• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lp Bronkitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lp Bronkitis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. Konsep Dasar Penyakit Bronkitis A. Konsep Dasar Penyakit Bronkitis

A.

A. DefinisiDefinisi

Bronchitis adalah inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan atau Bronchitis adalah inflamasi jalan pernafasan dengan penyempitan atau hambatan jalan nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid, hambatan jalan nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan ketidak cocokan ventilasi-perfusi dan menyebabkan sianosis. menyebabkan ketidak cocokan ventilasi-perfusi dan menyebabkan sianosis. Bronkhitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan Bronkhitis adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan di mana bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal tenggorokan di mana bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal  pada

 pada trakhea, trakhea, yang yang menghubungkan menghubungkan saluran saluran pernafasan pernafasan atas, atas, hidung,hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkhitis di awali dengan batuk pilek, tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkhitis di awali dengan batuk pilek, akan tetapi infeksi ini telah menyebar ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan tetapi infeksi ini telah menyebar ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan bertambah parah dan berubah sifatnya (Iskandar, 2010).

akan bertambah parah dan berubah sifatnya (Iskandar, 2010). B.

B. KlasifikasiKlasifikasi

Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut : Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut :

a.

a. Bronkitis akutBronkitis akut

Bronkitis akut yaitu bronchitis yang biasanya datang dan sembuh Bronkitis akut yaitu bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita hanya dalam waktu 2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita  bronkitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.

 bronkitis akut akan sembuh total tanpa masalah yang lain.  b.

 b. Bronkitis kronisBronkitis kronis

Bronkitis kronis biasanya datang secara berulang-ulang dalam jangka Bronkitis kronis biasanya datang secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga  berarti

 berarti menderita menderita batuk batuk yang yang dengan dengan disertai disertai dahak dahak dan dan dideritadiderita selama berbulan-bulan hingga tahunan ( Iskandar, 2010).

selama berbulan-bulan hingga tahunan ( Iskandar, 2010). C.

C. EtiologiEtiologi

Etiologi bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti Etiologi bronkitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par influenza, dan Coxsackie virus. Bronkitis adalah suatu peradangan pada influenza, dan Coxsackie virus. Bronkitis adalah suatu peradangan pada  bronchus

 bronchus yang yang disebabkan disebabkan oleh oleh berbagai berbagai macam macam mikroorganisme mikroorganisme baik baik virus,virus,  bakteri,

 bakteri, maupun maupun parasit. parasit. Bronkitis Bronkitis akut akut merupakan merupakan proses proses radang radang akut akut padapada mukosa bronkus berserta cabang

mukosa bronkus berserta cabang –  – cabangnya yang disertai dengan gejalacabangnya yang disertai dengan gejala  batuk

(2)

Tidak dijumpai kelainanradiologi pada bronkitis akut. Gejala batuk pada  bronkitis akut harus dipastikantidak berasal dari penyakit saluran pernapasan

lainnya (Gonzales R, Sande M,2008). Bronkitis akut dapat disebabkan oleh :

a. Infeksi virus : influenza virus,parainfluenza virus, respiratory syncytialvirus (RSV), adenovirus, coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.

 b. Infeksi bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella  parapertussis,Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik (Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia, Legionella).

c. Jamur

d.  Noninfeksi : polusi udara, rokok dan lain-lain. Penyebba bronkitis akut yang paling sering adalah infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi bakteri hanya sekitar < 10% (Jonssonet al, 2008). Bronkitis kronik dan batuk berulang adalah sebagai berikut :

a. Asma

 b. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronchitis) c. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi

mycoplasma, chlamydia, ourtusis, tuberkolosis, fungi/jamur. d. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis.

e. Sindrom aspirasi.

f. Penekanan pada saluran nafas. g. Benda asing

h. Kelainan jantung bawaan i. Kelaianan sillia primer  j. Difisiensi imunologis

k. Fibrosis kristik l. Psikis

(3)

Tidak seperti bronkitis akut, bronkitis kronis terus berlanjut dan merupakan  penyakit yang serius. Merokok adalah penyebab yang paling besar, tetapi  polusi udara dan debu atau gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja  juga dapat berkontribusi pada penyakit ini.

Faktor yang meningkatkan risiko terkena bronkitis antara lain : a. Merokok

 b. Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau kondisi lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah. c. Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal

reflux disease)

d. Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu. D. Patofisiologi

Bronkitis akut dikaraterasi oleh adanya infeksi pada cabang trakeobronkhial. Infeksi ini menyebabkan hyperemia dan edema pada membrane mukosa, yang kemudian menyebabkan peningkatan sekresi dahak bronchial. Karena adanya  perubahan memberan mukosa ini, maka terjadi kerusakan pada epithelia saluran nafas yang menyebabkan berkurangnya fungsi pembersiha mukosilir. Selain itu, peningkatan sekresi dahak bronchial yang dapat menjadi kental dan liat, makin memperparah gangguan pembersihan mukosilir. Perubahan ini  bersifat permanen, belum diketahui, namun infeksi pernafasan akut yang

sering berulang dapat berkaitan dengan peningkatan hiper-reaktivitas saluran nafas, atau terlibat dalam fatogenesis asma atau PPOK. Pada umumnya  perubahan ini bersifat sementara dan akan kembali normal jika infeksi

sembuh (Ikawati, 2009). E. Manifestasi klinik

Tanda gejala pada penderita bronkitis meliputi : a. Sesak nafas / Dispnea

Sesak nafas atau dispnea adalah perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala yang sering di jumpai pada penderita bronkhitis. Tanda objektif yang dapat di amati dari sesak nafas adalah nafas yang

(4)

cepat, terengahengah, bernafas dengan bibir tertarik kedalam (pursed lip), hiperkapnia (berkurangnya oksigen dalam darah), hiperkapnia atau meningkatnya kadar karbondioksida dalam darah

 b.  Nafas berbunyi

Bunyi mengi (weezing) adalah suara pernafasan yang di sebabkan oleh mengalirnya udara yang melalui saluran nafas sempit akibat kontriksi atau ekskresi mucus yang berlebihan ( Ikhawati, 2011).

c. Batuk dan sputum

Batuk adalah gejala paling umum pada penderita bronkhitis, seringkali  pada penderita bronkhitis mengalami batuk- batuk hampir setiap hari serta pengeluaran dahak sekurang- kurangnya 3 bulan berturut- turut dalam satu tahun dan paling sedikit 2 tahun (Mansjoer, 2000).

d.  Nyeri dada

 Nyeri dada sering sekali terjadi pada penderita bronkitis karena ada inflamasi pada bronkus. Pada penderita bronkitis rasa nyeri di dada di rasakan dengan tingkat keparahan penyakit (Alsagaff dan Mukty, 2009).

e.  Nafas cuping hidung

Pada balita dan anak- anak penderita bronkhitis kadang terjadi adanya nafas cuping hidung, tetapi tidak semua penderita bronkhitis mengalami hal tersebut.Dengan adanya cuping hidung berarti terdapat gangguan pada sistem pernafasan yang menyebabkan kepayahan dalam bernafas (Muttaqin, 2008).

F. Penatalaksanaan Bronkitis a. Bronkitis Akut

Pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi), terdengar ronki,wheezing dengan berbagai gradasi (perpanjangan ekspirasi hingga ngik-ngik) dan krepitasi (suara kretek-kretek dengan menggunakan stetoskop). Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.

(5)

Sebagian besar pengobatan bronkitis akut  bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-obat yang lazim

digunakan, yakni:

(a) Antitusif (penekanan batuk) : DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari. Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Doveri 100 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk pada pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli  berpendapat bahwa antitusif tidak dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed back dari penderita. Jika  penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan. (b) Ekspektorant : adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak

mudah dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate),  bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.

(c) Antipiretik (pereda panas) : parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika penderita demam.

(d) Bronkodilator (melonggarkan nafas), diantaranya : albutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa  bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat  bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita, yakni:  berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya

(6)

memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.

(e) Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.

 b. Bronkitis Kronis

Penatalaksanaan bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah tmbulnya penyulit, meliputi :

(a) Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.

(b) Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus. (c) Rehabilitasi medic untuk mengoptimalkan fungsi pernafasan

dan mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.

(d) Oksigenasi (terapi oksigen)

(e) Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.

(f) Antibiotik. Digunakan manakala  penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S.  pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter  berdasarkan hasil pemeriksaan.

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Analisa Gas Darah menunjukkan adanya hipoksia dan hiperkapnia  b. Foto thorax tampak adanya konsolidasi di bidang paru menunjukkan

terjadinya penurunan kapasitas paru.

c. Laboratorium Hematokrit dan Hb meningkat. d. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan.

(a) Tes fungsi paru-paru (b) Gas darah arteri

(7)

(c) Rontgen dada

(d) Pemeriksaan sputum (menunjukkan adanya mikroorganisme  pathogen seperti spesies Streptococcus).

H. Komplikasi

Ada beberapa komplikasi bronkitis yang dapat dijumpai pada pasien antara lain:

a. Bronkitis ringan berkembang menjadi bronkitis akut dan kronik. Bronkitis kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai oleh produksi mucus berlebihan di saluran nafas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2 tahun bertutut-turut.

 b. Pneumonia dengan atau tanpa atelectasis, bronkitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas  bagian atas. Hal ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya

kurang baik.

c. Pluritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya  pneumonia. Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.

d. Abses metastasis di otak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian. e. Haemaptoe terjadi karena pecahnya pembuluh darah caban vena (arteri

 pulmonalis), cabang arteri (arteri bronkitialis) atau anastomosis  pembuluh darah. Komplikasi hemaptoe hebat dan tidak terkendali

merupakan tindakan gawat darurat.

f. Sinusitis yang merupakan komplikasi yang sering terjadi dari penyakit  bronkitis yang sering ditemui pada penyakit gangguan saluran nafas

lainnya.

g. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomosis caban-cabang arteri dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan oksigenasi darah, timbulnya sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut

(8)

akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.

h. Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi paling akhir pada  bronkitis yang berat dan luas.

i. Amyloidosis keadaan ini merupakan perubahan degenerative sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati dan limpa serta  proteinurea.

B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Pasien 1) Keluhan Utama

a) Batuk berdahak ( dahaknya bisa berwarna kemerahan).  b) Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas

ringan.

c) Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu) d) Bengek

e) Sedikit demam

f) Dada merasa tidak nyaman 2) Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak, sesak  bertambah berat saat melakukan kegiatan yang ringan.

3) Riwayat Penyakit Dahulu a) Asma.

 b) infeksi kronik saluran nafas bagian atas (misalnya sinobronkitis)

c) infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hylamydia, pertussis, tuberculosis, fungi/jamur.

(9)

4) Riwayat Penyakit Keluarga

Apakah keluarga pasien pernah mengalami penyakit yang sama.

 b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum

Kaji keadaan umum pasien meliputi tingkat kesadaran, ekspresi wajah, dan pada posisi klien saat datang.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat.

3) Sistem kardiovaskuler

Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat 4) Pemeriksaan dada

a) Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal  b) Terdengar bunyinafas ronchi

c) Perkusi hyperresonan pada area paru

d) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu-abu keseluruhan.

e) Pada auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang  paru, Wezeeng kadang (+), kadang samar.

5) Pola aktivitas sehari-hari Aspek biologi :

a) Mual/muntah

 b)  Nafsu makan buruk/anoreksia c) Ketidakmampuan untuk makan d) Penurunan berat badan.

6) Pemeriksaan Penunjang a) Laboratorium

- LED meningkat

(10)

- Analisa Gas Darah : asidosis metabolic dengan atau tanpa retensi CO2.

 b) Radiologi

Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau berupa bercak yang mengikut sertajab akveoli secara tersebar.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mucus.

 b. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus c. Intoleransi aktivitas

4. Perencanaan keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Intervensi (NIC) 1. Bersihan jalan nafas

tidak efektif

 berhubungan dengan adanya eksudat di alveolus.

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan 3x24 jam

diharapkan mampu

mempertahankan jalan nafas dengan kriteria hasil :

NOC : Respiratory Status : Airway Patency

a. Paisen dapat bernapas dengan kecepatan normal (20x/menit)  b. Pasien dapat bernapas

dengan ritme yang teratur.

c. Pasien dapat bernapas

NIC : Airway Management a. Pantau kecepatan irama,

kedalaman, dan kekuatan dari pernapasan.

 b. Dengarkan suara napas  pasien

c. Posisikan pasien semi fowler.

d. Berikan terapi dengan nebulizer

e. Membersihkan secret yang ada pada area sinus dengan suction.

(11)

dengan baik tanpa ada suara napas tambahan.

d. Pasien dapat mengeluarkan secret. 2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit,  peningkatan laju metabolism ditandai dengan peningkatan suhu diatas kisaran normal, kulit terasa hangat, kulit kemerahan.

Setelah dilakukan tinfakan keperawatan 3x24 jam

diharapkan mampu

mempertahankan jalan nafas dengan kriteria hasil :

a. Suhu tubuh pasien normal (36-37±0,5˚C)  b. Melaporkan rasa nyaman c. Tidak menggigil d. Suhu: 36-37±0,5˚C e.  Nadi: 60-100x/menit f. RR: 16-20 x/menit g. TD: 120/80 mmHg

a. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi rate secara berkala.

 b. Berikan kompres hangat. c. Anjurkan pasien untuk

mempertahankan asupan cairan adekuat.

d. Kolaborasi pemberian obat antipiretik sesuai indikasi.

3. Intoleransi aktivitas  berhubungan dengan

ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan ketidaknyamanan setelah  beraktivitas, dispnea

setelah beraktivitas.

Setelah diberikan asuhan keperawatan … x24 jam, diharapkan pasien dapat mentoleransi aktivitas yang  biasa dilakukan dengan

kriteria hasil:

1. Kemampuan bernapas  pada saat beraktifitas 2. Tidak ada Dispnea saat

aktivitas ringan

3. Keseimbangan antara

1. Kaji respon emosi, psikologi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas

2. Penggunaan teknik relaksasi (misalnya distraksi, visualisasi) selama  beraktivitas 3. Pantau respon Kardiorespirasi terhadap aktivitas (misalnya takikardia, disritmia lainnya,

(12)

aktivitas dan istirahat 4. Tingkat daya tahan kuat

untuk beraktivitas

5. Menyadari keterbatasan energi

dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan laju pernafasan)

4. Instruksikan pasien / signifikan lainnya untuk mengenali tanda dan gejala kelelahan yang membutuhkan  penurunan aktivitas

Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff H., Mukty A., 2009. Dasar-dasar ilmu pen yakit paru. Surabaya : Airlangga University Press.

Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus, FKUI, Jakarta.

Glover, M.L. and Reed, M.D., 2008. Lower Respiratory Tract Infection. In : Dipiro, J.T ., et al., Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach. Mc Graw;Hill

Companies.

Ikawati, Z., 2006, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernapasan, hal 43-50, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.

Iskandar. 2010. Penyakit paru dan saluran, PT.Bhuana llmu Populer, Jakarta.

Jonsson J, Sigurdsson J, Kristonsson K, et al. Acute bronchitis in adu lts. How close do we come to its actiology in generalpractice? Scand J Prim Health Care.

2008;15;156-160

Klein, JO. Bacterial pneumonia. Dalam : Feigin RD,Cherry JM, Demmler GJ, Kaplan SL,penyunting. Texbook of pediatric infectious disease.5 th ed.Philadelphia:

Saunders;2004.p.299-310

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem  Pernafasan, Jakarta : Penerbit Selemba Medika

(14)

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKITIS

DI RUANG RATNA RSUD SANGLAH

OLEH :

NI WAYAN ANGGRENI (1402105066)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

DENPASAR 2018

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Kecemasan umumnya terjadi pada orang dengan asma berat dan asma yang sulit dikontrol. Kecemasan adalah respon normal untuk gejala asma seperti dispnea dan dada sesak serta

inklusi bagi penderita untuk dapat diikutsertakan dalam penelitian ini antara lain minimal memiliki 2 gejala/ tanda klinis berikut: demam, nyeri kepala, myalgia, malaise, sesak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi gejala yang banyak dialami pasien adalah sesak nafas, suara mengi, lelah, dan sulit tidur; 70% responden berpendapat bahwa penyakit

Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu

Atrial fibrilasi sering tanpa disertai gejala, tapi kebanyakan penderita mengalami palpitasi (perasaan yang kuat dari denyut jantung yang cepat atau &#34;berdebar&#34; dalam

- PDP adalah orang yang mengalami demam (± 38˚C) disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan, seperti : batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/pilek dan pada

Gejala sesak nafas yang muncul pada pasien dapat merupakan tanda khusus yang disebabkan oleh gangguan pada jantung, gangguan pada pernafasan, gangguan

PENGERTIAN Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu infeksi saluran nafas bawah akut INSBA dan ditandai dengan gejala batuk disertai sesak