• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan praktikum motor dc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan praktikum motor dc"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

Motor DC adalah motor listrik yang memerlukan suplai tegangan arus searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi gerak mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Prinsip kerja motor DC adalah bila arus listrik dialirkan melalui satu konduktor yang ditempatkan pada suatu medan magnet, maka akan timbul gaya mekanis yang arahnya ditentukan oleh aturan tangan kiri. Pada praktikum ini dilakukan 2 percobaan yaitu percobaan motor DC beban nol dan percobaan motor DC shunt berbeban. Untuk percobaan motor DC beban nol, data yang diberikan adalah besar tegangan sumber yang nilainya 50, 60, 70, 80, dan 90 sedangkan yang dicari adalah arus IL dan Rpm. Kemudian untuk percobaan motor DC Shunt berbeban, data yang diberikan adalah tegangan sumber nilainya 100 dan besar eksitasi yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5 sedangkan yang dicari adalah arus IL dan Rpm. Setelah itu maka dihitung daya input, rugi besi dan mekanis, pada beban nol naik dan turun. Hasil praktikum ketika

beban nol naik, Vt 50 volt didapatkan putaran sebanyak 995 rpm, IL sebesar 1,5 ohm, nilai If

0,045 A, ia sebesar 1,4583 A, Pin sebesar 75 Watt, nilai w tembaga (cu) sebesar 810,24 W dan

W(b+m) sebesar 15 W

Peralatan yang dipakai adalah motor DC compound, regulator, rectifier,voltmeter, multitester, amperemeter, kabel penghubung, tachometer. Aplikasi didunia marine adalah motor DC sebagai penggerak penggerak crane pada saat dipelabuhan.

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Di era yang modern ini hampir semua kegiatan yang dilakukan manual tergantikan oleh mesin dengan peggerak yang bervariasi, salah satunya motor listrik. Faktor yang menyebabkan motor listrik banyak digunakan antara lain, lebih praktis, bentuknya yang cendrung lebih kecil, dan bisa untuk bekerja dengan skala yang beragam serta emisi yang sedikit. Salah satu motor listrik tersebut adalah Motor DC atau arus searah. Motor DC adalah mesin yang bekerja mengubah tenaga listrik menjadi tenaga gerak.

Prinsip kerja motor DC yaitu arus listrik yang masuk berupa arus AC menjadi keluaran motor DC. Arus akan mengenai medan magnet dan menimbulkan gaya, akibatnya medan magnet akan berputar. Motor DC tersusun dari 2 bagian saja, yaitu stator dan rotor. Stator merupakan bagian yang diam yang terdiri dari rangka motor, sikat- sikat, dan slip ring. Rotor adalah bagian yang bergerak dan terdiri dari komutator, jangkar, dan lilitan jangkar.

Keuntungan penggunaan motor DC adalah motor DC mempunyai karakteristik kopel kecepatan yang menguntungkan dibandingkan motor lainnya, motor DC dapat diubah menjadi generator DC dimana perbedaannya terletak pada arah arus dan kecepatan mudah diatur. Aplikasi motor DC di dunia marine adalah crane pada pelabuhan untuk memindahkan kontainer- kontainer yang diperlukan atau tidak (bongkar-muat), baterai pada kapal selam, penggerak alat navigasi.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum Motor DC antara lain : 1. Percobaan Motor DC Shunt Beban Nol

a. Mengetahui besarnya rugi besi dan mekanis pada saat motor dijalankan dengan beban nol.

b. Menghitung besar efisiensi motor dari daya output saat beban penuh. 2. Percobaan Motor DC Shunt Berbeban

a. Menghitung besarnya torsi motor pada beban tertentu b. Menentukan putaran motor dalam keadaan beban tertentu c. Menghitung daya motor dalam keadaan beban tertentu

d. Menghitung efisiensi motor dan membuat kurva efisiensi fungsi beban

1.3. Rumusan Permasalahan

Adapun rumusan masalah dalam praktikum motor dc ini antara lain : 1. Buatlah grafik dari torsi fungsi putaran, arus eksitasi fungsi putaran ! 2. Buatlah perhitungan daya motor serta kerugiannya !

(3)

3 4. Jelaskan pengertian tahanan shunt, tahanan seri, dan tahanan jangkar

5. Jelaskan perbedaan motor DC dan motor AC? 6. Jelaskan pengertian arus eksitasi?

7. Mengapa pengukuran Rpm berbeda dengan nilai tegangan dan arus eksistasi yang sama ? 8. Apakah aplikasi motor DC di dunia marine?

9. Buatlah grafik losses besi mekanis fungsi putaran dan buat kesimpulannya ! 10. Buatlah grafik efisiensi fungsi beban !

1.4. Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum motor dc ini antara lain :

1. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan dari torsi fungsi putaran, arus eksitasi fungsi putaran 2. Mahasiswa dapat menghitung daya motor serta kerugiannya

3. Mahasiswa dapat memahami gambar diagram rectifier

4. Mahasiswa dapat memahami pengertian tahanan shunt, tahanan seri, dan tahanan jangkar 5. Mahasiswa dapat memahami perbedaan motor Dc dan motor Ac.

6. Mahasiswa dapat memahami arus eksitasi

7. Mahasiswa mengetahui alasan mengapa pengukuran Rpm berbeda dengan nilai tegangan dan arus eksistasi yang sama

8. Mahasiswa mengetahui aplikasi motor DC di dunia marine

9. Mahasiswa dapat membuat grafik losses besi mekanis fungsi putaran 10. Mahasiswa dapat membuat grafik efisiensi fungsi beban

(4)

4 BAB II

DASAR TEORI 2.1. Pengertian Motor Dc

Motor arus searah (motor DC) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor DC telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut AC Shunt Motor. Motor DC adalah jenis motor listrik yang bekerja menggunakan sumber tegangan DC. Motor DC atau motor arus searah sebagaimana namanya, menggunakan arus langsung dan tidak langsung/direct-unidirectional. Motor DC digunakan pada penggunaan khusus dimana diperlukan penyalaan torque yang tinggi atau percepatan yang tetap untuk kisaran kecepatan yang luas. Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan jangkar disebut rotor (bagian yang berputar).

Gambar 2.1 Motor D.C Sederhana Sumber : learningengineering.org 2.2. Prinsip Kerja Motor Dc

Jika arus lewat pada suatu konduktor, akan timbul medan magnet di sekitar konduktor. Arah medan magnet ditentukan oleh arah aliran arus pada konduktor. Aturan genggaman tangan kanan bisa digunakan untuk menentukan arah garis fluks di sekitar konduktor. Genggam konduktor dengan tangan kanan dengan jempol mengarah pada arah aliran arus, maka jari-jari akan menunjukkan arah garis fluks. Medan magnet hanya terjadi di sekitar sebuah konduktor jika ada arus mengalir pada konduktor tersebut. Jika konduktor berbentuk U (rotor) diletakkan di antara kutub utara dan selatan, maka kuat medan magnet konduktor akan berinteraksi dengan medan magnet

(5)

5 Gambar 2.2 reaksi garis fluks

http://staff.ui.ac.id

Lingkaran bertanda A dan B merupakan ujung konduktor yang dilengkungkan (looped conductor). Arus mengalir masuk melalui ujung A dan keluar melalui

ujung B. Medan konduktor A yang searah jarum jam akan menambah medan pada kutub dan menimbulkan medan yang kuat di bawah konduktor. Konduktor akan berusaha bergerak ke atas untuk keluar dari medan magnet . Medan konduktor B yang berlawanan arah jarum jam akan menambah medan pada kutub dan menimbulkan medan yang kuat di atas konduktor. Konduktor akan berusaha untuk bergerak turun agar keluar dari medan yang kuat tersebut. Gaya-gaya tersebut akan membuat rotor berputar searah jarum jam. Pada motor dc, daerah kumparan medan yang dialiri arus listrik akan menghasilkan medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah tertentu. Konversi dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya berlangsung melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan energi, medan magnet juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses perubahan energi, daerah tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 2.3 Prinsip kerja motor dc https://staff.ui.ac.id

(6)

6 tegangan sumber harus lebih besar daripada tegangan gerak yang disebabkan

reaksi. Dengan memberi arus pada kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka menimbulkan perputaran pada motor.

2.2.1 Momen Kopel

Adanya gaya yang berlawanan arah menunjukkan adanya momen kopel, dimana Kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sama besar, sejajar dan berlawanan arah. Kopel itu sendiri penyebab sebuah benda berotasi.

Gambar 2.5 (a) Sebuah momen kopel, (b)menunjukan bahwa momen kopel adalah besaran vector http://fisikazone.com/momen-gaya-dan-momen-kopel/

Untuk persamaan momen kopel adalah sebagai berikut :

M = L . F sin α ... (1) (http://fisikazone.com)

Dengan :

M = Momen Kopel (Nm) L = Panjang lengan gaya (m) F = Gaya (N)

α = besar sudut antara gaya dengan lengan gaya

Berdasarkan teori elektromagnetik dapat diturunkan 3 rumus dasar untuk Motor DC yaitu : 1. Tegangan induksi (Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, ITB Bandung, 1991.hal 141)

Ea = C n Φ (Volt) ... (2) Dimana Φ = fluks (weber / N.m2)

N = Putaran mesin (Rpm) C = P/a x Z/60 = Konstanta p = Jumlah kutub

a = Jalur Paralel konduktor jangkar. Z = Jumlah konduktor jangkar

(7)

7 2. Kecepatan (Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, ITB Bandung, 1991.hal 141)

Dasar pemikiran dari pengaturan kecepatan pada motor DC adalah:

Ea = C n Φ ... (3) Ea= Vt – Ia Ra...(4) C n Φ = Vt – Ia Ra...(5)

Maka puataran motor DC ini dapat diatur dengan

n = Vt – Ia Ra …...(6) Dimana :

n = putaran (rpm)

Φ = Flux yang timbul (weber / N.m2) Vt = tegngan terminal (Volt)

Ia = Arus jangkar (Ampere) Ra = Tahanan Jangkar (ohm)

Ea = Tegngan balik yang bangkit dikumparan jangkar (Volt)

Dari persamaan diatas pengaturan kecepatan pada motor dapat dilakukan dengan mengatur : Φ , Vt, Ia dan Ra

3. Kopel elektromagnetik (Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, ITB Bandung, 1991.hal 141) T = C.Ia.Φ…... (7) Dimana:

Ia = arus jangkar (Ampere)

Φ = Flux yang timbul (weber / N.m2) C = P/a x Z/60 = Konstanta

Kopel elektromagnetik ini tidak sama dengan kopel yang terdapat pada sumbu. Dengan mengurangi kopel geser barulah dapat didapat harga kopel pada sumbu. Hubungan lain antara kopel elektromagnetik dengan daya mekanik yaitu

Ea. Ia = T.Wm ...(8) Dimana :

Ia = Arus jangkar (Ampere) Wm = 2 π n / 60 ;

n = putaran per sekon ( rps ) T = Momen kopel / Torsi (N.m)

4. Karakteristik kecepatan kopel (Zuhal, Dasar Tenaga Listrik, ITB Bandung, 1991. hal 152) Untuk motor arus searah berlaku hubungan

Vt = Ea + Ia .Ra... (9) Ea = C n Φ Volt N =( Vt – Ia Ra)/C Φ... (10)

(8)

8 Dimana :

Vt = tegangan terminal (volt)

Ea = tegangan pada kumparan jangkar (volt) Ia = arus jangkar (Ampere)

Ra = tahanan jangkar (ohm) C = konstanta

n = putaran per sekon ( rps )

Φ = Flux yang timbul (weber / N.m2)

(sumber,marine electrical:sardono sarwito hal 31) 2.2.2 Gaya Lorenzt

Pada dasarnya fungsi dari Motor DC adalah mengubah energy listrik menjadi energy mekanis, dalam hal ini adalah arus DC yang mengalir diubah menjadi gerak rotasi. untuk prinsip kerjanya sendiri Motor DC berdasarkan dari Perumusan Gaya Lorentz, untuk perhitungan besar gaya Lorentz sendiri sebgai berikut :

F = B . I . L... (11) (www.rumus-fisika.com)

Dimana:

F : gaya lorenz yang dialami penghantar(N) B : gaya magnet antar kutub(Wb/m2) I : besar arus pada penghantar(A)

Berdasarkan dsar tersebut, bisa diketahui arus mengalir melalui suatu kumparan akan menghasilkan medan magnet di sekitarnya dan saat arus mengalir di dalam medan magnet maka akan dihasilkan gaya. Untuk arah gaya , medan magnet , dan gaya Lorentz bisa menggunakan kaidah tangan kiri

Gambar 2.6 kaidah tangan kiri www.emaze.com

Ibu jari : menunjukkan arah gaya lorentz. Jari tengah : menunjukkan arah arus

(9)

9 Jari telunjuk : menunjukkan arah medan magnet.

2.3. Komponen Motor DC dan Rectifier

Pada motor DC komponen dimbagi menjadi dua jenis, yaitu Rotor, atau bagian yang bergerak, serta stator atau komponen yang diam. untuk komponen stator sendiri terdiri dari Rangka, lilitan penguat magnet, dan brush, untuk komponen rotornya sendiri terdiri dari jangkar dynamo dan komutator. Dari beberap komponen tersebut , ada tiga yang menjadi komponen utama, antara lain lilitan penguat magnet (stator), kumparan motor dan komutator (rotor).

Gambar 2.5 Komponen Motor Dc https://kaptenivan.files.wordpress.com 2.3.1. Lilitan Penguat Magnet

Berfungsi untuk mengalirkan arus listrik agar terjadi proses elektro magnet sehingga terjadi suatu magnet buatan sedangkan inti kutub magnet merupakan tempat dihasilkannya fluks magnet.

Gambar 2.6.Lilitan Penguat Magnet https://kaptenivan.files.wordpress.com 2.3.2. Kumparan motor DC

(10)

10 Bila arus masuk menuju kumparan motor DC, maka arus ini akan menjadi elektromagnet. kumparan motor DC yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, kumparan motor DC berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi, arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan kumparan motor DC.

2.3.3. Komutator

Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam kumparan motor DC. Commutator juga membantu dalam transmisi arus antara kumparan motor DC dan sumber daya.

2.3.4 Rectifier

Seperti yang diketahui bahwa motor DC beroperasi dengan arus DC maka kita perlu menggunakan sebuah alat untuk mengubah arus AC menjadi DC, alat tersebut adalah rectifier.

Gambar 2.8. Rectifier Sumber : indiamart.com

Rangkaian Rectifier atau Penyearah Gelombang ini pada umumnya menggunakan Dioda sebagai Komponen Utamanya. Hal ini dikarenakan Dioda memiliki karakteristik yang hanya melewatkan arus listrik ke satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Jika sebuah Dioda dialiri arus Bolak-balik (AC), maka Dioda tersebut hanya akan melewatkan setengah gelombang, sedangkan setengah gelombangnya lagi diblokir.

2.4. Jenis Jenis Motor DC

2.4.1 Berdasarkan Arus Medan

1. Motor DC penguat terpisah , yaitu motor DC yang menggunakan arus penguat magnet yang diperoleh dari sumber arus searah di luar motor.

(11)

11 Gambar 2.4.1 Penguat terpisah

Sumber : electronical-tutorial.net

2. Motor DC penguat sendiri, yaitu motor DC yang menggunakan arus penguat magnet berasal dari motor Dc itu sendiri.

2.4.2 Berdasarkan Rangkaian

1. Motor DC Shunt : motor DC yang menggunakan kumparan penguat yang disambungkan pararel ( shunt ) dengan lilitan jangkar. Pada motor shunt, gulungan medan (medan shunt) disambungkan secara paralel dengan gulungan dinamo (A). Oleh karena itu total arus dalam jalur merupakan penjumlahan arus medan dan arus dinamo.

Gambar 11. Rangkaian motor shunt Sumber : electriciantraining.tpub.com

2. Motor DC seri : motor DC yang menggunakan lilitan penguat magnet yang dihubungkan seri dengan lilitan jangkar.

(12)

12 Gambar 12. Rangkaian motor seri

Sumber : zonaelektro.net

3. Motor DC kompon : Motor DC yang menggunakan lilitan penguat magnet yang disambungkan seri dan pararel.

a. Motor DC kompon Panjang adalah motor seri diberi penguat shunt tambahan seperti gambar dibawah disebut motor kompon shunt panjang

Gambar 13. Rangkaian motor kompon panjang Sumber : electrical4u.com

b. Motor DC kompon Pendek adalah motor shunt diberi tambahan penguat seri seperti gambar dibawah disebut motor kompon shunt pendek

(13)

13 Gambar 14. Rangkaian motor kompon pendek

Sumber : zonaelektro.net

2.4.2.1 Kekurangan dan Kelebihan DC Seri, Shunt dan Kompon

1. Kelebihan dari Motor DC Shunt, yaitu tidak terlalu membutuhkan banyak ruangan karena diameter kawat kecil. Sedangkan kelemahannya yaitu daya keluaran yang dihasilkan kecil karena arus penguatnya kecil

2. Kecepatan dibatasi pada 5000 RPM dan Harus dihindarkan menjalankan motor seri tanpa ada beban sebab motor akan mempercepat tanpa terkendali.

3. Kelebihan motor kompon yaitu motor kompon memiliki torque penyalaan awal yang bagus dan kecepatan yang stabil. Makin tinggi persentase penggabungan (yakni persentase gulungan medan yang dihubungkan secara seri), makin tinggi pula torque penyalaan awal yang dapat ditangani oleh motor ini

2.4.3 Berdasarkan Adanya Sikat (Brush) 1. Motor DC brushed

(14)

14 Sumber : robotics.stackexchanges.con

Motor DC yang menggunakan sikat sebagais pengalir arus ke komutator, rotornya sendiri teriri atas kumparan yang terhubung ke komutator. Biasa disebut dengan motor DC klasik /konvesional.

2. Motor DC Brushless

Gambar 16. Brushless motor DC Sumber : progressiveautomations.com

Pada motor jenis ini, “rotating switch” mekanis atau susunan comutator/brushgear diganti dengan sebuah switch elektronik yang disinkronkan dengan posisi dari rotor. Motor tanpa sikat ini memiliki efisiensi 85-90%, sedangkan motor DC dengan brushgear memiliki efisiensi 75-80%. Untuk rotornya sendiri menggunakan magnet permanen

2.5 Sistem Kontrol Kecepatan

2.5.1 Pengaturan Kecepatan Dengan Mengatur Medan Shunt (f)

Pengaturan kecepatan dengan cara ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. Kecepatan terendah didapat dengan membuat tahanan variabel sama dengan nol. Sedangkan kecepatan tertinggi akan dibatasi oleh perencanaan mesin dimana gaya sentrifugal maksimum tidak sampai merusak motor.

b. Rugi panas yang timbul sangat rendah c. Sederhana dan mudah dalam perangkaiannya

d. Pengaturan kecepatan seperti ini hanya bisa dilakukan pada motor DC shunt dan kompon. 2.5.2 Pengaturan Kecepatan Dengan Mengatur Tahanan (Ra)/arus Ia

Dengan menyisipkan tahanan variabel secara seri terhadap tahanan jangkar, maka nilai Ia Ra akan dapat dikontrol sehingga nantinya harga n dapat dikontrol. Cara ini jarang digunakan karena rugi panas yang timbul cukup besar

2.5.3 Pengaturan Kecepatan Dengan Mengatur Tegangan (Vt)

Pada pengaturan kecepatan ini orang sering memakai sistem Ward-Leonard dengan motor yang berpenguatan bebas.

(15)

15 2.6 Pengereman pada Motor DC

Pengereman pada motor DC bisa dibedakan menjadi dua jenis, berdasarkan metodenya, yaitu mekanis dan elektrik. Untuk pengereman mekanis menggunakan shoe brake, sedangkan untuk pengereman elektrik dibagi lagi menjadi 4 jenis yaitu :

1.) Pengereman dinamis

Pengereman yang dilakukan dengan melepaskan jangkar yang berputar dari sumber tegangan dan memasangkan tahanan pada terminal jangkar.

2.) Pengereman secara regeneratif dapat dilaksanakan dengan cara mengembalikan energi kinetik motor dan beban kembali ke sumber.

3.) Pengereman pluging

Pada prinsipnya melaukukan pembalikan arah putaran dari mesin penggerak dan ini dapat dilakukan dengan membalik polaritas sumber pada salah satu kumparannya

4.) Pengereman Mekanis (Selenoid)

Pengereman ini bisa juga dikatakan sebagai rem magnet dengan kawat pengantar (selemoid). Rem magnet cara penggunaanya dipasang dengan poros motor sehingga pada saat motor bekerja, rem magnet juga bekerja karena dihubungkan pararel dengan rangkaian kontrolnya. Apabila diberi arus maka kumparan solenoid juga akan mendapat arus dan timbul penguatan

2.7 Rugi – Rugi pada Motor DC

Pada mesin DC terdapat pula beberapa inefisensi yang pada dasarnya dibagi menjadi 4 yaitu : 2.7.1 Rugi Listrik

Rugi ini diakibatkan oleh pemakaian konduktor tembaga. Rugi mekanis dapat dihitung dengan rumusan :

Rugi = I2.R ...(15) Diaman :

R = tahanan konduktor (ohm) I = Arus listrik (Ampere) 2.7.2 Rugi Besi / Magnet

Diakibatkan oleh pemakaian besi ferromagnetik. Terdiri dari rugi histeris dan rugi arus eddy. Rugi ini bersifat konstan, sehingga kita tidak dapat mengetahui berapa besarnya.

a. Rugi Histerisys

Pe=Ke . B2max . f2 . t2. V ... (16) Dimana : ke: konstanta

Bmax: maksimum flux (wb/m2) T : Thickness of lamination in m V : Volume in core (m3)

b. Rugi Edy current

(16)

16 Rugi W (B+M)... (18)

W(B+M)= R jangkar + Rtembaga... (19) c. Rugi besi

Atau dapat digunakan rumus :

Wfe= 20% . W (B+M)... (20)

2.7.3 Rugi Mekanik

Rugi mekanis terdiri dari rugi geser pada sikat, rugi geser pada sumbu, dan rugi angin. Seperti pada rugi besi, rugi mekanis juga bersifat konstan sehingga besarnya rugi mekanis tidak dapat diketahui.

2.7.4 Rugi Tembaga

Rugi-rugi lilitan primer dan sekunder yang terdiri dari kawat tembaga yang memiliki panjang dan penampang.

Rugi tembaga primer = Ip2 . Rp... (21) Rugi tembaga Sekunder = Is2 . Rs... (22) Pada saat tidak berbeban (beban = 0) maka tidak ada faktor daya luar yang menghambat daya input. P input = P luar + ∑ Losses

= 0 + ∑ Losses

Vt. Im = Rugi tembaga + Rugi ( besi + mekanis )

Dan Rugi terbagi atas rugi besi + rugi mekanis. Karena P input dan rugi tembaga dapat dihitung, maka besarnya rugi tetap dapat diketahui.

2.8 Perbedaan Motor DC dan AC

FAKTOR PEMBEDA MOTOR DC MOTOR AC

Suplai motor Arus DC Arus AC

komutator Ada Tidak ada

Daya Tetap bila kecepatan turun Turun bila kecepatan turun

Torsi Tinggi Rendah

(17)

17 Arus yang mengalir

2.9 Keuntungan dan Kerugian

No Keuntungan Kerugian

1. Momen Kopel yang besar Ukuran Motor yang jauh lebih besar 2. Motor Dc dapat diubah menjadi

Generator DC

Biaya yang cukup mahal untuk harga setiap motor

3. Kecepatannya mudah untuk diatur

Butuh beban tambahan karena bila tidak gerakan motor akan tidak terkendali 4. Mampu bekerja menahan beban

yang berat

Tidak dianjurkan pada tempat yang kotor dan berbahaya karena sikat motor dapat

menimbulkan percikan api 5. Kualitas pasokan daya tidak

bergantung pada kecepatan putaran motor

Hanya bisa digunakan dengan putaran motor yang tidak terlalu tinggi

2.10 Aplikasi di Dunia Marine dan Darat

Aplikasi di darat Aplikasi di dunia marine

Electrik Forklift

www.performancepeople.com

Gambar crane pada kapal (Sumber: www.Truenortmark.com)

(18)

18

Mesin Bubut System propulsi elektrik

https://encrypted-tbn3.gstatic.com

Motor Penggerak Lift

otis-lift.blogspot.com Radar yang fungsinya untuk navigasi pada kapal id.wikipedia.org

Contoh pada gokart listrik http://www.electricisart-bogipower.com/

Alat komunikasi di kapal www.maritimeworld.web.id

(19)

19 Drills http://www.bunnings.com.au Pompa Sentrifugal dikapal tekimku.blogspot.com

(20)

20 BAB III

DATA PERCOBAAN 3.1 PERALATAN

No. Nama Alat Gambar Fungsi

1 Motor DC

Compound

Untuk mengubah energi listrik menjadi energy mekanik.

2 Regulator Mengatur tegangan beban dan

berperan sebagai beban

3 Penyearah arus (rectifier)

Mengubah arus AC menjadi arus DC yang dapat dipakai untuk mengoperasikan motor DC shunt

(21)

21

4 Voltmeter Mengukur besar tegangan pada

rangkaian

5 Multitester Mengukur besarnya hambatan/

tahanan pada rangkaian

6 Tangmeter Mengukur besar arus yang

mengalir pada rangkaian

7. Kabel-kabel penghubung

Menghubugkan komponen listrik yang satu dengan yang lain

(22)

22

8. Tachometer Mengukur putaran motor DC shunt

9. Motor DC Shunt Untuk mengubah energi listrik

menjadi energy mekanik sebagai beban

3.2 LANGKAH PERCOBAAN

1. Percobaan Motor Dc Shunt Beban Nol

a. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum dan memeriksa apakah alat-alat tersebut masih berfungsi dengan baik atau tidak

(23)

23 Gambar 3.1 Rangkaian pada motor DC compound

c. Mengukur besar tahanan pada kumparan motor DC Compound dan selanjutnya menentukan kumparan seri, kumparan shunt dan kumparan jangkar

d. Merangkai alat – alat sebagai berikut

Gambar 3.2 Rangkaian Motor DC Shunt Beban Nol

Gambar 3.3 Rangkaian Percobaan Motor Dc Shunt Beban Nol

e. Motor DC dicatu daya dari sumber DC (dari sumber AC yang telah melewati penyearah arus) melalui voltage regulator.

Ampermete r

(24)

24 f. Pada saat motor diberi tegangan yang bervariasi 50,60,70,80 dan 90 volt atau sesuai dengan ketentuan Grader) mengamati besarnya arus yang mengalir dengan menggunakan tang meter

g. Besarnya putaran motor diamati dengan menggunakan tachometer

2. Percobaan Motor DC Shunt Berbeban

Gambar 3.4 Rangkaian Motor DC Shunt Berbeban

Gambar 3.5 Rangkaian percobaan Motor DC Shunt Berbeban

Rectifier

AC

DC

Rectifier

AC

DC

Motor DC

Compound

Motor DC

shunt

Ampermete r Ampermete r

(25)

25 a. Motor DC dicatu daya dari sumber DC (dari sumber AC yang telah melewati penyearah

arus) melalui voltase regulator. Gambar rangkaian seperti pada gambar.

b. Pembebanan dilakukan dengan pemberian arus eksitasi pada generator dengan nilai tertentu (1,2,3,4,5) Ampere atau sesuai dengan ketentuan Grader) yang dilakukan dengan menggunakan pengatur tegangan (Regulator B)

c. Kemudian regulator A diatur sedemikian rupa sehingga tegangannya tetap sebesar 100 volt atau sesuai dengan ketentuan Grader.

d. Amati dan catatlah besarnya rpm dan arus yang mengalir ke motor 3.3 DATA PRAKTIKUM

Rsh = 1200  merupakan tahanan shunt Rs = 200  merupakan tahanan seri Ra = 380  merupakan tahanan jangkar

PERCOBAAN 1 A. BEBAN NOL NAIK

B. BEBAN NOL TURUN

No. Tegangan Sumber (V) Arus IL (A) RPM

1 50 1,5 995

2 60 1,3 1150

3 70 1,2 1275

4 80 1,2 1375

5 90 1,1 1450

No. Tegangan Sumber (V) Arus IL (A) RPM

1 90 1,1 1440

2 80 1,1 1360

(26)

26

PERCOBAAN 2 A. BERBEBAN NAIK

No Tegangan Sumber Arus Eksitasi Arus IL RPM

1 100 1 1,1 1550 2 100 2 1.2 1530 3 100 3 1,3 1500 4 100 4 1,4 1460 5 100 5 1,6 1400 B. BERBEBAN TURUN

No Tegangan Sumber Arus Eksitasi Arus IL RPM

1 100 5 1,6 1415 2 100 4 1,4 1450 3 100 3 1,3 1480 4 100 2 1,2 1520 5 100 1 1,1 1540 BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan

Dari hasil pengukuran, didapatkan nilai tahanan jangkar dan tahanan medan. Dimana nilai tahanan medan lebih besar daripada nilai tahanan jangkar. Dimana tahanan masing – masing adalah sebagai berikut.

Tahanan Medan (Rsh) = 1100 Ω Tahanan Jangkar (Ra) = 7,2 Ω TAHANAN SERI

Data hasil praaktikum diolah untuk memperoleh nilai Ia, If, Pin, Wcu, W(b+m),

4 60 1,2 1115

(27)

27 W tot.

1. Beban nol (Naik) Vt = 50 V IL = 1.5 A Perhitungan 1 Arus Medan If = Vt / Rsh = 50/1100 = 0,045 A 2 Arus Jangkar Ia = IL – If = 1.5 – 0.045 = 1.4545 A

3 Daya Masuk Pin= Vt x IL

= 50 x 1.5 = 75 W

4 Rugi Tembaga Wtem= (Ia2 Ra) + (I f2 Rf)

= [(1.4545)2 x 7,2 ] + [ (0.045)2 x (1100)] = 17,51 W

5 Rugi besi dan mekanik W(b+m)= 20% x Pin = 20% x 75 w = 15 W

6 Rugi total Wtot= Wtem + W(b+m)

= 17,51 + 15 = 32,51 W

7 Ea Ea=Vt-(Ra x Ia)

=50 -(7,2 x 1.4545) = 39,527

8 Torsi Torsi = (Ea . Ia) / ( 2. 3,14 . (Rpm/60) ) =(39,527x 1.4545) / ( 2 . 3,14 . (995/60)

(28)

28 =0,552

Dengan cara yang sama untuk percoabaan kedua sampai kelima maka didapatkan tabel sebagai berikut. No RPM Vt iL if Ia P.in W tembaga 1 995 50 1.5 0.045 1.4545 75 17.51 2 1150 60 1.3 0.055 1.25 78 14.44 3 1275 70 1.2 0.064 1.14 84 13.75 4 1375 80 1.20 0.073 1.13 96 14.97 5 1450 90 1.1 0.082 1.02 99 14.83 W (b+m) W tot Torsi Ea 15.00 32.51 0.552 39.527 15.60 30.04 0.528 51.033 16.80 30.55206612 0.526 61.818 19.20 34.16753719 0.563 71.884 19.80 34.62783471 0.555 82.669

2. Beban Nol (turun) Vt = 50 V IL = 1.1 A Perhitungan 1 Arus Medan If = Vt/Rsh = 90/1100 = 0.082 A 2 Arus Jangkar Ia = IL – If = 1.1 – 0.082 = 1.02 A

3 Daya Masuk Pin= Vt x IL

= 90 x 1.1 = 99 W

4 Rugi Tembaga Wtem= (Ia2 Ra) + (I f2 Rf)

= [ (1.022 x 7,2] + [ (0.082)2 x (1100)] = 14,83 W

(29)

29 5 Rugi besi dan mekanik W(b+m)= 20% x Pin

= 20 % x 99 = 19,8 W

6 Rugi total Wtot= Wtem + W(b+m)

= 14,83+ 19,8 = 34,62 W

7 Ea Ea=Vt-(Ra . Ia)

=90 -(7,2 x 1.02) = 82,669

8 Torsi Torsi = (Ea . Ia) / ( 2. 3,14 . (Rpm/60) ) =(82,669 x 1.02) / ( 2 . 3,14 . (1440/60) = 0,558 (SATUAN)

Dengan cara yang sama untuk percoabaan kedua sampai kelima maka didapatkan tabel sebagai berikut. No RPM Vt Il if Ia Pin W tembaga 1 1440 90 1.1 0.082 1.02 99.00 14.83 2 1360 80 1.1 0.073 1.03 88.00 13.42 3 1245 70 1.2 0.064 1.14 84.00 13.75 4 1115 60 1.2 0.055 1.15 72.00 12.72 5 950 50 1.3 0.045 1.25 65.00 13.60 W (b+m) W tot Torsi Ea 19.80 34.62783471 0.558 82.669 17.60 31.01626446 0.524 72.604 16.80 30.55206612 0.539 61.818 14.40 27.11960331 0.508 51.753 13.00 26.60469421 0.517 40.967 3. Berbeban (Naik) Vt= 100 V IL = 1.1 A Arus eksitasi = 1 A Perhitungan 1 Arus Medan If = Vt/Rsh

(30)

30 = 100/1100 = 0.0909 A 2 Arus Jangkar Ia = IL – If = 1.1 – 0.0909 = 1.009 A

3 Daya Masuk Pin= Vt x IL

= 100 x 1.1 = 110 W 4 Rugi Tembaga Wtem= (Ia2 Ra) + (I

f2 Rf)

= [ (1.009)2 x 7,2] + [ (0.0909)2 x (1100)] = 16,24 W

6 Rugi besi dan mekanik W(b+m)= 20% x Pin = 20% x 110 = 22 W

8 Rugi total Wtot= Wtem + W(b+m)

=16,24 + 22 = 38,4224 W

9 Ea Ea=Vt-(Ra . Ia)

=100-(7,2 . 1.02) = 92,735

9 Torsi Torsi = (Ea . Ia) / ( 2. 3,14 . (Rpm/60) ) =(92,735. 1.009) / ( 2 . 3,14 . (1550/60) =0,577

10 Daya Keluar Pout = Pin – W tot = 110 – 38,4224 = 71,5776

(31)

31

11 Efisiensi η = Pout/Pin x 100%

= (71,5776/110) x 100% =0,651

No Exitasi Vt IL Ia If Pin W(tem)

1 1 100 1.1 1.009 0.090909 110 16.4224

2 2 100 1.2 1.109 0.090909 120 17.9475

3 3 100 1.3 1.209 0.090909 130 19.6166

4 4 100 1.40 1.309 0.090909 140 21.4297

5 5 100 1.6 1.509 0.090909 160 25.4879

W(b+m) W tot P out Eff torsi

22.000 38.4224 71.5776 0.651 0.577 24.000 41.9475 78.0525 0.650 0.637 26.000 45.6166 84.3834 0.649 0.703 28.000 49.4297 90.5703 0.647 0.776 32.000 57.4879 102.5121 0.641 0.918 Ea rpm 92.735 1550 92.015 1530 91.295 1500 90.575 1460 89.135 1400 4. Beban Turun Vt= 100 V IL = 1.6A Arus eksitasi = 5 A Perhitungan 1 Arus Medan If = Vt/Rsh = 100/1100

(32)

32 = 0,0909

2 Arus Jangkar Ia = IL – If = 1.6– 0.0909 = 1.509A

3 Daya Masuk Pin= Vt x IL

= 100 x 1.6 = 160 W 4 Rugi Tembaga Wtem= (Ia2 Ra) + (I

f2 Rf)

= [ (1.509)2 x 7,2] + [ (0.0909)2 x (1100)] = 25,488 W

5 Rugi besi dan mekanik W(b+m)= 20% x Pin = 1/5 x 160 = 32 W

7 Rugi total Wtot= Wtem+ W(b+m)

= 25,488 + 32 = 57,488 W

8 Ea Ea=Vt-(Ra . Ia)

=100-(7,2. 1.509) = 89,135

9 Torsi Torsi = (Ea . Ia) / ( 2. 3,14 . (Rpm/60) ) =(89,135 x 1,509) / ( 2 . 3,14 . (1415/60) = 0,91

10 Daya Keluar Pout = Pin – W tot =160– 57,488 = 102,512 W

11 Efisiensi η = Pout/Pin x 100%

=102,512 /160 x 100% = 0,641

(33)

33 Dengan rumus yang sama untuk perhitungan percobaan kedua sampai kelima maka didapatkan tabel berikut.

No exitasi Vt IL Ia If Pin W(tem)

1 5 100 1.6 1.509 0.090909 160 25.488

2 4 100 1.4 1.309 0.090909 140 21.430

3 3 100 1.30 1.209 0.090909 130 19.617

4 2 100 1.2 1.109 0.090909 120 17.948

5 1 100 1.1 1.009 0.090909 110 16.422

W(b+m) W tot P out Eff torsi

32.000 57.488 102.512 0.641 0.91 28.000 49.430 90.570 0.647 0.78 26.000 45.617 84.383 0.649 0.71 24.000 41.948 78.052 0.650 0.64 22.000 38.422 71.578 0.651 0.58 ea rpm 89.135 1415 90.575 1450 91.295 1480 92.015 1520 92.735 1540 4.2 Grafik 1. Grafik Vt - RPM

Grafik Vt vs RPM untuk beban nol/naik

Dari grafik ditunjukan bahwa tegangan berbanding lurus terhadap RPM. Semakin tinggi tegangan, semakin tinggi juga putarannya. Maka, hasil praktikum telah sesuai dengan rumus yang ada, ditunjukkan penjabaran rumus sebagai berikut : T = Ea .Ia / (2π.n/60) 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 50 60 70 80 90 100 RPM Vt

(34)

34 Ea = Vt – (Ia . Ra)

Maka,

T = [ {Vt – (Ia . Ra)}. Ia ] / (2π.n/60) Vt = n (T . 2π / 60 . Ia) + Ia . Ra

Sehingga terbukti bahwa Vt berbanding lurus dengan putaran (n).  Grafik Vt vs RPM untuk beban nol/turun

Sama seperti beban nol naik, dari grafik ditunjukan bahwa Vt (tegangan) berbanding lurus terhadap RPM. Semakin tinggi tegangan, semakin tinggi juga putarannya.

2. Grafik Torsi - RPM

Grafik Torsi vs RPM untuk beban nol/naik

Pada rumus Torsi diketahui bahwa tegangan dengan torsi berbanding terbalik. Dilihat bahwa semakin tingginya RPM maka akan semakin kecil dari torsi yang dihasilkan. Sesuai dengan rumus Torsi adalah T = 𝐸𝑎.𝐼𝑎

2𝜋𝑛/60 . Pada grafik diatas terlihat nilai torsi berbanding lurus 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 50 60 70 80 90 100 RPM Vt

Vt vs RPM (beban nol turun)

900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 0.50 0.52 0.54 0.56 0.58 0.60 RPM Vt

(35)

35 dengan nilai RPM, hal tersebut dikarenakan pada masing – masing RPM motor diberi tegangan sumber yang berbeda- beda sehingga tampak seperti berbanding lurus.

Grafik Torsi vs RPM untuk beban nol/turun

Pada grafik tersebut diketahui bahwa tegangan dengan torsi berbanding terbalik. Sesuai dengan rumus Torsi adalah T = 𝐸𝑎.𝐼𝑎

2𝜋𝑛/60. Pada grafik diatas terlihat nilai torsi berbanding lurus dengan nilai RPM, hal tersebut dikarenakan pada masing – masing RPM motor diberi tegangan sumber yang berbeda- beda sehingga tampak seperti berbanding lurus.

Grafik Torsi vs RPM untuk berbeban naik

Pada rumus torsi diketahui bahwa tegangan dengan torsi berbanding terbalik. Dilihat bahwa semakin tingginya RPM maka akan semakin kecil dari torsi yang dihasilkan. Sesuai

900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 0.50 0.52 0.54 0.56 0.58 0.60 RPM TORSI

Torsi vs RPM ( Beban nol turun)

0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 0.95 1.00 1400 1420 1440 1460 1480 1500 1520 1540 1560 TORSI RPM

(36)

36 dengan rumus Torsi adalah T = 𝐸𝑎.𝐼𝑎

2𝜋𝑛/60 . Pada grafik diatas terlihat nilai torsi berbanding lurus dengan nilai RPM, hal tersebut dikarenakan pada masing – masing RPM motor diberi tegangan sumber yang berbeda- beda sehingga tampak seperti berbanding lurus.

Grafik Torsi vs RPM untuk berbeban turun

Diketahui bahwa tegangan dengan torsi berbanding terbalik. Pada grafik diatas terlihat nilai torsi berbanding lurus dengan nilai RPM, hal tersebut dikarenakan pada masing – masing RPM motor diberi tegangan sumber yang berbeda- beda sehingga tampak seperti berbanding lurus.

3. Grafik Efisiensi – Beban

1. Grafik efisiensi vs arus eksitasi untuk berbeban naik 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90 0.95 1.00 1400 1420 1440 1460 1480 1500 1520 1540 1560 TO RSI RPM

(37)

37 Grafik diatas menunjukkan bahwa hubungan antara arus eksitasi terhadap efisiensi berbeban pada dasarnya adalah konstan atau adapun penurunan atau kenaikan hanyalah sedikit. Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat dilihat adanya penurunan efisiensi. Hal ini dikarenakan banyak faktor seperti: umur motor, material, losses dan lain sebagainya Sesuai dengan rumus :

η =Pout/Pin x 100%

Grafik Efisiensi vs Beban eksitasi untuk berbeban turun 60% 61% 62% 63% 64% 65% 66% 67% 68% 69% 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 EFISIE N SI ARUS EKSITASI

(38)

38 Grafik diatas menunjukkan bahwa hubungan antara arus eksitasi terhadap efisiensi berbeban turun adalah konstan. Sesuai dengan rumus :

η =Pout/Pin x 100%, 4. Grafik Rugi Total – RPM

a. Rugi total Vs RPM(beban Nol Naik)

Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa RPM berbanding lurus dengan Wtot rugi total. Hal tersebut dipengaruhi oleh rugi daya total yang ada pada motor DC baik yang bekerja pada jangkar, medan magnet, dan rangkaian seri. Rumus kerugian W(b+m) adalah 20% dari Pin., dimana rugi total motor dc adalah Wcu ditambah dengan W(b+m).

b. Rugi total Vs RPM (Beban nol Turun) 60% 61% 62% 63% 64% 65% 66% 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 EFISIE N SI Arus Eksitasi 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 29.00 30.00 31.00 32.00 33.00 34.00 35.00 R PM W.total

RUGI TOTAL VS RPM(Beban Nol

Naik)

(39)

39 Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa RPM berbanding lurus dengan Wtot rugi total. Hal tersebut dipengaruhi oleh rugi daya total yang ada pada motor DC baik yang bekerja pada jangkar, medan magnet, dan rangkaian seri. Rumus kerugian W(b+m) adalah 20% dari nilai Pin., dimana rugi total motor dc adalah Wcu ditambah dengan W(b+m).

c. Rugi total Vs RPM(berbeban naik)

Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa RPM berbanding terbalik dengan Wtot rugi total. Hal tersebut dipengaruhi oleh rugi daya total yang ada pada motor DC baik yang bekerja pada jangkar, medan magnet, dan rangkaian seri. Rumus kerugian W(b+m) adalah 20% dari nilai Pin dimana rugi total motor dc adalah Wcu ditambah dengan W(b+m).

d. Rugi Total Vs RPM (Berbeban Turun) 900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 26 28 30 32 34 36 RPM W.Total

RUGI TOTAL VS RPM (Beban nol turun)

900 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 35 40 45 50 55 60 RPM W.Total

(40)

40 Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa RPM berbanding terbalik dengan Wtot rugi total. Hal tersebut dipengaruhi oleh rugi daya total yang ada pada motor DC baik yang bekerja pada jangkar, medan magnet, dan rangkaian seri. Rumus kerugian W(b+m) adalah 20% dari nilai total daya losses yaitu daya losses akibat copper., dimana rugi total motor dc adalah Wcu ditambah dengan W(b+m).

4.3 Pembahasan 1. Beban Nol

Dari grafik putaran (rpm) terhadap voltase atau tegangan , menunjukkan bahwa RPM berbanding lurus dengan Tegangan. Semakin besar tegangan yang diberikan, semakin besar pula jumlah putaran yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena apabila putarannya semakin besar, maka arus yang masuk menjadi semakin besar sehingga rugi tembaga menjadi semakin besar.

2. Berbeban

Dari grafik hubungan eksitasi dengan efisiensi pada beban naik terlihat bahwa jika eksitasi semakin diperbesar, nilai efisiensi semakin berkurang. Sama halnya pada beban turun, apabila eksitasi bertambah, nilai efisiensi akan berkurang. Sedangkan untuk grafik hubungan torsi dengan RPM terlihat bahwa jika RPM semakin besar, maka torsi akan semakin bertambah hal tersebut dikarenakan pada masing – masing RPM motor diberi tegangan sumber yang berbeda- beda sehingga tampak seperti berbanding lurus.

1400 1450 1500 1550 1600 37 42 47 52 57 62 RPM W.Total

(41)

41 BAB V

KESIMPULAN

1. Berdasarkan teorinya hubungan torsi dengan putaran pada motor DC baik pada berbeban turun maupun berbeban naik, memiliki perbandingan yang terbalik. Ini juga berlaku untuk sebaliknya. Hal ini sesuai dengan rumus : T = 𝐸𝑎.𝐼𝑎

2𝜋𝑛/60

Sedangkan untuk eksitasi dengan fungsi putaran berbanding terbalik. Semakin besar eksitasi maka semakin kecil putaran

2. Untuk menghitung daya motor maka rumus yang digunakan

Daya Masuk Pin= Vt x IL

Sedangkan untuk menghitung kerugiannya menggunakan rumus Rugi Tembaga Wtem= (Ia2 Ra) + (I

f2 Rf)

Rugi besi dan mekanik W(b+m)= 20% x Pin

Rugi total Wtot= Wtem + W(b+m)

3. Rectifier merupakan peralatan elektronika yang digunakan untuk mengubah tegangan listrik

AC menjadi DC. Ada 3 bagian utama dalam penyearah gelombang pada suatu power supply yaitu, penurun tegangan (transformer), penyearah gelombang / rectifier (diode) dan filter (kapasitor). (DIAGRAM RECTIFIERNYA)

AC input --- transformer --- rectifier --- filter --- dc output

4. Yang dimaksud tahanan jangkar adalah tahanan yang berguna sebagai pengendali kecepatan motor. Tahanan kumparan adalah listrik pada kumparan yang akan menimbulkan panas bila kumparan tersebut dialiri arus.(PENGERTIAN MASING2 TAHANAN)

5. Perbedaan motor AC dan DC

MOTOR AC MOTOR DC

Tidak mempunyai Komutator Mempunyai Komutator

(42)

42 Untuk alat-alat yang membutuhkan torsi

rendah

Untuk alat-alat yang membutuhkan torsi tinggi

Kecepatan motor lebih sulit dikendalikan Lebih mudah dikendalikan

6. Arus eksitasi adalah arus yang mengalir pada kutub magnet beban generator yang berasal dari sumber yang berbeda dengan arus yang mengalir ke dalam motor.

7. Karena terdapat beberapa tahanan yaitu tahanan jangkar, seri dan tahanan shunt

8. Aplikasi motor DC khususnya di bidang marine adalah dapat diaplikasikan di steering gear, boiler, crane, dan lain-lain.

9. Berdasarkan teorinya hubungan putaran dengan rugi besi mekanis pada motor DC baik pada berbeban turun maupun berbeban naik , bahwa RPM berbanding terbalik dengan Wb+m ( Rugi besi mekanis) berdasarkan rumus daya losses dasar (I x R). Apabila RPM yang digunakan semakin tinggi, maka Wb+m ( Rugi besi mekanis ) yang dihasilkan pun akan semakin rendah

10. Berdasarkan teorinya, hubungan antara arus eksitasi dengan efisiensi, baik pada berbeban turun maupun berbeban naik memiliki perbandingan yang terbalik. Ini sesuai dengan prakteknya, berdasarkan grafiknya (sebagai contoh : berbeban turun) arus eksitasi semakin kecil maka effisiensinya semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Hal ini juga sama dengan hubungan antara putaran dengan torsinya, berbanding terbalik

Gambar

Gambar 2.1 Motor D.C Sederhana  Sumber : learningengineering.org  2.2. Prinsip Kerja Motor Dc
Gambar 2.3 Prinsip kerja motor dc  https://staff.ui.ac.id
Gambar 2.5  (a) Sebuah momen kopel, (b)menunjukan bahwa momen kopel adalah besaran vector  http://fisikazone.com/momen-gaya-dan-momen-kopel/
Gambar 2.5 Komponen Motor Dc   https://kaptenivan.files.wordpress.com  2.3.1.  Lilitan Penguat Magnet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari grafik diatas dapat terlihat bahwa semakin besar angka iodin maka torsi yang dihasilkan bisa semakin besar, Namun pengaruh dari angka iodin terhadap daya engine

Gambar 4.4 Grafik hubungan putaran kincir rpm dengan torsi kincir angin giromill tiga sudu variasi diameter 50 cm 4.4.5 Grafik Hubungan Antara Daya dengan Torsi Kincir Angin

Grafik Hasil Perhitungan Dari data yang telah diperoleh, kemudian diolah kembali kedalam bentuk grafik untuk mengetahui hubungan antara torsi N.m dengan kecepatan putar kincir rpm,

Dari grafik hubungan antara putaran dan panas yang terbawa oleh gas buang (Qeg) dapat dilihat bahwa grafik mengalami kenaikan sampai pada putaran 2000 rpm dan menurun pada

Pada grafik di atas dapat dilihat karakteristik dari motor shunt berdasarkan arus jangkar dengan putaran pada poros dari motor tersebut, dari grafik tersebut

Untuk menganalisis hubungan antara posisi sikat terhadap efisiensi dan torsi pada motor DC kompon panjang dan motor DC kompon pendek, maka dilakukan pengujian dengan

Grafik putaran mesin rpm vs torsi pada beban full load Dari gambar 2 diatas mengenai grafik perbandingan rpm terhadap torsi, dapat diketahui bahwa nilai torsi tertinggi pada rpm 550

Dari grafik dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa efisiensi termal efektif tertinggi terjadi pada putaran poros 1580,9 rpm, sehingga putaran ini dapat dianggap sebagai titik