• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pemantauan Konflik di Aceh"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pemantauan Konflik di Aceh

1 Mei - 30 Juni 2008

Bank Dunia

Jumlah konflik terus meningkat mencapai ketinggian baru pada bulan Mei dan Juni, peningkatan ini terutama terjadi pada meningkatnya persoalan perselisihan administratif.1 Tingkat insiden kekerasan tetap relatif tinggi, seperti tercatat sejak Desember tahun lalu. Sejumlah insiden terjadi pada perbatasan antara Bener Meriah dan Aceh Utara. Insiden pertama terjadi ketika masyarakat melaporkan serangan teror oleh aparat keamanan Bener Meriah di sebuah desa di kecamatan Nisam Antara. Laporan tersebut, yang mengingatkan akan masa konflik, diikuti oleh tuntutan-tuntutan penduduk beberapa desa Bener Meriah untuk disatukan dengan Aceh Utara, dan oleh percobaan pembunuhan atas seorang pejabat desa. Walaupun ada indikasi bahwa motif dibalik insiden-insiden tersebut seputar pembalakan liar, namun penyerangan tersebut telah menjadi konfrontasi antara tokoh-tokoh GAM, termasuk Gubernur Irwandi Yusuf, dan Bupati Bener Meriah, dengan saling menuduh bahwa masing-masing pihak memanipulasi kekerasan untuk kepentingan politiknya. Ini menunjukkan betapa ketegangan di level masyarakat dan masalah politik yang lebih luas dapat saling memperkuat penciptaan suasana yang semakin terpolarisasi pada saat persiapan untuk pemilihan umum tahun depan. Potensi terjadinya insiden lebih lanjut cukup tinggi di dataran tinggi Gayo, pada saat kemungkinan berhasilnya pembentukan propinsi baru Aceh Leuser Antara makin menipis dan para pendukungnya khawatir dengan perkembangan Partai Aceh di kabupaten-kabupaten tetangga. Kontroversi sekitar seleksi anggota Komisi Independen Pemilihan tingkat kabupaten mengingatkan bahwa kepastian akan pemilu yang transparan dan adil merupakan kunci dalam meredakan ketegangan. Bulan Mei dan Juni juga ditandai dengan jumlah kejadian ‘vigilantisme’ (main hakim sendiri) yang tinggi, kemungkinan merupakan konsekuensi dari perubahan fungsi Wilayatul Hisbah yang mundur dari operasi penegakan untuk lebih fokus kepada kegiatan sosialisasi. Sebuah laporan oleh International Finance Corporation meningkatkan kesadaran akan maraknya pungutan liar di Aceh dan mendesak aparat keamanan untuk mengambil tindakan tegas. Tindakan-tindakan ini perlu dilakukan secara hati-hati untuk menghindari peningkatan rasa saling curiga antara aparat keamanan dan KPA. Pada tanggal 14 Mei, sebuah granat meledak di kantor sebuah LSM internasional di Bireuen. Selain insiden ini, tingkat konflik terkait bantuan tetap stabil, dan hanya menimbulkan sedikit kekerasan. Namun insiden terkait dengan bantuan pasca konflik mengalami peningkatan pada bulan Juni, menggaris-bawahi dua celah utama: kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan program bantuan bagi korban konflik di dataran tinggi Gayo, dan kurangnya perhatian kepada mantan kombatan non-GAM.

Ketegangan di perbatasan antara Aceh Utara dan dataran tinggi Gayo

Pada bulan Mei dan Juni, sejumlah insiden terjadi di perbatasan antara Bener Meriah dan pedalaman Aceh Utara. Kejadian-kejadian yang mengakibatkan satu korban jiwa ini menunjukkan bahwa kondisi keamanan masih belum stabil di wilayah perbatasan yang memisahkan dataran tinggi Gayo dari wilayah basis GAM di pantai timur. Kasus-kasus ini

1

Sebagai bagian dari program dukungan analisis bagi proses perdamaian, Program Konflik dan Pengembangan di Bank Dunia Jakarta serta didanai oleh Department for International Development (DFID), menggunakan metodologi pemetaan konflik melalui surat kabar untuk merekam dan mengkategorikan semua laporan tentang insiden konflik di Aceh yang diberitakan di dua surat kabar daerah (Serambi and Aceh Kita). Program ini menerbitkan laporan bulanan yang menganalisa data dengan didukung oleh kunjungan lapangan. Laporan pemantauan bulanan dapat diakses di

www.conflictanddevelopment.org. Dataset tersedia bagi mereka yang membutuhkan, dengan

menghubungi Blair Palmer di bpalmer@wboj.or.id atau Adrian Morel di amorel1@worldbank.org.

Terdapat keterbatasan dalam menggunakan surat kabar untuk memetakan konflik. Lihat Barron dan

Sharpe (2005) yang tersedia secara online www.conflictanddevelopment.org/page.php?id=412.

44877

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized

(2)

juga mengungkapkan betapa ketegangan di tingkat masyarakat dan masalah-masalah politik yang lebih luas dapat saling menguatkan, sehingga mengakibatkan potensi terjadinya insiden-insiden lanjutan, terutama dengan semakin dekatnya pemilihan umum tahun depan.

Ketegangan mulai pada tanggal 3 Juni ketika masyarakat desa setempat melaporkan bahwa pasukan bersenjata telah melintas di perbatasan Bener Meriah dan menyerang desa Alue Dua, sebuah desa terpencil di pegunungan Nisam Antara, Aceh Utara, meneror penduduk dengan tembakan membabi-buta dan pembakaran gubuk dan sepeda motor (Lihat Kotak 1 untuk kronologi kejadian terperinci).2 Kapolres Bener Meriah mengakui bahwa pasukan polisi didukung oleh TNI sedang melakukan operasi gabungan di wilayah tersebut untuk mengumpulkan bukti pembalakan liar, tapi menyangkal telah menggunakan kekerasan. Dua minggu kemudian, masyarakat dari dua desa di Bener Meriah yang terletak tidak jauh dari perbatasan dengan Nisam Antara, menuntut agar disatukan dengan Aceh Utara. Mereka mengatakan bahwa pemerintah Bener Meriah tidak memperhatikan kebutuhan mereka dan mereka tidak ingin menjadi bagian dari propinsi ALA yang terpisah. 3 Pada tanggal 30 Juni, Ardiansyah, seorang kepala dusun di salah satu desa tersebut, diserang oleh orang-orang bersenjata. Isterinya yang sedang hamil terbunuh dalam penembakan. Ardiansyah menghubungkan serangan tersebut kepada anggota KPA yang mempunyai hubungan erat dengan para pembalak liar yang dicari dalam operasi pasukan keamanan di Nisam Antara, yang menuduh dia sebagai informan (cuak).

Kejadian yang disebut terakhir dengan cepat meningkat menjadi konfrontasi politik yang lebih luas antara KPA, Gubernur Irwandi Yusuf dan Bupati Bener Meriah Tagore Abubakar. Tagore, seorang mantan pemimpin milisi pro-Jakarta (PETA) dan juga partisan ALA, menyatakan bahwa ‘kondisi keamanan di Kabupaten Bener Meriah sekarang tidak beda sebelum MoU”. Ini, menurut beliau, disebabkan kegiatan kelompok bersenjata yang menentang pemekaran propinsi. Karena itu, Tagore meminta intervensi dari Jakarta. KPA dan Irwandi mengecam usaha-usaha Bupati untuk mempolitisir kasus tersebut. Gubernur menerangkan bahwa kejadian tersebut dapat dikaitkan dengan manipulasi ‘pihak-pihak tertentu’ dengan tujuan untuk memulai ‘konflik horizontal antara masyarakat pesisir dan

pedalaman, GAM dan bukan GAM”.4

2

Alue Dua tahun lalu telah menjadi lokasi insiden ketika anggota KPA menyerang empat prajurit yang disewa sebagai keamanan oleh NGO Save the Children pada tanggal 21 Maret, 2007.

3

Aceh Leuser Antara merujuk ke proyek pembentukan propinsi baru lepas dari Aceh, yang akan mencakup kebupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, Aceh Tenggara dan Aceh Singkil (lihat Laporan Januari – Februari 2008).

4

Irwandi Yusuf, Medan Bisnis, 4 Juli. Selama kunjungannya ke Aceh dan Jakarta awal Mei, Martti

Ahtisaari, mantan Presiden Finlandia dan Ketua Crisis Management Initiative, juga menyampaikan keprihatinannya kepada Mayor Supiadin atas dugaan adanya operasi intelijen di Aceh. Supiadin menyangkal dugaan tersebut.

Kotak 1: Insiden perbatasan Aceh Utara/Bener Meriah, bulan Mei dan Juni

• 29 Mei, Nisam Antara, Aceh Utara. Ketika melakukan operasi gabungan sweeping senjata ilegal di seberang

perbatasan, polisi Bener Meriah didukung oleh pasukan TNI menangkap empat orang pembalak liar.

• 30-31 Mei, dusun Jabal Antara, desa Alue Dua, Nisam Antara, Aceh Utara. Menurut laporan anggota

masyarakat, 30 orang bersenjata berseragam menyeberang perbatasan dari Bener Meriah dan menyerang kampung, membakar tiga pondok, empat sepeda motor dan menembak seekor kerbau.

• 4 – 9 Juni. Kapolres Bener Meriah menegaskan bahwa pasukan polisi dan TNI kembali ke Nisam Antara pada

tanggal 30 Mei untuk mengumpulkan barang bukti pembalakan liar, tapi menyangkal tuduhan terjadi kekerasan. KPA mempertanyakan keterlibatan militer dalam operasi penegakan hukum, sedangkan Pangdam Mayor Jenderal Supiadin menyatakan bahwa penyerangan itu direkayasa. Penyelidikan oleh Forum Koordinasi dan Komunikasi Desk Aceh (FKK) tidak dapat mengambil kesimpulan.

• 12 Juni, Lhokseumawe. Ratusan kepala rumah tangga dari kampung Seni Antara dan Rikit Musara, Kecamatan

Permata, Bener Meriah, melakukan perjalanan ke Lhokseumawe untuk menuntut penggabungan kampung mereka dengan Aceh Utara.

(3)

Motivasi sesungguhnya dari penyerangan 30 Mei dan penembakan 30 Juni tampaknya berkisar sekitar pembalakan liar dan dendam pribadi. Mengenai insiden pertama, bisa jadi operasi penegakan hukum yang lepas kendali, atau pasukan keamanan Bener Meriah dengan sengaja ingin memberi contoh, atau pembalak liar terkait dengan KPA berusaha untuk membesar-besarkan operasi penegakan hukum agar kelihatan sebagai agresi terhadap masyarakat sipil. Kemungkinan terbesar adalah kombinasi dari ketiganya. Usaha pembunuhan atas Ardiansyah dapat dipastikan sebagai aksi balas dendam oleh pembalak liar.

Insiden-insiden tersebut terjadi bersamaan dengan latar belakang meningkatnya ketegangan di tengah masyarakat, politik dan ekonomi di wilayah itu:

Ketegangan di level masyarakat. KPA mendapat dukungan luas dari masyarakat di

Nisam Antara, sebuah basis GAM dan salah satu wilayah yang paling menderita akibat konflik. Di seberang perbatasan, di Bener Meriah, penduduk desa yang setia pada GAM dan para pendukung PETA sering hidup berdampingan di lokasi yang sama. Menurut hasil kunjungan lapangan terakhir di wilayah tersebut oleh peneliti Bank Dunia, hubungan antara mantan kombatan dari pihak-pihak yang berlawanan telah cukup membaik bila dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2006. Namun masalah ALA telah meningkatkan ketegangan dan kecurigaan di antara kedua pihak.

Persoalan politik. Walaupun kemungkinan berhasilnya pemekaran propinsi semakin

menipis (lihat seksi berikutnya), ALA masih mendapat dukungan kuat dari elit politik Bener Meriah, masyarakat etnik Jawa dan elemen milisi. Masyarakat yang memutuskan untuk keluar dari Bener Meriah pada tanggal 12 Juni adalah orang Gayo yang mendukung GAM selama konflik dan merasa semakin terisolasi dan tidak aman.5 Di sisi lain, elemen pro-ALA khawatir akan berkembangnya bendera merah Partai Aceh di basis-basis GAM pesisir timur. Mereka mencurigai bahwa bila Partai Aceh memenangkan mayoritas kursi di DPRA, kemungkinan akan dapat memperoleh cukup pengaruh untuk mengusulkan referendum kemerdekaan.

Kepentingan ekonomi.

Pembalakan liar telah meluas di kedua sisi perbatasan, dan elit Bener Meriah dan KPA dilaporkan sama-sama terlibat. Karena dikira pemerintah propinsi tidak tegas terhadap KPA, elit Bener Meriah mungkin telah memutuskan untuk mengambil alih permasalahannya dan memberikan peringatan kepada pembalak yang beroperasi dari Nisam Antara. Selain itu, walaupun KPA tidak terlalu kuat di Bener Meriah, para kontraktor yang terkait dengan organisasi itu berhasil mendapatkan proyek publik yang cukup besar, termasuk rehabilitasi 40 km jalan yang menghubungkan Bener Meriah dan Nisam Antara.

Kombinasi yang terjadi pada persoalan di tingkat masyarakat, ketegangan politik dan persaingan ekonomi, telah berperan penting dalam rangkaian kejadian yang berujung pada pembantaian Atu Lintang di Aceh Tengah pada tanggal 1 Maret tahun ini (lihat Laporan Januari – Februari 2008). Tekanan-tekanan seperti itu kemungkinan akan terus meningkat, terutama pada saat militan pro-ALA terdesak oleh kesulitan yang dialami rencana pemekaran.

5

Wawancara dengan tokoh KPA Wilayah Pasee, 14 Juli.

• 30 Juni, pukul 2:00, Desa Seni Antara, Permata, Bener Meriah. Kelompok bersenjata menyerang tempat tinggal

kepala dusun Bukit Antara, Ardiansyah, melukai dia dan membunuh isterinya yang sedang hamil.

• 2 Juli. Korban penyerangan, Ardiansyah, mengakui bahwa dia telah diancam elemen KPA yang menuduh dia

sebagai informan (cuak). Bupati Bener Meriah, Tagore Abubakar, mennyatakan ada hubungan antara insiden 30 Juni dengan persoalan ALA. Dia menuntut intervensi pemerintah pusat untuk “menumpas gerombolan bersenjata”. “Bupati telah menunjukkan jati dirninya sebagai petinggi PETA”, kata KPA.

• 4 Juli. Gubernur Irwandi Yusuf mencela usaha disinformasi oleh Tagore dan Badan Intelijen Nasional. Dia

mengkaitkan insiden 30 Juni dengan kelompok mantan kombatan yang “tidak ingin Aceh damai”, dan menambahkan bahwa kelompok-kelompok tersebut tidak dapat bergerak tanpa dukungan “pihak-pihak yang menunggangi mereka untuk kepentingan tertentu”.

(4)

Figur 1: insiden kekerasan dan jumlah konflik, per bulan 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 Jan 05 Fe b Ma r Apr May Jun Jul Aug MoU Sep Oct No v De c Jan 06 Fe b Ma r Apr MayJune July Aug Sep OctNo v De c Jan 07 Fe b Ma r AprMay June July Aug Sep OctNo v De c Jan 08 Fe b Ma r Apr il Ma y Jun e

Insiden kekerasan Jumlah total konflik

Konflik politik: kesempatan bagi ALA/ABAS semakin menipis; persiapan untuk pemilu tahun depan mulai menimbulkan kontroversi.

Proses legislatif yang diawali oleh faksi-faksi DPR pada bulan Januari untuk memekarkan Aceh dan menciptakan dua propinsi baru, Aceh Leuser Antara dan Aceh Barat Selatan (lihat Laporan Januari - Februari 2008), mengalami kemunduran akhir Mei ketika rancangan undang-undang gagal dimasukkan dalam agenda DPR tahun ini. Gubernur Irwandi Yusuf juga melaporkan pada tanggal 17 Juni, bahwa Wakil Presiden Yusuf Kalla telah meyakinkan dia akan ketidak-setujuannya atas rencana pemekaran tersebut.6 Kemungkinan pembentukan ALA/ABAS akan berhasil dalam jangka pendek sekarang rupanya makin kecil. Namun, militan ALA tetap dikerahkan, dan informasi dari kunjungan lapangan mengindikasikan bahwa mereka melihat kemenangan mutlak Partai Aceh pada tahun 2009 sebagai ancaman langsung terhadap keamanannya. Sebagai akibatnya, ketegangan kemungkinan akan berlanjut dan meningkat selama kampanye pemilu.

Seleksi anggota KIP Kabupaten, yang merupakan langkah penting pertama dalam persiapan pemilihan umum 2009, dihadapkan pada pertentangan yang serius. Peraturan KIP melarang keanggotaan bagi mereka yang mempunyai hubungan dengan partai politik ataupun bagi mereka yang pernah memegang atau mencalonkan diri untuk jabatan politik tertentu selama lima tahun terakhir. Namun, puluhan calon anggota yang lolos seleksi ternyata memegang posisi kader pada partai-partai politik, atau terkait secara langsung atau tidak langsung dengan organisasi atau tokoh politik tertentu. Kasus seperti itu dilaporkan di 11 kabupaten. Selama pemilihan umum 2006, beberapa KIP Kabupaten rupanya telah memiliki bias, seperti di Aceh Tenggara, di mana KIP lokal mendukung Bupati Armen Desky yang diputuskan kalah oleh KIP provinsi. Perselisihan tersebut mengakibatkan mobilisasi pendukung kedua belah pihak, yang kemudian berujung pada sejumlah insiden kekerasan di Aceh Tenggara, seperti pengeboman dan pembakaran di bulan Agustus 2007. Walaupun keadaan sekarang telah tenang, kunjungan lapangan yang dilaksanakan pada bulan November tahun lalu menunjukkan bahwa penduduk Aceh Tenggara masih tetap terpecah, dan ketegangan tampak jelas (lihat Laporan November 2007). Penerapan peraturan dan melawan nepotisme dan korupsi dari tahap awal merupakan kunci terlaksananya pemilihan umum yang adil dan transparan pada tahun 2009.

Jumlah konflik tetap meningkat, kekerasan tetap tinggi

Pada bulan Mei dan Juni, jumlah konflik tetap meningkat hingga mencapai tingkat tertinggi ke tiga secara berturut-turut, dengan dilaporkannya 149 konflik baru pada bulan Mei, dan 166 pada bulan Juni (lihat Figur 1).

6

Pada hari yang sama juga dilaporkan bahwa Presiden Yudhoyono telah menandatangani ampres yang memberi kuasa kepada Depdagri untuk memulai pembahasan bersama DPR mengenai masalah tersebut. Ini memberikan harapan baru kepada pendukung ALA/ABAS dan membuat Irwandi marah mengancam akan mengundurkan diri. Namun kedua reaksi rupanya berlebihan karena sifat dokumen

(5)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Jan 07

Feb Mar Apr May June July Aug Sept Oct Nov Dec Jan 08

Feb Mar Apr May June

Peningkatan ini terutama terjadi karena makin banyaknya perselisihan administratif, yang meningkat secara tajam selama semester pertama tahun 2008, dan mencapai 67% dari semua konflik baru di bulan Juni. Perselisihan administratif terutama berkisar sekitar pengelolaan dana dan program publik, termasuk bantuan pasca tsunami dan pasca konflik. Kenaikan harga bahan bakar minyak, yang menimbulkan kerusuhan besar di Jakarta dan di seluruh Indonesia, hanya menyebabkan sedikit protes dan demonstrasi di Aceh.

Kekerasan tetap berada pada tingkat tinggi sebagaimana tercatat sejak bulan Desember tahun lalu, dengan 22 kasus dilaporkan pada bulan Mei, dan 25 kasus di bulan Juni. Kasus-kasus kekerasan bersenjata yang serius, seperti penembakan dan pelemparan granat, tetap terjadi (lihat bagian mengenai insiden di Aceh Utara dan Bener Meriah, dan bagian mengenai konflik terkait bantuan). Namun, dua bulan terakhir ditandai dengan meningkatnya proporsi korban meninggal yang disebabkan pertikaian antara anggota masyarakat mengenai masalah-masalah pribadi dan ekonomi. Dari delapan kematian yang tercatat di bulan Mei dan Juni, enam daripadanya dapat dikaitkan dengan kasus-kasus jenis seperti ini.

Aksi main hakim sendiri kembali meningkat ketika peran Wilayatul Hisbah (WH) dalam penegakkan Shariah Islam berubah

Jumlah insiden kekerasan akibat aksi main hakim sendiri, setelah menurun secara drastis selama semester kedua tahun 2007, mulai meningkat lagi di tahun 2008 (lihat Figur 2). 15 kasus dilaporkan pada bulan Mei, dan 10 kasus pada bulan Juni. Dua per tiga (9 dari 15) merupakan tindakan terhadap pasangan non muhrim, dan lainnya merupakan aksi terhadap pencuri. Jenis insiden terakhir dapat mengarah ke kekerasan sadistis, sebagaimana terjadi di Aceh Utara pada tanggal 14 Juni, ketika penduduk desa mencoba untuk memenggal tangan seorang pencuri kambing. Sembilan orang dilaporkan mengalami luka sebagai akibat aksi main hakim sendiri selama bulan Mei dan Juni, tapi angka sebenarnya kemungkinan lebih tinggi.

Kejadian-kejadian ini memunculkan pertanyaan mengenai peran masyakarat dalam memelihara ketertiban dan menegakkan Shariah Islam. Aksi main hakim sendiri bisa jadi diakibatkan oleh prestasi buruk Wilayatul Hisbah (WH), yang tingkat efisiensinya lemah disebabkan kurangnya sumber daya manusia dan keuangan, serta ketidakpopulerannya. Banyak orang Aceh, terutama GAM, menganggap WH sebagai sebuah warisan dari usaha Jakarta dalam mengalihkan perhatian publik dari tuntutan kemerdekaan ke persoalan agama. Lebih dari itu, citra WH telah dirusak oleh beberapa skandal seks yang melibatkan anggotanya serta persepsi bahwa aksinya hanya memilih sasaran orang miskin, sementara para elit yang berkelakuan tercela berhasil menghindari hukuman. Petugas WH telah sering menjadi korban kekerasan dari anggota masyarakat yang kesal. Pada tanggal 9 Juni, suatu bom Molotov dilemparkan ke sebuah kendaraan WH di Banda Aceh

Faktor-faktor tersebut kemungkinan menjadi salah satu alasan untuk mempertimbangkan kembali peran WH. Pada tanggal 1 April, WH digabungkan dengan Satuan Polisi Pamong

Figur 2 : jumlah insiden main hakim sendiri dari bulan Januari 07 hingga bulan Juni 08

(6)

Praja (Satpol PP), dan perannya dibatasi kepada sosialisasi Syariah Islam.7 Menurut suatu wawancara dengan petinggi WH, penerapan Shariah Islam di tingkat masyarakat sebagian besar mungkin akan diserahkan kepada lembaga adat, seperti Tuha Peut dan imam desa. Apakah perubahan seperti itu akan mengurangi atau meningkatkan kemungkinan digunakannya kekerasan terhadap pelanggar belum pasti.

Usaha membasmi pungutan liar di Aceh

Pada tanggal 28 Mei, International Finance Corporation (IFC) merilis temuan satu survey

yang melaporkan merambahnya pungutan liar yang dilakukan oleh GAM/KPA (pajak

nanggroe) dan aparat keamanan terhadap investor, kontraktor swasta, proyek pemerintah dan program bantuan di Aceh. Hari berikutnya, Asosiasi Kontraktor Aceh (AKA) cabang Aceh Timur memperkuat penemuan itu dan menyesalkan dampaknya tindakan-tindakan tersebut pada kualitas proyek.

Laporan IFC tersebut membuka debat publik tentang hal itu, sehingga mendesak aparat keamanan untuk mengambil tindakan tegas. Pada tanggal 4 Juni, Kapolda Aceh mengumumkan pembentukan suatu unit pemburu pungli, meniru komposisi unit khusus yang telah dibentuk sebelumnya guna melawan perampokan dan penculikan bersenjata, dengan kombinasi unsur-unsur Detasemen Khusus 88, Brimob dan Reserse Kriminal.

Pemerasan hanyalah bagian dari praktek-praktek tak sehat yang meningkat tajam akibat dari maraknya pelaksanaan proyek publik yang digerakkan oleh usaha rekonstruksi. Banyak petinggi KPA mengambil kesempatan dari kemenangan mantan anggota GAM pada pilkada 2006 dengan membuka usaha kontraktor dan memenangkan tender untuk perusahaan-perusahaan di bawah kuasa GAM atau menjadi agen bagi kontraktor lain. Hal ini berperan dalam memperburuk kondisi internal antara mantan kombatan yang berada di lokasi strategis, dan mereka yang berada di wilayah-wilayah yang lebih terisolasi. Di sisi lain, hal tersebut terkadang juga berperan dalam menyatukan musuh-musuh era konflik. Di beberapa wilayah, KPA, aparat keamanan dan pemerintah setempat telah membuat perjanjian di bawah tangan untuk berbagi rejeki dari proyek-proyek. Di daerah lain, KPA dan unsur-unsur milisi telah menjadi anggota asosiasi kontraktor yang sama.

Belum tentu upaya untuk memberantas pungutan liar akan didukung oleh keinginan politis yang memadai. Berhasilnya upaya tersebut juga tergantung kepada kapasitas aparat keamanan untuk berubah dan melepaskan kebiasaan-kebiasaan buruk dari masa lalu. Lagipula, operasi penegakkan perlu diarahkan kepada semua aktor yang terlibat tanpa pandang bulu agar tidak mengarah pada persepsi KPA bahwa tujuan utamanya adalah untuk memotong Partai Aceh dari salah satu sumber dananya.

Konflik terkait bantuan: insiden granat terhadap LSM Internasional; protes terhadap program-program BRA meningkat

34 konflik baru terkait bantuan dilaporkan pada bulan Mei dan 33 pada bulan Juni. Angka-angka ini relatif tinggi, dibandingkan dengan jumlah konflik terkait bantuan sejak Januari 2006 yang bervariasi di sekitar 25 per bulan. Figur 3 menunjukkan bahwa konflik terkait bantuan juga cenderung menghasilkan jumlah komplain, protes dan demonstrasi yang lebih tinggi. Masalah-masalah yang belum teratasi meningkatkan rasa frustrasi dan protes yang berkepanjangan (lihat Laporan Maret – April 2008). Kasus-kasus kekerasan terkait bantuan tetap jarang, dan sangat jarang memilih sasaran LSM internasional. Satu perkecualian direkam pada tanggal 14 Mei, ketika sebuah granat meledak di kantor Save the Children di Bireuen (lihat Kotak 2).

.

7

Pengabungan WH dengan Satpol PP telah selesai dilaksanakan pada tingkat propinsi. Pelaksanaan pada tingkat kabupaten diharapkan akan tuntas dalam tahun ini.

(7)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 June 07

July Aug Sept Oct Nov Dec Jan 08

Feb Mar Apr May June Bantuan pasca tsunami Bantuan pasca konflik Program pemerintah lain

Kotak 2: Granat meledak di kantor Save the Children di Bireuen

Pada tanggal 14 Mei di Bireuen, satu granat dilempar ke parkiran kantor Save the Chidren. Ledakan tersebut tidak mengakibatkan korban dan hanya sedikit kerusakan materi. Pengkajian Save the Children menyimpulkan bahwa insiden tersebut adalah intimidasi yang mungkin dilakukan oleh kontraktor. Pelemparan granat sering di Aceh pasca perang, dan lembaga-lembaga bantuan sering menjadi korban intimidasi oleh pihak-pihak yang ingin meraih tender atau bentuk-bentuk retribusi lain (lihat bagian sebelumnya mengenai pemerasan). Bagaimanapun, kasus ini merupakan insiden granat pertama yang diarahkan kepada suatu LSM internasional di Aceh sejak pelaksanaan MoU. Pada tanggal 21 Maret 2007, empat prajurit yang disewakan sebagai staff keamanan oleh Save the Children dipukul oleh anggota KPA di Nisam Antara, Aceh Utara. Namun tidak ada bukti keterkaitan antara kedua kasus tersebut.

Figur 3 juga menunjukkan bahwa protes dan keluhan terkait bantuan pasca-konflik mencapai puncak pada bulan Juni, dengan 15 insiden. Ini merupakan angka tertinggi yang tercatat sejak MoU. Masalah pokok di bulan Juni berhubungan dengan tuduhan-tuduhan penyimpangan dalam pelaksanaan bantuan bagi korban konflik di dataran tinggi Gayo, dan kekurangan perhatian kepada kombatan GAM yang menyerah sebelum MoU. Anggota GAM yang menyerah kemudian sering “dibina” oleh TNI dan dianggap pengkhianat oleh KPA.

Tabel 1: Isu-isu utama yang terkait dengan bantuan pasca konflik pada bulan Juni

• Badan Pengawas BRA melaporkan berbagai pelanggaran dalam seleksi penerima manfaat

program-program BRA, terutama di dataran tinggi Gayo.

• Korban konflik Aceh Tengah dan Bener Meriah, yang telah melakukan protes besar-besaran di Banda

Aceh pada bulan Desember tahun lalu, berdemonstrasi di Pengadilan Tinggi menuntut penyelidikan tuntas atas tuduhan penyalahgunaan dana terkait dengan rekonstruksi rumah yang rusak akibat konflik.

• Keluhan mengenai kurangnya bantuan bagi mantan kombatan GAM yang menyerah sebelum MoU.

Mengenai kelemahan pelaksanaan program-program pasca konflik di dataran tinggi Gayo dan kekurangan perhatian kepada GAM yang menyerah, terlalu mudah jika mengambil kesimpulan bahwa itu adalah akibat dari tidak adanya keinginan politis dari pemerintah propinsi dan BRA. Bantuan bagi GAM yang menyerah berada di bawah tanggung jawab Kesbanglinmas, bukan BRA. Lagipula, penyimpangan dalam pelaksanaan program bantuan di dataran tinggi tampaknya melibatkan terutama elit dan administrasi lokal, sebagaimana digambarkan oleh temuan audit yang dilakukan tahun ini oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPKP).Contohnya, audit ini menunjukkan bahwa dana bantuan bagi anggota PETA untuk tahun 2007 (Rp 800juta) tidak pernah sampai kepada yang berhak, dan sebaliknya malah terkumpul di rekening bank yang dikuasai oleh petinggi milisi, yaitu pengusaha kopi Misriadi alias Adijan dan Bupati Tagore Abubakar.

Figur 3: Jumlah insiden terkait bantuan dari bulan Juni 07 hingga Juni 08

Gambar

Figur 1: insiden kekerasan dan jumlah konflik, per bulan  020406080100120140160180 Ja n  05 F e b M a r A pr Ma y Ju n Jul A ug  M oU S ep O ct No v De c Ja n  0 6 F e b M a r A pr Ma y Ju n e Ju ly A ug S ep O ct No v D e c Ja n  0 7 F e b  Ma r A pr M a y Jun e Ju ly A ug S ep O ct N o v De c Jan  08 F e b Ma r A pr il M a y Ju n e
Figur 2 : jumlah  insiden main hakim sendiri dari bulan Januari 07  hingga bulan Juni 08
Figur 3 juga menunjukkan bahwa protes dan keluhan terkait bantuan pasca-konflik mencapai  puncak pada bulan Juni, dengan 15 insiden

Referensi

Dokumen terkait

2) Alat perbaikan faktor daya beban rumah tangga dengan menggunakan switching kapasitor dan induktor yang dirancang dan dibuat pada penelitian ini, mampu

Kelompok luar terdiri dari sejumlah orang dimana masing- masing tersebut merasa kurang memiliki kepentingan yang sama, bahkan ada kemungkinan orang-orang ini tidak

Berdasarkan Tabel 3 tentang analisis tingkat ancaman lahar dingin, Kecamatan Ternate Tengah dan Ternate Utara memilki ancaman tinggi terhadap bencana lahar dingin

Penggunaan isolat Azotobacter yang diisolasi dari tanah ordo Entisols Nusa Tenggara Timur, penelitian rumah kaca ini menjelaskan bahwa bakteri pemfiksasi N 2 isolat lokal,

Pendidikan akhlakul karimah untuk seseorang hendaklah sedari dini karena akhlak merupakan perwujudan kepribadian yang dibina dari awal, pendidikan perilaku atau

Adapun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif teknik inside-outside circle bermedia papan flanel modifikasi terhadap kemampuan

Endapan yang tertinggal pada kertas saring sebagai padatan tersuspensi (TSS) dan juga padatan yang tidak ikut tersaring (TDS) ini kemudian diletakkan pada

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan observasi dan penugasan melalui tindakan siklus I dan siklus II sebanyak 6 kali pertemuan,