PENGENALAN POLA
ANGKA
0 SAMPAI 9
MENGGUNAKAN
JARINGAN SYARAF
TIRUAN DENGAN
MODEL JARINGAN
KOHONEN
BAB I
LATAR BELAKANG
Mengenali pola sebuah angka bukan menjadi hal yang sulit bagi manusia, akan tetapi berbeda
halnya dengan komputer. Komputer harus
memiliki algoritma atau cara tersendiri untuk dapat mengenali pola sebuah angka.
Pada pengenalan pola angka 0 sampai 9, dibutuhkan sebuah metode yang dapat
mengelompokkan angka masukan ke dalam kelompok angka yang mirip satu sama lain. Metode Jaringan Syaraf Tiruan dengan Model
Jaringan Kohonen secara otomatis
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara kerja pengenalan pola angka 0 sampai 9 menggunakan metode Jaringan
Syaraf Tiruan dengan model Jaringan Kohonen?
Bagaimana mengimplementasikan pengenalan pola angka 0 sampai 9
menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan dengan model Jaringan Kohonen dalam
program?
Berapa prosentase keberhasilan pengenalan pola angka 0 sampai 9
menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan dengan model Jaringan Kohonen?
BATASAN MASALAH
Input : angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Input berupa file grafik BMP-1 bit (biner).
Jml pola template = 50 pola, jml pola uji 20
pola yang terdiri dari dua kelompok angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Pola input akan disamakan ukurannya
yaitu 30 X 30 pixel.
Metode yang dipakai = Jaringan Syaraf
Tiruan dengan model Jaringan Kohonen.
TUJUAN PENULISAN
Mempelajari cara kerja pengenalan
pola angka 0 sampai 9 menggunakan
metode Jaringan Syaraf Tiruan dengan
model Jaringan Kohonen.
Membuat sistem pengenalan pola
angka 0 sampai 9 menggunakan metode
Jaringan Syaraf Tiruan dengan model
Jaringan Kohonen.
Mengetahui tingkat keberhasilan
metode Jaringan Syaraf Tiruan dengan
model Jaringan Kohonen yang
digunakan untuk pengenalan pola
angka 0 sampai 9.
BAB II
PENGENALAN POLA
Pola adalah entitas yang dapat terdefinisi
dan dapat diidentifikasi melalui ciri-cirinya.
Ciri-ciri tersebut digunakan untuk
membedakan suatu pola dengan pola lainnya.
Ciri pada suatu pola diperoleh dari hasil
pengukuran terhadap objek uji.
Pengenalan pola bertujuan untuk
menentukan kelompok atau kategori pola berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh pola tersebut.
FASE PENGENALAN POLA
Fase pelatihan
beberapa contoh pola dipelajari untuk menentukan ciri yang akan digunakan dalam proses pengenalan serta prosedur klasifikasinya
Fase pengenalan latihan
pola diambil cirinya kemudian ditentukan kelas kelompoknya
METODE PENGENALAN POLA
Pendekatan Geometric / Statistik Pendekatan Sruktural / Sintaktik
Pendekatan Computational Intelligent Pendekatan Logika Kabur
JARINGAN SYARAF BIOLOGI
Neuron SOMA Dendrit Celah Sinapsis Axon dari Neuron lainAxon
Axon dari Neuron lain
Dendrit dari Neuron lain
Dendrit dari Neuron lain Celah Sinapsis
JARINGAN SYARAF BIOLOGI
Komponen utama neuron
Soma
Axon (output) Dendrites (input)
Proses :
Dendrit menerima sinyal dari neuron lain.Sinyal
tersebut berupa impuls elektrik yang dikirim melalui celah sinaptik melalui proses kimiawi.
Sinyal tersebut dimodifikasi (diperkuat / diperlemah) di
celah sinaptik.
Soma menjumlahkan semua sinyal yang masuk. Kalau
jumlahan itu kuat dan melebihi batas ambang
(threshold), maka sinyal tersebut akan diteruskan ke
JARINGAN SYARAF TIRUAN
Jaringan Syaraf Tiruan dibentuk sebagai
generalisasi model matematika dari
jaringan syaraf biologi, dengan asumsi
bahwa :
Pemrosesan informasi terjadi pada banyak elemen
sederhana (neuron).
Sinyal dikirimkan diantara neuron-neuron melalui
penghubung-penghubung.
Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan
memperkuat atau memperlemah sinyal.
Untuk menentukan output, setiap neuron
menggunakan fungsi aktivasi yang dikenakan pada jumlahan input yang diterima. Besarnya output ini selanjutnya dibandingkan dengan suatu batas
JARINGAN SYARAF TIRUAN
Keterangan : X = neuron input W = bobot Y = neuron output X1 X2 X3 Y W2 W3 W1METODE PELATIHAN PADA
JARINGAN SYARAF TIRUAN
Pelatihan Supervised
Terdapat sejumlah pasangan data yaitu masukan dan target keluaran, yang dipakai untuk melatih jaringan hingga diperoleh bobot yang diinginkan. Pasangan data tersebut berfungsi sebagai “pemandu” untuk melatih jaringan hingga diperoleh bentuk terbaik.
Pelatihan Unsupervised
Perubahan bobot di dalam proses pelatihannya dilakukan berdasarkan parameter tertentu dan jaringan dimodifikasi menurut ukuran parameter tersebut.
JST KOHONEN
Jaringan Kohonen adalah model jaringan yang menggunakan pelatihan unsupervised.
Tidak menggunakan perhitungan net Tidak memiliki fungsi aktivasi
ARSITEKTUR JST KOHONEN
Representasi bobot : Y1 … Yj … Ym X1 Xi Xn W11 W1i W1n Wj1 Wji Wjn Wm1 Wmi Wmn … … w11 ... w1i ... w1n ….. wj1 ... wji …wjn ….. wm1 ... wmi …wmnTOPOLOGI DALAM JST KOHONEN
Topologi Linear (satu dimensi)
Topologi Bujursangkar (dua dimensi) (a) Topologi Heksagonal (dua dimensi) (b)
* * * * W * * * *
Vector sekitar w berjarak 2
W R = 1 R = 2 (a) W (b) R = 2 R = 1
ALGORITMA JST KOHONEN
1. Inisialisasi
1. Bobot wij (acak)
2. Laju pemahaman awal dan faktor penurunannya 3. Bentuk dan jari-jari (topologi) sekitarnya
2. Selama kondisi penghentian salah, lakukan langkah 3-8
3. Untuk setiap vector masukan x, lakukan 4-6 4. Hitung D(j) = untuk semua j
∑
− i i ji x w )2 (ALGORITMA JST KOHONEN
1. Tentukan indeks j sedemikian hingga D(j) minimum
2. Untuk setiap unit j dan unit di sekitarnya dilakukan modifikasi bobot sebagai berikut :
3. Modifikasi laju pemahaman
Laju pemahaman dimodifikasi dengan
mengalikan nilai laju pemahaman dengan koefisian penurunannya.
(
lama)
ji i lama ji baru jiw
x
w
w
=
+
α
−
ALGORITMA JST KOHONEN
1.
Uji kondisi penghentian
Kondisi penghentian iterasi adalah
selisih antara w
jisaat itu dengan w
jipada iterasi sebelumnya. Apabila semua
wji hanya berubah sedikit saja, berarti
iterasi sudah mencapai konvergensi
sehingga dapat dihentikan.
Pengelompokan vektor input dilakukan
dengan menghitung jarak vektor
BAB III
ANALISIS DAN
INPUT
Pola template 50 pola terdiri dari angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 masing-masing jenis 5 pola. Pola uji 20 pola terdiri dari 2 kelompok pola
PROSES
Preprocessing Pelatihan
Clustering Pengujian
PREPROCESSING
Jadi bentuk vektor 1x900 Pola input
PELATIHAN 1
Inisialisasi bobot
…
Jml kolom = 900
d1 d2 d3 d10
PELATIHAN 2
∑
− i i ji x w )2 ((
lama)
ji i lama ji baru ji w x w w = +α
− … Pola Template … Hitung jarak dg rumus :Dipilih yg terkecil Vektor pemenang + vektor tetangga
Dimodifikasi dg rumus : Modifikasi Alpha :
Alpha x koefisien penurunan
CLUSTERING
… Pola Template … 9 9 9 9 9 3 3 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 7 7 … Bobot optimal Dihitung jarakPENGUJIAN
… Pola Uji … … Bobot optimal Dihitung jarak Dikenali sebagaiangka 9 Tak dikenali
BAB IV
INPUT
Topologi
Linear Bujursangkar Heksagonal Alpha (0<alpha<1)
0.1, 0.2, 0.3, 0.4, …,0.9
Koefisien Penurunan Alpha
0.1, 0.2, 0.3, 0.4, …,0.9
Jari – jari
KOMBINASI INPUT DG HASIL TERBAIK
PD POLA UJI KELOMPOK 1
Alpha Koefisien penurunan alpha
Jari-jari Jumlah pola uji Banyak dikenali Persentase dikenali
0.8 0.5 0 10 10 100% 0.9 0.5 0 10 10 100% 0.8 0.6 0 10 10 100% 0.9 0.6 0 10 10 100% 0.8 0.7 0 10 10 100% 0.9 0.7 0 10 10 100% 0.8 0.8 0 10 10 100% 0.9 0.8 0 10 10 100% 0.7 0.9 0 10 10 100% 0.8 0.9 0 10 10 100% 0.9 0.9 0 10 10 100%
KOMBINASI INPUT DG HASIL TERBAIK
PD POLA UJI KELOMPOK 2
Alpha Koefisien penurunan alpha
Jari-jari Jumlah pola uji Banyak dikenali Persentase dikenali
0.9 0.1 0 10 5 50% 0.9 0.3 0 10 5 50% 0.8 0.4 0 10 5 50% 0.7 0.5 0 10 5 50% 0.8 0.5 0 10 5 50% 0.9 0.6 0 10 5 50% 0.8 0.7 0 10 5 50% 0.9 0.7 0 10 5 50% 0.8 0.8 0 10 5 50% 0.9 0.8 0 10 5 50% 0.7 0.9 0 10 5 50% 0.8 0.9 0 10 5 50% 0.9 0.9 0 10 5 50%
BAB V
KESIMPULAN 1
1. Jaringan Syaraf Tiruan dengan Model
Jaringan Kohonen dapat digunakan
KESIMPULAN 2
1. Berdasarkan hasil penelitian dan percobaan
yang telah dilakukan dapat diperoleh
kesimpulan bahwa pengenalan pola angka 0 sampai 9 menggunakan Jaringan Syaraf
Tiruan dengan Model Jaringan Kohonen memiliki tingkat keberhasilan yg tinggi dengan kondisi :
•semua kelas memiliki identitas
•masing-masing pola uji masuk ke kelas yang
sesuai.
Pola uji yang masuk ke kelas sesuai
dengan identitasnya merupakan pola yang hanya memiliki sedikit perbedaan struktur pixel dengan struktur pixel pola template yang menjadi acuan penamaan kelas
SARAN
Memilih pola template yang lebih universal
sehingga dapat digunakan untuk aplikasi
pengenalan pola angka yang lebih luas
penggunaannya. Contoh penggunaan
pengenalan pola angka yang lebih luas
adalah pada pengenalan kodepos.