PEKTIN
PEKTIN
1. TEORI 1. TEORI
Pektin
Pektin merupakan merupakan segolongan polimer segolongan polimer heterosakariheterosakaridada yang yang diperolehdiperoleh dari
dari dinding dinding selsel tumbuhan tumbuhan darat. darat. Pertama Pertama kali kali diisolasi diisolasi oleholeh Henri Henri Braconnot
Braconnot tahuntahun 1825. 1825. Wujud pektin yang diekstrak adalah bubuk putih hingga Wujud pektin yang diekstrak adalah bubuk putih hingga coklat terang.
coklat terang.
Pektin pada
Pektin pada sel sel tumbuhan merupakan penyusuntumbuhan merupakan penyusun lamela lamela tengah,tengah, lapisan lapisan penyusun awal
penyusun awal dinding sel. dinding sel. Sel-sel tertentu, seperti Sel-sel tertentu, seperti buah, buah, cenderung mengumpulkan cenderung mengumpulkan lebih banyak pektin. Pektinlah yang biasanya bertanggung jawab atas sifat "lekat" lebih banyak pektin. Pektinlah yang biasanya bertanggung jawab atas sifat "lekat" (Jawa:
(Jawa: pliket pliket ) apabila seseorang mengupas buah. Pektin banyak terkandung pada) apabila seseorang mengupas buah. Pektin banyak terkandung pada kulit buah jeruk, apel, coklat, dan banyak lagi. Selain itu juga terdapat pada daun kulit buah jeruk, apel, coklat, dan banyak lagi. Selain itu juga terdapat pada daun jambu biji.
jambu biji.
Penyusun utama pectin biasanya polimer
Penyusun utama pectin biasanya polimer asam D-galakturonat, asam D-galakturonat, yang terikat yang terikat dengan α
dengan α-1,4-1,4-glikosidik.-glikosidik. Asam galakturonat memiliki gugus karboksil yang dapat Asam galakturonat memiliki gugus karboksil yang dapat saling berikatan dengan
saling berikatan dengan ion ion Mg Mg22++ atau atau Ca Ca22++sehingga sehingga berkas-berkas berkas-berkas polimerpolimer "berlekatan" satu sama lain. Ini menyebabkan rasa "lengket" pada kulit. Tanpa "berlekatan" satu sama lain. Ini menyebabkan rasa "lengket" pada kulit. Tanpa kehadiran kedua ion ini, pektin larut dalam air. Garam-garam Mg- atau Ca-pektin kehadiran kedua ion ini, pektin larut dalam air. Garam-garam Mg- atau Ca-pektin dapat membentuk
dapat membentuk gel, gel, karena ikatan itu berstruktur amorf (tak berbentuk pasti) yang karena ikatan itu berstruktur amorf (tak berbentuk pasti) yang dapat mengembang bila molekul air "terjerat" di antara ruang-ruang (Anonim
dapat mengembang bila molekul air "terjerat" di antara ruang-ruang (Anonimcc, 2010)., 2010). Pektin merupakan serbuk halus atau sedikit kasar, berwama putih dan hampir Pektin merupakan serbuk halus atau sedikit kasar, berwama putih dan hampir tidak berbau. Bobot molekul pektin bervariasi antara 30.000-300.000. Kelarutan tidak berbau. Bobot molekul pektin bervariasi antara 30.000-300.000. Kelarutan pektin berbeda-beda, sesuai dengan kadar metoksilnya. Pektin dengan kadar pektin berbeda-beda, sesuai dengan kadar metoksilnya. Pektin dengan kadar metoksil tinggi larut dalam air dingin, pektin dengan kadar metoksil rendah larut metoksil tinggi larut dalam air dingin, pektin dengan kadar metoksil rendah larut dalam larutan alkali atau oksalat. Pektin tak
dalam larutan alkali atau oksalat. Pektin tak larut dalam aseton dan alkohol (Kirk danlarut dalam aseton dan alkohol (Kirk dan Othmer,
Othmer, 1952 1952 dalam dalam Jurnal: Jurnal: Isolasi Isolasi dan dan Penentuan Penentuan Sifat Sifat Pektin Pektin Labu Labu SiamSiam ooleh:leh: Betty M. Soebrata).
Betty M. Soebrata).
Berdasarkan kandungan metoksiln
Berdasarkan kandungan metoksilnya, pektin ya, pektin dibedakan menjadi 2 jenis, dibedakan menjadi 2 jenis, yaituyaitu pektin dengan kandungan metoksil tinggi
pektin dengan kandungan metoksil tinggi (high metllOxyl pectin)(high metllOxyl pectin) berkisar antara 7 -berkisar antara 7 -12%, dan pektin dengan kandungan metoksil rendah
12%, dan pektin dengan kandungan metoksil rendah (low methoxyl pectin)(low methoxyl pectin) mengandung metoksil kurang dari 7% (Subardjo dkk., 1989 dalam Jurnal: Isolasi dan mengandung metoksil kurang dari 7% (Subardjo dkk., 1989 dalam Jurnal: Isolasi dan Penentuan
2. Fungsi di Bidang Farmasi
Penggunaan pektin yang paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental (gelling agent ) pada selai dan jelly . Pemanfaatannya sekarang meluas sebagai bahan pengisi, komponen permen, serta sebagai stabilizer untuk jus buah dan minuman dari susu, juga sebagai sumber serat dalam makanan. Pektin banyak dimanfaatkan pada industri pangan sebagai bahan perekat dan stabilizer (agar tidak terbentuk endapan) (Anonim, 2010).
Dalam jurnalnya yang berjudul “ Chemistry of Pectin and Its Pharmaceutical Uses: A Review ”, Sriamornsak mengatakan bahwa di bidang farmasi, pectin digunakan sebagai carrier atau pembawa obat ke saluran pencernaan, seperti matrix tablet , gel beads, atau sedian salut tipis. Selain itu dikemukakan juga beberapa manfaat dari pectin, diantaranya:
a. Konsumsi setidaknya 6 g / hari pektin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengurangan kolesterol. Angka kurang dari 6 g / hari pektin tidak efektif (Ginting et al., 1979).
Mietinnen & Tarplia (1977) melaporkan penurunan 13% kolesterol di dalam serum pada waktu 2 minggu pengobatan.
b. Pektin bertindak sebagai zat penangkal alami terhadap keracunan dari kation beracun. Telah terbukti efektif dalam mengatasi keracunan timah dan merkuri pada saluran pencernaan dan organ pernapasan (Kohn, 1982).
c. Ketika disuntikkan intravena, pektin mempersingkat waktu koagulasi darah diambil, sehingga berguna dalam mengendalikan perdarahan atau perdarahan lokal (Yusuf, 1956).
d. Pektin dan kombinasi dari pektin dengan koloid lain yang telah digunakan ekstensif untuk mengobati penyakit diare, terutama pada bayi dan anak-anak. Meskipun efek bakterisida pektin telah diusulkan untuk pengobatan diare, namun sebagian besar hasil eksperimen tidak mendukung teori ini. Tetapi, beberapa bukti menunjukkan bahwa dalam kondisi in-vitro tertentu, mungkin pektin memiliki efek antimikroba terhadap Escherichia Echerichia cahaya (Thakur et al, 1997).
e. Pektin mengurangi laju pencernaan oleh immobilisasi komponen makanan dalam usus. Hal ini menyebabkan penyerapan makanan menjadi lebih sedikit. Ketebalan lapisan pektin mempengaruhi penyerapan oleh mengurangi kontak antara enzim usus dan makanan, sehingga mengurangi ketersediaan sari
makanan (Wilson & Dietschy, 1974; Dunaif & Schneeman, 1981; Flourie et al, 1984). Karena kapasitas waterbinding yang besar, pektin memberikan rasa kenyang, sehingga mengurangi konsumsi makanan . Percobaan menunjukkan perpanjangan separuh waktu pengosongan lambung dari 23-50 menit dengan makanan yang diperkaya dengan pektin (Holt et al, 1979.). Sifat-sifat pektin digunakan dalam pengobatan penyakit yang berhubungan dengan gangguan makan yang berlebihan (Di Lorenzo et al, 1988.).
f. Pektin hidrogel telah digunakan dalam formulasi tablet sebagai agen pengikat (Slany et al., 1981a, b) dan telah digunakan dalam formulasi tablet lepas terkontrol (Krusteva et al, 1990.; Naggar et al, 1992).
3. Cara Isolasi Pektin
Pektin diisolasi dari berbagai jenis tumbuhan, sebagian besar dari bagian kulit buah tumbuhan, namun adapula yang diisolasi dari daun. Berikut pemaparannya:
a. Dalam jurnal berjudul “Pembuatan Pektin dari Kulit Coklat dengan Cara Ekstraksi,” Akhmalludin dan Arie Kurniawan menjelaskan pengolahan untuk memperoleh pektin
selalu meliputi langkah – langkah berikut: 1. Persiapan bahan
Pada tahap persiapan bahan ini dilakukan perlakuan pendahuluan untuk menghilangkan kotoran, senyawa gula, dan bahan padat terlarut lainnya. Selain itu proses ini bertujuan untuk proses inaktivasi enzim pektin esterase yang dapat menghidrolisis pektin menjadi pekat. Menurut Bravermen ( 1949 ), pada tahap ini dicuci dengan dengan air dingin dan air dingin ini harus selalu diganti agar pencucian dapat berhasil baik. Bila bahan tidak dicuci, senyawa gula yang tertinggal akan menyebabkan terbentuknya jelly atau pektin kering yang diperoleh memiliki sifat higroskopis. Selain itu tahap ini juga dapat dijalankan denan pemanasan, dan pengupasan. Proses ini juga dimaksudkan untuk menghilangkan pigmen, senyawa gula, dan kotoran – kotoran.
2. Ekstraksi pektin
Merupakan proses pengeluaran pectin dari sel pada jaringan tanaman. Ekstraksi pectin dengan larutan asam dilakukan dengan cara memanaskan bahan dalam larutan asam encer yang berfungsi untuk menghidrolisis protopektin menjadi pectin. Ekstraksi ini dapat dilakukan dengan asam mineral seperti asam klorida atau asam sulfat. Makin tinggi suhu ekstraksi, makin singkat waktu yan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang maksimum. Tapi dalam hal ini factor
keasaman yang digunakan tidak bisa diabaikan. Kisaran pH yang dirokemendasikan 1,5 – 3,0 tetapi pH kisaran pada pH 2,6 – 2,8 lebih sering dipakai (Kirk dan Othmer, 1958).
3. Pengendapan
Pengendapan merupakan proses pemisahan pectin dari larutan dengan cara pengendapan senyawa pektinya. Biasanya dilakukan dengan spray drying, salting out dan dengan penambahan bahan pelarut organic seperti alcohol dan aseton. Spray drying jarang dilakukan karena mahal. Pengendapan dengan salting out juga tidak banyak dilakukan karena kesulitan untuk memisahkan pectin yang dihasilkan dan garam yang digunakan. Pengendapan dengan alcohol merupakan cara yang pertama kali digunakan, menghasilkan pectin yang kurang murni karena alcohol tidak hanya mengendapkan pectin, tetapi juga senyawa lain seperti dekstrin dan hemiselulosa. Pengendapan dengan aseton lebih disukai karena dapat membentuk endapan yang tegar sehingga mudah dipisahkan dari asetonnya.
4. Pemurnian dan pengeringan
Proses ini dimaksudkan agar pectin yang dapat bebas dari senyawa-senyawa lain. Pencucian ini dengan aseton, kemudian dihaluskan dan diayak untuk mendapat serbuk pectin.
b. Adapula cara yang spesifik yang dapat digunakan untuk isolasi pektin dari apel adalah sebagai berikut:
Isolasi pektin dari buah apel dilakukan dengan cara memotong buah apel serta kulitnya hingga berukuran 1 cm3 kemudianditambah larutan asam sitrat pH 3 dan dipanaskan. Pemanasan dilakukan pada suhu 85-90° C dengan pertimbangan bahwa semakin tinggi suhu, proses inaktivasi enzim akan meningkat (Winarno, 1983). Isolasi pektin menggunakan asam sitrat juga ada kelebihannya, yaitu menghasilkan pectin yang berwarna putih, karena tidak mengalami pencoklatan. Kemudian ditambahkan kieselgur untuk membantu proses penyaringan karena kieselgur mempunyai prioritas yang tinggi dan luas permukaan yang besar (Touehstone,1956). Kemudian dilakukan penyaringan dengan kertas saring pada corong Buchner dengan penghisapan untuk membebaskan fitrat dari kotoran organic dan anorganik. Lalu ditambahkan etanol sehingga terjadi salting out . Pencucian endapan pectin dengan etanol dilakukan sampai pectin berwarna putih (Anonimb).
4. Analisis
Pemerian: serbuk kasar atau halus, berwarna putih kekuningan; hampir tidak berbau; mempunyai rasa musilago.
Kelarutan: hampir larut sempurna dalam 20 bagian air, membentuk cairan kental, opalesen, larutan lakmus; praktis tidak larut dalam etanol atau pelarut organic lain. Pektin larut dalam air lebih cepat jika permukaan dibasahi dengan etanol, dengan gliserin, atau dengan sirup simpleks, atau jika permukaan dicampur dengan 3 bagian atau lebih sukrosa (Anonim, 1994).
a. Identifikasi
1. Panaskan 1 g dengan 9 mL air di atas tangas uap hingga terbentuk larutan, ganti air yang hilang karena penguapan: terbentuk gel yang kaku pada pendinginan.
2. Pada larutan (1 dalam 100) tambahkan etanol P volume sama; terbentuk endapan bening, seperti gelatin (perbedaan dari kebnyakan gom).
3. Pada 10 ml larutan (1 dalam 100) tambahkan 1 ml torium nitrat LP , aduk, biarkan selama 15 menit; terbentuk endapan stabil atau gel (perbedaan dari gom).
4. Pada 5 ml larutan (1 dalam 100) tambahkan 1 ml natrium hidroksida 2 N , biarkan selama 15 menit: terbentuk gel atau semi gel (perbedaan dengan tragakan).
5. Asamkan gel dari pengujian terdahulu dengan asam klorida 3 N , kocok: terbentuk endapan seperti gelatin, tidak berwarna dan ruah, yang menjadi putih dan bergumpal bila dididihkan (asam pektat).
(Anonim, 1994).
b. Kualitatif
R.M. McCready dan R.M. Reevy dalam jurnalnya berjudul: Plant Tissue Analyses: Test for Pectin Based on Reaction of Hydroxamic Acids with Ferric Ion,
menjelaskan cara analisis kualitatif pektin sebagai berikut:
Turunan asam karboksilat seperti ester, lakton, anhidrida, amida, nitril dan senyawa lainnya bereaksi dengan hidroksilamin untuk membentuk asam hydroxamic yang memberikan kompleks berwarna dengan ion besi. fosfat asil dan asetilkolin telah ditentukan secara kuantitatif dengan reaksi ini. Anhidrida, lakton, dan ester bereaksi dengan basa encer, hidroksilamin, pada suhu kamar dan dapat dideteksi dengan kromatografi kertas. Senyawa lain, seperti amida, nitril, dan ester asam lemak, harus dipanaskan dengan hidroksilamin basa tinggi dalam didihan organic.
Turunan asam organik karboksilat, seperti ester, lakton, anhidrida, amida, nitril dan senyawa lainnya bereaksi dengan hidroksilamin untuk membentuk asam hydroxamic yang memberikan kompleks berwarna dengan ion besi. fosfat asil dan asetilkolin (telah ditentukan secara kuantitatif dengan reaksi ini). Anhidrida, lakton, dan ester bereaksi dengan hidroksilamin alkali encer pada suhu kamar dan dapat dideteksi dengan kromatografi kertas. Senyawa lain, seperti amida, nitril, dan ester asam lemak, harus dipanaskan terlebih dahulu dengan hidroksilamin basa tinggi yang mendidih, reaksi solven organik terjadi.
E
ster pektin bereaksi dengan hidroksilamin dalam alkali air pada suhu kamar, dengan waktu yang lebih cepat daripada deesterifikasi, dan penambahan kompleks asam besi-hydroxy-amic terbentuk.Reagen dan Prosedur
Reagen yang digunakan oleh hestrin untuk penentuan kuantitatif asetilkolin. Hidroksilamin 13,9 gr dilarutkan dalam 100 mL air. Natrium hidroksida 14,0 gr dilarutkan dalam 100 mL air. Hydrocloric larutan asam 1 volume pereaksi asam klorida pekat (berat jenis 1,18) diencerkan dengan 2 volume air. Reagen Ferri klorida, 10 gr besi klorida hexahydrate dilarutkan dalam 100 mL 0,1 N asam klorida.
Untuk sekitar 0,005 g zat uji tersuspensi atau dilarutkan dalam 1 mL air ditambahkan akurat 1 mL pereaksi hidroksilamin kemudian 1 mL larutan natrium hydroxde. Reaktan-reaktan diperbolehkan untuk dibiarkan selama 2 menit, kemudian 1 mL asam klorida encer yang ditambahkan, diikuti dengan 1 mL reagen klorida feri. Sebuah endapan merah dihasilkan dalam tes positif. Kontrol adalah diperoleh dengan menambahkan bahan tes ke reactans setelah penambahan asam klorida, karena reaksi dengan ester untuk membentuk asam hydroxamic tidak dalam larutan asam kuat.
Eksperimental
Aplikasi pada Bagian dari Jaringan Tanaman.
Buah dan sayuran segar jaringan yang dibelah serial pada mikrotom sorong dengan tebal (80-520 mikron), tergantung pada struktur dan ukuran sel. Semua bagian baru dipotong ditempatkan langsung di air yang mengandung sekitar 300 ppm sulfur dioksida terlarut. Semua bagian diuji dalam petridish dengan kapasitas 10 ml, dan jumlah setiap reagen 2 kali lipat dalam rangka untuk memastikan cakupan dan suspensi bagian tersebut lengkap. Wadah tersebut berputar setelah penambahan pereaksi setiap untuk memberikan melalui pencampuran.
Produksi warna positif segera setelah penambahan ion besi dan intensitas warna sepenuhnya dikembangkan dalam waktu 1 menit. Bagian itu kemudian dipindahkan ke air dan besi klorida kelebihan dan garam dicuci keluar sebelum pemeriksaan lebih lanjut.
Uji pada perbesaran minyak perendaman (ca. 1200x) paling mudah dilakukan setelah bagian diuji telah vakum disusupi dengan air untuk menghilangkan gas prefuse gelembung berevolusi selama reaksi uji. potongan melintang dari dinding sel yang berdekatan (pada permukaan bagian) menunjukkan bahwa lokalisasi kompleks warna terbatas disebut "lamella tengah senyawa"
c. Kuantifikasi
Penentuan kadar pektin dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kromatografi. Dalam sebuah jurnal berjudul: “New method for a two-step hydrolysis and chromatographic analysis of pectin neutral sugar chains ” Garna H, Mabon N, Wathelet B, Paquot M, menjelaskan analisis kadar pektin dengan cara sebagai berikut:
Persiapan sampel melibatkan “serangan kimia ringan” diikuti dengan hidrolisis enzimatik. Kelengkapan dan metode karakter nondestruktif ditunjukkan oleh perbandingan hasil yang diperoleh dengan asam yang berbeda seperti H2SO4, HCl,
dan asam trifluoroasetat (TFA) pada konsentrasi yang berbeda (2, 1, atau 0,2 M) pada 2 temperatur (80 atau 100° C). Hidrolisis kimia rantai gula pektin netral dengan asam kuat (1 atau 2 M) dan suhu tinggi (100° C) menunjukkan bahwa pembebasan gula pektin tidak terjadi pada tingkat yang sama untuk gula masing-masing. Namun, pektin kimia hidrolisis dengan 0,2 M TFA pada 80° C ditandai dengan pembebasan pektin rantai samping gula netral tanpa degradasi apapun dalam waktu 72 jam dari hidrolisis. Dalam kondisi ini, pembebasan dari beberapa gula pektin, pada dasarnya galaktosa, glukosa, dan rhamnosa, tidak lengkap. Sebuah hidrolisis enzimatik diperlukan untuk mendapatkan rilis lengkap semua gula.
Kombinasi dari dua perlakuan, hidrolisis kimia diwujudkan dengan asam encer (0,2 M) selama 72 jam pada suhu rendah (80° C) di satu sisi dan hidrolisis enzimatik di sisi lain, memungkinkan pembebasan total gula pektin. Analisis kuantitatif karbohidrat diwujudkan dengan akurasi, selektivitas tinggi, dan sensitivitas tinggi dengan High-Performance Anion-Exchange Chromatography dengan
Pulsed- Amperometric Detection. Gula dapat dianalisis tanpa derivatisasi dengan batas kuantisasi 0,1 mM.
d. Struktur Kimia
Pektin merupakan suatu polisakarida kompleks. Komponen utama pektin adalah molekul asam galakturonat yang dihubungkan dengan unit-unit yang sama melalui ikatan α-1,4 glikosida. Komponen. lain yang merupakan komponen minor meliputi L-arabinosa, D-xilosa, D-galaktosa dan L-rhamnosa. Sebagian gugus karboksil pektin teresterifikasi oleh metil alkohol (Towle and Christensen, 1973).
Struktur Kimia Pektin
e. Parameter Kualitas Pektin
Dalam jurnal: Isolasi dan Penentuan Sifat Pektin Labu Siam oleh: Betty M. Soebrata,
i. Penentuan sifat pektin, yaitu:
Terhadap pektin yang dihasilkan dilakukan analisis sifat-sifat pektin meliputi penetapan kadar air (Johnson dalam Ranganna, 1977); penetapan kadar abu, penetapan bobot ekiva!en, penetapan kadar metoksil, penetapan kadar asam anhidrogalakturonat (Owens dalam Ranganna, 1977); derajat esterifikasi (McCready, 1970).
ii. Penetapan Bobot Ekivalen
Prosedur yang digunakan sesuai dengan metode penetapan bobot ekivalen yang dilakukan oleh Owens dalam Ranganna (1977).
Sebanyak 0,5 gram pektin ditetesi dengan 5 ml etil alkohol, lalu secara berurutan ditambahkan 1 gram NaCl, 100 ml air suling bebas karbonat dan 6 tetes indikator merah fenol. Selanjutnya dititrasi secara perlahan-Iahan dengan larutan
NaOH 0,1 N sampai tetjadi perubahan warna indikator yang berlangsung sedikitnya selama 30 detik. Perhitungan: Keterangan:
A = bobot pektin (mg)
C = mili ekivalen NaOH
iii. Penetapan Kadar Metoksil
Prosedur yang digunakan sesuai dengan metode penetapan bobot ekivalen yang dilakukan oleh Owens dalam Ranganna (1977). Ke dalam larutao netral hasil penetapan bobot ckivalen ditambahkan 25 ml larutan N<\OH 0,25N, dikocok, lalu didiamkan dalam keadaan tertutup selama 30 menit pada suhu kamar. Selanjutnya ditambahkan 25 mllarutan Hel 0,25N, lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0, I N sampai warna indikator berubah ke warna semula.
Perhitungan,:
Keterangan:
A = bobot pektin (mg) C = mili ekivalen NaOH
31 = bobot molekul metoksil (CH3O)
iv. Penetapan Kadar Asam Anhidrogalakturonat (AAG)
Kadar AAG ditentukan berdasarkan hasil penetapan bobot ekivalen dan kadar metoksil. Perhituugan yang digunakan mengacu pada Owens dalam Ranganna (1977).
Perhitungan:
Keterangan:
A = bobot pektin (mg)
D = mili ekivalen NaOH pada penetapan BE + metoksil 176 = bobot molekul AAG
v. Penetapan Derajat Esterifikasi (DE)
Derajat esterifikasi ditentukan dari kadar metoksil dan kadar asam anhidrogalakturonat (McCready, 1970). Perhitungan : Keterangan : E = kadar metoksil (%) F = kadar AAG (%)
DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 1994, Farmakope Indonesia Edisi IV , Departeman Kesehatan RI, Jakarta.
Anonimb, 2010 digilib.ubaya.ac.id/skripsi/farmasi/F_698_Bab%20V.pdf. November 2010.
Anonimc, 2010, Pektin, http://id.wikipedia.org/wiki/Pektin, November 2010. Akhmalludin dan Kurniawan, Arie, Jurnal: Pembuatan Pektin dari Buah Coklat dengan Cara Ekstraksi .
H, Garna., N, Mabon., B, Wathelet,. M, Paquot. 2004. New method for a two-step hydrolysis and chromatographic analysis of pectin neutral sugar chains. www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15264895. Desember 2010.
McCready, R.M., Reevy, R.M., Jurnal: Plant Tissue Analyses: Test for Pectin Based on Reaction of Hydroxamic Acids with Ferric Ion, http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf60049a010.
Sriamornsak, Pornsak. Jurnal: Chemistry of Pectin and Its Pharmaceutical Uses: A Review .
MAKALAH
PEKTIN
Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Analisis Kimia Tumbuhan Obat