• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Motor Bakar Fix Tito

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Motor Bakar Fix Tito"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Praktikum merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses belajar Praktikum merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Tujuan kegiatan praktikum terutama untuk memberikan mengajar di perguruan tinggi. Tujuan kegiatan praktikum terutama untuk memberikan  pemahaman

 pemahaman yang yang lebih lebih mendalam mendalam kepada kepada para para mahasiswa mahasiswa terhadap terhadap teori teori yang yang telahtelah diberikan dalam proses perkuliahan dikelas. Bentuknya biasanya berupa kegiatan di diberikan dalam proses perkuliahan dikelas. Bentuknya biasanya berupa kegiatan di laboratorium dimana para mahasiswa melakukan percobaan untuk mempraktekkan laboratorium dimana para mahasiswa melakukan percobaan untuk mempraktekkan suatu teori atau karakteristik tertentu dari materi kuliah yang telah diberikan.

suatu teori atau karakteristik tertentu dari materi kuliah yang telah diberikan.

Tujuan kegiatan praktikum berbeda dengan tujuan kegiatan penelitian. Tujuan kegiatan praktikum berbeda dengan tujuan kegiatan penelitian. Walaupun keduanya sama-sama dilaksanakan di laboratorium. Praktikum bertujuan Walaupun keduanya sama-sama dilaksanakan di laboratorium. Praktikum bertujuan untuk menerapkan teori yang sudah ada dengan tujuan membantu proses belajar untuk menerapkan teori yang sudah ada dengan tujuan membantu proses belajar mengajar. Sedangkan penelitian bertujuan untuk mendapatkan teori baru dalam rangka mengajar. Sedangkan penelitian bertujuan untuk mendapatkan teori baru dalam rangka  pengembangan ilmu pengetahuan.

 pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam program Dalam program pendidikan perguruan tinggi pendidikan perguruan tinggi jenjangjenjang akademik dalam rangka mendidik calon sarjana

akademik dalam rangka mendidik calon sarjana yang menguasai ilmu pengetahuan yangyang menguasai ilmu pengetahuan yang sudah ada serta mampu

sudah ada serta mampu mengembangkan ilmu pengetahuan.mengembangkan ilmu pengetahuan.

Dalam bidang ilmu teknik mesin, kegiatan praktikum dapat dilaksanakan di Dalam bidang ilmu teknik mesin, kegiatan praktikum dapat dilaksanakan di laboratorium, karena objek ilmu teknik mesin adalah proses atau fenomena alam dan laboratorium, karena objek ilmu teknik mesin adalah proses atau fenomena alam dan usaha rekayasanya dalam bentuk mekanisme. Kegiatan ini untuk membentuk manusia usaha rekayasanya dalam bentuk mekanisme. Kegiatan ini untuk membentuk manusia dalam melakukan berbagai kegiatan fisik dalam hidupnya. Kegiatan praktikum dapat dalam melakukan berbagai kegiatan fisik dalam hidupnya. Kegiatan praktikum dapat dilaksanakan dengan menggunakan instalasi percobaan seperti model fisik dari dilaksanakan dengan menggunakan instalasi percobaan seperti model fisik dari objeknya atau dengan cara simulasi matematik dengan menggunakan

objeknya atau dengan cara simulasi matematik dengan menggunakan  software software komputer.

komputer.

Praktikum mempunyai peranan penting, terutama untuk membantu memahami Praktikum mempunyai peranan penting, terutama untuk membantu memahami teori, proses atau karakteristik dari berbagai fenomena dan hasil rekayasa dalam bentuk teori, proses atau karakteristik dari berbagai fenomena dan hasil rekayasa dalam bentuk rekayasa yang komplek sehingga sulit dipahami apabila hanya diterangkan melalui rekayasa yang komplek sehingga sulit dipahami apabila hanya diterangkan melalui  proses perkuliahan di kelas.

 proses perkuliahan di kelas. Motor bakar atau

Motor bakar atau internal combustion engineinternal combustion engine  merupakan hasil rekayasa  merupakan hasil rekayasa mekanisme dari proses konversi energi yang sangat luas penggunaanya sampai saat ini, mekanisme dari proses konversi energi yang sangat luas penggunaanya sampai saat ini, terutama mesin-mesin alat transportasi, mesin-mesin pertanian dan lain lain. Motor terutama mesin-mesin alat transportasi, mesin-mesin pertanian dan lain lain. Motor  bakar

(2)

engine)

engine)  dan mempunyai dua jenis, yaitu motor bensin  dan mempunyai dua jenis, yaitu motor bensin (spark ignition engine)(spark ignition engine)  dan  dan motor diesel

motor diesel (compression ignition engine)(compression ignition engine)..

1.2

1.2 Tujuan PraktikumTujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum motor bakar adalah : Adapun tujuan dari praktikum motor bakar adalah : 1.

1. Mendapatkan berbagai karakteristik kinerja (Mendapatkan berbagai karakteristik kinerja ( performance  performance characteristiccharacteristic  ) dari  ) dari motor bakar melalui kegiatan pengujian di laboratorium motor bakar yang motor bakar melalui kegiatan pengujian di laboratorium motor bakar yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu :

dilakukan oleh mahasiswa yaitu : a.

a. Karakteristik kinerja antara putaran terhadap daya indikatif (Ni), daya efektif,Karakteristik kinerja antara putaran terhadap daya indikatif (Ni), daya efektif, dan daya mekanik.

dan daya mekanik.  b.

 b. Karakteristik kinerja antara putaran terhadap torsiKarakteristik kinerja antara putaran terhadap torsi c.

c. Karakteristik kinerja antara putaran terhadapKarakteristik kinerja antara putaran terhadap Mean Effective Pressure Mean Effective Pressure (MEP)(MEP) d.

d. Karakteristik kinerja antara putaran terhadapKarakteristik kinerja antara putaran terhadap Spesific Fuel ConsumptionSpesific Fuel Consumption (SFC)(SFC) e.

e. Karakteristik kinerja antara putaran terhadap efisiensi (ηKarakteristik kinerja antara putaran terhadap efisiensi (ηii,η,ηee,η,ηvv))

f.

f. Karakteristik kinerja antara putaran terhadap kandungan CO, COKarakteristik kinerja antara putaran terhadap kandungan CO, CO22, O, O22, H, H22O danO dan

 N

 N22 dalam gas buang. dalam gas buang.

g.

g. Putaran terhadap keseimbangan panas.Putaran terhadap keseimbangan panas. 2.

2. Evaluasi data karakteristik kinerja tersebut dengan membandingkannya denganEvaluasi data karakteristik kinerja tersebut dengan membandingkannya dengan karakteristik kinerja yang bersesuaian yang ada dalam buku referensi.

karakteristik kinerja yang bersesuaian yang ada dalam buku referensi. 3.

3. Menggambarkan diagramMenggambarkan diagram SankeySankey, yaitu diagram yang menggambarkan, yaitu diagram yang menggambarkan keseimbangan panas yang terjadi pada proses pembakaran pada motor bakar.

keseimbangan panas yang terjadi pada proses pembakaran pada motor bakar. 4.

4. Mengetahui pembakaran sempurna atau tidak yang ditunjukkan dengan emisi gasMengetahui pembakaran sempurna atau tidak yang ditunjukkan dengan emisi gas  buang berupa karbon

(3)

engine)

engine)  dan mempunyai dua jenis, yaitu motor bensin  dan mempunyai dua jenis, yaitu motor bensin (spark ignition engine)(spark ignition engine)  dan  dan motor diesel

motor diesel (compression ignition engine)(compression ignition engine)..

1.2

1.2 Tujuan PraktikumTujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum motor bakar adalah : Adapun tujuan dari praktikum motor bakar adalah : 1.

1. Mendapatkan berbagai karakteristik kinerja (Mendapatkan berbagai karakteristik kinerja ( performance  performance characteristiccharacteristic  ) dari  ) dari motor bakar melalui kegiatan pengujian di laboratorium motor bakar yang motor bakar melalui kegiatan pengujian di laboratorium motor bakar yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu :

dilakukan oleh mahasiswa yaitu : a.

a. Karakteristik kinerja antara putaran terhadap daya indikatif (Ni), daya efektif,Karakteristik kinerja antara putaran terhadap daya indikatif (Ni), daya efektif, dan daya mekanik.

dan daya mekanik.  b.

 b. Karakteristik kinerja antara putaran terhadap torsiKarakteristik kinerja antara putaran terhadap torsi c.

c. Karakteristik kinerja antara putaran terhadapKarakteristik kinerja antara putaran terhadap Mean Effective Pressure Mean Effective Pressure (MEP)(MEP) d.

d. Karakteristik kinerja antara putaran terhadapKarakteristik kinerja antara putaran terhadap Spesific Fuel ConsumptionSpesific Fuel Consumption (SFC)(SFC) e.

e. Karakteristik kinerja antara putaran terhadap efisiensi (ηKarakteristik kinerja antara putaran terhadap efisiensi (ηii,η,ηee,η,ηvv))

f.

f. Karakteristik kinerja antara putaran terhadap kandungan CO, COKarakteristik kinerja antara putaran terhadap kandungan CO, CO22, O, O22, H, H22O danO dan

 N

 N22 dalam gas buang. dalam gas buang.

g.

g. Putaran terhadap keseimbangan panas.Putaran terhadap keseimbangan panas. 2.

2. Evaluasi data karakteristik kinerja tersebut dengan membandingkannya denganEvaluasi data karakteristik kinerja tersebut dengan membandingkannya dengan karakteristik kinerja yang bersesuaian yang ada dalam buku referensi.

karakteristik kinerja yang bersesuaian yang ada dalam buku referensi. 3.

3. Menggambarkan diagramMenggambarkan diagram SankeySankey, yaitu diagram yang menggambarkan, yaitu diagram yang menggambarkan keseimbangan panas yang terjadi pada proses pembakaran pada motor bakar.

keseimbangan panas yang terjadi pada proses pembakaran pada motor bakar. 4.

4. Mengetahui pembakaran sempurna atau tidak yang ditunjukkan dengan emisi gasMengetahui pembakaran sempurna atau tidak yang ditunjukkan dengan emisi gas  buang berupa karbon

(4)

BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

2.1 Pengertian Motor BakarPengertian Motor Bakar

Motor bakar adalah mesin kalor atau mesin konversi energi yang mengubah Motor bakar adalah mesin kalor atau mesin konversi energi yang mengubah energi kimia menjadi energi mekanik berupa kerja (rotasi) . Pada dasarnya mesin kalor energi kimia menjadi energi mekanik berupa kerja (rotasi) . Pada dasarnya mesin kalor (Heat Engine)

(Heat Engine) dikategorikan menjadi dua (2), yaitu: dikategorikan menjadi dua (2), yaitu: a.

a.  External Combustion Engine External Combustion Engine

Yaitu mesin yang menghasilkan daya dengan menggunakan peralatan lain Yaitu mesin yang menghasilkan daya dengan menggunakan peralatan lain untuk menghasilkan

untuk menghasilkan media yang dapat digumedia yang dapat digunakan untuk menimbulkan dnakan untuk menimbulkan daya sepertiaya seperti turbin uap, dimana uap yang digunakan untuk menghasilkan daya berasal dari turbin uap, dimana uap yang digunakan untuk menghasilkan daya berasal dari  proses

 proses lain lain yang yang terjadi terjadi di di boiler, boiler, di di boiler boiler tersebut tersebut air air dipanaskan dipanaskan sehinggasehingga menghasilkan uap

menghasilkan uap (superheated steam)(superheated steam) dan kemudian uap ini dikirim ke turbin uapdan kemudian uap ini dikirim ke turbin uap untuk menghasilkan daya.

untuk menghasilkan daya. b.

b.  Internal Combustion Engine Internal Combustion Engine

Merupakan mesin yang mendapatkan daya dari proses pembakarannya yang Merupakan mesin yang mendapatkan daya dari proses pembakarannya yang terjadi dalam mesin itu sendiri, hasil pembakaran bahan bakar dan udara digunakan terjadi dalam mesin itu sendiri, hasil pembakaran bahan bakar dan udara digunakan langsung untuk menimbulkan daya. Contohnya mesin yang menggunakan piston langsung untuk menimbulkan daya. Contohnya mesin yang menggunakan piston seperti

seperti gasoline  gasoline engine, engine, diesel diesel engine,engine, dan mesin dengan turbin penggerak (turbindan mesin dengan turbin penggerak (turbin gas).

gas).

2.1.1.

2.1.1. Prinsip Motor BakarPrinsip Motor Bakar

Motor bakar yang sampai sekarang digunakan adalah jenis motor bakar torak. Motor bakar yang sampai sekarang digunakan adalah jenis motor bakar torak. Motor bakar torak menggunakan beberapa silinder

Motor bakar torak menggunakan beberapa silinder yang didalamnya terdapat torak yang didalamnya terdapat torak yangyang  bergerak translasi

 bergerak translasi bolak balik. Di bolak balik. Di dalam silinder dalam silinder itulah terjadi itulah terjadi pembakaran antara pembakaran antara bahanbahan  bakar dengan oksigen

 bakar dengan oksigen dari udara. dari udara. Gas pembakaran Gas pembakaran yang dihasilkan oleh yang dihasilkan oleh proses tersebutproses tersebut mampu menggerakkan torak yang dihubungkan dengan poros engkol oleh batang mampu menggerakkan torak yang dihubungkan dengan poros engkol oleh batang  penghubung (batang penggerak).

 penghubung (batang penggerak). Gerak Gerak translasi translasi torak torak tadi tadi mengakibatkan gerak mengakibatkan gerak rotasirotasi  pada

 pada poros poros engkol engkol dan dan sebaliknya. sebaliknya. Berdasarkan Berdasarkan langkah langkah kerjanya, kerjanya, motor motor bakar bakar toraktorak dibedakan menjadi 2, yaitu motor bakar 4

(5)

A. Motor Bakar 4 Langkah

Pada motor bakar 4 langkah, setiap 1 siklus kerja memerlukan 4 kali langkah torak atau 2 kali putaran poros engkol, yaitu:

a. Langkah Isap (Suction Stroke)

Torak bergerak dari posisi TMA (titik mati atas) ke TMB (titik mati  bawah), dengan katup KI (katup isap) terbuka dan katup KB (katup buang) tertutup. Karena gerakan torak tersebut maka campuran udara dengan bahan  bakar pada motor bensin atau udara saja pada motor diesel akan terhisap masuk

ke dalam ruang bakar.

b. Langkah Kompresi (Compression Stroke)

Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI dan KB tertutup.Sehingga terjadi proses kompresi yang mengakibatkan tekanan dan temperatur di silinder naik.

c. Langkah Ekspansi (Expansion Stroke)

Sebelum posisi torak mencapai TMA pada langkah kompresi, pada motor bensin busi dinyalakan, atau pada motor diesel bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar sehingga terjadi proses pembakaran. Akibatnya tekanan dan temperatur di ruang bakar naik lebih tinggi. Sehingga torak mampu melakukan langkah kerja atau langkah ekspansi. Langkah kerja dimulai dari posisi torak pada TMA dan berakhir pada posisi TMB saat KB mulai terbuka pada langkah buang. Langkah ekspansi pada proses ini sering disebut dengan power stroke atau langkah kerja.

d. Langkah Buang

Torak bergerak dari posisi TMB ke TMA dengan KI tertutup dan KB terbuka. Sehingga gas hasil pembakaran terbuang ke atmosfer. Skema masing masing langkah gerakan torak di dalam silinder motor bakar 4 langkah tersebut ditunjukkan dalam gambar 2.1.

(6)

Gambar 2.1 Skema Langkah Kerja Motor Bakar 4 Langkah Sumber: Britannica (2013)

B. Motor Bakar 2 Langkah

Pada motor bakar 2 langkah, setiap 1 siklus kerja memerlukan 2 kali langkah torak atau 1 kali putaran poros engkol. Motor bakar 2 langkah juga tidak memiliki katup isap (KI) dan katup buang (KB) dan digantikan oleh lubang isap dan lubang buang. Secara teoritis, pada berat dan displacement   yang sama, motor bakar 2 langkah menghasilkan daya 2 kali lipat dari daya motor bakar 4 langkah, tetapi pada kenyataannya tidak demikian karena efisiensinya lebih rendah akibat pembuangan gas buang yang tidak komplit dan pembuangan sebagian bahan bakar bersama gas buang akibat penggunaan sistem lubang. Tetapi melihat konstruksinya yang lebih simpel dan murah serta memiliki rasio daya-berat dan daya-volume yang tinggi maka motor bakar 2 langkah cocok untuk sepeda motor dan alat-alat pemotong.

(7)

a) Langkah Torak dari TMA ke TMB

Sebelum torak mencapai TMA, busi dinyalakan pada motor bensin (bahan  bakar disemprotkan pada motor diesel) sehingga terjadi proses pembakaran.

Karena proses ini, torak terdorong dari TMA menuju TMB. Langkah ini merupakan langkah kerja dari motor bakar 2 langkah. Saat menuju TMB, piston terlebih dahulu membuka lubang buang, sehingga gas sisa pembakaran te rbuang. Setelah itu dengan gerakan piston yang menuju TMB, lubang isap terbuka dan campuran udara bahan bakar pada motor bensin atau udara pada motor diesel akan masuk ke dalam silinder.

 b) Langkah Torak dari TMB ke TMA

Setelah torak mencapai TMB maka torak kembali menuju TMA. Dengan gerakan ini, sebagian gas sisa yang belum terbuang akan didorong keluar sepenuhnya yang disebut  scarenging . Selain itu, gerakan piston yang turun menuju TMA menyebabkan terjadinya kompresi yang kemudian akan dilanjutkan dengan pembakaran setelah lubang isap tertutup oleh torak.

2.2 Siklus Termodinamika Motor Bakar

Siklus aktual dari proses kerja motor bakar sangat komplek untuk digambarkan, karena itu pada umumnya siklus motor bakar didekati dalam bentuk siklus udara standar (air standard cycle). Dalam air standard cycle  fluida kerja menggunakan udara, dan  pembakaran bahan bakar diganti dengan pemberian panas dari luar. Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan fluida kerja pada kondisi awal. Semua proses  pembentuk siklus udara standar dalam motor bakar adalah proses ideal, yaitu proses

reversibel internal.

2.2.1 Siklus Otto

Siklus standar udara pada motor bensin disebut Siklus Otto, berasal dari nama  penemunya, yaitu Nicholas Otto seorang Jerman pada tahun 1876. Diagram P  –  V dari

(8)

Gambar 2.3 Diagram Siklus Otto Ideal

Sumber: Thermodynamics, Cengel, 1994 : 457

Langkah kerja dari Siklus Otto terdiri dari : 1. Langkah kompresi adiabatis reversibel (1-2)

2. Langkah penambahan panas pada volume konstan (2-3) 3. Langkah ekspansi adiabatis reversibel (3-4)

4. Langkah pembuangan panas secara isokhorik (4-1)

Dalam siklus udara standar langkah buang (1-0), dan langkah isap (0-1) tidak diperlukan karena fluida kerja udara tetap berada didalam silinder. Apabila tekanan gas dan volume silinder secara bersamaan pada setiap posisi torak dapat diuraikan maka dapat digambarkan siklus aktual motor bensin yang bentuknya seperti ditunjukkan pada gambar.

(9)

Langkah siklus motor bensin aktual terdiri dari : 1. Langkah Kompresi

2. Langkah pembakaran bahan bakar dan langkah ekspansi 3. Langkah pembuangan

4. Langkah isap

2.2.2 Siklus Diesel

Pada tahun 1890 di Jerman Rudolph Diesel  merencanakan sebuah motor dengan menkompresikan udara sampai mencapai temperatur nyala dari bahan bakar, kemudian  bahan bakar diinjeksikan dengan laju penyemprotan sedemikian rupa sehingga dihasilkan proses pembakaran pada tekanan konstan. Penyalaan terhadap bahan bakar diakibatkan oleh satu kompresi dan bukan oleh penyalaan busi seperti halnya motor cetus api (S.I Engine)

Gambar 2.5 Diagram P-V dan T-S siklus diesel Sumber: Thermodynamics, Cengel, 1994 : 464

Langkah siklus ini terdiri dari : 1. Langkah isap (0-1) secara isobarik

2. Langkah kompresi (1-2) secara isentropik

3. Langkah pemasukan kalor (2-3) secara isobarik 4. Langkah kerja (3-4) secara isentropik

5. Langkah pelepasan kalor secara isokhorik (4-1) 6. Langkah buang (1-0) secara isobarik

(10)

2.2.3 Siklus Trinkler

Siklus trinkler merupakan gabungan antara siklus otto dengan siklus diesel. Pada siklus ini pemasukan kalor sebagian pada volume konstan seperti dalam siklus otto, dan sebagian lagi pada tekanan konstan dalam siklus diesel. Kombinasi demikian merupakan gambaran yang lebih baik pada motor-motor pembakaran dalam modern.

Gambar 2.6 Diagram Siklus Dual Motor Diesel Sumber: Thermodynamics, Cengel, 1994 : 466

Langkah kerja siklus dual motor diesel teoritis terdiri dari : 1. Langkah kompresi adiabatis reversibel (1-2)

2. Langkah pemberian panas pada volume konstan (2-X) 3. Langkah pemberian panas pada tekanan konstan (X-3) 4. Langkah ekspansi adiabatis reversibel (3-4)

5. Langkah pembuangan panas (4-1)

2.3 Pengertian Karakteristik Kinerja Motor Bakar

Karakteristik kinerja motor bakar adalah karakteristik atau bentuk  –   bentuk hubungan antara indikator kerja sebagai variabel terikat dengan indikator operasionalnya sebagai variabel bebas. Dengan adanya bentuk hubungan antara kedua indikator tersebut maka dapat diketahui kondisi optimum suatu motor bakar harus dioperasikan, atau apakah kondisi suatu motor bakar masih baik dan layak untuk dioperasikan.

(11)

2.3.1 Indikator Kerja dan Indikator Operasional Motor Bakar

Beberapa indikator kinerja motor bakar yang biasa digunakan untuk mengetahui kinerja suatu motor bakar diantaranya adalah:

1. Daya Indikatif (Ni)

Daya yang dihasilkan dari reaksi pembakaran bahan bakar dengan udara yang terjadi di ruang bakar.

 z   L n  D Vd   P   Ni i       45 , 0

dimana Pi : tekanan indikasi rata-rata (kg/cm²) Vd : volume langkah = .2.

4   (m³)

D : diameter silinder (m) L : panjang langkah torak (m) n : putaran mesin (rpm)

z : jumlah putaran poros engkol untuk setiap siklus untuk 4 langkah z = 2, dan untuk 2 langkah z = 1 2. Daya Efektif (Ne)

Daya efektif motor bakar adalah proporsional dengan perkalian torsi yang terjadi pada poros output (T) dengan putaran kerjanya (n). Karena putaran kerja  poros sering berubah terutama pada mesin kendaraan bermotor, besar torsi pada  poros (T) yang dapat dijadikan sebagai indikator kinerja motor bakar. Daya ini dihasilkan oleh poros engkol yang merupakan perubahan kalor di ruang bakar menjadi kerja. Daya efektif dirumuskan sebagai berikut

2 , 716 n T   Ne  dimana T : Torsi (kg . m) n : putaran (rpm)

3. Kehilangan Daya / Daya Mekanik (Nf)

Kehilangan daya (Nf) terjadi akibat adanya gesekan pada torak dan bantalan.  Ne

 Ni  Nf   

(12)

dimana : Ni = Daya Indikatif  Ne = Daya efektif  Nf = Daya mekanis

4. Tekanan Efektif Rata Rata (MEP)

Tekanan rata-rata di dalam silinder selama 1 siklus kerja dan menghasilkan daya efektif Ne. Data MEP digunakan untuk mengetahui apakah proses kompresi yang terjadi masih cukup baik, atau untuk mengetahui adanya kebocoran dari dalam silinder.

n i Vd   z   Neo  Pe  MEP        0,45 [kg/cm2]

5. Efisiensi Motor Bakar terdiri dari : a. Efisiensi Termal Indikatif

ηi=

Qb

 Ni

 x 632 x 100 %  b. Efisiensi Termal Efektif

ηe= b e Q  N   x 632 x 100 % c. Efisiensi Mekanis ηm=  Ni  Ne  x 100 % d. Efisiensi Volumetrik  ηv = i V  n  z  Gs d  a. . . 60 . .    x 100 %

6. Beberapa Indikator Kerja yang lain, misalnya konsumsi bahan bakar spesifik (SFC), kandungan polutan dalam gas buang dan neraca panas.Indikator operasional motor bakar menunjukkan kondisi operasi dimana motor bakar tersebut dioperasikan. Dua jenis indikator operasional sebagai variabel bebas

(13)

1) Putaran kerja mesin (rpm)

2) Beban mesin / Daya efektifnya (Ne) pada putaran kerja konstan

Pengujian motor bakar dengan putaran mesin sebagai variabel bebas digunakan untuk mesin mesin transportasi, yang biasanya beroperasi pada putaran yang berubah ubah. Sedangkan pengujian motor bakar dengan daya efektif sebagai variabel bebas  pada putaran konstan digunakan pada motor bakar stasioner yang biasanya beroperasi  pada putaran konstan, terutama pada mesin penggerak generator listrik.

2.3.2 Jenis Karakteristik Kinerja Motor Bakar

Bentuk hubungan antar masing masing variabel indikator kinerja terhadap variabel, indikator operasional suatu motor bakar didapatkan dengan cara pengujian laboratorium dari mesin yang bersangkutan. Data yang digunakan untuk menggambarkan bentuk hubungan antara variabel tersebut dapat berasal dari  pengukuran langsung selama pengujian, atau harus dihitung dari data yang diukur. Data seperti putaran mesin dan temperatur dapat diukur langsung, tetapi daya, torsi, dan efisiensi dihitung berdasarkan pengukuran terhadap parameter pembentuknya.

Pada pengujian dengan putaran mesin sebagai variabel bebas, jenis karakteristik kinerja yang sering diperlukan adalah :

1) Putaran terhadap daya indikatif (Ni), daya efektif (Ne), dan daya mekanik (Nf) 2) Putaran terhadap torsi (T)

3) Putaran terhadap Mean Efektif Pressure (MEP) 4) Putaran terhadap spesific fuel consumption (SFC) 5) Putaran terhadap efisiensi (i , e , m , v)

6) Putaran terhadap komposisi CO2, CO , O2 , dan N2 dalam gas buang

7) Putaran terhadap keseimbangan panas 8) Putaran terhadap fuel consumption

Rentang besar putaran dalam pengujian tersebut mulai dari putaran minimum sampai melewati kondisi besar daya maksimum mesin.

(14)

2.4 Karakteristik Kinerja Motor Diesel

2.4.1 Grafik hubungan Putaran dengan Daya Poros dan

F uel Consumption

. a. Grafik Torsi dengan Putaran

Pada grafik ditunjukkan bahwa semakin tinggi putaran (rpm) maka torsi semakin meningkat sampai mencapai titik maksimum pada putaran tertentu. Hal ini disebabkan karena dibutuhkannya momen putar tinggi pada awal putaran  poros kemudian terjadi sifat kelembaman sehingga menurun pada putaran

tertentu.

Gambar 2.7 Grafik Hubungan Putaran dengan daya Poros

Sumber: Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi. 1975 : 61

 b. Grafik Hubungan antara Spesific Fuel Consumption terhadap Putaran

Dari grafik 2.7 terlihat bahwa pemakaian bahan bakar yang dimaksud adalah jumlah putaran/ jumlah sirkulasi bahan bakar yang diperlukan untuk daya

(15)

mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan konsumsi bahan bakar yang cenderung tinggi karena diperlukan daya yang besar untuk penggerak awal mesin. Pada putaran setelah titik optimum, grafik mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan pembakaran kurang sempurna sehingga daya mengalami  penurunan, inilah yang menyebabkan SCF meningkat. Selain itu dengan naiknya  putaran maka daya yang dibutuhkan semakin besar

c. Grafik Daya Poros terhadap Putaran

Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi nilai putaran maka daya poros mengalami peningkatan sampai mencapai titik maksimum (titik dimana putaran  poros lebih rendah daripada putaran dimana daya indikatornya maksimum), kenaikkan itu menunjukkan semakin besarnya daya efektif akibat dari daya indikasi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar semakin besar akibat  putaran yang terus bertambah. Kemudian mengalami penurunan pada putaran yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya gesekan antara piston dengan silinder dalam ruang bakar, pada bantalan, roda gigi, daya untuk menggerakkan pompa bahan bakar, generator, pompa air, katup,dsb. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar putaran menyebabkan gesekan yang terjadi  juga besar, sehingga beban daya yang harus ditanggumg daya indikasi semakin  besar dan berpengaruh pada daya efektif

(16)

2.4.2 Grafik hubungan antara momen putar (torsi), daya poros, dan MEP

Gambar 2.8 Grafik Hubungan putaran dengan daya, dan MEP Sumber: Maleev. 1985. Internal Combustion Engine.

a. Grafik Antara Daya Efektif dan Putaran

Pada grafik terlihat bahwa semakin tinggi putaran, maka daya efektifnya akan mencapai nilai maksimum dengan kata lain daya efektifnya berbanding lurus dengan putaran. Tetapi setelah mencapai titik maksimumnya, nilainya akan menurun. Nilai daya efektif merupakan pengurangan nilai daya indikasi dengan daya mekanis.

 b. Grafik Antara Daya Mekanis dan Putaran

Pada grafik terlihat semain tinggi putaran maka daya mekanis cenderung meningkat. Tingkat kenaikan daya mekanis dibawah daya indikasi dan daya efektif.

(17)

c. Grafik Hubungan Mean Efective Pressure dengan Putaran

Pada grafik hubungan putaran dengan MEP terlihat bahwa grafik mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan putaran. Tetapi setelah mencapai titik ultimate, harga tekanan efetif rata-rata mengalami penurunan.

d. Grafik Hubungan Daya Indikasi dengan Putaran

Pada grafik hubungan daya indikasi dengan putaran terlihat bahwa kurva yang awalnya naik setelah mencapi titik tertentu kurva tersebut akan cenderung menurun. Dikarenakan semakin cepat putaran maka daya yang hilang akibat gesekan juga semain besar sehingga menyebabkan penurunan daya indikasi.

2.4.3 Grafik Hubungan Efisiensi dengan

Compression R asio

Gambar 2.9 Grafik Hubungan Efisiensi dan compression Ratio Sumber: Maleev. 1985. Internal Combustion Engine.

a. Perbandingan Antara Efisiensi Mekanis dengan Compression Ratio

Pada grafik terlihat bahwa semakin besar perbandingan kompresi maka efisiensi mekanis akan semakin menurun, karena putaran berbanding lurus dengan perbandingan kompresi, maka semakin tinggi putaran efisiensi mekanis akan menurun diakibatkan gesekan yang terjadi semakin besar.

(18)

 b. Perbandingan Efisiensi Indikasi dengan Compression Ratio

Pada grafik terlihat bahwa semakin besar perbandingan kompresi maka efisiensi mekanis akan semakin meningkat. Kenaikkan tersebut dikarenakan  perbandingan selisih daya indikasi lebih besar dibandingkan kenaikkan panas

akibat kompresi.

c. Perbandingan Efisiensi Efektif dan Compression Ratio

Pada grafik terlihat bahwa semakin besar perbandingan kompresi maka efisiensi efektif akan semakin meningkat. Pada perbandingan kompresi tertentu efisiensi efektif akan mencapai nilai maksimum dan akan sedikit mengalami  penurunan akibat adanya kerugian mekanis.

2.5

Orsat apparatus

Orsat apparatus merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur dan menganalisa komposisi gas buang. Untuk itu digunakan larutan yang dapat mengikat gas tersebut dengan kata lain gas yang diukur akan larut dalam larutan pengikat. Masing - masing larutan tersebut adalah :

a. Larutan Kalium Hidroksida (KOH), untuk mengikat gas CO2

 b. Larutan Asam Kalium Pirogalik, untuk mengikat gas O2

c. Larutan Cupro Clorid (CuCl2), untuk mengikat gas CO

Gambar 2.10 Orsat Apparatus

(19)

Pada gambar di atas masing –  masing tabung berisi : I. Tabung pengukur pertama berisi larutan CuCl2

II. Tabung pengukur kedua berisi larutan asam kalium pirogalik III. Tabung ketiga berisi larutan KOH

2.6 Diagram Sankey

Gambar 2.11 Diagram Sankey

Sumber: Arismunandar, Motor Diesel Putaran Tinggi. 1975 : 29

Diagram sankey seperti gambar diatas merupakan diagram yang menjelaskan keseimbangan panas yang masuk dan panas yang keluar serta dimanfaatkan saat  pembakaran terjadi. Pada gambar diatas juga menunjukkan bahwa 30-45% dari nilai kalor bahan bakar dapat diubah menjadi kerja efektif. Sisanya merupakan kerugian-kerugian, yaitu kerugian pembuangan (gas buang dengan temperatur 300o –  600o C). kerugian pendinginan dan kerugian mekanis (kerugian gesekan yang diubah dalam  bentuk kalor yang merupakan beban pendinginan).

 Kerugian pembuangan

Gas buang yang bertemperatur 300o –  600oC, merupakan kerugian karena  panas/kalor tersebut tidak dimanfaatkan. Selain itu, karena perbedaan temperatur didalam sistem lebih tinggi dibandingkan diluar sistem, menyebabkan temperatur tersebut berpindah / keluar ke lingkungan

(20)

 Kerugian Pendinginan

Silinder, katup-katup, dan torak akan menjadi panas karena berkontak langsung terhadap gas panas yang bertemperatur tinggi, sehingga dibutuhkan fluida pendinginan berupa air dan udara untuk menjaga komponen tersebut agar tidak rusak, pendinginan ini merupakan kerugian juga karena banyaknya kalor /  panas yang hilang akibat diserap oleh fluida pendinginannya

 Kerugian Mekanis

Merupakan kerugian gesekan yang diubah dalam bentuk kalor yang merupakan beban pendingin.

2.7 Teknologi Motor Bakar Terbaru 2.7.1 Definisi

Common Rail adalah salah satu metode injeksi bahan bakar ke dalam ruang  bakar pada mesin diesel dengan sistem penghasil tekanan terpisah dari injektor. Pada

sistem Common Rail semua injeksinya diatur oleh ECU ( Electronic Control Unit ), seperti pengaturan jumlah injeksi, waktu penginjeksian, dan tekanan injeksi yang dapat menghasilkan kerja mesin optimal.

2.7.2 Prinsip Kerja

Gambar 2.12 Prinsip Kerja Common Rail  Sumber: Wikipedia (2012)

(21)

Pada sistem Common Rail solar dipompa keluar dari tangki oleh pompa  bertekanan bertekanan tinggi menuju Rail sebelum dialirkan ke injektor, solar di dalam  Rail memiliki tekanan yang seragam disetiap saluran. Penggerak daripada injektor adalah arus listrik dari ECU yang mendapat sinyal dari berbagai sensor pada mesin, seperti sensor temperatur, sensor aliran udara yang masuk, sensor posisi Crank , dll.

2.7.3 Komponen dan Fungsinya

Komponen- komponen pada sistem Common Rail : 1.  Electric Feed Pump

 Electric Feed Pump  yang memberikan supply bahan bakar dari  Fuel Tank ke Unit Pompa Utama.

Gambar 2.13 Electric Feed Pump Sumber : NauticExpo (2016)

2.  Fuel Filter 

Menyaring partikel kotoran dalam bahan bakar, agar tidak menyumbat lubang injektor yang sangat kecil.

Gambar 2.14 Fuel Filter  Sumber : NauticExpo (2016)

(22)

3.  High Pressure Pump

Pompa Utama yang merupakan jantung dari sistem kerja Common Rail   ini mempu memasok bahan bakar ke dalam Rail dengan tekanan yang sangat tinggi.

Gambar 2.15 High Pressure Pump Sumber : BoschAutomotive (2016)

4.  Rail

Terminologi Common Rail   dimana bahan bakar yang masuk di dalamnya disimpan sementara untuk kemudian di salurkan ke injektor ke dalam ruang bakar sesuai dengan perintah dari ECU.

Gambar 2.16 Rail

(23)

5. Injektor

Berfungsi untuk menyemprotkan bahan bakar bertekanan tinggi dengan kerapatan yang kecil, sehingga menghasilkan kabut solar yang sempurna.

Gambar 2.16 Injektor

Sumber : Wikipedia (2016)

6. ECU ( Electronic Control Unit )

Bertugas mengatur timing  buka tutup injektor, serta durasi buka tutup. Alat ini terhubung dengan beberapa perangkat sensor-sensor yang terdapat pada mesin dan bagian-bagian lainnya (tekanan turbo, pedal gas, beban mesin, suhu bahan  bakar, dll).

Gambar 2.17 Electronic Control Unit  Sumber : Wikipedia (2016)

(24)

2.7.4

2.7.4 Keuntungan Keuntungan dan dan KekuranganKekurangan A.

A. KeuntunganKeuntungan 1.

1. Memberikan peningkatan kinerja, menurunkan konsumsi bahan bakar, danMemberikan peningkatan kinerja, menurunkan konsumsi bahan bakar, dan membuat getaran mesin lebih halus

membuat getaran mesin lebih halus 2.

2. Peningkatan atomisasi bahan bakar, sehingga meningkatkan pengapian danPeningkatan atomisasi bahan bakar, sehingga meningkatkan pengapian dan  pembakaran dalam mesin

 pembakaran dalam mesin 3.

3. Waktu pembakaran yang lebih sempurna, sehingga menghasilkan tenaga mesinWaktu pembakaran yang lebih sempurna, sehingga menghasilkan tenaga mesin yang jauh lebih baik.

yang jauh lebih baik. B.

B. KekuranganKekurangan 1.

1. Instalasi mesin rumit, karena terdapat banyak komponenInstalasi mesin rumit, karena terdapat banyak komponen 2.

2. Harus menggunakan BBM Solar berkualitas tinggi, penggunaan solar biasaHarus menggunakan BBM Solar berkualitas tinggi, penggunaan solar biasa dapat membuat injektor mampet dan jebol.

dapat membuat injektor mampet dan jebol.

2.7.5

2.7.5 Aplikasi Aplikasi dan dan Cara Cara PerawatanPerawatan Sistem

Sistem Common RailCommon Rail ini sudah banyak diaplikasikan hampir seluruh produsenini sudah banyak diaplikasikan hampir seluruh produsen mobil didunia. Tiap-tiap pabrik mempunyai nama masing-masing untuk teknologi ini, mobil didunia. Tiap-tiap pabrik mempunyai nama masing-masing untuk teknologi ini, contohnya Honda (i-CTDi), Isuzu (iTEQ), Mazda (MZR-CD), Nissan (dCi), dll. Untuk contohnya Honda (i-CTDi), Isuzu (iTEQ), Mazda (MZR-CD), Nissan (dCi), dll. Untuk  perawatan yang bisa dilakukan adalah rajin mengganti filter solar dan mengecek kondisi  perawatan yang bisa dilakukan adalah rajin mengganti filter solar dan mengecek kondisi

injektor. injektor.

(25)

BAB III

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1

3.1 Pelaksanaan PraktikumPelaksanaan Praktikum 3.1.1

3.1.1 Instalasi Percobaaan Motor DieselInstalasi Percobaaan Motor Diesel

Peralatan praktikum yang tersedia adalah instalasi percobaan (

Peralatan praktikum yang tersedia adalah instalasi percobaan (test rig test rig ) lengkap,) lengkap, yang terdiri dari :

yang terdiri dari :

 Instalasi Percobaan Motor DieselInstalasi Percobaan Motor Diesel

 Unit Motor Diesel sebagai obyek percobaan / penelitian.Unit Motor Diesel sebagai obyek percobaan / penelitian.

 Instrumen Instrumen pengukur pengukur berbagai berbagai variabel yvariabel yang ang diperlukan diperlukan (alat uk(alat ukur ur kelembaban,kelembaban, higrometer, aeorometer, orsat apparatus).

higrometer, aeorometer, orsat apparatus).

 Peralatan bantu seperti instalasi air pendingin dan penyaluran gas buang.Peralatan bantu seperti instalasi air pendingin dan penyaluran gas buang.

Unit motor bakar yang digunakan adalah motor diesel dengan 4 silinder, dengan Unit motor bakar yang digunakan adalah motor diesel dengan 4 silinder, dengan spesifikasi sebagai berikut :

spesifikasi sebagai berikut : o

o Siklus Siklus : : 4 4 langkahlangkah o

o Jumlah Jumlah silinder silinder : : 44 o

o Volume Volume langkah langkah torak torak total total : : 2164 2164 cmcm33 o

o Diameter Diameter silinder silinder : : 83 83 mmmm o

o Panjang Panjang langkah langkah torak torak : : 100 100 mmmm o

o Perbandingan Perbandingan kompresi kompresi : : 22 22 : : 11 o

o Bahan Bahan bakar bakar : : DexliteDexlite o

o Pendingin Pendingin : : AirAir o

o Daya Daya Poros Poros : 47 : 47 BHP BHP / / 3200 3200 rpmrpm o

o Merk Merk : : Nissan, Nissan, Tokyo Tokyo Co.Ltd.Co.Ltd. o

o Model Model : : DWEDWE –  –  47 47 –  –  50 50 –  –  HS HS –  –  AV AV o

(26)

Gambar 3.1 Skema Instalasi Motor Diesel Gambar 3.1 Skema Instalasi Motor Diesel

Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

3.1.2

3.1.2 Alat Ukur dan FungsinyaAlat Ukur dan Fungsinya

Alat ukur serta fungsinya yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut : Alat ukur serta fungsinya yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut : a.

a. Orsat apparatusOrsat apparatus

Digunakan untuk mengukur dan menganalisa gas buang (%). Digunakan untuk mengukur dan menganalisa gas buang (%).

Gambar 3.2

Gambar 3.2 Orsat apparatusOrsat apparatus

Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

(27)

 b.  Barometer

Digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer (mmHg).

Gambar 3.3  Barometer 

Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

c.  Aerometer

Digunakan untuk mengukur massa jenis bahan bakar (kg/m3).

Gambar 3.4 Aerometer 

(28)

d.  Flash Point

Digunakan untuk mengetahui titik nyala api suatu bahan bakar (oC).

Gambar 3.5 Flash Point 

Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

e.  Diesel Engine Test Bed

Digunakan untuk mengetahui parameter-parameter yang menunjukkan karakteristik motor bakar.

Gambar 3.6 Diesel Engine Test Bed 

(29)

f. Stopwatch

Digunakan untuk mengetahui waktu konsumsi bahan bakar (s)

Gambar 3.7 Stopwatch

Sumber:Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

g.  Hygrometer

Digunakan untuk mengukur kelembaban relatif udara (%).

Gambar 3.8 Hygrometer 

Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawija ya

h.  Dynamometer

Digunakan untuk mengetahui gaya pembebanan pada poros (Kg).

Gambar 3.9 Dynamometer 

(30)

i. Tachometer

Digunakan untuk menghitung putaran mesin (rpm)

Gambar 3.10 Tachometer 

Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

 j.  Flowmeter  air pendinginan

Digunakan untuk mengukur debit aliran air pendinginan (liter/jam).

Gambar 3.11 Flowmeter  air pendinginan

(31)

k.  Flowmeter  Bahan Bakar

Digunakan untuk mengukur konsumsi bahan bakar (ml).

Gambar 3.12 Flowmeter  bahan bakar

Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya l.  Manometer

Digunakan untuk mengukur perbedaan tekanan dalam system ( mmH2O).

Gambar 3.13 Manometer 

(32)

m. Viscometer

Digunakan untuk mengukur viskositas fluida (η).

Gambar 3.14 Viscometer 

Sumber: Laboratorium Motor Bakar Jurusan Mesin Universitas Brawijaya n.  Bomb calorimeter

Digunakan untuk mengetahui kalor bahan bakar (Kcal/K g)

Gambar 3.15 Bomb Calorimeter 

(33)

3.2 Prosedur Pengambilan Data Praktikum

Setiap kelompok praktikum melaksanakan sendiri semua proses pengujian dan  pengambilan data yang diperlukan untuk memenuhi tujuan praktikum di atas. Dalam melaksanakan proses pengujian tersebut, mahasiswa harus mengikuti semua aturan dan tata tertib yang berlaku di laboratorium dan mengikuti semua petunjuk asisten laboratorium yang bertugas.

Metode percobaan dengan variasi putaran, parameter yang diukur adalah : 1. Gaya Pengereman

2. Tekanan Masuk Nozzle

3. Perbedaan Tekanan Masuk dan Keluar Nozzle 4. Suhu Udara

5. Suhu Gas Buang

6. Suhu Air Masuk dan Air keluar 7. Debit Bahan Bakar

8. Volume Gas Buang

9. Volume Gas Hasil Pembakaran 10. Tekanan Udara

3.2.1 Prosedur Pengujian Motor Bakar 1. Persiapan Sebelum Mesin Beroperasi

a. Nyalakan pompa pengisi untuk mengisi air dalam tangki sampai level air mencapai tinggi aman.

 b. Buka kran air pada pipa-pipa yang mengalirkan air ke mesin dan ke dinamometer. c. Atur debit air yang mengalir pada  flowmeter  pada debit tertentu dengan mengatur

 bukaan kran pada flowmeter.

d. Tekan switch power  untuk menghidupkan alat-alat ukur.

e. Hidupkan alarm dinamometer yang akan memberitahu jika terjadi overheating  dan level air kurang.

f. Nyalakan dinamo power control  dan atur kondisi poros mesin dalam keadaan tanpa  beban.

(34)

2. Cara Menghidupkan Mesin

a. Setelah semua persiapan di atas dipenuhi, nyalakan kunci kontak pada posisi memanaskan mesin terlebih dahulu sampai indikator glow signal  menyala.

 b. Putar posisi kunci ke posisi START sambil throttle valve  dibuka sedikit sampai mesin menyala (seperti menyalakan mesin mobil).

c. Setelah mesin menyala, biarkan mesin beroperasi beberapa saat untuk menstabilkan kondisi mesin.

3. Cara Mengambil Data

a. Atur bukaan throttle pada bukaan yang diinginkan dengan membaca throttle valve indikator (%)

 b. Atur putaran mesin (rpm) dengan mengatur pembebanan pada dinamometer sampai mendapatkan putaran yang diinginkan.

c. Tunggu kondisi mesin stabil kemudian lakukan pengambilan data yang diperlukan.

3.2.2 Prosedur Penggunaan

Orsat Apparatus

Gambar 3.16 Orsat Apparatus

(35)

Cara penggunaan Orsat Apparatus :

1. Set ketiga tabung I, II, III pada ketinggian tertentu dengan membuka keran A, B, C dan mengatur tinggi larutan pada tabung I, II, III dengan menaik –  turunkan gelas B, kemudian tutup keran A, B, C setelah didapatkan tinggi yang diinginkan. Posisi ini ditetapkan sebagai titik acuan.

2.  Naikkan air yang ada pada tabung ukur C sampai ketinggian air mencapai 50 ml dengan cara membuka keran H dengan menaikkan gelas B. Setelah didapatkan tinggi yang diinginkan, tutuplah kembali keran H.

3. Ambil gas buang dari saluran gas buang untuk diukur, salurkan melalui selang yang dimasukkan ke dalam pipa H.

4. Buka keran H sehingga gas buang akan masuk dan mengakibatkan tinggi air yang ada di tabung ukur C akan berkurang.

5. Setelah tinggi air pada tabung ukur turun sebanyak 50 ml (sampai perubahan air mencapai angka 0) tutuplah keran H dan kita sudah memasukkan volume gas buang sebanyak 50 ml.

6. Untuk mengukur kandungan CO2 buka keran A supaya gas buang bereaksi dengan

larutan yang ada pada tabung III dengan mengangkat dan menurunkan gelas B sebanyak 5 –  7 kali.

7. Setelah 5 –  7 kali kembalikan posisi larutan III ke posisi acuan pada saat set awal dan tutup keran C setelah didapatkan posisi yang diinginkan.

8. Baca kenaikan permukaan air yang ada pada tabung ukur C. Kenaikan permukaan air merupakan volume CO2 yang ada pada 50 ml gas buang yang kita ukur.

9. Untuk mengukur kandungan O2  dan CO ulangi langkah 6 dan langkah 7 untuk

keran B dan keran A pada tabung II dan tabung I.

10. Baca kenaikan permukaan air pada tabung ukur C dengan acuan dari tinggi  permukaan air sebelumnya.

(36)

3.2.3 Rumus Perhitungan

Adapun rumus  –   rumus yang digunakan dalam perhitungan hasil percobaan adalah sebagai berikut :

1. Momen Torsi

l   F 

 (kg.m) Dimana : F : besar gaya putar (kg)

l : panjang lengan dinamometer = 0,358 (m)

2. Daya Efektif 2 , 716 n T   Ne  (PS) Dimana : n : putaran (rpm)  Ne : daya efektif (PS)

T : momen torsi (kg.m)

3. Daya Efektif dalam kondisi standard JIS  Ne k   Neo

.

(PS) 293 273 749

 

   Pw  Pa k   ;  Ps  Pw  

.

Dimana : Neo : daya efektif yang dikonfersi dalam JIS (PS) k : faktor konversi

 Ne : daya efektif (PS)

Pa : tekanan atmosfir pengukuran (mmHg) Pw : tekanan uap parsial (mmHg)

  : rata-rata temperatur ruangan saat pengujian (°C)   : kelembamam udara (%)

(37)

4. Tekanan Efektif rata-rata ( Pe ) Pe = n i Vd   z   Neo    0,45 [ kg/cm2 ]

Dimana : Pe : tekanan efektif  Neo : daya efektif (PS)

z : jumlah putaran poros engkol n : putaran poros engkol (rpm) i : langkah mesin Vd : volume langkah (m3) 5.  Fuel Consumption 1000 3600      t  V   FC  [ kg/jam ] ρ dexlite = 0,836 gr/mL

Dimana :  : Konsumsi bahan bakar (kg/jam)  : Satuan bahan bakar (ml)

 : Massa jenis bahan bakar (gr/ml) T : Waktu konsumsi bahan bakar (s)

6. Panas Hasil Pembakaran

 BahanBakar 

 LHV 

 FC 

Qb

.

 ( )  Jam kcal 

Dimana : Qb : panas hasil pembakaran (kcal/jam) FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam)

 BahanBakar 

 LHV  : Low Heating Valve (kcal/kg)

7. Berat Jenis udara

w o a  Ps  Pa             . 273 273 760 . .     

Dimana : Pa : Tekanan atmosfer pengukuran (mmHg)

(38)

 : Relative Humidity / Kelembapan Relatif (%) o : Berat jenis udara kering pada 760 mmHg

 : Temperatur bola kering(oC)

8. Koefisien Udara 1 2 1  P   P   P     

Dimana :  P 1  P  : beda tekanan pada nozzle (mmH2O)

1

 P  : tekanan atmosfer saat pengujian (mmHg)    : koefisien udara

9. Massa alir udara melalui nozzle

1 2

2 . . 2 4 . . .

 P 

 P 

 g 

Gs

   a         (kg/s) Dimana : Gs : Massa alir udara melalui nozzle (kg/s)

α : Koefisien kemiringan nozzle = 0,822 ɛ : Koefisien udara

d  : diameter nozzle = 0,048 m g : Gaya gravitasi = 9,81m/s2

a

   : Berat jenis udara (kg/m3)

1 – 2 : Perbedaan tekanan pada nozzle

10. Massa Alir gas buang

3600  FC  Gs

Gg     (kg/s)

Dimana : Gg : massa alir gas buang (kg/s)

Gs : massa alir udara melalui nozzle (kg/s) FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam)

(39)

11. Panas yang terbawa gas buang

Teg 

Tud 

Cpg 

Gg 

Qeg 

.

.

  X 3600 (kcal/jam)

Dimana : C pg : panas jenis gas buang (kcal/kg.oC)

Teg : suhu gas buang (°C)

Tud : temperatur(°C)

Gg : massa alir gas buang (kg/s)

Qeg : panas yang terbawa gas buang (kcal/jam)

12. Efisiensi kerugian dalam exhaust manifold ( )

% 100

 x

Qb

Qeg 

 g    

Dimana :   g  : efisiensi kerugian (%)

Qeg : panas yang terbawa gas buang (kcal/jam)

Q b : panas hasil pembakaran (kcal/jam)

13. Kerugian Panas Pendinginan (Qw)

Qw=ρ.Ww.C pw (Two-Twi) (kcal/jam)

Dimana : ρ : Massa jenis air = 1 kg/liter

Ww : debit air pendinginan (liter/jam)

C pw : panas jenis air = 1 kcal/kg.oC

Two : temperatur air keluar (oC)

Twi : temperatur air masuk (oC)

14. Efisiensi Kerugian Panas dalam cooling water ( w)

% 100

 x

Qb

Qw

w   

Dimana :  w : efisiensi kerugian panas (%)

Qw : kerugian panas pendinginan (kcal/jam)

(40)

15. Efisiensi Thermal  Efektif ( e) % 100 632

 x

 x

Qb

 Ne

e   

Dimana :  e : efisiensi efektif (%)  Ne : daya efektif (PS)

Q b : panas hasil pembakaran (kcal/jam)

16. Efisiensi Friction ( ) e w  g    f           100%   

Dimana :   f  : efisiensi gesekan (%)

 g 

  : efisiensi kerugian (%)

w

  : efisiensi kerugian panas (%)

e

  : efisiensi efektif (%)

17. Ekuivalen daya terhadap konsumsi bahan bakar (Qf )

632 .

 FC 

 LHV 

Qf 

 BB   (kcal/jam)

Dimana :  LHV  BahanBakar  : Low Heating Valve (kcal/kg)

FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam) 18. Daya Friction

% 100

 xQf 

 Nf 

 f 

Dimana : Nf : daya mekanis (PS)

 f 

  : efisiensi gesekan (%)

(41)

19. Daya Indikasi

 Nf    Ne

 Ni  

Dimana : Ni : daya indikasi (PS)  Ne : daya efektif (PS)  Nf : daya mekanis (PS)

20. Spesific Fuel Consumption Effective

 Ne  FC  SFCe

Dimana : SFCe : Spesific Fuel Consumption Effective FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam)  Ne : daya efektif (PS)

21. Spesific Fuel Consumption Indicated

 Ni  FC  SFCi 

Dimana : SFCi : Spesific Fuel Consumption Indicated FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam)  Ni : daya indikatif (PS)

22. Panas Hasil Pembakaran yang diubah menjadi Daya Efektif  Ne

Qe  632.

Dimana : Qe : panas efektif (kcal/jam)

 Ne : daya efektif (PS)

23. Panas yang hilang karena sebab lain

Qe

Qw

Qeg 

Qb

Qpp

   

Dimana : Q pp : panas yang hilang karena sebab lain (kcal/jam)

(42)

Qeg : panas yang terbawa gas buang (kcal/jam)

Qw : kerugian panas pendinginan (kcal/jam)

Qe : panas efektif (kcal/jam)

24. Efisiensi Thermal  Indikasi % 100 632

 x

 x

Qb

 Ni

i   

Dimana :  i : efisiensi indikasi (%)

 Ni : daya indikasi (PS)

Q b : panas hasil pembakaran (kcal/jam)

25. Efisiensi Mekanis % 100  x  Ni  Ne m   

Dimana :  m : efisiensi mekanis (%)

 Ni : daya indikasif (PS)  Ne : daya efektif (PS)

26. Efisiensi Volumetrik % 100 . . . 60 . .  x i Vd  n  z  Gs a v

 

 

Dimana :  v : efisiensi volumetric (%)

z : jumlah poros engkol Vd : volume engkol (m3) I : langkah mesin

Gs : massa alir udara melalui nozzle (kg/s) n : putaran poros (rpm)

(43)

27. Perbandingan Udara dan Bahan Bakar 3600  x  FC  Gs  R 

Dimana : R : rasio udara bahan bakar

Gs : aliran udara melalui nozzle (kg/s) FC : konsumsi bahan bakar (kg/jam)

28. Rasio Udara Bahan Bakar Teoritis

2 2

2 2 2 4 76 , 3 2 76 , 3 4  N  O  H  CO  N  O  H  C 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

  

 

 

      H   M  C   M   N   M  O  M   F   A  Ro  s               

 

 

 

 

 

 

 

 

2 2 4 76 , 3 4 ) / (

Dimana :  Ro : Rasio udara bahan bakar teoritis

2

O

 M   : Massa relatif oksigen

2

 N 

 M   : Massa relatif nitrogen

 M  : Massa relatif karbon  H 

 M  : Massa relatif hidrogen

29. Faktor Kelebihan Udara

 Ro  R

 

Dimana :   : faktor kelebihan udara R : rasio udara bahan bakar

Ro : rasio udara dalam bahan bakar teoritis

30. Faktor Koreksi Standard

5 , 0         st   st  T  T   P   P   A = 5 , 0 273 273          st   st  T  T   P   P 

(44)

Dimana : A : faktor koreksi

Pst : tekanan atmosfer = 760 mmHg

Tst : 25 ˚C

P : tekanan udara atsmosfer (mmHg) T : temperatur ruangan (oC)

31. Daya Efektif Standard

 

 Ne  ANe

 st  

.

Dimana :

 

 Ne st  : daya efektif standar (PS)

A : faktor koreksi  Ne : daya efektif (PS)

32. Torsi Efektif Standard

 

T   AT 

 st  

.

Dimana :

 

T  st  : torsi efektif standar (kg.m)

A : faktor koreksi T : torsi (kg.m)

33. Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standard

 A SFCe SFCe st 

Dimana :

SFCe

 st  : Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standar

SFCe : Spesific Fuel Consumption Effective A : faktor koreksi

(45)

34. Analisa Gas Buang

Komposisi gas Buang dapat dihitung dengan persamaan berikut :

% CO2 =

Veg 

Vco

2  x 100% % O2 =

Veg 

Vo

2  x 100% % CO =

Veg 

Vco

 x 100% % N2 =

Veg 

VN 

2  x 100%

Dimana : VCO2 : Volume CO2

VO2 : Volume O2

VCO : Volume CO VN2 : Volume N2

(46)

BAB IV

HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Untuk pengolahan data diambil data percobaan nomor 3. Untuk hasil  pengolahan data yang lain disajikan dalam bentuk tabel.

4.1 Data Hasil Pengujian

 Putaran (n) : 1800 rpm

 P1 : 714 mmHg

 P1 –  P2 : 30 mmH2O

 Beban Pengereman (F) : 25 kg

 Temperatur Udara Masuk (Tud) : 30oC

 Temperatur Gas Buang (Teg) : 680oC

 Temperatur Air Masuk (Twi) : 36 oC

 Temperatur Air Keluar (Two) : 78oC

 Konsumsi Air (Ww) : 460 liter/jam

 Waktu (t) : 16,20 s

 Volume Gas Buang (Veg) : 50 cm3

 Volume Gas CO2 : 92 cm3

 Volume Gas CO : 88 cm3

 Volume Gas O2 : 90 cm3

 Massa Jenis : 0,838 g/ml3

 Suhu Bola Kering : 28 oC

 Suhu Bola Basah : 27 oC

 Kelembaban Relatif : 91%

(47)

4.2 Pengolahan Data 1. Moment torsi (T)

T = F.L (kg.m)

= 25 . 0,358 (kgm) = 8,95 kg.m

2. Daya Efektif (Ne)

2 , 716 n T   Ne  2 , 716 1800 95 , 8  

=

22,493 (PS)

3. Daya Efektif dalam kondisi standard JIS  Neo = k . Ne (PS)  293 273 749      Pw  Pa k   ;  Pw 

.

 Ps 246 , 23 349 , 28 82 , 0     Pw 293 28 273 246 , 23 713 749    k  0957 , 1  k   Neo = k . Ne  Neo = 1,0957 . 22,493 = 24,646 (PS)

4. Tekanan Efektif Rata-Rata (Pe) Pe = n i Vd   z   Neo    0,45 = 1800 4 00054 , 0 2 45 , 0 646 , 24     = 5,7052kg/cm2 5.  Fuel Consumption (FC)

(48)

1000 3600      t  V   FC  1000 3600 837 , 0 22 , 16 30     FC  5665 , 5   FC  kg/jam

6. Panas hasil pembakaran (Qb) Qb= FC . LHV bahan bakar(kcal/jam)

Qb= 5,5665 . 10500 (kcal/jam) Qb= 58447,84 kcal/jam

7. Berat jenis udara (γa)

w o a  Ps  Pa             . 273 273 760 . .     

02878 , 0 . 82 , 0 28 273 273 760 349 , 28 . 82 , 0 716 . 293 , 1       a   0913 , 1  a    8. Koefisien Udara (ε) 1 2 1  P   P   P 

=   0,001951 6 , 9737 19  1 2 1  P   P   P 

0 0,002063 0,10 0,15 0,20 0,25 ε 1.000 x 0,969 0,906 0,873 0,840  x      969 , 0 1 969 , 0 001951 , 0 1 , 0 0 1 , 0 99940 , 0   x  

9. Massa alir udara melalui Nozzle (Gs)

Gs = 2. . .( ) 4 . . . 2 1 2  P   P   g  d  a           (kg/s)

(49)

Gs = 0,0300 kg/s

10. Massa alir gas buang (Gg) Gg = Gs + 3600  Fc (kg/s) Gg = 0,0300 + 3600 5665 , 5 (kg/s) Gg = 0,0315 kg/s

11. Panas yang terbawa gas buang (Qeg)

Qeg = Gg C pg (Teg-Tud) 3600 (kcal/jam)

Qeg = 0,315 . 0,285 (680  –  29) 3600 (kcal/jam)

Qeg = 21039,07 kcal/jam

12. Efisiensi kerugian dalam exhaust manifold (ηg)

ηg= b eg  Q Q  x 100 % ηg = 84 , 58447 07 , 21039  x 100 % ηg = 35,9963 %

13. Kerugian Panas Pendinginan (Qw)

Qw=ρ.Ww.C pw (Two-Twi)

Qw = 1.445.1.(72-31) Qw = 18245 kcal/jam

14. Efisiensi kerugian panas dalam Cooling Water (ηw)

ηw = b w Q Q  x 100 % ηw = 84 , 58447 18245  x 100 % ηw = 31,2159 %

15. Efisiensi Thermal Efektif (ηe)

ηe= b e Q  N   x 632 x 100 %

(50)

ηe= 84 , 58447 493 , 22  x 632 x 100 % ηe= 24,3226 % 16. Efisiensi Friction (ηf ) ηf = 100% -( ηg+ ηw+ ηe) ηf = 100% - (35,9963% + 31,2159% + 24,3226%) ηf = 8,4652 %

17. Ekivalen Daya Terhadap Konsumsi Bahan bakar (Qf )

Qf = 632 . Fc  LHV  bb Qf = 632 665 , 5 . 10500 Qf = 92,4808 PS 18. Daya Friction (Nf)  Nf = % 100 .  f    f  Q    Nf = % 100 4808 , 92 . 4652 , 8  Nf = 7,828687 PS 19. Daya Indikasi (Ni)

 Ni = Ne + Nf

 Ni = 22,493 + 7,828687  Ni = 30,3224 PS

20. Spesific Fuel Consumption Effective (SFCe) SFCe =  Ne  Fc (kg/PS.jam) SFCe = 4937 , 22 5665 , 5 (kg/PS.jam)

(51)

SFCi =  Ni  Fc (kg/PS.jam) SFCi = 3224 , 30 5665 , 5 (kg/PS.jam) SFCi = 0,1836 kg/PS.jam

22. Panas Hasil Pembakaran Yang Diubah Menjadi Daya Efektif (Qe) Qe = 632 . Ne

Qe = 632 . 22,4937

Qe = 14216,0290 kcal/jam

23. Panas yang hilang karena sebab lain (Qpp) Q pp = Q b-Qeg-Qw-Qe

Q pp =58447,84 –  21039,07 –  18245 –  14216,0290

Q pp = 4947,7394 kcal/jam

24. Efisiensi Thermal Indikasi (ηi)

ηi=

Qb

 Ni

 x 632 x 100 % ηi= 84 , 58447 3224 , 30  x 632 x 100 % ηi= 32,7878 % 25. Efisiensi Mekanis (ηm) ηm=  Ni  Ne  x 100 % ηm= 3224 , 30 4937 , 22  x 100 % ηm= 74,1818 % 26. Efisiensi Volumetrik (ηv) ηv = i V  n  z  Gs d  a. . . 60 . .    x 100 % ηv = 4 . 10 . 00054 , 0 . 1800 . 0913 , 1 60 . 2 . 0300 , 0  x 100 % ηv = 84,5561 %

(52)

27. Rasio Udara bahan bakar (R) R =

.

 Fc

Gs

 x 3600 (kgudara/kg bahan bakar )

R = 5665 , 5 0300 , 0  x 3600

R = 19,3714 kgudara/kg bahan bakar

28. Rasio udara dalam bahan bakar teoritis (Ro)

2 2

2 2 2 4 76 , 3 2 76 , 3 4  N  O  H  CO  N  O  H  C 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

  

 

 

    

Dimana unsur kimia bahan bakar : C12,3H22; α = 12,3 ; β = 22

Reaksi stoikiometri : 2 2 2 2 2 22 3 , 12  H 

17

,

85

(

O

3

,

76

 N 

)

12

,

3

CO

11

,

1

 H  O

67

,

116

N  C       Ro = (A/F)s=  H   M  C   M   N   M  O  M                

 

 

 

 

 

 

 

 

2 2 4 76 , 3 4 =  H   M  C   M   N   M  O  M  22 3 , 12 4 22 3 , 12 76 , 3 4 22 3 , 12 2 2

 

 

 

 

 

 

 

 

= 1 . 22 12 . 3 , 12 28 4 22 3 , 12 76 , 3 32 4 22 3 , 12

 

 

 

 

 

 

 

 

= 14,41 kgudara/ kg bahan bakar

29. Faktor Kelebihan Udara (λ) λ =  Ro  R λ = 41 , 14 3714 , 19 λ = 1,3443

(53)

5 , 0

 st   st  T  T   P   P   A = 5 , 0 273 273

 st   st  t  t   P   P   ; Pst = 760 mmHg ; 26 oC 5 , 0 273 26 273 28 716 760





 A 0648 , 1   A

31. Daya Efektif Standar (Ne)st

 

 Ne st  A

.

Ne (PS)

 

 Ne  st  1,0668  .22,4937 (PS)

 

 Ne  st   23,9959 PS 32. Torsi efektif standar (T)st

 

 st    A

.

T  (kg.m)

 

 st  1,0668.8,95 (kg.m)

 

 st    9,5477kg.m

33. Pemakaian Bahan Bakar Efektif Standar (SFCE)st

 A SFCe SFCe  st   (kg/PS.jam)

0668 , 1 2475 , 0   st  SFCe (kg/PS.jam)

SFCe

 st    0,2320 kg/PS.jam 34. Analisa gas buang

- % 2  2 100% Veg  VCO CO % 100% 50 ) 88 100 ( 2    CO % 24% 2  CO - % 2 100% 2   Veg  VO O % 100% 50 ) 92 88 ( 2    O %O2 8%

(54)

- %  100% Veg  VCO CO % 100% 50 ) 95 92 (    CO %CO6% - % 2  2 100% Veg  VN   N  % 100% 50 ) 50 95 ( 2     N  % N 2 90%

(55)

4.3 Grafik dan Pembahasan

4.3.1 Hubungan antara Putaran terhadap Torsi

G am b ar 4 .1 G ra fi k H u b u n g an an ta ra P u ta ra n te rh ad ap T o rs i

(56)

Gambar 4.1 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan torsi. Dari grafik dapat diambil kesimpulan bahwa torsi cenderung naik sampai pada putaran 1950 rpm, kemudian torsi cenderung turun pada putaran selanjutnya. Dalam percobaan ini torsi tertinggi mesin berada pada torsi 9,129 kg.m pada putaran 1950 rpm.

Besarnya nilai Torsi dipengaruhi oleh daya efektif (Ne) dan gaya pada poros (F) dimana akan bertambah seiring dengan bertambahnya putaran sampai pada putaran tertentu dan kemudian menurun pada putaran yang lebih tinggi. Peningkatan torsi terjadi karena semakin besar putaran maka konsumsi bahan bakar meningkat yang dapat dilihat pada lampiran tabel perhitungan. Hal ini menyebabkan daya indikatif meningkat  pula. Semakin besar daya indikatif menyebabkan semakin besar daya efektifnya yang

selanjutnya akan memperbesar torsi. Akan tetapi, pada putaran yang sangat tinggi torsi akan menurun. Hal ini disebabkan karena menurunya konsumsi bahan bakar pada  putaran yang sangat tinggi. Penurunan konsumsi bahan bakar dikarenakan pada putaran tinggi pompa bahan bakar bekerja cepat, sehingga bahan bakar yang terpompa akan semakin sedikit akibat sifat kelembaman fluida bahan bakar. Pada awal mesin dihidupkan, mesin membutuhkan gaya yang besar untuk menggerakan poros. Karena itu torsinya juga semakin besar. Setelah mencapai putaran tertentu nilai torsi akan menurun,  penurunan torsi dapat terjadi dikarenakan. adanya gaya inersia atau kelembaman yang

disebabkan oleh massa crankshaft   yang menyebabkan menurunya gaya pada piston yang bergerak karena untuk menggerakkan komponen-komponen lainnya hanya membutuhkan gaya yang kecil, hal ini sesuai dengan persamaan:

] . [kg m  L  F  T   n  Ne T 716,2  [PS]

(57)

4.3.2 Hubungan antara Putaran terhadap Daya G am b a r 4 .2 G ra fi k H u b u n g an an ta ra P u ta ra n te rh ad ap D ay a

(58)

Gambar 4.2 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan daya. Dari grafik diatas dapat diambil kesimpulan yang berhubungan dengan daya efektif (Ne), daya mekanis (Nf) dan daya indikatif (Ni) adalah sebagai berikut :

 Daya Efektif (Ne)

Dari grafik daya efektif (Ne) dapat dilihat bahwa grafik mengalami kenaikan dari putaran awal 1350 rpm sampai dengan putaran 1950 rpm, dan turun  pada putaran 2100 rpm. Secara umum grafik mengalami kenaikan disebabkan

karena torsi dan putaran yang naik yang dapat dilihat pada Gambar 4.1, namun  pada putaran 2100 rpm grafik mengalami penurunan yang disebabkan karena  penurunan nilai torsi lebih dominan dari pada kenaikan putaran. Sesuai dengan

rumus :  Ne = 2 , 716 .n T   [PS]  Daya Friction (Nf)

Dari grafik antara putaran dengan daya  Friction  (Nf) terlihat bahwa grafik menurun seiring dengan naiknya putaran mesin. Hal ini disebabkan karena pada  putaran awal adanya gaya gesek pada ruang bakar kemudian daya yang hilang untuk menggerakan  flywheel ,  gear , dan perlengkapan mesin seperti pompa bahan  bakar, pompa air pendinginan, radiator, dsb yang dapat dilihat dari menurunnya efisiensi  friction  pada lampiran tabel perhitungan. Dari grafik dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi putaran maka daya mekanis akan semakin besar. Selain itu, penyebab penurunan grafik Daya  Friction  (Nf) adalah meningkatnya efisiensi kerugian pendinginan dan efisiensi kerugian gas buang seiring putaran yang dapat dilihat pada lampiran tabel perhitungan, dimana sesuai dengan rumus :

 Nf = % 100 .Qf    f      [PS] η = 100% -( η + η + η )

(59)

 Daya Indikatif (Ni)

Penurunan daya Indikatif (Ni) disebabkan karena pada putaran yang semakin tinggi, pembakaran yang terjadi kurang sempurna (pasokan bahan bakar dan udara tidak sesuai) hal ini ditunjukkan pada Gambar 4.7 dimana CO meningkat seiring bertambahnya putaran yang menandakan pembakaran semakin tidak sempurna seiring bertambahnya putaran.

Pada grafik hubungan putaran terhadap daya posisi grafik Ni di atas Ne dan  Nf sebab :

 Nf    Ne

(60)

4.3.3 Hubungan antara Putaran terhadap

 Mean E ffective Pressure

 (MEP) b a r 4 .3 G ra fi k H u b u n g an an ta ra P u ta ra n te rh ad ap

M

ea

n

E

ff

ec

ti

ve

P

re

ss

ur

e

(M E P )

(61)

Gambar 4.3 merupakan grafik hubungan antara putaran dengan tekanan efektif rata-rata. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tekanan efektif rata-rata mengalami kenaikan sampai dengan putaran 1950 rpm, kemudian mengalami penurunan pada  putaran 2100 rpm. Pada awal putaran grafik cenderung naik, disebabkan karena Daya

Efektif (Ne) cenderung meningkat pada putaran awal seiring dengan bertambahnya  putaran. Dimana hal ini sesuai dengan rumus :

MEP = i n Vd   z   Neo . . . . 45 , 0  [kg/cm]

dimana Neo = k 

.

 Ne; Ne =

2 , 716 .n T  MEP = i n Vd   z  n T  k  . . . . . . 45 , 0

Dapat dilihat dari rumus diatas bahwa tekanan efektif rata-rata dipengaruhi oleh Torsi (T). Dengan naiknya torsi (T) seiring bertambahnya putaran sampai pada putaran 1950 rpm, maka grafik tekanan efektif rata-rata juga naik pula. Sedangkan pada putaran akhir 2100 rpm grafik cenderung menurun disebabkan karena nilai Torsi (T) yang mengalami penurunan, dapat dilihat pada Gambar 4.1.

(62)

4.3.4 Hubungan antara Putaran terhadap

 Spesific F uel Consumption

 (SFC) b ar 4 .4 G ra fi k H u b u n g an an ta ra P u ta ra n te rh a d ap

Sp

es

if

ic

F

ue

lC

on

su

m

pt

io

n

(S F C )

Gambar

Gambar 2.1 Skema Langkah Kerja Motor Bakar 4 Langkah Sumber: Britannica (2013)
Gambar 2.3 Diagram Siklus Otto Ideal
Gambar 2.5 Diagram P-V dan T-S siklus diesel Sumber: Thermodynamics, Cengel, 1994 : 464
Gambar 2.6 Diagram Siklus Dual Motor Diesel Sumber: Thermodynamics, Cengel, 1994 : 466
+7

Referensi

Dokumen terkait

pemeriksaan terhadap Bripda Deny Wahyu Prihambodo, dan Bripka Charles Marbun dilakukan pemeriksaan pendahuluan dengan adanya perolehan dugaan kuat telah terjadi

Merkuri, timbal, dan arsen dengan bantuan bakteri yang mengandung koenzim metilokoba- lamin akan mengubah logam berat menjadi senyawa metil dari logam tersebut yang

 Namun Perbezaan di kalangan mereka tidak m Namun Perbezaan di kalangan mereka tidak m Namun Perbezaan di kalangan mereka tidak m Namun Perbezaan di kalangan mereka tidak meluas

Mereka mempromosikan cara-cara baru, yaitu pembacaan kritis dan kontekstual untuk tujuan bagaimana ajaran Islam bisa ditafsirkan kembali agar dapat diimplementasikan dengan

Interaksi di dalam kehidupan sehari-hari dan perbedaan kebudayaan yang terjadi antara Orang Jepang dan Bandung dibungkus dengan menarik melalui bentuk storytelling film

Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan pada perusahaan PT Juang Jaya Abdi Alam Cabang Medan, peneliti menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan

Berdasarkan analisis yang disampaikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa setiap kategori perbankan memiliki ekspektasi kredit dan risiko kredityang berbeda-beda dari

konstruk untuk masing-masing indikator perilaku profesional yaitu untuk indikator integrity sebesar 0,52, indikator compassion sebesar 0,67, indikator