• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TERUMBU KARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH TERUMBU KARANG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH BIODIVERSITAS

BIODIVERSITAS TINGKAT EKOSISTEM DAN KEGIATAN OBSERVASI BESERTA ANALISISNYA DALAM EKSPEDISI TERUMBU KARANG ASET YANG TERANCAM DI

KAWASAN LAUT INDONESIA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Biodiversitas Pengampu :

1. Dr. Sri Ngabekti, M.Si 2. Dr. Nur kusuma Dewi, M.Si.

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

1. Rumiyati (4411411007)

2. Hari Rahmawati (4411413015) 3. Mahendra Noor Febriyanto (4411413019)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kemudahan sehingga Makalah Biodiversitas dengan judul “BIODIVESITAS TINGKAT EKOSISTEM DAN KEGIATAN OBSERVASI BESERTA ANALISISNYA DALAM EKSPEDISI TERUMBU KARANG ASET YANG TERANCAM DI KAWASAN LAUT INDONESIA” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini memberikan informasi hasil analisis biodiversitas dan penilaian kesehatan terumbu karang serta ekosistem terkait lainnya, sekaligus sebagai bentuk observasi atas penggunaan sumberdaya kawasan laut Indonesia.

Indonesia dengan wilayah lautnya yang sangat luas, jumlah pulaunya mencapai 17.508 dan luas terumbu karangnya 60.000 km2 membuat negara ini kaya dengan keanekaragaman hayati. Luasnya

terumbu karang di Indonesia disebabkan perairan Indonesia memenuhi syarat tumbuhnya terumbu karang.Namun saat ini banyak terumbu karang yang dalam kondisi buruk.Kerusakan terumbu karang tersebut secara dominan disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui makalah ini akan di ekspedisi terumbu karang aset yang terancam di kawasan laut Indonesia.

Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, sehingga akhirnya Makalah Biodiversitas ini dapat diselesaikan.Kami juga mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan laporan ini, semoga bermanfaat.

Semarang, 2 Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI Biodiversitas (2)

(3)

JUDUL

KATA PENGANTAR ……… 2

DAFTAR ISI ……….. 3

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH ……… 4

PERMASALAHAN ……… 6

TUJUAN ………. 6

MANFAAT ………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PENGERTIAN TERUMBU KARANG …….…….………... 7

BIODIVERSITAS TERUMBU KARANG LAUT INDONESIA …….…… 11

KONDISI TERUMBU KARANG LAUT INDONESIA………..….. 13

PERAN MASYARAKAT DALAM KONSERVASI TERUMBU KARANG LAUT INDONESIA………..……..………….………... 15

BAB III PENUTUP KESIMPULAN ……….….. 19

SARAN ……….……….….. 19

DAFTAR PUSTAKA ……….……….... 20

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km2 sehingga wilayah pesisir dan

lautan Indonesia dikenal sebagai Negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiversitas) laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang (coral

reefs) dan padang lamun (sea grass beds) (Dahuri 1996).

Untuk ekosistem terumbu karang World Resource Institute (WRI) (2002) mengestimasi bahwa luas terumbu karang di Indonesia adalah sekitar 51.000 km2. Angka ini belum mencakup terumbu

karang di wilayah terpencil yang belum dipetakan atau yang berada di perairan agak dalam (inland

waters). Jika destimasi ini akurat maka 51% terumbu karang di Asia Tenggara atau 18% terumbu

karang di dunia berada di perairan Indonesia. Sebagian besar dari terumbu karang ini bertipe terumbu karang tepi (fringing reefs) yang berdekatan dengan garis pantai sehingga mudah diakses oleh masyarakat sekitar. Lebih dari 480 jenis karang batu (hard coral) telah di data di wilayah timur Indonesia dengan lebih dari 1.650 jenis hanya untuk wilayah Indonesia bagian timur.

Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup berbagai jenis organisme laut pada tingkatan avertebrata seperti molusca, crustacean dan sejenis hewan bertulang belakang seperti ikan karang, penyu dan mamalia.Terumbu karang bisa disamakan sebagai hutan tropis di daratan yang dihuni berbagai jenis fauna (Soedharma 2005 dalam Muttaqqin 2011).

Terumbu karang adalah salah satu ekosistem paling produktif dan beragam di bumi serta memberikan banyak jasa ekosistem (Souter dan Linden 2000). Ekosistem terumbu karang sangat kaya dengan hadirnya biota ekonomis yang berasosiasi dengannya seperti phylum arthropoda (termasuk udang, kepiting), phylum molusca (termasuk kerang, siput, cumi-cumi), phylum Echinodermata (termasuk teripang, bulu babi, bintang laut), dan phylum chordata (termasuk ikan karang, penyu, mamalia laut). Secara ekonomi, terumbu karang sangat penting untuk ketahanan pangan, lapangan kerja, pariwisata, farmasi, dan pelindung pantai. Dilihat dari potensi wisata bahari, terutama daya tarik

(5)

wisata bawah air seperti keberadaan ekosistem terumbu karang perlu pengelolaan yang bijaksana (Adibrata 2013).

Sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut, terumbu karang dengan beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis antara lain sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dn berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi dan sebagai daerah wisata serta rekreasi yang menarik.

Sumberdaya alam laut dan pesisirmencakup antara lain: bahan-bahan mineral pertambangan, perikanan, kehutanan mangrove, terumbu karang, lamun dan rumput laut. Sehubungan dengan potensi sumberdaya alam yang dimilikimaka pengelolaannya harus berdasarkan pembangunan yang berkelanjutan di kawasan pesisir dan laut perairan.Sedangkan wilayah pesisirnya sangat memberikan manfaat sebagai kawasan industri, pelabuhan, pariwisata dan pemukiman. Oleh karena itu, dengan potensi yang dimiliki di kawasan perairan tersebut dapat meningkatkan penghasilan sebagai sumber devisa bagi Indonesia (Kunarso 2011).

Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut.Terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat banyak baik kehidupan ini baik dilihat dari aspek fisik ataupun dari aspek ekonomi.Namun demikian karena banyaknya manfaat tersebut, tekanan manusia terhadap terumbu karang semakin meningkat. Hal ini terlihat dari kondisi erumbu karang di Indonesia yang hanya 7% yang berada dalam kondisi sangat baik, 24% berada dalam kondisi baik, 29% dalam kondisi sedang dan 40% dalam kondisi buruk (Amin 2009).

Kerusakan terumbu karang tersebut secara dominan disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penggunaan alat tangkap muroami, penambangan batu karang, penambangan pasir, dan sebagainya. Namun demikian beberapa kasus kerusakan terumbu karang akibat disebabkan oleh kondisi alam, misalnya angin topan, badai tsunami, gempa bumi, pemanasan oleh CoTs (crown-of-thorns starfish)

(6)

dan pemanasan global.Oleh karena itu diperlukan berbagai langkah konkrit untuk menanggulanginya baik bersifat pencegahan ataupun pemulihan terumbu karang yang rusak (Amin 2009).

B. Permasalahan

Adapun masalah yang akan dibahas di dalam penulisan makalahini adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian Terumbu Karang?

2. Bagaimana Biodiversitas Terumbu Karang Laut Indonesia? 3. Bagaimana Kondisi Terumbu Karang Laut Indonesia?

4. Bagaimana peran Masyarakat dalam Konservasi Terumbu Karang Indonesia?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang masalah, makalah ini memiliki tujuan yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengertian Terumbu Karang.

2. Untuk mengetahui Biodiversitas Terumbu Karang Laut Indonesia. 3. Untuk mengetahui Kondisi Terumbu Karang Laut Indonesia.

4. Untuk mengetahui peran Masyarakat dalam Konservasi Terumbu Karang Indonesia.

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengertian Terumbu Karang.

2. Mengetahui Biodiversitas Terumbu Karang Laut Indonesia. 3. Mengetahui Kondisi Terumbu Karang Laut Indonesia.

4. Mengetahui peran Masyarakat dalam Konservasi Terumbu Karang Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Terumbu Karang

Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Lebih lanjut dalam makalah ini pembahasan lebih menekankan pada karang sejati (Scleractinia). Satu individu karang atau disebut polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada

(7)

umumnya polip karang berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar dijumpai pada karang yang soliter (Timotius 2003).

Terumbu karang tersusun dari dua kata yaitu terumbu dan karang, jika berdiri sendiri akan memiliki makna yang jauh berbeda jika kedua kata tersebut digabungkan. Sama halnya jika kedua kata tersebut digabungkan menjadi karang terumbu akan memiliki makna yang berbeda dengan terumbu karang. Istilah terumbu, karang, karang terumbu dan terumbu karang dijelaskan sebagai berikut (Anonim 2007).

a. Terumbu (Reef): Merupakan endapan masif batu kapur (limestone) terutama kalsium karbonat (CaCO3), yangutamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan moluska. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir didekat permukaan air.

b. Karang (Coral): Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip.

c. Karang Terumbu: Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral). Berbeda dengan batu karang (rock), yang merupakan benda mati. d. Terumbu Karang: Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil

kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup didasar lainnya seperti jenis-jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.

Terumbu karang merupakan komunitas yang unik di antara komunitas laut lainnya dan mereka terbentuk seluruhnya dari aktivitas biologi. Pada dasarnya karang merupakan endapan massive kalsium karbonat (kapur) yang diproduksi oleh binatang karang dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain penghasil kalsium karbonat. Klasifikasi ilmiah menunjukkan bahwa karang ini termasuk kelompok binatang dan bukan sebagai kelompok tumbuhan. Binatang karang ini masuk ke dalam phylum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia.

Kondisi alam yang cocok untuk pertumbuhan karang di antaranya adalah pada perairan yang bertemperatur di antara 18-30 oC, kedalaman air kurang dari 50 meter, salinitas air laut 30-36 per mil

(‰), laju sedimentasi relative rendah dengan perairan yang relatif jernih, pergerakan air/arus yang cukup, perairan yang bebas dari pencemaran, dan substrat yang keras. Faktor-faktor tersebut sangat

(8)

mempengaruhi pertumbuhan karang (Gambar 1). Karang tidak bisa hidup di air tawar atau muara. Dilihat dari proses geologis terbentuknya terumbu karang dan hubungannya dengan daratan, maka terumbu karang dibagi ke dalam tiga tipe yaitu terumbu karang cincin (atol), terumbu karang penghalang (barrier reefs), dan terumbu karang tepi (fringing reefs). Terumbu karang tepi adalah tipe yang paling banyak terdapat di Indonesia. Terumbu karang tipe ini berada di tepi pantai yang jaraknya kurang dari 100 meter ke arah laut sedangkan terumbu karang cincin (atol) biasanya terdapat di pulau-pulau kecil yang terpisah jauh dari daratan. Contoh terumbu karang penghalang dapat dilihat di negara seperti Great Barrier Reefs. Contoh terumbu karang cincin dapat dilihat seperti di Takabonerate Sulawesi Selatan. Pembentukan terumbu karang cincin ini memerlukan waktu berates ratus tahun.

Bentik terumbu karang didefinisikan sebagai bentuk substrat dasar perairan baik biotik maupun abiotik. Karang hidup digunakan sebagai indikator kesehatan karang dan ukuran keberhasilan perlindungan di kawasan konservasi perairan termasuk salah satu kategori bentik terumbu yang akan dinilai (Abrar 2014).

Terumbu karang sangat bermanfaat bagi manusia sebagai tempat pariwisata, tempat menangkap ikan, pelindung pantai secara alami, dan tempat keanekaragaman hayati. Fungsi pariwisata yaitu dilihat dari keindahan karang, kekayaan biologi dan kejernihan airnya membuat kawasan terumbu karang terkenal sebagai tempat rekreasi. Skin diving atau snorkeling, SCUBA dan fotografi adalah kegiatan yang umumnya terdapat di kawasan ini. Fungsi perikanan sebagai tempat ikan-ikan karang yang harganya mahal sehingga nelayan menangkap ikan di kawasan ini. Jumlah panenan ikan, kerang dan kepiting dari terumbu karang secara lestari di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12% dari jumlah tangkapan perikanan dunia. Rata-rata hasil tangkapan ikan di daerah terumbu karang di Filipina adalah 15,6 ton/km2/tahun. Namun jumlah ini sangat bervariasi mulai dari

3 ton/km2/tahun sampai dengan 37 ton/km2/tahun (White dan Cruz-Trinidad 1998). Perkiraan

produksi perikanan tergantung pada kondisi terumbu karang.Terumbu karang dalam kondisi yang sangat baik mampu menghasilkan sekitar 18 ton/km2/tahun, terumbu karang dalam kondisi baik

mampu menghasilkan 13 ton/km2/tahun, dan terumbu karang dalam kondisi yang cukup baik mampu

menghasilkan 8 ton/km2/tahun (McAllister 1998).

Terumbu karang berfungsi sebagai tempat hidup berbagai jenis biota laut, keberadaannya pun sangat peka terhadap perubahan. Kerusakan pada terumbu karang akan menimbulkan dampak pada

(9)

kehidupan bawah laut karena adanya saling ketergantungan satu dengan yang lainnya. Kerusakan terumbu karang terdeteksi di 93 negara dari 109 negera yang memiliki kekayaan terumbu karang termasuk di Indonesia. Kerusakan yang terjadi sebagian besar diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti kegiatan wisata yang melebihi daya dukung kawasan, adanya penggunaan racun ikan, polusi dan sedimentasi bahkan pemanenan terumbu karang secara besar-besaran. Untuk mencegah semakin berlanjutnya kerusakan yang terjadi, diperlukan sebuah kegiatan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan pada hakekatnya dilakukan dalam bentuk pengontrolan terhadap tindakan manusia untuk memanfaatkan terumbu karang secara bijaksana. Konsep Kawasan Konservasi Laut (KKL) merupakan salah satu usaha untuk melindungi terumbu karang dalam konteks struktur, fungsi dan integritas ekosistem serta mempertahankan keanekaragaman hayati pada semua tingkatan trofik dalam ekosistem (Arini 2013).

Fungsi perlindungan pantai ini terumbu karang tepi dan penghalang adalah pemecah gelombang alami yang melindungi pantai dari erosi, banjir pantai,dan peristiwa perusakan lainnya yang diakibatkan oleh fenomena air laut. Terumbu karang juga memberikan kontribusi untuk akresi (penumpukan) pantai dengan memberikan pasir untuk pantai dan memberikan perlindungan terhadap desa-desa dan infrastruktur seperti jalan dan bangunan-bangunan lainnya yang berada di sepanjang pantai. Apabila dirusak, maka diperlukan milyaran rupiah untuk membuat penghalang buatan yang setara dengan terumbu karang ini.

Fungsi biodiversitas ekosistem ini yaitu mempunyai suatu produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Keanekaragaman hidup di ekosistem terumbu karang per unit area sebanding atau lebih besar dibandingkan dengan hal yang sama di hutan tropis. Terumbu karang ini dikenal sebagai laboratorium untuk ilmu ekologi. Potensi untuk bahan obat-obatan, anti virus, anti kanker dan penggunaan lainnya sangat tinggi. Saat ini, ekosistem terumbu karang secara terus menerus mendapat tekanan akibat berbagai aktivitas manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa aktivitas manusia yang secara langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang diantaranya adalah menangkap ikan dengan menggunakan bom dan racun sianida (potas), pembuangan jangkar, berjalan di atas terumbu, penggunaan alat tangkap muroami, penambangan batu karang, penambangan pasir, dan sebagainya. Aktivitas manusia yang secara tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah sedimentasi yang disebabkan aliran lumpur dari daratan akibat penggundulan

(10)

hutan-hutan dan kegiatan pertanian, penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan untuk kebutuhan pertanian, sampah plastik, dan lain-lain.

Ancaman terhadap ekosistem terumbu karang juga dapat disebabkan oleh karena adanya faktor alam. Ancaman oleh alam dapat berupa angina topan, badai tsunami, gempa bumi, pemangsaan oleh CoTs (crown-of-thornsstarfish) dan pemanasan global yang menyebabkan pemutihan karang.

Berdasarkan laporan hasil penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), bahwa terumbu karang di Indonesia hanya 7% yang berada dalamkondisi sangat baik, 24% berada dalam kondisi baik, 29% dalam kondisisedang dan 40% dalam kondisi buruk. Diperkirakanterumbu karang akan berkurang sekitar 70% dalam waktu 40 tahun jika pengelolaannya tidak segera dilakukan.

B. Biodiversitas Terumbu Karang Laut Indonesia

Biodiversitas adalah keseluruhan gen, spesies dan ekosisten di suatu kawasan (totality of genes,

species and ecosystems in a region). Biodiversitas merupakan bidang kajian yang sangat menarik

karena memiliki banyak aspek pembahasan. Dalam diskusi biodiversitas dunia, Indonesia adalah negara yang tidak dapat ditinggalkan. Indonesia sangat kaya biodiversitas, baik di daratan maupun di lautan. Selama ini, diskusi mengenai kekayaan biodiversitas umumnya hanya didasarkan pada spesies daratan, namun dengan semakin banyaknya penelitian maritim, maka biodiversitas di lautan juga mulai terungkap. Hal ini berdampak pada rangking Indonesia sebagai negara utama biodiversitas, karena negeri ini adalah negara kepulauan terbesar di dunia (Schroeder 2011).

Indonesia merupakan negara maritim. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan laut. Sehingga Indonesia memiliki banyak kekayaan hayati laut yang beraneka ragam. Hewan laut di Indonesia banyak sekali yang unik dan hanya ada di Indonesia saja.Indonesia adalah salah satu dari 17 negara yang disebutkan sebagai negara-negara mega biodiversitas. Negara-negara tersebut adalah Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Brasil, Cina, Ekuador, Filipina, India, Indonesia, Kolombia, Kongo, Madagaskar, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini, Peru, dan Venezuela (CI 1997; Mittermeier et al. 2005).

Terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif sekali. Jangankan dirusak, diambil sebuah saja, maka rusaklah keutuhannya. Ini dikarenakan kehidupan di terumbu karang di dasari oleh hubungan saling tergantung antara ribuan makhluk. Rantai makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Tidak cuma itu proses terciptanya pun tidak mudah. Terumbu karang

Biodiversitas (10)

(11)

membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah. Dan yang ada di perairan Indonesia saat ini paling tidak mulai terbentuk sejak 450 juta tahun silam.

Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks dan produkstif dan keanekaraman jenis biota yang amat tinggi. Variasi bentuk pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan luas sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain.

Ekosistim ini adalah ekosistim daerah tropis yang memiliki keunikan dan keindahan yang khas yang pemanfaatannya harus secara lestari. Ekosistim terumbu karang ini umumnya terdapat padaperairan yang relatif dangkal dan jernih serta suhunya hangat (lebih dari 22°C) dan memiliki kadar karbonat yang tinggi. Binatang karang hidup dengan baik padaperairan tropis dan sub tropis serta jernih karena cahaya matahari harus dapat menembus hingga dasar perairan. Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, sedangkan kadar kapur yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan penyusun karang dan biota lainnya.

Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, mempunyai terumbu karang terluas di dunia yang tersebar mulai dari Sabang- Aceh sampai ke Irian Jaya. Dengan jumlah penduduk lebih dari 212 juta jiwa, 60% penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir, maka terumbu karang merupakan tumpuan sumber penghidupan utama.

Disamping sebagai sumber perikanan, terumbu karang memberikan penghasilan antara lain bagi dunia industri ikan hias, terumbu karang juga merupakan sumber devisa bagi negara, termasuk usaha pariwisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dan para pengusaha pariwisata bahari.

Kita perlu mencontohNegara tetangga kita, Singapura yang memiliki luas wilayah tidak lebih dari luas wilayah propinsi DIY Yogyakarta, namun kesadaran akan kelestarian lingkungan warga Negara tersebut sangat tinggi. Dengan melihat kenyataan-kenyataan tersebut, kita sebagai warga negara Indonesia, seharusnya kita tetap mempertahankan dan memperjuangkan kekayaan alam Indonesia. Kekayaan laut Indonesia yang sepenuhnya milik rakyat Indonesia. Jika kita bisa memelihara dan mempertahankan kekayaan laut Indonesia, seharusnya bisa menghidupi sebagian besar masyarakat Indonesia dan bisa menghasilkan devisa negara yang lebih besar.

C. Kondisi Terumbu Karang Laut Indonesia

Masih banyak kekayaan laut Indonesia yang berguna bagi masyarakat. Tapi sekarang kekayaan Indonesia sudah mulai rusak. Sebanyak 22% terumbu karang di wilayah Indonesia Bagian Timur mengalami kerusakan. Angka ini lebih kecil dibandingkan kerusakan di wilayah Indonesia Bagian

(12)

Barat sebesar 71%. Banyak orang yang memanfaatkan kekayaan alam Indonesia dengan cara yang tidak benar, ada banyak yang mencari ikan menggunakan bahan peledak dan pukat harimau yang akan berdampak pada kerusakan laut dan ikan-ikan kecil. Hal seperti inilah yang banyak merugikan lingkungan. Ini disebabkan oleh masyarakat yang lebih mementingkan keuntungan pribadi dengan tidak memikirkan alam.

Sebagaimana ciri negara berkembang dengan populasi penduduk yang besar ditambah dengan struktur geografis yang dikelilingi oleh laut, maka laut menjadi tumpuan sebagian besar penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama masyarakat di daerah pesisir.Tekanan terhadap sumberdaya laut terutama terumbu karang meningkat seiring dengan bertambahnya populasi secara cepat.Ketergantungan yang tinggi telah menyebabkan penurunan yang besar pada nilai ekologis dan ekonomis akibat degradasi dan kerusakan yang parah. Dari sekitar 51.000 km2 luas terumbu karang di

Indonesia, lebih dari 40% dalam kondisi rusak dan hanya sekitar 6,5% dalam kondisi sangat baik selebihnya dalam kondisi sedang (WRI 2002).

Dibeberapa tempat di Indonesia karang batu digunakan untuk berbagai kepentingan seperti konstruksi jalan dan bangunan, bahan baku industri dan perhiasan. Dalam industri pembuatan kapur, karang batu (hard coral) kadang-kadang ditambang sangat intensif sehingga bisa mengancam keamanan pantai.Selain itu karang dan ikan karang Indonesia yang berlimpah tersebut terancam oleh praktek penangkapan ikan yang merusak.Penangkapan ikan menggunakan racun sianida dan bahan peledak telah meluas di Indonesia bahkan di daerah yang dilindungi (WRI2002).

Kerusakan terumbu karang yang telah terjadi di beberapa kawasan pantai di Indonesia menjadi keprihatinan banyak fihak akan keberlanjutan fungsi ekosistem tersebut. Kerusakan ekosistem terumbu karang terjadi karena faktor- faktor alam, akan tetapi faktor-faktor antropogenik mempunyai andil yang besar Menurut Garces (1992) sumber-sumber kerusakan karang dapat dikelompokan sebagai aktivitas ekonomi yang terdiri dari kegiatan perikanan, pembangunan di daratan disamping wilayah pesisir dan rekreasi serta pariwisata.

Hasil survei WRI (2002) di wilayah Indonesia bagian Timur menunjukkan sekitar 65% kerusakan ekosistem terumbu karang disebabkan penangkapan ikan secaradestruktif.Sebagian besar menggunakan racun dan bom dimana aktivitas ini telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang luar biasa. WRI mengestimasi kerugian di Indonesia akibat penangkapan ikan menggunakan bahan peledak selama 20 tahun kedepan adalah sebesar 570 juta US Dollar. Sedangkan estimasi kerugian

Biodiversitas (12)

(13)

dari penangkapan ikan dengan racun sianida secara berkala adalah sebesar 46 juta US Dollar.Dari ekosistem terumbu karang yang rusak hanya diperoleh hasil perikanan rata-rata 5 ton/km2/tahun

sedangkan hasil produktivitas terumbu karang yang sehat bisa mencapai sekitar 20 ton/km2/tahun.

Provinsi Maluku Utara merupakan bagian dari lingkup yang bergerak antara Sangihe Talaut, Minahasa ke Filipina yang merupakan jalur distribusi terumbu karang di Indonesia bagian Timur.Jalur kepulauan Indonesia dan Filipina ini merupakan pusat keragaman terumbu karang dunia dengan jumlah spesies yang telah teridentifikasi sekitar 600 spesies.

COREMAP (2001) melaporkan bahwa dibeberapa daerah di Provinsi Maluku Utara terjadi kerusakan ekosistem terumbu karang.Mulai dari Pulau Ternate, Pulau Bacan, Pulau Obi, Pulau Halmahera sampai bagian Utara yaitu pulau Morotai. Di Pulau Halmahera tutupan karang hidup dengan kondisi baik sebesar 29%, 14% dalam kondisi sedang dan selebihnya dalam kondisi buruk. Berdasarkan laporan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Universitas Khairun (2001) bahwa ekosistem terumbu karang dibeberapa lokasi di Pulau Ternate mengalami kerusakan akibat tindakan destruktif. Penyebab dominan kerusakan adalah kegiatan penangkapan ikan menggunakan muroami, bahan peledak, bahan beracun, pemasangan perangkap, aktivitas transportasi dan wisata bahari.

Berbagai aktivitas manusia seperti pengambilan karang secara ilegal, penggunaan bom, penangkapan ikan, pembuangan jangkar, sedimentasi, serta isu dunia saat ini yaitu perubahan iklim, semuanya ini dapat menurunkan kualitas dan kuantitas terumbu karang di perairan khususnya Kepulauan Indonesia. Hasilmenunjukkan sekitar 43% terumbu karang rusak atau bahkan dapat dianggap berada diambang kepunahan, sedangkan yang masih sangat baik hanya sekitar 6,48% Soekarno(1995) dalam Adriman (2012). Selanjutnya Sjafrie (2011) melaporkan bahwa berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, dari 985 stasiun yang tercatat sampai dengan tahun 2008 menunjukkan hanya 5,48% terumbu karang di Indonesia dalam keadaan sangat baik. Di Kepulauan Seribu misalnya, hasil kajian dari Yayasan Terangi tahun 2013 menjelaskan bahwa kerusakan terumbu karang sudah mencapai tahap yang mengkhawatirkan sebagai akibat pembuangan berton-ton limbah dan sampah yang mengalir ke Teluk Jakarta (Kusuma 2013). Di Pulau Bangka, kerusakan terumbu karang yang cukup vital disebabkan oleh kapal isap yang melakukan penambangan timah lepas pantai secara besar-besaran. Kerusakan ini tidak hanya menyebabkan

(14)

kerusakan terumbu karang tapi juga padang lamun yang merupakan penyangga sektor perikanan dan pariwisata bahari yang merupakan sektor harapan (Ambalika 2010).

D. Peran Masyarakat dalam Konservasi Terumbu Karang Indonesia

Data dan fakta di atas mengisyaratkan bahwa jika tidak diambil langkah-langkah progresif, maka dipastikan laju degradasi terumbu karang di negara kita akan semakin menghawatirkan. Artinya, harus ada upaya nasional minimal untuk mengurangi laju kerusakannya. Jika tidak, degradasi terumbu karang dikuatirkan akan semakin luas dan besar serta konsekuensinya juga akan berdampak secara ekologis maupun ekonomis bagi Indonesia sendiri tentunya.

Ekosistem perairan laut dan sumberdaya yang dikandungnya harus dijaga untuk menjamin produktivitas sumber daya terutama perikanan yang menjadi sektor unggulan bagi bangsa Indonesia.Terumbu karang merupakan aset sekaligus benteng alami yang mampu melindungi pantai dari gempuran ombak sekaligus sebagai sumber makanan dan obat-obatan.Di Indonesia nilai ekonomis untuk terumbu karang sendiri mencapai 1,6 miliar US dollar per tahun, memang masih rendah jika dibandingkan dengan nilai ekonomis terumbu karang dunia yang mencapai hampir 30 miliar US dollar per tahunnya (Anonim 2011). Dapat dibayangkan berapa kerugianmaterial dan non material yang timbul akibat rusaknya terumbu karang yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak bagi kehidupan manusia.

Usaha konservasi yang dapat memberikan perlindungan, pengawetan serta pemanfaatan sumberdaya alam yang ada secara lestari sangat diperlukan dalam hal ini.Keterpaduan masyarakat dengan pihak-pihakterkait harus dapat diciptakan agar usaha tersebut dapat tercapai.Kepedulian masyarakat dunia terhadap terumbu karang telah ditunjukkan dengan terselenggaranya CTI (Coral

Triangle Initiative) Summit yaitu pertemuan Internasional negara Filipina, Indonesia, Papua Nugini,

Malaysia, Timor Leste dan Kepulauan Solomon di Manado Sulawesi Utara pada tahun 2008. Pertemuan ini merupakan sebuah dedikasi upaya kemitraan antar pemerintah dari negara-negara tersebut untuk mempromosikan laut yang sehat serta membantu masyarakat dalam mengelola sumber daya laut melalui penciptaan dan penguatan Kawasan Perlindungan Laut (Marine Protected

Area).Selain itu, kemitraan ini dibangun juga untuk mempromosikan manajemen bentang laut pada

Biodiversitas (14)

(15)

skala besar, meningkatkan perikanan, adaptasi terhadap perubahan iklim serta pemulihan spesies terancam punah (Conservation International 2008).

Untuk mencegah semakin rusaknya terumbu karang, maka diperlukan pengelolaan terumbu karang. Pengelolaan pada hakekatnya merupakan suatu proses pengontrolan tindakan manusia agar pemanfaatan terumbu karang dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah dengan konsep penetapan KawasanKonservasi Laut (KKL).Agardy (1997); Barr et al. (1997) dalam Arifin (2008) menjelaskan KKL memiliki peran utama sebagai berikut.

a. Melindungi keanekaragaman hayati serta struktur, fungsi dan integritasekosistem. Kawasan konservasi dapat berkontribusi untukmempertahankan keanekaragaman hayati pada semua tingkatan trofikdari ekosistem, melindungi hubungan jaringan makanan dan prosesprosesekologis dalam suatu sistem.

b. Meningkatkan hasil perikanan. Kawasan konservasi dapat melindungidaerah pemijahan, pembesaran, tempat mencari makanan,meningkatkan kapasitas reproduksi dan stok sumberdaya ikan.

c. Menyediakan tempat rekreasi dan pariwisata. Kawasan konservasi dapatmenyediakan tempat untuk kegiatan rekreasi dan pariwisata alam yangbernilai ekologis dan estetika. Perlindungan terhadap tempat-tempatkhusus bagi kepentingan rekreasi dan pariwisata (seperti pengaturandermaga perahu/kapal, tempat membuang jangkar dan jalur pelayaran)akan membantu mengamankan kekayaan dan keragaman daerahrekreasi dan pariwisata yang tersedia di sepanjang pesisir.

d. Memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang ekosistem.Kawasan konservasi dapat meningkatkan pemahaman dan kepedulianmasyarakat terhadap ekosistem pesisir, laut dan pulau-pulau kecil,menyediakan tempat yang relatif tidak terganggu utuk observasi danmonitoring jangka panjang dan berperan penting bagi pendidikanmasyarakat berkaitan dengan pentingnya konservasi laut dan dampakaktivitas manusia terhadap keanekaragaman hayati laut.

e. Memberikan manfaat sosial-ekonomi bagi masyarakat pesisir. Kawasankonservasi dapat membantu masyarakat pesisir dalam mempertahankanbasis ekonominya melalui pemanfaatan sumberdaya dan jasa-jasalingkungan secara optimal dan berkelanjutan. Ditambahkan

(16)

olehWestmacott et al. (2000), bahwa kawasan konservasi laut memegangperanan penting bagi pelestarian dan pengelolaan terumbu karangdengan cara:

 Melindungi daerah terumbu karang yang tidak rusak yang dapatmenjadi sumber larva dan sebagai alat untuk membantupemulihan.

 Melindungi daerah yang bebas dari dampak manusia dan cocoksebagai substrat bagi penempelan karang dan pertumpuhankembali.

 Memastikan bahwa terumbu karang tetap menopangkelangsungan kebutuhan masyarakat sekitar yang bergantungpadanya.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Biodiversitas (16)

(17)

1. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kekayaan hayati yang sangattinggi. Beragam jenis terumbu karang tersebar di pulau-pulau diIndonesia dengan berbagai manfaat dan nilai ekonomi maupun ekologi.

2. Laju kerusakan terumbu karang di Indonesia saat ini semakinmengkhawatirkan. Aktivitas manusia seperti penggunaan racun ikan dandinamit menjadi permasalahan utama penyebab rusaknya terumbu karang.

3. Penetapan Kawasan Konservasi Laut (KKL) diharapkan menjadi salahsatu upaya yang cukup efektif dalam menjaga dan melindungikelestarian terumbu karang di Indonesia.

B. Saran

Pengelolaan kawasan pesisir yang berkelanjutan tidak hanya di pulau-pulau besar saja, namun meliputi pulau-pulau kecil di seluruh Indonesia sehingga perlu ada evaluasi mengenai kondisi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil secara menyeluruh seperti ekosistem mangrove, padang lamun dan terutama ekosistem terumbu karang di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abrar dkk. 2014.Monitoring Kesehatan Kesehatan Ekosistem Terumbu Karang Dan Ekosistem

Terkait Lainnya Di Taman Wisata Perairan Pulau Pieh Dan Laut Di Sekitarnya, Provinsi

Sumatera Barat. Jakarta: Pusat Penelitian OseanografiLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Adibrata,S. 2013. Evaluasi Kondisi Terumbu Karang Di Pulau Ketawai Kabupaten Bangka Tengah.Jurnal Kelautan, Volume 6, No.1 April 2013 ISSN : 1907- 9931. Bangka Belitung: FPPB

Universitas Bangka Belitung.

Ambalika, I. 2010. Kerusakan ekosistem terumbu karang Di Pulau Bangka akibat penambangan timah lepas pantai (kapal isap).http://www.ubb.ac.id(diakses tanggal 27 April 2013).

(18)

Amin.2009. Terumbu Karang; Aset Yang Terancam (Akar Masalah Dan Alternatif Solusi

Penyelamatannya).Region Volume I. No. 2. Juni 2009.Bekasi: FKIP UNISMA.

Anonim, 2007.Ekosistem terumbu karang. www.ipb.ac.id (diakses tanggal 28 April 2013).

Anonim, 2011.Pengaruh pencemaran lingkungan terhadap terumbu karang. http://dinatropika.wordpress.com/2011/01/17/pengaruhpencemaranlingkungan -terhadap-terumbu-karang/#more-384 (diakses tanggal 26 April 2013).

Arini, DID. 2013. Potensi Terumbu Karang Indonesia “Tantangan dan Upaya Konservasinya”.INFO BPK Manado Vol.3 No.2 Tahun 2013. Manado: Balai Penelitian Kehutanan Manado.

Conservation Indonesia. 2008. Inisiatif segitiga terumbu karang. http://www.conservation.org/global/indonesia/aktivitas_lapangan/bentang_lau

t/cti/pges/inisiatif_segitiga_terumbu_karang.aspx (diakses tanggal 26 April 2013). Dahuri, R. 2001. Analisis Daya Dukung Kawasan Pesisir dan laut. Bahan Kuliah: Analisis Sistem Permodelan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kunarso, DH. 2011. Kajian Kesuburan Ekosistem Perairan Laut Sulawesi Tenggara Berdasarkan Aspek Bakteriologi.Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal.32-47, Desember 2011. Jakarta: LIPI.

Kusuma, E.F. 2013.Kondisi ekosistem terumbu karang di Kepulauan Seribu memprihatinkan. http://www.detik.com (diakses tanggal 27 April 2013).

Muttaqin, AF dkk. 2011. Coral Bleaching Ancaman Terbesar Ekosistem Terumbu Karang Saat Ini:

Analisi Penyebab dan Upaya Pemantauan. PKM – GT. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Souter, DW dan O. Linden. 2000.The health and future of coral reef systems. Ocean & Coastal Management 43: 657– 688.

Biodiversitas (18)

(19)

Biodiversitas

LAM

PIRA

(20)

Gambar 1. Peta Konsep Biodiversitas

Gambar 2.Ekosistem Terumbu Karang Gambar 3. Distribusi Terumbu Karang

Gambar 4. Keindahan terumbu karang Taman Laut Bunaken Sulawesi Utara

Biodiversitas (20)

(21)

Gambar 5. Terumbu karang tepi

Gambar 6. Terumbu karang penghalang

Gambar 7. Terumbu karang cincin

Gambar 8. Trumbu karang datar

(22)

Gambar 9. Zonasi terumbu karang

Gambar 10. Kerusakan terumbu karang

Gambar 11. Distribusi ancaman kerusakan terumbu karang dunia

Biodiversitas (22)

(23)

Gambar

Gambar 1. Peta Konsep Biodiversitas
Gambar 5. Terumbu karang tepi
Gambar 9. Zonasi terumbu karang

Referensi

Dokumen terkait

Pesatnya pertumbuhan penduduk dengan persebaran yang tidak merata ditambah lagi dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dikota besar membuat sebagian besar penduduk

Struktur Komunitas dan Distribusi Makroalga pada Rataan Terumbu Karang Pantai Tanjung Gelang Taman Nasional Laut Karimunjawa.. Biology

Hal ini dapat diketahui bahwa perairan Pulau Menjangan Besar mempunyai struktur komunitas yang rendah, keanekaragaman populasi yang sedikit dan perubahan dari karang

;3) mengendalikan populasi bintang laut mahkota berduri ( Acanthaster planci) dengan cara membatasi pengambilan ikan kerapu yang menjadi predator larva bintang

Di sisi lain, pulau Jawa yang dikelilingi oleh wilayah perairan berupa laut, di masa lalu penduduknya dalam memenuhi kebutuhan ikan, utamanya ikan laut, sebagian besar dilakukan

Ophistobranchia  merupakan  kelompok  siput  yang  bertubuh  lunak,  sebagian  besar  tidak  bercangkang  dan  seringkali  berwarna  cerah  yang  mendiami  dasar 

2021 Sebagian Besar Spesies Terumbu Karang ada di Indonesia.https://darilaut.id/berita/sebagian-besar-spesies-karang-dunia- ada-di- Indonesia Setiawan,E..

Makalah ini membahas tentang populasi