• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annuum) The Performance of Great Chili (Capsicum annuum) 1. Dian Rohdiana 2. Eri Cahrial 3.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annuum) The Performance of Great Chili (Capsicum annuum) 1. Dian Rohdiana 2. Eri Cahrial 3."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

KERAGAAN USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annuum) The Performance of Great Chili (Capsicum annuum)

1. Dian Rohdiana 2. Eri Cahrial 3. Enok Sumarsih

1. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya (dianrohdiana84@yahoo.com)

2. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya (eri.cahrial@yahoo.co.id)

3. Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Tasikmalaya (enoksumarsih@yahoo.com)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknik budidaya dan kelayakan finansial usahatani cabai besar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik penarikan sampel secara

proporsional random sampling terhadap 92 orang petani cabai besar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani cabai besar dengan luas lahan rata-rata 0,12 ha yang dilaksanakan pada awal musim kemarau (Musim Tamam Bulan Maret-April 2012) oleh petani di Desa Cukangkawung layak untuk diusahakan dengan nilai R/C sebesar 3,2.

(2)

2

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine how the cultivation techniques and financial feasibility of large chilli farm in the Village Cukangkawung Sodonghilir district Tasikmalaya. The research method used is the method of survey sampling techniques proportional random sampling of 92 great chili farmers in the village Cukangkawung District Sodonghilir. Data collected in the form of primary data and secondary data. The results of the financial analysis shows that the large chilli farm with an average land area of 0.12 ha were carried out at the beginning of the dry season (Season Tamam In March-April 2012) by the farmers in the village of Cukangkawung worth the effort with a value of R / C of 3.2.

Key Words : Performance, Great Chili, R/C

PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian dewasa ini memprioritaskan pada pembangunan sistem ketahanan pangan yang berbasis sumberdaya lokal khususnya komoditas sayuran di Indonesia di arahkan kepada jenis sayuran yang mempunyai nilai ekspor, salah satunya adalah cabai besar (Capsicum annum L) yang merupakan tanaman musiman berbentuk perdu.Selain minyak aetherisnya buah cabai besar banyak mengandung gizi antara lain kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fospor, vitamin A, vitamin B1, vitamin C dan air karena itulah buah cabai sangat bermangfaat bagi tubuh kita (Arul T Hartanto, 2007)

Cabai besar adalah jenis cabai yang buahnya besar dan panjang, keluar di tiap cabang pohonnya. Buah muda berwarna hijau, setelah tua berwarna merah dan rasanya pedas. Syarat tumbuh tanaman cabai menurut Redaksi Agro Media (2010) adalah antara 1 sampai 2000 meter di atas permukaan laut, curah hujan 1.000 sampai 2.000 mm per tahun dan suhu rata- rata 25,70 C.

Daerah sentra penghasil cabai besar di Kabupaten Tasikmalaya adalah yang memiliki kesesuaian secara iklim di atas adalah Kecamatan Cigalontang, Sariwangi, Leuwisari, Padakembang, Sukaratu, Cisayong, Sukahening, sedangkan

(3)

3

untuk wilayah pengembangan adalah Kecamatan Taraju, Sodonghilir, Bojonggambir, Kadipaten, Ciawi, Salawu, Puspahiang, Jatiwaras dan Pancatengah (BAPEDA Kabupaten Tasikmalaya, 2011). Tanaman cabai besar di Tasikmalaya saat ini sudah termasuk komoditas unggulan dan merupakan komoditas yang komersial. Jika melihat potensi yang ada di kabupaten Tasikmalaya, komoditas cabai besar dapat terus di kembangkan atau dibudidayakan secara intensif.

Produktivitas cabai besar di Desa Cukangkawung baru mencapai 14, 4 ton/ha, kondisi ini memperlihatkan masih di bawah produktivitas optimalnya maupun produktivitas rata-rata di Kabupaten Tasikmalaya..

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, peneliti ingin mengetahui bagaimana kelayakan teknis dan kelayakan finansial pengelolaan usaha budidaya tanaman cabai besar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya. Analisis kelayakan teknis dilakukan melalui pendekatan acuan prosedur teknis tatalaksana usaha budidaya tanaman cabai besar. Sedangkan analisis kelayakan finansial dilakukan melalui pendekatan profitabilitas, yakni pendekatan pengukuran besarnya penerimaan dari biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya tanaman cabai besar

METODOLOGI PENELITIAN

Berkaitan dengan fenomena yang menjadi fokus analisis penelitian ini menggunakan metode survey, lebih tepatnya deskriftive survey. Descriptive survey dimaksudkan untuk memberi gambaran yang tepat dari suatu gejala dan pokok perhatiannya tertuju pada pengukuran yang tepat dari satu atau lebih variabel dalam satu kelompok atau dalam sampel dari kelompok tertentu itu.

Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian inia dalah

proporsional simpel random sampling. Jumlah sampel ditetapkan sebesar 15 persen dari jumlah populasi petani cabai yang berada di Desa Cukangkawung, yaitu 92 orang, jadi jumlah responden seluruhnya yang menjadi sampel adalah 15/100 x 92 orang = 14 orang.

Jumlah petani cabai yang berada di Desa Cukangkawung seluruhnya adalah 92 orang terhimpun dalam empat kelompok tani yang terdiri dari 25 orang

(4)

4

(Kelompok Tani Kawunghegar), 22 orang (Kelompok Tani Saca Wahid), 20 orang (Kelompok Tani Natadijaya) dan 25 orang (Kelompok Tani Karabat).

Responden diambil secara proporsional dari setiap kelompok dan dihitung sebagai berikut :

a. Kel. Tani Kawung Hegar : 15/100 x 25 orang = 3,75 ≈ 4 orang b. Kel Tani Saca Wahid : 15/100 x 22 orang = 3, 3 ≈ 3 orang c. Kel Tani Natadijaya : 15/100 x 20 orang = 3,0 ≈ 3 orang d. Kel Tani Karabat : 15/100 x 25 orang = 3,75 ≈ 4 orang Kerangka Analisis

Pendapatan usahatani digambarkan sebagai sisa pengurangan nilai-nilai penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan sedangkan penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produk total dengan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang diperlukan atau dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan (Abas Tjakrawiralaksana, 1983). Dengan penulisan yang lebih sederhana, konsep pendapatan dan penerimaan tersebut dinyatakan sebagai berikut.

Penerimaan = total produk x harga jual

Pendapatan = penerimaan – biaya produksi total

Analisis kelayakan usaha yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melihat perbandingan antara penerimaan dengan biaya total atau R/C ratio, sehingga dari hasil perbandingan tersebut dapat dilihat tingkat keberhasilan usahatani yang dijalankan. R/C ratio menurut AbasTjakrawiralaksana, (1983) dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

R/C ratio =

total biaya Penerimaan

Terdapat tiga kemungkinan kesimpulan hasil analisis dari rumusan tersebut diatas yaitu sebagai berikut:

a. Revenue costs ratio (R/C) > 1 usahatani cabai besar yang dilakukan memperoleh keuntungan dan layak dijalankan.

b. Revenue costs ratio (R/C) = 1 usahatani cabai besar yang dilakukan mencapai titik impas, yaitu tidak memperoleh keuntungan maupun menderita kerugian.

(5)

5

c. Revenue costs ratio (R/C) < 1 usahatani cabai besar yang dilakukan tidak layak diusahakan.

Pada dasarnya nilai R/C ratio menunjukkan besarnya penerimaan per satu rupiah biaya yang diinvestasikan dalam kegiatan usaha.

PEMBAHASAN Teknik budidaya Cabai Besar

Secara umum teknik budidaya cabai besar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya sudah sesuai dengan Standar Oprasional Prosedur (SOP) pengembangan tanaman hortikultura di Desa Cukangkawung yang meliputi hal- hal sebagai berikut:

a. Persiapan benih.

Varietas benih yang digunakan oleh petani di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya adalah yang dianjurkan dan sudah dilepas oleh Mentri Pertanian serta tersedia di pasaran seperti Jet Set,

Filar, Persada 700 dll. b. Persemaian

Media semai yang digunakan oleh petani di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya adalah campuran dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 yang terlebih dahulu di sterilkan. Media dimasukan dalam polybag, dan disimpan pada rak bambu yang telah disiapkan sebelumnya, rak tersebut menghadap ke timur supaya sinar matahari dapat masuk dengan merata, lebar rak 1 meter agar mudah dalam pemeliharaannya, panjang rak 1,5 meter untuk populasi tanam sebanyak 1000 pohon. Rak tersebut di beri naungan atau atap plastik transparan. Selanjutnya benih dimasukan pada polybag satu biji satu polybag. Selama dalam persemaian dilakukan penyiraman, penyiangan dan pengendalian opt. Setelah berumur 3-4 minggu atau mempunyai 4-5 helai daun dengan tinggi antara 5-10 centimeter benih sudah siap dipindah ke lapangan

c. Pengolahan tanah.

Pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani responden dengan cara membalikan lapisan olah tanah sehingga terbentuk bongkahan-bongkahan

(6)

6

tanah yang bertujuan untuk memperbaiki aerasi tanah dan mematikan gulma kegiatan selanjutnya adalah pembuatan bedengan tanaman dengan ukuran lebar 120 cm dan saluran antara bedengan dibuat dengan ukuran lebar 60 cm dengan kedalaman 50 cm. Pembuatan bedengan tersebut disertai dengan penaburan pupuk organik dan kaptan dengan dosis pupuk organik sebanyak 1 kg per tanaman. Dua minggu berikutnya dilakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk anorganik yaitu SP 36 (dosis 0,5 gr/pohon), KCL dan ZA (0,25 gr/pohon) kemudian bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak. Pembuatan lubang tanam dengan jarak 60 cm x 60 cm. diantara lubang tanam dibuatkan lubang untuk penyairan dan pengecoran.

d. Penanaman

Penanaman bibit cabai di lokasi penelitian biasa dilakukan sore hari untuk menghindari terik matahari supaya tanaman tetap segar, bibit yang ditanam berumur sekitar 20 hari setelah semai atau telah berdaun sebanyak 4-5 helai, kemudian bibit ditanam pada bedengan yang telah disiapkan lubang tanam sebelumnya dengan cara bibit dicelupkan ke dalam air lalu ditekan supaya media semai tidak pudar saat polybag disayat dan perakaran tidak terganggu , setiap lubang tanam ditanami satu bibit tanaman cabai besar.

e. Pemeliharaan.

Pemeliharaan tanaman yang biasa dilakukan oleh petani tanaman cabai besar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya meliputi, pemasangan ajir, pengikatan tanaman pada ajir, pengairan, pemupukan dan pemngendalian OPT.

1. Pemasangan ajir

Pemasangan ajir dilakukan 7 hari setelah tanam dengan tujuan supaya tidak banyak akar yang terganggu. Pemasangan ajir dilakukan dengan cara tunggal.

2. Pengikatan tanaman pada ajir

Pengikatan tanaman pada ajir dengan tujuan membantu tanaman tumbuh tegak, dilakukan pada saat tanaman berusia 30 hari setelah tanam disertai dengan pembuangan tunas yang tidak diperlukan.

(7)

7

Pengairan yang dilakukan oleh petani responden kurang optimal seiring dengan musim kemarau. Petani hanya mengandalkan pemberian air sekaligus dengan jadwal pengecoran sehingga kondisi tanaman saat dilakukan penelitian pertumbuhan dan proses produksinya kurang optimal.

4. Pemupukan

Pada saat pertumbuhan, pupuk yang diberikan adalah NPK dengan kandungan 15- 15- 15 diberikan secara rutin setiap 10 hari sekali sampai usia tanaman 40 hst dengan cara di larutkan dalam air dengan dosis 2 gr/pohon dan disiramkan pada pangkal pohon, setelah masa produksi diganti dengan NPK buah dengan kandungan 12- 17- 27 setiap 15 hari sekali sampai akhir produksi dengan dosis yang sama dan diberikan pada lubang yang telah disediakan sebelumnya.

5. Pengendalian OPT

Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida (Gambar 8) dengan interval 7 hari sekali dengan dosis fungisida 15- 30 gram per 15 liter air dan insektisida 15- 25 cc per 15 liter air. Untuk merangsang pertumbuhan diberikan pupuk daun mamigro dengan dosis 1 gram per liter air.

6. Panen

Pemanenan pertama yang dilakukan oleh petani responden biasanya saat tanaman berusia sekitar 120 hari setelah tanam bila di panen dalam keadaan buah matang dan diteruskan dengan interpal 3 hari sekali, bila buah di panen saat hijau tua sekitar 90 hari setelah tanam dan dilanjutkan dengan interpal 7 hari sekali.

7. Pasca panen

Pasca panen yang dilakukan oleh petani responden haya sebatas pengkelasan dan sortasi sesuai dengan kriteria yang dikehendaki pasar, tampa pengemasan produk

Kelayakan Finansial Usahatani Cabai Besar

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani cabai besar dalam satu kali proses produksi. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

(8)

8

Biaya tetap adalah biaya produksi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya tetap yang diteliti dalam usahatani cabai besar meliputi sewa lahan, penyusutan alat, penyusutan rak persemaian dan bunga modal. Besarnya biaya tetap yang dikeluarkan petani responden di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya untuk rata-rata luas lahan 0,12 hektar/ periode produksi mencapai Rp 683.854.

Biaya tetap paling besar dialokasikan untuk sewa lahan yaitu rata-rata sekitar Rp 424. 286 per periode produksi atau 62,25 persen.

Tabel 6. Biaya tetap rata- rata usahatani cabai besar untuk luasan 0,12 hektar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya.

No Jenis Biaya Nilai (Rp/Periode) Persentase

1 Sewa Lahan 424. 286 62,25

2 3

Penyusutan alat Penyusutan rak semai

158. 571 42.411 23,27 6,2 4 Bunga Modal 56.465 8,28 Jumlah 681.542 100 %

Sumber: Data primer ,2012 (diolah)

Pengeluaran biaya tetap lainnya adalah biaya penyusutan alat. Biaya penyusutan alat dihitung dalam satu periode produksi (6 bulan ) berdasarkan jenis alat yang digunakan, umur ekonomis, nilai beli dan nilai sisa. Besarnya biaya penyusutan alat Rp 158. 571 per periode produksi. Alat pertanian yang digunakan dalam usaha budidaya cabai besar terdiri dari cangkul, parang, sprayer, drum plastik, embrat dan pompa air.

Biaya tetap yang lainnya adalah biaya bunga modal. Perhitungan biaya bunga modal dalam penelitian ini adalah menghitung jumlah biaya tetap dan dikaitkan dengan bunga yang berlaku di BRI unit Sodonghilir sebesar 1,5 persen per bulan. Dalam perhitungan bunga modal mencapai Rp 56.274 per periode (Lampiran 4)

Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi. Biaya variabel untuk usahatani cabai besar dalam penelitian ini menyangkut biaya sarana produksi ( pembelian benih, pupuk, pestisida, ajir, mulsa, polybag, kaptan), biaya tenaga kerja dan bunga modal. Besarnya biaya variabel rata- rata yang digunakan dalan usahatani cabai besar pada luas lahan 0,12 hektar

(9)

9

adalah sebesar Rp 6.775.790 per periode produksi. Untuk lebih jelasnya biaya variabel rata-rata dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Biaya Variabel rata- rata usahatani cabai besar untuk luasan rata-rata 0,12 hektar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya.

No Jenis biaya Nilai ( Rp/ periode) Persentase (%)

1 Tenaga kerja 2.415.929 35,66 2 Benih 182.142,9 2,69 3 Pupuk Organik 1.060.714 15,65 4 Pupuk Anorganik 698.250 10,3 5 Pupuk Daun 42.500 0,64 6 Pestisida 553.928 8,17 7 Kaptan 318.214,26 4,7 8 Ajir 424.285,71 6,27 9 Rapia 34.285,714 0,5 10 Polybag 17.785,714 0,26 11 Mulsa 468.285,71 6,9 12 Bunga modal 559.469 8,26 Jumlah 6.775.790 100

Sumber: Data primer 2012

Berdasarkan data dari Tabel 2 terlihat bahwa pengeluaran terbesar dalam biaya variabel adalah biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 2.415.929 atau 35,66 persen tenaga kerja tersebut digunakan oleh petani untuk berbagai kegiatan antara lain biaya pengolahan tanah, pembuatan persemaian, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja pria dan wanita. Besar upah tenaga kerja tersebut disesuaikan dengan setandar upah yang berlaku di daerah penelitian yaitu tenaga kerja pria Rp 17.000 per HKP dan tenaga kerja Wanita Rp 15.000 per HKW untuk lebih jelasnya rincian biaya variabel dapat di lihat dalam Lampiran 9.

Biaya total produksi merupakan hasil penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya produksi untuk luas lahan 0,12 hektar per musim tanam adalah Rp 7.459.654 yang terdiri dari biaya tetap Rp 683.855 atau 9,17 persen dan biaya variabel sebesar Rp 6.775.790 atau 90,83 persen. Biaya variabel merupakan

(10)

10

biaya terbesar dalam total biaya produksi karena adanya penggunaan sarana produksi dan tenaga kerja sehingga biaya yang harus dikeluarkan menjadi besar.

Penerimaan merupakan hasil kali antara jumlah produk dengan harga jual. Pada luasan 0,12 hektar diperoleh produk cabai besar sebanyak 1.221 kg cabai besar merah dengan harga rata- rata Rp 14.179 dengan jumlah penerimaan sebesar Rp 20.475.714, dan produk cabai besar hijau sebanyak 439 kg dengan harga rata- rata 4.250 dengan jumlah penerimaan Rp 3.476.786 jadi besarnya penerimaan total usahatani cabai besar adalah sebesar Rp. 23.952.500 per periode produksi. Bila dibandingkan dengan rata- rata produktivitas cabe besar yang biasa diperoleh petani di Desa Cukangkawung pada saat cuaca normal, musim panen saat penelitian dilakukan berada dibawah produktivitas yang biasa diperoleh petani, namun keuntungan petani diperoleh dari nilai harga jual yang tinggi.

Pendapatan petani cabe besar pada saat dilakukan penelitian cukup besar walaupun produk yang dihasilkan jauh berada di bawah standar rata-rata, hal ini disebabkan dengan tingginya nilai jual produk, dari luasan rata- rata 0,12 hektar pendapatan petani mencapai Rp 16.492.855,-.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pada usahatani cabai besar menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Tjakrawiralaksana (1983), maka analisis biaya, pendapatan dan R/C ratio dalam suatu periode produksi pada usahatani cabi besar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Biaya, Pendapatan dan R/C ratio rata- rata dari luasan rata-rata 0,12 hektar usahatani cabai besar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya.

No Uraian Nilai

1 Biaya Total 7.459.645

2 Penerimaan 23.952.500

3 R/C ratio 3,2

Berdasarkan data Tabel 3 dapat dilihat bahwa R/C ratio usahatani cabai besar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya sebesar 3,2 artinya setiap Rp 1,- biaya yang dikeluarkan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,2 dan dapat diambil kesimpulan bahwa usahatani budidaya cabai besar yang dilaksanakan di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya menguntungkan dan bisa dikembangkan.

(11)

11

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapa disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Teknik budidaya cabai besar yang dilakukan oleh petani di Desa Cukangkawung pada dasarnya sudah melaksanakan teknik budidaya sesuai dengan ketentuan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengembangan Tanaman Hortikultura Kabupaten Tasikmalaya.

2. Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa usahatani cabai besar dengan luas lahan rata-rata 0,12 ha yang dilaksanakan pada awal musim kemarau (Musim Tanam Bulan Maret - April 2012) oleh petani di Desa Cukangkawung layak untuk diusahakan dengan nilai R/C sebesar 3,2

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka disarankan : 1. Pada musim kemarau produksi cabai masih dapat ditingkatkan melalui

pengairan yang lebih intensif.

2. Pengembangan tanaman cabai besar pada saat menjelang musim kemarau sebaiknya di laksanakan di wilayah yang dekat dengan sumber air supaya bisa menjamin kebutuhan air bagi tanaman dan akan menghasilkan produk yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Tjakrawiralaksana, Abas. 1983. Ilmu Usaha Tani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Arul T Hartanto, 2007. Cara Mudah Bertanam Cabai, Penerbit CV Cipta Praya.

(12)

12

BAPEDA Kabupaten Tasikmalaya, 2011. wilayah pengembangan Kawasan Hortikultura di Kabupaten Tasikmalaya.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2011. Laporan Perkembangan Komoditas Tanaman Pangan. Tasikmalaya.

Fadholi Hernanto, 1989. Ilmu Usaha tani. Departemen Sosek Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Hendro Sunaryo,1999. Kunci Berocok Tanaman Sayur- Sayuran Penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung.

Monografi Desa Cukangkawung, 2010. Tasikmalaya

Redaksi Agromedia, 2010. Panduan Lengkap Budidaya dan Bisnis Cabai,

Agromedia Pustaka. Jakarta

Said Rusli, 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES, Jakarta.

Setiadi, 2002. Jenis dan budidaya Cabai Besar, edisi revisi, Penebar Swadaya Jakarta

Soedarsono Hadi Saputro, 1977. Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani, Departemen Ilmu Sosial ekonomi Pertanian, UGM.Yogyakarta.

(13)

Gambar

Tabel 6. Biaya tetap rata- rata usahatani cabai besar untuk luasan 0,12 hektar di Desa                       Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya
Tabel 2. Biaya Variabel rata- rata usahatani cabai besar untuk luasan  rata-rata 0,12 hektar di Desa                         Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya
Tabel 3. Biaya, Pendapatan dan R/C ratio rata- rata dari luasan rata-rata 0,12 hektar usahatani cabai                   besar di Desa Cukangkawung Kecamatan Sodonghilir Kabupaten Tasikmalaya

Referensi

Dokumen terkait

Dari aspek signifikan parameter tersebut terhadap ketumpatan jasad anum pula, kajian ini mendapati bahawa suhu penyuntikan dan tekanan penyuntikan berada pada tahap signifikan

terhadap kualitas audit. Hal ini disebabkan karena motif manajemen untuk melakukan rotasi KAP tidak hanya untuk mendapatkan opini yang lebih baik ataupun keleluasaan

Peningkatan kapasitas proses esterifikasi mempengaruhi rendemen, bilangan asam, kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air, viskositas kinematik, indeks bias dan

For dense reconstruction semi-global matching is used and it is shown in section 5 how redundant stereo information can be used to automatically filter matching errors and

Pertumbuhan benih udang windu ( Penaeus monodon ) meningkat pesat pada kelompok hewan uji yang diberi pakan yang mengandung tepung cacing lur 30% dan penambahan

Adanya hubungan antara ukuran panjang utama dan sistem katir, antara panjang kapal dan bahateng, panjang kapal dan pengapung dan panjang kapal dengan tinggi tiang

pelaksanaan diversi pada tahap penyidikan terhadap tindak pidana yang. dilakukan oleh anak studi di Polrestabes Semarang.

Hasil penelitian terkait berjudul Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Minat Belajar Siswa