tahap Member Check

Untuk mempertahankan kebenaran informasi yang diperoleh

selama

peneltian

berlangsung,

peneliti

melakukan

"member

check". Hasil wawancara yang dituangkan

dalam

bentuk laporan lapangan diperlihatkan kepada

responden

untuk dibaca dan diperiksa kebenarannya, apakah

sesuai

dengan yang dikatakan ketika peneliti mengadakan wawan

cara.

Jika

terdapat kekeliruan,

peneliti

memberikan

kebebtfsan

kepada responden memperbaikinya.

Cara yang

ditempuh

adalah

peneliti membacakan

hasil

wawancara

kemudian

responden

mendengarkan

apakah

sesuai

atau

(40)

90

kesepakatan

responden oleh karena mereka sering

tidak

mau membacanya disebabkan oleh faktor usia yang

beraki-bat penglihatan berkurang atau dikarenakan pihak

repon-den

membacanya

kurang lancar disebabkan

oleh

faktor

pendidikan yang rendah.

Selain dari tahap-tahap penelitian yang diuraikan di

atas, peneliti juga melakukan kegiatan "Triangulasi" untuk

membuktikan kebenaran suatu informasi yang diperoleh. Data

yang diberikan oleh satu responden diperiksa lagi kebenar

annya kepada responden lainnya sampai diperoleh persamaan.

Hal

ini sesuai dengan

pendapat

S. Nasution (1988:

112)

yang menjelaskan bahwa "data itu harus diakui dan diterima

kebenarannya

oleh sumber informasi, dan selain

itu

data

tersebut juga harus dibenarkan oleh sumber atau

informasi

lainnya".

Untuk

membuktikan

kebenaran data

yang

dilaporkan

dalam

penelitian

ini, setiap

informasi

yang

diperoleh

dicantumkan

dalam satu bentuk laporan

dengan

keterangan

dari mana informasi diperoleh dan kapan dilakukan wawanca

ra

atau pengamatan. Selain itu guna menjaga

kerahasiaan,

maka

semua informasi yang diberikan responden

diupayakan

hanya diketahui oleh peneliti. Dengan demikian

diharapkan

(41)
(42)

B A B V

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian beserta

dengan

hasil analisisnya sebagaimana dipaparkan pada

bab

terdahulu, pada bab V ini yang merupakan bagian akhir dari

keseluruhan tulisan, akan diuraikan kesimpulan-kesimpulan

dan saran-saran sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Secara

keseluruhan hasil penelitian

(studi

kasus)

ini dapat disimpulkan:

1. Secara umum dapat diketahui bahwa sebagian besar inova

si yang diperkenalkan PPL belum dilaksanakan dan di

manfaatkan oleh petani kecil bagi kemajuan/peningkatan

etos kerjanya (dalam rangka peningkatan usaha taninya).

Ini berarti bahwa pembinaan etos kerja petani kecil

melalui kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan PPL belum

banyak memberikan perubahan pada prilaku mereka.

2. Bahwa PPL yang membina etos kerja petani kecil melalui

kegiatan penyuluhan di Desa Mekarharja secara umum

tidak berhasi1'dalam pelaksanaan pembinaan.

3. KetidakberhasiIan PPL di dalam melaksanakan pembinaan

etos kerja petani kecil tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor yakni: latar belakang diri dan keluarga

petani kecil, orientasi nilai budaya, kondisi ekonomi petani kecil, kondisi fisik psikologis petani kecil

sebagai orang dewasa dan kredibilitas penyuluh.

(43)

180

a. Latar belakang diri dan keluarga. Dalam hal ini ter

masuk latar belakang pendidikan formal, latar bela

kang pekerjaan sebelumnya dan jumlah tanggungan

keluarga akan mempengaruhi pelakasanaan pembinaan

etos kerja.

b. Orientasi nilai budaya. Pada umumnya petani kecil

sering mengadakan interaksi dengan 1ingkungannya,

baik di dalam keluarga, kelompok maupun dalam masya

rakatnya. Hasil interaksi dapat membentuk suatu kog

nisi sosial yang dijadikan pedoman melakukan

aktivi-tas yang menganut nilai budaya "tidak aktif" terha

dap alam sekitarnya, sehingga cenderung

sama-rata-sama-rasa yang mewajibkan munculnya sikap konformis

(Koentjaraningrat, 1984: 54). Implikasi dalam pem

binaan etos kerja petani kecil melalui kegiatan pe

nyuluhan ialah dalam penyusunan program pembinaan

etos kerja petani kecil, PPL harus sudah mengetahui

keadaan budaya petani kecil dalam rangka mendorong

proses pembinaan etos kerja untuk mencapai tujuan.

c. Kondisi ekonomi petani keci1. Kondisi ekonomi petani

kecil pada umumnya sangat memprihatinkan, untuk itu

pembinaan etos kerja petani kecil melalui kegiatan

penyuluhan haruslah diarahkan untuk peningkatan pen

(44)

181

d. Kondisi fisik dan psikologis

petani

kecil

sebagai

orang.

dewasa.

Berdasarkan

penelitian

menunjukkan

bahwa kondisi fisik dan psikologis petani kecil

se

bagai orang dewasa dalam proses "pembelajaran" belum

begitu diperhatikan dalam proses pembinaan etos

ker-melalui

kegiatan penyuluhan.

Petani

kecil

dalam

proses pembelajaran masih

dipandang

sebagai

warga

belajar yang belum berpotensi sehingga dianggap per

lu diberikan segenap

pengetahuan

dan

keterampilan

dengan belajar yang berpusat pada sumber belajar.

4. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelakasanaan pro,;

ses pembelajaran

dalam

pembinaan

etos

kerja

petani

kecil melalui kegiatan penyuluhan:

a. Kesesuaian materi pembinaan

etos keria

dengan

ke

butuhan petani kecil .

Permasalahan

yang

dihadapi

dalam

pembinaan

etos

kerja

petani

kecil

melalui

kegiatan

penyuluhan

adalah

tingkat pengalaman petani yang

berbeda-beda

sehingga sangat sulit bagi PPL untuk

memprogramkan

nya. Bila materi yang akan diberikan diangkat berda

sarkan kebutuhan petani kecil, kemungkinan

permasa

lahannya

tinggal

memprogramkannya

sesuai

dengan

tingkat

pengalaman

dan

kebutuhan

mereka,

namun

apabila

materi pembinaan etos kerja

diangkat

dari

program

"dari

atas", maka tentu saja

sedikit

(45)

182

petani kecil dengan kebutuhan petani kecil. Hal

inilah

yang

menyebabkan adanya petani

kecil

yang

menganggap materi pembinaan etos kerja ada yang

sesuai dan ada yang tidak sesuai dengan kebutuhan

mereka.

b. Metode dan pendekatan.

Metode yang digunakan dalam PPL dalam pembinaan etos

kerja

petani

kecil

melalui

kegiatan

penyuluhan

terbatas hanya menggunakan metode ceramah dan dialog

yang tentu saja tampaknya belum mencapai hasil

yang

optimal

dalam

mencapai

tujuannya.

Sedangkan

pen

dekatan

yang digunakan oleh PPL adalah

"pendekatan

yang

berpusat pada sumber belajar",

sehingga

pe

nyuluh

banyak

mendominasi

proses

pembelajaran,

petani kecil hanyalah lebih berperan sebagai peneri

ma informas i.

c. Media pembinaan etos kerja petani keci1

Dari hasil penelitian terungkap bahwa salah satu faktor yang menyebabkan petani kecil kurang memahami

materi

pembinaan etos kerja melalui

kegiatan

pe

nyuluhan adalah karena tidak digunakannya media

belajar

yang diambil dari lingkungan

tempat

kerja

petani

kecil.

Padahal

media

pengalaman

langsung

sangat

efektif untuk merangsang pikiran,

perasaan,

kemauan

dan

perhatian petani

kecil

dalam

proses

pembelajaran

oleh

karena

materi

pembelajaran

(46)

d. Waktu dan tempat pembinaan

Penetapan waktu dan tempat pembinaan etos kerja pe

tani kecil melalui kegiatan penyuluhan, belum begitu

efektif bagi petani kecil yang tenaganya sudah

tersita seharian di sawah harus mengikuti penyuluhan

pada malam hari. Begitu juga lokasi tempat pembinaan

di aula desa atau di mesjid dirasakan sebagian

petani kecil terlampau jauh. Hal ini akan lebih

efektif apabila petani kecil diikutsertakan dalam

menentukan waktu dan tempat pembinaan sesuai dengan

kesempatan mereka.

e. Kredibi1i tas Penyuluh

Penyuluh dianggap belum memahami dan menghayati

kondisi petani kecil yang sebagian besar berpendi

dikan formal rendah, malah di antaranya ada yang

tidak pernah mengecap pendidikan formal. Penyuluh

dinilai terlalu teoritis, kurang dekat dengan

ke-banyakan petani kecil dan hal-hal yang diperkenalkan

banyak yang dianggap kurang sesuai dengan yang

dibutuhkan petani kecil.

5. Secara khusus dari rangkaian penelitian dan pengamatan,

diperoleh adanya berbagai kondisi serta prilaku para

petani keci1.

a. Adanya petani kecil seperti pak Engkoswara, yang

(47)

di-184

suluhkan oleh PPL. Dari latar belakang diri dan

keluarga, peneliti menafsirkan bahwa ia termasuk

orang yang "berpendidikan", orang yang ulet, mau

menanggung resiko, menyadari dirinya serba kekurang

an namun mau berubah nasib, dia dikategorikan mem

punyai etos kerja tinggi.

b. Adanya petani kecil seperti pak Ngadiman yang se

dikit antusias mengadopsi berbagai hal yang disuluh

kan PPL. Dari latar belakang diri dan keluarga, pe

neliti menafsirkan bahwa ia termasuk orang yang mem

punyai pendidikan rendah, orang yang ulet, kurang

mau menanggung resiko, menyadari dirinya serba ke

kurangan dan keterbelakangan namun mau merubah

nasib. Dia dikategorikan mempunyai etos kerja se

dang.

c. Adanya petani kecil seperti pak Wiharmi yang kurang

antusias mengadopsi berbagai hal yang disuluhkan

PPL. Dari penuturan latar belakang diri dan keluar

ga, tergolong "petani mampu" yang mempunyai sawah

sendiri, berlatar belakang pendidikan formal rendah

(tidak bersekolah), dikarenakan "missmanagement" da

lam pengelolaan usaha tani akhirnya "jatuh" sebagai

petani kecil yang menggantungkan diri dari menggarap

sawah orang lain. Peneliti menafsirkan bahwa ia ter

masuk orang yang kurang ulet, tidak mau menanggung

(48)

ke-185

terbelakangan namun ia kurang mau merubah nasib (si

kap fatalistik),

dia

dikategorikan mempunyai

etos

kerja rendah.

6. Berdasarkan

hasil pengamatan menunjukkan bahwa

materi

pembinaan etos kerja petani kecil yang disajikan

dalam

penyuluhan oleh PPL, ternyata tidak jauh berbeda dengan

penyuluhan-penyuluhan yang biasa dilakukan oleh PPL

lainnya.

B. Saran-sa r a n

Berdasarkan

hasil

penelitian yang

dilakukan

bagi

tiga

orang petani kecil yang ada di Desa

Mekarharja

Ke

camatan

Purwaharja

Kabupaten Ciamis,

berikut

ini

akan

diuraikan saran-saran.

1. Bagi

lembaga

terkait dengan upaya perencanaan

Pendi

dikan

Luar

Sekolah (PLS) seperti halnya

bidang

Pen

didikan

Masyarakat (DIKMAS) tingkat I, II dan

penilik

DIKMAS

Kecamatan, serta pihak lain yang langsung

ter

kait

dengan upaya pengembangan

masyarakat

pedesaan,

dalam

hal ini Dinas Pertanian Tanaman

Pangan

sebelum

melaksanakan kegiatan pendidikan luar sekolah,

kiranya

perlu mengadakan studi awal berkenaan dengan

"analisis

kebutuhan" terhadap petani kecil. Hal ini dimaksudkan

agar program kegiatan yang dilakukan akan lebih inova

(49)

186

2. Kepada perancang program pembinaan etos kerja petani

kecil, hendaknya menggunakan pola pendekatan yang

berpusat pada modifikasi program dengan metode partisi

patif dalam penyusunan program pembinaan etos kerja

petani kecil melalui kegiatan penyuluhan, agar program

belajar tersebut dianggap oleh petani kecil sebagai

kebutuhan belajar yang bermanfaat untuk meningkatkan

usaha taninya.

3. Perlu adanya kerjasama antara instansi Departemen

Pertanian sebagai penyelenggara program pembinaan etos

kerja petani kecil dengan instansi lainnya seperti

Departemen Sosial, Departemen Koperasi, Departemen

Dalam Negeri, Departemen Transmigrasi serta Bank

Pemerintah, untuk saling memberikan masukan dalam

penanggulangan berbagai hambatan yang dihadapi oleh

petani keci1.

4. Dalam pelaksanaan program pembinaan etos kerja petani

kecil melalui kegiatan penyuluhan hendaknya perlu di

pert imbangkan faktor pendidikan formal petani kecil dan

latar belakang pekerjaan sebelumnya dalam proses pem

binaan .

5. Dalam pelaksanaan program pembinaan etos kerja petani

kecil, perlu adanya tindak lanjut program, yang akan

berfungsi sebagai monitoring dan pembinaan lanjutan

terhadap apa yang telah dibina melalui kegiatan penyu

(50)

187

6. Kepada PPL yang melaksanakan pembinaan etos kerja ke

pada petani kecil; a) Dalam proses "pembelajaran", di

samping menggunakan bentuk "pembinaan massal", perlu

juga menggunakan bentuk "pembinaan individual" di

tempat para petani kecil melakukan pekerjaan. b)

Hendaknya lebih berperan sebagai fasilitator dan moti

vator dalam proses "pembelajaran". c) Hendaknya empati

terhadap permasalahan petani kecil. d) Hendaknya meng

gunakan multi metode dalam proses "pembelajaran". e)

Hendaknya memanfaatkan sarana-sarana di lingkungan

petani untuk media pemebalajaran yang konkrit. f)

Hendaknya menentukan waktu dan tempat pembinaan,

dise-pakati bersama dengan petani kecil. g) Hendaknya beru

saha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan lebih

lanjut dalam masalah pembinaan etos kerja petani kecil.

7. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan hal-hal se

bagai berikut:

7.1. Perlu diadakan penelitian lanjutan berkenaan de

ngan penelitian ini, terutama lebih diarahkan

pada latar belakang pekerjaan petani kecil dan

penyuluh terhadap keberhasilan pengembangan usaha

tani .

7.2. Perlu adanya penelitian tentang kredibilitas dan

kompetensi PPL terhadap keberhasilan pembinaan

(51)

1 8 8

7.3. Perlu diadakan penelitian berkenaan dengan ting

(52)

D A F T A R P U S T A K A

Adikusumo, Soepardjo

(1987),

Pendidikan.

Interprets

gan Implikasi

(Pengantar Sosio Kultural),

FPS - IKIP

Bandung.

Adiwikarta, Sudardja, (1988),

Sosiologj

Pendidikan: Isvu

frVSpT^^ff. Tentanfi Hubungan

dengan

MasvarakThT

Depdikbud Dikti, P2LPTK, Jakarta.

Arundale, R.B

(1971),

The

Cpncepl of Pjrocess

in Human

Communication Research. Michigan State University^

Biro Pusat Statistik, (1991), HasU Sensus Penduduk

1990

Jakarta. -'

Bogdan, Robert C

Biklen Sari Knopp, (1982),

Qualitative

uttal

TTT Education: An Introduction to Theory

and

Methods, Allyn and Bacon Inc., Boston.

Book et al., (1980), Agricultural Extension:

The Training

and VijLit System, Washington, DC, The Word~Bank~:

Botkin

James W., (1984), No Limits to Learning:

Bridging

The Hjuman Gap, New York, Mc Graw Hill Book Co.

Cl6aI eLal;V1(19w4)'

:SM

Cooperative Foctensjpn Service:

All Adaptable Model for Develoving

Countries.

Urbana,

II, Interpkas.

Coombs, Philips,

H., Ahmed,

Manzoor,

(1984),

Memerangi

fetaiaii^J^affa^^11

^^^

**iiW 'Non^Sff

Departemen Pertanian, BPLPP,

(1985),

Pedoman

Penveleng-garaan Penyuluhan, Buku I, II daA IITrTafarta Y

*

DePanika?fWSI^ Cn11in' Saci Andrews« (1982), Peranan Komu

nikasi. Massa Dalam Pembagunan. Gajahmada University?-

<

EfenAluffin?; n2SSSSi. (1981K

K°mU"ika"- ^n Modeou^si,

Freijlkarta!°' (1985)l Pe"did^an Kaum TerUndas, LP3S, <

(53)

190

Hamidjojo, S. Santoso, (1978), Aplikasi

Model

Komunikasi

^

Daripada Perubahan Sikap Dalam Pembangunan

Masyarakat

Desa. BPP, Jakarta.

.,

(1973), Inovasi Pendidikan: Meninjau Beberapa

Ke-rangka Analisa untuk Penelitian dan Pelaksanaannva.

IKIP - Bandung.

Hanafi, Abdullah, (1987),

Memasvarakatkan

Ide-ide

Baru.

Usaha Nasional, Surabaya.

Haverlock, (1973) , Jhe Change Agjents Guide

to

Innovation

.in Education. Englewood Cliffs.

Illich, Ivan, (1971),

(Terjemahan),

Bebas

Pari Sekolah.

Sinar Harapan, Jakarta.

Jarvis, Peter,

(1983),

Adult

and

Continuing

Education.

Theory and Practice. Croom, Helm Ltd.

Kamus Besar Bahas Indonesia, (1989), Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, Balai Pustaka,

Jakarta.

Kindervatter, Suzanna, (1979), Non-Formal Education. As An

Empowering Process, Printes in

The

United States

of

America.

Knowless, Malcolm, (1973), Self Directed Learning.

Foltet

Publishing Company.

, (1977), The

Modern

Practice

of Adult Education.

Combride The Adult Education Company, New York

' (1986),

The Adult Leaner:

A

Neglected

Species.

Gult Publishing Company.

Koentjaraningrat,

(1984),

Kebudavaan. Mentalitet dan Pem

bangunan. Gramedia, Jakarta.

Krech, David, et al.,

(1962),

Indovidual

in Society. Mc

Graw Hill, Kogakusha, Ltd. Tokyo.

Majid, Nurcholis, Etos Keria Bangsa.

Kompas,

17 Pebruari

1993

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Wuest &amp; Bucher (2009), dalam kaitannya dengan tubuh, semakin banyak otot tubuh memiliki kekuatan yang lebih besar dapat menghasilkan. Namun, lebih massa bahwa obyek

Penulisan ilmiah ini akan membahas bagaimana mencari nilai minimum dengan salah satu teknik dari metode GREEDY yaitu teknik Spanning minimum tree dengan menggunakan bahasa

Dari analisis deskriptif di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel penelitian yaitu persepsi pelayanan, fasilitas ruang tunggu dan kepuasan pelanggan berada

Daerah yang sering terkena adalah tungkai bawah, lengan bawah, kaki, tangan, region glutea, dan paha.Gejala dan tanda-tanda sindroma kompartemen adalahasimetris pada

Untuk penjelasan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Gambar 3.5 yang merupakan pseudocode dari proses membaca dari text file. Untuk isi text file dari objek

Untuk melengkapi hasil penelitian di atas maka diperlukan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai kinerja perencanaan kapasitas dan pseudo elastis pada bangunan

DATA PENGALIRAN KAS MASUK / KELUAR DAN KEGIATAN PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB). KANTOR BANK