• Tidak ada hasil yang ditemukan

Module Belajar: Menulis untuk Mahasiswa dan Jurnalis Pemula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Module Belajar: Menulis untuk Mahasiswa dan Jurnalis Pemula"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL BELAJAR

M E N U L I S U N T U K M A H A S I S WA

d a n J U R N A L I S P E M U L A

MENULIS

ACEH

DALAM

DAMAI

CCRPS

(2)
(3)

MODUL BELAJAR

Menulis untuk Mahasiswa

dan Jurnalis Pemula

Menulis

Aceh

Dalam

Damai

(4)
(5)

IsI

Pokok-Pokok Pelatihan

Materi 1

Sejarah Jurnalistik

Materi 3

Reportase dasar

Materi 6

Teknik Wawancara

Materi 8

Indepth Reporting

Materi 9

Pengantar Investigative Reporting

Materi 11

Menulis Feature

Materi 12

Menulis Opini

Materi 2

Kode Etik Jurnalistik

laMPIRan Kode Etik Jurnalistik Kode Etik aJI

Materi 4

angle liputan

Materi 5

Bahasa dan Penulisan

Materi 7

Menulis Straight news

Materi 10

Merancang TOR liputan

Materi 13

Resensi Buku

005

027

049

073

079

093

103

013

035

041

065

085

111

20 24

001

(6)
(7)

Sekarang ini, kepandaian menulis bukan lagi hak istimewa dari seorang penulis dan para jurnalis belaka.. Belakangan ini semua bidang pekerjaan memerlukan kepandaian yang satu ini. Tak terkecuali sekretaris, bidang hubungan masyarakat, dokter, marketing, politisi, musisi bahkan setingkat keuchik sekalipun. Menulis diperlukan dalam rangka mendukung aktivitas mereka.

Cukup beralasan, kalau kami berkesimpulan bahwa menulis penting dipelajari. Kemampuan menulis merupakan satu dari banyak keahlian berharga yang tidak bisa dianggap sepele. Apapun karir nantinya, jika memiliki kemampuan menulis yang baik, anda bisa mengekspresikan secara jelas kemampuan lewat tulisan. Setelah itu, akan lebih dihargai orang.

Demi menyebarkan kemampuan menulis itulah, Katahati Institute mencoba menggelar sebuah pelatihan bertajuk ‘Studi Antropologi dan Jurnalisme Damai’. Pelatihan ditujukan kepada para generasi muda, di antaranya siswa, mahasiswa dan para jurnalis junior.

Memilih mereka yang muda bukan tanpa alasan. Ke depan merekalah yang menulis Aceh lebih bernas dengan segala kenyataan yang berlaku, dalam damai yang diinginkan abadi dan dalam tujuan kemakmuran masyarakat Aceh. Belajar mendengar tak cukup tanpa panduan. Kami kemudian berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang tercecer untuk disatukan dalam sebuah modul yang gampang dibaca. Sehingga memudahkan yang belajar memahami lebih jauh.

Mari Menulis

(8)

ModUL

BElaJaR

h

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

Lahirlah modul ini, mungkin dapat sedikit membantu dalam membimbing pelajar dan siapa saja pembacanya. Bahan pelajaran memang lebih banyak diarahkan untuk menulis layaknya jurnalis, dari reportase sampai bagaimana melahirkan sebuah tulisan panjang dan menarik. Modul juga berisi bagaimana menulis opini, resensi buku dan juga menulis cerpen.

Sesuai target, ingin menyebarkan ilmu menulis, modul diberikan tak hanya kepada mereka yang belajar dalam kelas menulis Katahati Institute. Modul ini juga diberikan ke kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Sebuah harapan, agar generasi ke depan lebih mampu meneruskan ide-idenya dan kondisi sosial di sekitarnya dalam sebuah tulisan.

Akhirnya, ucapan terimakasih dari Katahati Institute kepada tim pengajar dan penulis modul, CCRPS (Center for Conflict Resolution and Peace Studies) IAIN Ar-Raniry dan Kedutaan Jepang yang telah mendanai berjalannya program pelatihan Jurnalisme Damai ini.

Lewat buku ini kami ingin berpesan, bahwa menulis itu perlu. Untuk siapa saja dengan segala macamnya profesinya. Selamat membaca dan mencoba.

Banda Aceh, September 2009 FAHRUL RIZHA YUSUF

(9)

MODUL BELAJAR

Menulis untuk Mahasiswa dan Jurnalis Pemula

Menulis

Aceh

Dalam

Damai

(10)
(11)

Pokok-Pokok

Pelatihan

Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui bagaimana menulis laporan dengan baik Mengetahui kode etik jurnalistik

Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu menulis laporan dengan metode peace jurnalism dan mempertajam kemampuan

indepth reporting

Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu membuat perubahan dalam menulis laporan untuk medianya, yang berperspektif damai, guna memperkuat perdamaian Aceh.

Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu menulis opini dengan baik.

Mahasiswa dan Jurnalis Pemula dapat menulis cerpen dengan latar belakang perdamaian di Aceh.

Memberikan kemampuan peliputan dan menulis laporan jurnalistik bagi mahasiswa dalam fase damai di Aceh dan menulis opini. Harapannya, mahasiswa dapat membuat laporan jurnalistik dengan baik dan berperspektif damai, baik dalam merawat langgengnya perdamaian Aceh maupun terkait dengan peliputan dalam agenda Pemilu 2009, legislatif dan pemilihan presiden. Mahasiwa diharapkan dapat mengetahui bagaimana mengawal perdamaian di Aceh sesuai kapasitasnya dengan mengedepankan profesionalitas jurnalis. Kemudian juga dapat memberikan kontrol dan

pemantauan pascapemilu legislatif serta pemilihan presiden 2009.

HASIL YANG DIHARAPKAN

TUJUAN PELATIHAN

(12)

ModUL

BElaJaR

2

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mampu

menghasilkan laporan sesuai dengan materi pelatihan Mahasiswa dan Jurnalis Pemula menjadi lebih baik dalam menulis laporan yang berperpektif damai di media kampus dan media lainnya.

INDIKATOR KEBERHASILAN

Mahasiswa dan Jurnalis Pemula perguruan tinggi di Aceh

SASARAN

METODE BELAJAR

Teori

Diajarkan oleh para mentor yang telah punya pengalaman di Aceh.  Praktek

(13)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

Materi-materi yang dipilih adalah ilmu jurnalistik dasar sampai menengah dalam melakukan peliputan dan penulisan laporan. Kemudian juga penulisan opini, resensi buku dan pengantar menulis cerpen. Semua materi akan diarahkan pada liputan dan penulisan yang berperspektif damai dalam konteks kekinian Aceh. Hal ini mengingat, Aceh baru saja memasuki fase damai setelah lama dalam konflik. Setidaknya laporan yang dihasilkan mahaiswa, mampu merawat perdamaian di Aceh yang abadi

Kurikulum

Belajar

Adapun materi yang diajarkan adalah sebagai berikut;

Sejarah Jurnalistik Sejarah Jurnalistik  Kode Etik Jurnalistik  Reportase dasar  Menentukan angle liputan  Teknik menembus narasumber/teknik wawancara

Membuat Straight News  Bahasa jurnalistik  Indepth Reporting  Pengantar Investigative

reporting

 Teknik menulis feature (tema perdamaian dan pemilu)

Merancang TOR Liputan

(tema perdamaian dan pemilu)

Menulis opini Menulis resensi buku

 Pengantar membuat

(14)
(15)

Materi 1.

sejarah Jurnalistik

TUJUAN

 Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui sejarah awal jurnalistik  Mengetahui sejarah pers

di Indonesia

KEGIATAN

 Teori  Diskusi

(16)
(17)

Riwayat Media

Teknologi

Teknologi dapat dikata ‘ibunya’ media massa. Pesatnya perkembangan media sangat bergantung pada asupan kecanggihan teknologi. Jenis media, kian waktu terus bertambah. Kini media tidak hanya cetak, radio dan televisi tapi juga ada cyber.

Internet bahkan telah mengikis sekat-sekat antara

konsumen berita, pembuat berita dan penyedia jasa berita (media). Sebutan pemirsa, pendengar dan pembaca yang membangun jarak, kini telah satu; netter.

Kecanggihan internet, telah memperkaya ’aliran’ dalam jurnalistik. Tentu tak asing bagi kita istilah citizen

BAHAN

(18)

ModUL

BElaJaR

8

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

journalism, grassroot journalism atau participatory journalism. Kegiatan jurnalistik seperti reportase,

menganalisa dan mempublikasikan tidak lagi menjadi klaim kerjaannya jurnalis, tapi juga netter.

Di Amerika citizen journalism, berkembang sejak dua dekade terakhir. Akarnya, community based media. Mulanya perkara ketidakpuasan warga atas pemberitaan media massa yang dinilai didominasi kepentingan partai. Puncaknya, bertebarnya pemberitaan yang dilaporkan masyarakat jelang pemilu 2004 di negeri pamansam itu. Lamat-lamat, penguna internet memburu informasi di

weblog.

Sementara di Indonesia berkembang sejak 2005, salah seorang pelopornya Lily Yulianti Farid, salah seorang ibu rumah tangga. Ia mengasuh http://www.panyingkul.com. Situs yang ‘beriman’ pada citizen journalism, berbasis Makassar, Sulewesi Selatan.

http://www.wikimu.com salah satu portal citizen

journalism terkemuka di Indonesia.

“Portal informasi komunitas independen dengan konsep partisipatif. Bukanlah situs berita, walaupun berisi aneka ragam informasi,” begitu tulis Bayu Wardhana, administrator blog itu. ”Siapa saja bisa mendapatkan dan mengirimkan informasi, termasuk menambahkan, melengkapi, atau menyanggah informasi yang sudah ada.”

Citizen journalism, mendorong industri media untuk lebih

peka informasi ’arus bawah.’ Pabrik-pabrik informasi, berlomba turut bersaing di ranah maya. Tak hanya sekedar membuat website, tapi juga memunculkan tampilan fisik. Tak terhitung sekarang jumlah media cetak, radio dan tv yang tayang secara online. Nyaris setiap, situs menyediakan ruang suplai informasi dari masyarakat. Banyak pakar menilai, riwayat media klasik segera tamat. Bagaimana tidak, hanya dengan modal handphone, sekarang siapa saja bisa mengakses dan menyumplai informasi dimana saja dan kapan saja. Pemimpin Redaksi situs http://www.acehkita.com , salah seorang yang lebih

(19)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

sering mengunakan telepon gengam untuk menyuplai informasi pada khalayak dari pada komputer jinjing. Tentulah kemudahan itu tidak dijumpai masyarakat romawi tahun 60 sebelum masehi. Namun bukan berarti, tak ada arus informasi kala itu. Walau belum ada

handphone sehingga tidak bisa bertukar informasi, warga

mengunakan papan annals.

Di papan yang digantung di serambi rumah itu, berbagai catatan dicantumkan. Fungsinya, serupa pengumuman bagi orang yang kebetulan melintas. Papan itulah, ‘nenek moyangnya’ majalah dinding (mading).

Alkisah, Julius Caesar mencari ahli informasi untuk menyebarluaskan informasi. Salah seorang budak, lulus seleksi. Ia dibebaskan dari status budak. Tugasnya, sekedar mengikuti kemana saja Caesar berkunjung, lalu menulis dan menyebarkan setiap ucapannya. Istilah sekarang;

talking news!

Dari pengalaman itu, Caesar lantas mengembangkannya sampai ke Forum Romanum, stadion romawi yang juga merupakan pusat kota. Ia tidak lagi sekedar menyebarkan informasi perjalanan, tapi juga informasi rapat dan sidang senat romawi. Medianya, tidak lagi papan tapi selembar kertas. Namanya Acta Diurna, inilah produk jurnalistik yang diyakini paling tua.

Media dan kekuasaan

Selain teknologi, penentu tumbuh kembangnya pers tidak lain; kekuasaan. Tak semudah merunut riwayat Acta

Diurna, dalam sejarahnya, pers Indonesia sulit ditemukan

pangkal. Namun begitu, timbul tengelamnya sudah terasa sejak kolonial Belanda.

Terlepas mana ‘nenek moyang’ pers Indonesia, yang pasti Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen, yang didirikan Jan Erdman Jordens pada 1744, sering dijadikan awal cerita.

(20)

ModUL

BElaJaR

10

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

menyebutnya; moyang pers Indonesia. Bahasa menjadi penting bagi pengusut sejarah, bahasa Melayu dipilih penentu. Namun lagi-lagi buntu, sebab 1850-an sudah ada surat kabar mengunakan bahasa itu, baik terbit di Jawa maupun Sumatera. Dari sisi kepemilikkan, bahkan ramai warga Tionghoa punya surat kabar.

Almarhum Pramoedya Ananta Toer, justru memilih dan meyakini pers Indonesia dimulai dari Medan

Prijaji, yang terbit di Bandung pada Januari 1907. Entah

punya keyakinan yang sama dengan Pram atau tidak, Presiden Susilo Bambang Yoedhoyono, tiga tahun silam, menobatkan Tirto Adhi Soerjo pelopornya Medan Prijaji sebagai pahlawan nasional.

Singkatnya, kapan pers Indonesia lahir? Sampai sekarang masih tak jelas. Debat masih panjang. Setiap hari pers, ramai khalayak melempar argumen. Terpopuler, mengugat hari pers, yang sangat identik dengan hari lahirnya

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Kembali kepokok persoalan; pengaruh kekuasaan terhadap pers. Era kolonial, jelas bukan lahan subur bagi media. Sederet koran ‘tewas’ kala itu, sebut saja misalnya Bataviasche Courant, Slompret Melaju, Bintang Timur, Bintang Barat, Java Bode atau Medan Prijaji. Jelas bukan bredel saja sumber petaka, tapi ambruknya modal juga menjadi perkara.

Tapi era kekuasaan Jepang, ramai sejarawan bersepakat hanya Djawa Shimbun yang hidup di era prakemerdekaan. Selebihnya dicekik bredel, tanpa ampun, penerbitan diberangus.

Selepas itu, Djawa Shinbunkai lembaga sensor serupa ‘departemen penerangan’ era Soeharto, merestui terbitnya lima penerbitan Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar

Matahari dan Suara Asia. Agar pengaruhnya kerdil, hanya boleh berbahasa Indonesia.

Begitu kekuasaan Jepang ‘tumbang’, Belanda menghidupkan kantor berita Aneta. Selain itu, menerbitkan dua koran; Het Dagblad dan Nieuwgier,

(21)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

keduanya tak merdeka, isi di bawah kendali penerbitan

Grafische Raad.

Sesunguhnya, bukan cuma kolonialisme yang paling berbahaya. Diktator juga tak kalah ‘menyeramkan.’ Kondisi prakemerdekaan, tak jauh beda dengan masa kejayaan Soeharto; izin terbit, sensor dan bredel.

Oktober 1999, Presiden Abdurrahman Wahid, memangkas membredel Departemen Penerangan. Lantang ia

menegaskan, bukan tugas negara mengontrol informasi tapi masyarakat penentunya.

Sejumlah praktisi bersepakat, walau tak ’merdeka’ benar pers Indonesia sempat merasakan beberapa kali kebebasan. Pertama, priode 1945-1949 usai bebas dari Belanda dan Jepang. Lalu, 1966-1972 selepas Soekarno ’jatuh.’

Jurus ’mencekik’ pers sebetulnya warisan kolonial.

Reglement op de Drukwerken in

Nederlandsch-Indie, peraturan yang dikeluarkan jaman

Negara Hindia Belanda

1856, merupakan akar sistem pengawasan preventif. Pola represif dimulai 1906. Aturannya, setiap penerbit wajib mengirim pracetak sebelum masuk mesin. Bredel mulai diterapkan 1931. Gubernur Jenderal diberikan kekuasaan untuk melarang terbit media. Sampai sekarang, Indonesia masih mengenal Haatzaai Artikelen, yang diberlakukan ‘penjajah’ sejak 1918.

Kala Jepang berkuasa khusus Jawa dan Madura, setiap media yang memiliki izin terbit wajib pakai shidooin (penasehat) yang ditentukan pemerintah. Shidooin, bertugas sensor isi.

Tren bredel tak berlanjut, sampai orde baru. 1972, majalah sendi terjerat delik pers karena dinilai menghina kepala negara dan keluarga. Hukumannya, majalah tutup. Giliran Sinar Harapan, 1973 yang naas. Pemerintah, mengangap mingguan itu membocorkan rahasia negara dengan

(22)

ModUL

BElaJaR

12

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

memuat anggaran belanja yang belum dibahas parlemen. Usai petaka Malari 1974, praktisi media ‘terbakar’ hatinya. Inilah mula tumbuhnya keyakinan; pemerintah Indonesia anti kebebasan informasi. Bayangkan, 12 penerbitan pers dibredel sekaligus.

Surat Izin Terbit (SIT) dicabut, alasannya kala itu jauh dari rasional; melemahkan sendi kehidupan nasional, mengobarkan isu modal asing, membeberkan korupsi, mengrogoti dwi fungsi TNI, menghasut rakyat serta mendorong makar. Laksus Kopkamtib Jaya, bahkan mencabut Surat Izin Cetak (SIC).

Soeharto emosi benar pada media yang meributkan pencalonannya menjadi presiden, tahun 1978. Tujuh penerbitan besar menjadi korban pembekuan sementara, diantaranya Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi dan Pos Sore. Dibekukan lewat telepon dan diperbolehkan terbit kembali setelah meminta maaf.

Nyaris setiap tahun saat Soeharto berkuasa, ada saja media yang dilumat. 1982, tempo ditutup sementara gara-gara memberitakan kerusuhan kampanye Pemilu di Lapangan Banteng, Jakarta. 1983, Jurnal Ekuin dilarang terbit setelah mengabarkan penurunan patokan harga ekspor minyak.

Tahun 1984, giliran majalah Expo hanya karena memuat serial Seratus Milyader Indonesia.Selang dua bulan selanjutnya, majalah Topik menuai bencana setelah menurunkan editorial; Mencari Golongan Miskin. Ah sudahlah, terlalu panjang kisah buram pers Indonesia!

(23)

Materi 2.

Kode Etik Jurnalistik

TUJUAN

 Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui kode etik jurnalistik

 Menjadikan kode etik sebagai panduan dalam meliput

KEGIATAN

 Teori  Diskusi

(24)
(25)

Etika

Alkisah sekitar abad ke-5 SM, Hipokrates menanam pesan pada murid-muridnya. Isinya, agar mendahulukan kesembuhan orang lain di atas segalanya. Bahkan ‘dokter’ Yunani kuno itu mencatat sebagai sumpah.

Perjanjian yang dikenal dengan sebutan Sumpah Hipokrates itu, diyakini para pakar sejarah sebagai kode etik tertua. Kisah tokoh yang digelar bapak ilmu kedokteran tersebut, melahirkan dua kata subtansi; janji dan profesi.

Profesi sendiri berarti pekerjaan yang dilakukan sebagai bentuk kegiatan pokok untuk mengumpulkan pendapatan ekonomi. Tentu yang diandalkan keahlian individu dan

BAHAN

(26)

ModUL

BElaJaR

16

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

kelompok dengan cita-cita dan nilai bersama.

Cerita lain. Aristoteles, filusuf asal Yunani, sekitar tahun 384 sebelum masehi menetapkan ethos sebagai dasar filsafat moral. Secara epistemologi, kata yang yang bermakna watak dan karakter itu, muasal etik. Bentuk jamak dari ethos yakni ta etha, artinya, adat kebiasaan. Indonesia membatasi etika; ilmu tentang beda baik dan buruk prilaku yang diterima atau ditentang masyarakat.

Sementara kode, tanda atau simbol berupa kata-kata. Lamat-lamat, kode dipahami sebagai kesepakatan bersama yang harus ditaati. Dalam konteks ini, kode berupa

kumpulan peraturan yang sistematis.

Dengan begitu dapat ditarik kesimpulan, kode etik berfungsi sebagai ’kompas’ penunjuk arah moral suatu profesi, serta ukuran profesionalitas seseorang. Kode etik merupakan produk etika terapan.

Sebab itu, kode etik selalu harus dilahirkan dari musyawarah. Bila tidak, sulit untuk bisa diterapkan. Menjadi percuma, bila nilai-nilai yang dicantumkan dalam etik tidak dijiwai dan dicita-citakan personal bersangkutan. Negara tentu punya peran penting untuk menegakan etik. Fungsinya, secara konsisten mengawasi. Indonesia sejak sepuluh tahun silam, sudah memiliki Dewan Pers. Tugas pokok lembaga tersebut jelas disebut dalam pasal 15 ayat 1 undang-undang no 40 tahun 1999, bunyinya; ”dalam upaya mengembangakan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.”

Walau Dewan Pers tak lagi berusia ’belia’ untuk ukuran lembaga negara. Namun angka pelanggaran etik, justru bergerak naik. Tahun lalu, ’penjaga moral’ pers ini mencatat 424 kasus pengaduan.

(27)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

mengumumkan pada tahun 2007, kasus pelanggaran etik mencapai 240 kasus atau 20 pengaduan. Tapi catatan 2008, sunguh menempatkan profesi jurnalis Indonesia diambang cemar. 34 kasus setiap bulan. Kronis! Apa sebabnya? Catatan dewan juga berpotensi

menyatakan kesadaran warga untuk mengawasi media menanjak. Tapi Alamudi lebih yakin, disebabkan lemahnya pengetahuan jurnalis terhadap kode etik. "Berdasarkan survei, hampir 85 persen wartawan atau jurnalis tidak pernah membaca kode etik jurnalistik," kata Alamudi. Tragis !

Alamudi mengatakan, dengan tidak pernah membaca kode etik jurnalistik maka sulit memahami Undang-undang Pers dan bagaimana menjalankan tugas jurnalistiknya dengan benar.

Menurut Alamudi, permasalahan kode etik yang sering dilanggar; tidak melakukan verifikasi pada narasumber. Seringkali lupa menerapkan asas praduga tak bersalah. "Tugas wartawan menyampaikan informasi, bukan menghakimi. Seorang tersangka tidak boleh dianggap bersalah sampai hakim menyatakan sebaliknya," kata Alamudi. Padahal verifikasi merupakan esensi jurnalisme. Uniknya, walau tak memiliki budaya jurnalisme investigasi. Sekat-sekat hukum acapkali turut dilompati. Padahal, investigasi memiliki konteks yang jauh beda dari jenis lainya. Kode etik, seakan takdirnya selalu bertabrakkan dengan hukum.

Hukum, tidak berpretensi menentukan sebuah tindakan etis atau tidak, hanya mengenal legal atau ilegal. Sejarah jurnalisme, mencatat sering media atau jurnalis secara sadar melawan hukum demi etika.

Kasus “Pentagon Papers” misalnya. The New York

Times memuat dokumen curian itu melanggar hukum.

Tanggungjawab etik, alasan editor-nya waktu itu, sehingga berani memuatnya. Pemerintah langsung mengugat, Koran itu dijerat dengan tuduhan membocorkan rahasia negara.

(28)

ModUL

BElaJaR

18

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

“Tanggungjawab fundamental sebuah media massa dalam masyarakat demokratis adalah mempublikasi informasi yang dapat membantu setiap warga negara Amerika Serikat untuk mengerti proses yang terjadi dalam pemerintah.” Tulis Koran tersebut dalam editorialnya 16 Juni 1971, sebagai ‘deklarasi’ menentang pemerintah meminta Koran tersebut menghentikan publikasi.

Beberapa hal yang sering menjadi bahan debat dalam setiap pertemuan jurnalis. Debat seru biasanya mengalir saat membicarakan sumber anonim. Kapan dan saat seperti apa sumber layak ‘ditutup’ identitasnya? Menarik sejenak mengingat kembali Bob Woodward, jurnalis The Washington Post. Lebih dari 30 tahun, ia menjaga kerahasian sumber anonim dari Gedung Putih yang membocorkan skandal watergate. Sampai Presiden Richard M Nixon, tumbang, tetap tak terbongkar si “Deep Throat”.

Selain sumber anonim, penyamaran juga sering dipertanyakan. Atas nama kepentingan publik, metode

undercover boleh atau tidak? Ada kisah seru ihwal ini. Chicago Sun-Times, sempat menjadi finalis Pulitzer,

namun para juri tak bersepakat memilihnya jadi jawara. Perkaranya, media tersebut membuat sebuah bar. Niatnya, mengungkap korupsi polisi. Tapi juri mempertanyakan demi story yang bagus, atau menjebak aparat?

Bukan hanya itu, alat rekam tersembunyi juga acap kali menjadi bahan debat panjang. Media televisi Indonesia, sering sekali mengunakan metode ini. Bahkan hanya sekedar untuk kepentingan buletin info artis. Adakah kepentingan publik untuk mengetahui hal-hal pribadi selebritis?

Bagaimana dengan boleh tidak menyergap narasumber untuk wawancara? Itu juga bisa menyebabkan diskusi tanpa ujung. Peristiwa narasumber ketakutan saat bersamaan berhadapan dengan mic, tipe atau kamera, jelas sudah menjadi keseharian jurnalisme Indonesia. Tapi, bolehkah itu?

(29)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

Terakhir yang selalu ‘panas’ bila dibahas, kisah politisi atau pejabat negara berselingkuh. Apakah aspek pribadi layak dipublikasikan? Bukankah itu penyebaran aib? Apakah prilaku itu mempengaruhi kinerjanya mengurus negara? Ada baiknya, dibahas dalam diskusi!

(30)

ModUL

BElaJaR

20

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

LAMPIRAN #1

Kode Etik

Jurnalistik

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik:

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Penafsiran

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik

(31)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

perusahaan pers.

b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi. c. Berimbang berarti semua pihak mendapat

kesempatan setara.

d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.

Pasal 2

Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Penafsiran

Cara-cara yang profesional adalah:

a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;

b. menghormati hak privasi; c. tidak menyuap;

d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi bagi kepentingan publik.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji

informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran

a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.

b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak secara proporsional.

c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta. d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip

tidak menghakimi seseorang.

Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Penafsiran

a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.

b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.

c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.

d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.

e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara

Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

(32)

ModUL

BElaJaR

22

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

Penafsiran

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak. b. Anak adalah seorang yang berusia kurang

dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6

Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran

a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.

b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.

Pasal 7

Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.

Penafsiran

a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.

b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan narasumber.

c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

d. “Off the record” adalah segala informasi

atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.

Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

Penafsiran

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui secara jelas.

b. Diskriminasi adalah pembedaan

perlakuan.

Pasal 9

Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

Penafsiran

a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati. b. Kehidupan pribadi adalah segala segi

kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.

Pasal 10

Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Penafsiran

a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun

(33)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

tidak ada teguran dari pihak luar.

b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.

b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.

c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers.

Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers

(34)

ModUL

BElaJaR

24

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

LAMPIRAN #2

Kode Etik AJI

[Aliansi Jurnalis Independen]

1. Jurnalis menghormati hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar.

2. Jurnalis senantiasa mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan dan keberimbangan dalam peliputan dan pemberitaan serta kritik dan komentar.

3. Jurnalis memberi tempat bagi pihak yang kurang memiliki daya dan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.

4. Jurnalis hanya melaporkan fakta dan pendapat yang jelas sumbernya.

5. Jurnalis tidak menyembunyikan informasi penting yang perlu diketahui masyarakat.

6. Jurnalis menggunakan cara-cara yang etis untuk memperoleh berita, foto dan dokumen.

7. Jurnalis menghormati hak nara sumber untuk memberi informasi latar belakang, off the record, dan embargo. 8. Jurnalis segera meralat setiap pemberitaan yang

diketahuinya tidak akurat.

9. Jurnalis menjaga kerahasiaan sumber informasi konfidensial, identitas korban kejahatan seksual, dan pelaku tindak pidana di bawah umur.

10. Jurnalis menghindari kebencian, prasangka, sikap merendahkan, diskriminasi, dalam masalah suku, ras,

(35)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

bangsa, politik, cacat/sakit jasmani, cacat/sakit mental atau latar belakang sosial lainnya.

11. Jurnalis menghormati privasi, kecuali hal-hal itu bisa merugikan masyarakat.

12. Jurnalis tidak menyajikan berita dengan mengumbar kecabulan, kekejaman kekerasan fisik dan seksual. 13. Jurnalis tidak memanfaatkan posisi dan informasi yang

dimilikinya untuk mencari keuntungan pribadi.

14. Jurnalis tidak dibenarkan menerima sogokan. (Catatan: yang dimaksud dengan sogokan adalah semua bentuk pemberian berupa uang, barang dan atau fasilitas lain, yang secara langsung atau tidak langsung, dapat mempengaruhi jurnalis dalam membuat kerja jurnalistik.)

15. Jurnalis tidak dibenarkan menjiplak.

16. Jurnalis menghindari fitnah dan pencemaran nama baik.

17. Jurnalis menghindari setiap campur tangan pihak-pihak lain yang menghambat pelaksanaan prinsip-prinsip di atas.

18. Kasus-kasus yang berhubungan dengan kode etik akan diselesaikan oleh Majelis Kode Etik.

(36)
(37)

Materi 3.

Reportase Dasar

TUJUAN

 Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui apa itu reportase

 Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui cara melakukan liputan

Dapat melaksanakan tugas dengan benar

KEGIATAN

 Teori  Diskusi

(38)
(39)

BAHAN

Reportase

PenganTar

Jurnalistik dalam bahasa Indonesia dikenal dengan padanannya “kewartawanan”. Demikian juga dalam Undang-Undang Pokok Pers Indonesia, dikenal dengan istilah kewartawanan. Kewartawanan adalah kegiatan, usaha yang sah yang berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan dan penyiaran berita dalam bentuk berita, pendapat, ulasan, gambar dan sebagainya dalam bidang komunikasi massa. Sedangkan wartawan maksudnya adalah orang yang melakukan pekerjaan kewartawanan. (Undang-Undang Pokok Pers Indonesia; pasal 1 ayat 3 dan ayat 4)

(40)

ModUL

BElaJaR

30

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

beberapa sarana media massa seperti:

 Surat kabar harian

 Surat kabar mingguan

Majalah

Radio

 Televisi

 Buletin, dsbnya

Di manapun seorang jurnalis bekerja ia harus memiliki atau menguasai terlebih dahulu dasar-dasar ilmu dan keterampilan jurnalis yang sama, dan yang sesuai dengan spesifikasi bidang tugas pada media tempatnya bekerja. Bahasa tulisan digunakan untuk mengkomunikasikan atau menyampaikan ide (pikiran), perasaan, ciptaan, informasi atas kejadian dan peristiwa (fakta) dengan berbagai bentuk tulisan.

Salah satu bentuk tulisan tersebut adalah berbentuk Berita (news story). Bentuk tulisan ini banyak digunakan jurnalis untuk disampaikan kepada umum melalui mass media. Agar mudah dibaca dan dipahami oleh umum, berita disusun tertulis sedemikian rupa sehingga berita tersebut dapat diterima, dibaca, dipahami dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari dosen di perguruan tinggi sampai kepada pesuruh di kantor desa, dari seorang jendral hingga prajurit, harus bisa memahami berita yang ditulis seorang jurnalis.

Bahasa yang digunakan tentu berbeda dengan bahasa buku atau bahasa laporan administrasi kantor. Bahasa seorang jurnalis dalam menulis berita untuk disiarkan di media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi bersifat umum dan tegas serta banyak menggunakan kalimat aktif. Hal ini karena masyarakat pembaca berita luas dan umum, sedikit berbeda dengan bahasa buku untuk penerbitan buku dengan pembaca yang terbatas.

PengerTian rePorTase

Reportase adalah kegiatan meliput, mengumpulkan fakta-fakta tentang berbagai unsur berita, dari berbagai sumber/ narasumber dan kemudian menuliskannya dalam bentuk berita (produk) jadi.

(41)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

Berdasarkan tahapan atau tingkatannya, seperti

dikemukakan dalam Vademekum Wartawan (1997), ada tiga, yaitu: reportase dasar, reportase madia (menengah), dan reportase lanjutan. Reportase dasar menghasilkan berita langsung (straight news), reportase madia

menghasilkan berita-kisah (news feature), dan reportase lanjutan menghasilkan berita analisis (news analysis). Berita adalah informasi hangat yang disajikan kepada umum mengenai apa yang sedang terjadi, informasi yang sering penting sekali untuk pria dan wanita yang mencoba memutuskan tentang apa yang harus dipikirkan dan bagaimana bertindak. Ini berarti, berita adalah laporan kejadian yang harus tepat pada waktunya, ringkas, cermat, dan bukan kejadian itu sendiri.

Empat pertanyaan harus dijawab oleh seorang reporter (syarat reportase), yaitu:

 Apa syarat utama menjadi reporter?  Apakah berita?

 Bagaimana proses pencarian berita?  Bagaimana menulis berita

Proses PeMbuaTan beriTa

Mempersiapkan peliputan

1.

Mencari informasi awal tentang kejadian yang bernilai berita

Informasi awal dapat diperoleh dari berbagai sumber. Media massa (koran harian, internet, radio, televisi) adalah salah satu sumber informasi yang terus mengalir tak pernah henti. Bisa pula dari berbagai sumber personal, seperti pimpinan lembaga, atau kolega (kenalan) yang bekerja untuk suatu perusahaan dan memiliki cukup informasi tentang perusahaan/ lembaga tersebut.

Contoh kejadian: rapat anggaran DPRD, wisuda

perguruan tinggi swasta, peresmian cabang baru bank syari’ah, lomba ilmiah remaja, seminar kebebasan pers/ berekspresi, peringatan hari bumi, pelatihan PR khusus BUMN.

(42)

ModUL

BElaJaR

32

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

dicari informasinya

Melakukan konfirmasi berarti mengecek kepastian; baik kepastian jadi-tidaknya acara, kepastian partisipan/ peserta, penyelenggara, pihak/ pejabat yang akan membuka acara, rangkaian berserta waktu/ lamanya acara, aturan atau tata tertib

peliputan (jika ada). Dengan demikian, reporter dapat mempersiapkan segala sesuatu; baik fisik, mental, peralatan, maupun tim peliput.

3.

Mendokumentasikan seluruh informasi yang didapatkan

Informasi yang didapatkan setelah peliputan perlu dikumpulkan, disatukan, ‘ditabung’ sehingga siap untuk diolah lebih lanjut menjadi berita. Informasi dapat berupa: keterangan tentang 5W+1H, foto-foto dokumentasi, press release, profil lembaga, pidato, pernyataan tertulis, komentar (wawancara) dua-tiga narasumber, dan kesaksian saksi mata.

Tahapan-tahapan reportase adalah sebagai berikut:  Menemukan peristiwa dan jalan cerita

 Cek, ricek, dan tripel cek jalan cerita  Memastikan sudut berita

 Menentukan sudut berita  Menentukan lead atau intro  Menulis berita

Menurut keluasan informasi yang diberikan reportase dibagi menjadi 3 (tiga):

 Reportase Dasar (straight news)  Reportase Madya (news feature)  Reportase Lanjutan (news analysis)

Tiga kegiatan jurnalistik diatas ibarat sebuah rumah. Reportase Dasar mutlak dipakai dalam Reportase Madya serta Reportase Lanjutan. Tetapi tidak demikian sebaliknya. Banyak teknik-teknik Reportase Lanjutan yang tidak perlu dipakai dalam Reportase Madya dan Reportase Dasar. Demikian juga halnya teknik Reportase Madya dalam Reportase Dasar.

(43)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

Perbedaan pokok diantara ketiganya adalah cakupan

informasi. Berita tidak lagi sekedar peristiwa langsung (straight) seperti pada Reportase Dasar, tetapi sudah dilengkapi dengan sosok (featured) seperti dalam Reportase Madya karena lebih luas informasinya. Atau akan menjadi Reportase Lanjutan, jika Reportase Madya tersebut dilengkapi dengan analisa (News analysys). Dja’far N. Assegaf, memberikan lima pegangan pokok dalam penerapan bahasa jurnalistik:

 Laporan berita harus bersifat menyeluruh.

 Ketertiban dan keteraturan mengikuti gaya menulis berita.

 Tepat dalam penggunaan bahasa dan tata bahasa.  Ekonomi kata harus diterapkan.

 Gaya penulisan haruslah hidup, punya makna, warna dan imajinasi.

Untuk dapat menguasai keterampilan jurnalistik, diperlukan latihan yang intensif dan terus menerus. Selamat mencoba.

(44)
(45)

Materi 4.

Angle Liputan

TUJUAN

 Mahasiswa dan Jurnalis Pemula menentukan isu dalam melakukan liputan  Tajam melihat angle

KEGIATAN

 Teori  Diskusi

(46)
(47)

BAHAN

Teknik Peliputan

Berbagai cara untuk mencari gagasan peliputan bisa dilakukan. Mulai dari ide melihat peristiwa sampai dengan gagasan yang melintas di kepala. Tentu saja setiap orang atau setiap lembaga media memiliki cara untuk mengembangkan liputan dari peristiwa yang terjadi. Bisa pula “diciptakan” sebuah gagasan baru untuk melakukan liputan bidang baru yang sama sekali tidak diperhatikan media lain. Membuat liputan baru merupakan tantangan tersendiri dan bisa menguras banyak energi. Namun peluang sukses yang bisa diikuti oleh media lain juga sangat besar.

(48)

ModUL

BElaJaR

38

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

kehabisan. Setiap hari selalu harus ada pilihan angle dan liputan yang bisa diangkat untuk diberitakan atau di “feature” kan.

Beberapa cara mencari ide liputan antara lain:

1.

Mengembangkan liputan yang sudah ada dalam

berbagai media massa. Manakala kita membaca, mendengar atau melihat media massa maka setiap orang memiliki sudut pandang sendiri. Sudut pandang yang sifatnya personal inilah yang bisa dibeberkan lebih luas dan mendalam dengan sebuah liputan cara baru. Harga kedelai yang melonjak menyebabkan tahu dan tempe mahal. Mungkinkah menyusuri kacang kedelai sampai ke industri perkebunan di luar negeri?

2.

Diskusi dengan rekan kerja atau kalangan profesional

dan praktisi. Menanyakan sesuatu kepada kaum profesional dan praktisi bisa melahirkan banyak gagasan. Dengan cara bertanya apa yang sedang berlangsung dan mengapa terjadi seperti ini -misalnya dalam kasus kedelai naik atau minyak mencapai 100 dollar per barel - maka apa implikasinya terhadap masyarakat bawah bisa melahirkan liputan segar. Diskusi yang produktif tentu diskusi yang tidak debat kusir. Pencarian ide dari diskusi merupakan sebuah cara yang mudah dilakukan.

3.

Membaca berita kecil yang tidak menarik tetapi mengandung potensi besar. Sebuah berita di surat kabar daerah atau lokal atau sebuah berita kecil di televisi juga berpotensi untuk mengundang gagasan baru. Penangkapan pembobol makam mungkin bisa dikembangkan seberapa luas terjadi pembobolan dan apa saja barang yang dicuri lalu siapa penadahnya. Cara ini bisa dilakukan setiap hari. Jika terlalu sukar bisa saja gagasan itu diendapkan dulu.

4.

Mengantisipasi peristiwa. Sebuah peristiwa yang terjadi tahunan misalnya mudik Lebaran bisa dijadikan inspirasi dalam penulisan atau liputan. Bisa dikembangkan angle yang luar biasa banyaknya. Berbagai peringatan dan upacara rutin bisa dijadikan bahan liputan baru jika dikaitkan dengan berbagai peristiwa yang berlangsung. Hari Pendidikan Nasional atau Hari Penerbangan merupakan sumber berita yang

(49)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

tidak akan ada habisnya.

5.

Peristiwa di luar negeri. Hukuman bagi koruptor di luar negeri seperti di Cina antara lain dengan eksekusi akan memunculkan ide bagaimana membuat jera koruptor. Tentu tidak sampai dengan hukuman mati namun banyak hal bisa dikembangkan dari peristiwa yang terjadi di mancanegara. Kita bisa mengembangkan banyak cerita di dalam negeri jika meminjam berbagai insiden di luar negeri.

Wilayah liPuTan

Keberhasilan seorang jurnalis, di samping kemampuannya menulis berita, ditentukan pula oleh keterampilannya menemukan fakta berita, juga kemampuannya menyesuaikan diri dengan situasi di lapangan.

Berdasar kepada situasi dan objek yang diamati, dapat dibedakan atas wilayah liputan:

1. Manusia dan situasinya

a. Alam terbuka; pasar, perjalanan, tempat kerja, tempat hiburan, tempat upacara, dan lain-lain. b. Ruang tertutup; upacara, rapat, pengadilan, rumah

sakit, tahanan, kantor, dan lain-lain.

2. Alam dan gejalanya Indah, subur, gersang, gunung, banjir, longsor dan sebagainya.

3. Binatang

Binatang peliharaan, sumber penyakit menular, kebun binatang, dan sebagainya.

Setelah mengetahui wilayah dan sudut berita langkah selanjutnya kita siapkan rencana, antara lain; jenis berita dan dampak yang diharapkan, tempat atau sumber berita dan jumlah sumber yang berkaitan/berelasi menentukan alat-alat yang dibutuhkan menghitung jumlah biaya yang harus disediakan memperkirakan jumlah waktu yang disediakan.

Rencana-rencana diatas akan sangat membantu menggambarkan secara keseluruhan tentang hasil, situasi dan keadaan yang bakal dihadapi di lapangan, membayangkan kendala-kendala yang mungkin ditemukan

(50)

ModUL

BElaJaR

40

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

dan cara-cara mengatasinya.

liPuTan laPangan

Ketika berada di lapangan mengadakan observasi, jurnalis akan merekam peristiwa atau fakta yang ditemukan tersebut secara teratur, sesuai dengan rencana berita. Di sini kita dituntut untuk menggunakan seluruh alat indera; mata, telinga, hidung, kulit, lidah serta intuisi. Seluruh fakta tersebut disimpan dan diendapkan untuk kemudian direproduksi kembali dalam bentuk tulisan (berita). Ketelitian sangat dibutuhkan untuk menangkap fakta. Ketidaktelitian akan menimbulkan efek yang buruk, baik ketika menyusun berita ataupun setelah berita disiarkan.

(51)

Materi 5.

Bahasa dan Penulisan

TUJUAN

 Mahasiswa dan Jurnalis Pemula dapat menulis laporan dengan bahasa yang baik

 Mengetahui metode

penulisan yang baik

KEGIATAN

 Teori  Diskusi

(52)
(53)

Bahasa dan Penulisan

akurasi Penulisan

Akurasi dalam penulisan berita sangat penting artinya. Salah satu krediilitas tulisan sangat dipengaruhi ini.

Kesalahan kita dalam detail-detail kecil bisa merusak selera orang untuk membaca dan membuat kepercayaan orang kepada tulisan itu berkurang. Beberapa detail itu antara lain; nama, jabatan, tempat dan kutipan.

Penggunaan isTilah asing

Tulisan di media diharapkan menjangkau sebanyak mungkin pembaca. Oleh karena itu, istilah dan idiom yang digunakan, juga sebisa mungkin harus yang mudah dimengerti. Kalau ada istilah asing, terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Begitu juga dengan bahasa daerah.

BAHAN

(54)

ModUL

BElaJaR

44

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

Kecuali terpaksa.

hindari singkaTan aTau akroniM yang berlebihan

Penggunaan singkatan memang tidak dilarang sepanjang proporsional. Namun, kalau bisa, hindari pemakaiannya. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi singkatan adalah dengan membuat kata ganti yang berasal dari kata depan lembaga.

Lembaga Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Kata ganti Departemen Tenaga Kerja

Perusahaan PT Angin Kencang Sehari Semalam Kata ganti PT Angin

Mengurangi Pengulangan

Pengulangan dalam tulisan terjadi dalam banyak bentuk. Entah itu nama orang, kata kerja mauapun kata sifat. Pengulangan ini mengurangi rasa bahasa dari sebuah tulisan. Salah satu cara menguranginya adalah dengan menyediakan kata ganti sebanyak-banyaknya.

Untuk kata ganti orang bisa dengan menyebutkan identitas lain atau informasi tambahan tentang nara sumber. Misal, asal sekolah, istri, anak, penghargaan, karya dan semacamnya. Identitas-identitas itu bisa menjadi kata ganti yang memberi warna pada tulisan.

Untuk mencegah pengulangan kata kerja dan kata sifat bisa dengan memperkaya kosa kata. Tentu saja tetap harus akurat.

uTaMakan deskriPsi

Tulisan yang kuat dan bagus sangat kaya dengan fakta. Entah itu fakta obyektif maupun fakta psikologis. Fakta psikologis itu bisa berupa pernyataan atau pandangan-pandangan pribadi seseorang. Sedang fakta obyektif adalah peristiwa. Dalam tataran fakta obyektif inilah deskripsi itu penting dipakai. Dan, ini juga bisa memperkuat argumentasi kita dalam tulisan bahwa kita memang mengetahui kejadian itu. Salah satu caranya adalah dengan deskripsi yang kuat. Misal, kita menuliskan bahwa ada pertemuan yang membahas soal pembahasan tentang suatu masalah. Dalam deskripsi, harus tergambar

(55)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

suasana rapatnya. Kapan pelaksanaanya, siapa saja yang datang, apa saja perdebatannya. Siapa ngomong apa. Ada yang berdebat, nggak. Dan deail-detail lainnya.

Deskripsi yang bagus tak hanya mendapatkan argumentasi meyakinkan tentang rangkaian fakta yang membangun hipotesa kita. Selain itu juga memamerkan kepada pembaca bahwa penulis tahu banyak soal kasus tersebut. Termasuk detail seperti itu.

PeMakaian kuTiPan

Pemakaian kutipan disarankan untuk proporsional. Untuk pernyataan yang sifatnya penting dan kontroversial, gunakanlah kutipan langsung. “Saya menolak keputusan itu,” kata salah seorang pejabat. Begitu juga sebaliknya. Kalau pernyataan itu sifatnya umum, jadikan saja jadi kutipan tidak langsung. Apalagi jika kutipan itu brupa petunjuk dan data. Karena disampaikan dalam bahasa lisan, biasanya kutipan seperti itu agak susah dicerna kalau dikutip langsung.

saTu Tulisan, saTu fokus

Saat membuat berita kita dianjurkan untuk menulis satu ide dalam satu kalimat. Ini membuat kalimat itu mudah dicerna. Begitu juga dengan tulisan. Dalam tulisan panjang, pemisahan tulisan dalam beberapa bagian adalah salah satu cara yang lazim dipakai.

Dalam Tempo Edisi NO. 28/XXX/10 - 16 September 2001, tulisan tentang amplop dan sogok di DPR itu dipecah menjadi 7 tulisan. Judulnya:

Tiga Lembar Cek dari Senayan (tulisan utama)

Antara Senayan dan Gresik

Indira Damayanti Sugondo: "Amplop-Amplop itu Berseliweran"

Gaji Besar, tapi Hibah Lebih Besar

Pundi yang Tiba-Tiba Membengkak

Yang Tersembunyi di Laci Komisi

Dewan untuk Ke(tidak)hormatan Anggota

Hati-Hati penggunaan anak kalimat

(56)

ModUL

BElaJaR

46

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

menyisipkan informasi ke dalam suatu kalimat. Namun, penggunaan anak kalimat yang panjang dan rumit bisa membuat kalimat itu tak bisa langsung dipahami. Salah satu contoh sederhananya begini:

Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan, dipastikan mengikuti Pemilu Presiden putaran kedua.

Kalimat itu bisa dipecah dengan cara begini:

Susilo Bambang Yudhoyono dipastikan mengikuti Pemilu Presiden putaran kedua. Mantan Menteri Koordinator bidang Politik dan Keamanan itu...

pemiliHan kata (Diksi)

“Mulutmu, Harimaumu.” Kalimat ini deskripsi tepat tentang bahayanya lidah dan kata. Dalam salah satu aksi demonstrasi, misalnya terjadi bentrok yang berujung pada pemukulan terhadap mahasiswa. Kita bisa teliti, apa yang ditulis media keesokan harinya untuk medeskripsikan peristiwa itu? Polisi memukuli mahasiswa? Polisi menggebuki mahasiswa? Polisi menghajar mahasiswa? Atau apa? Manakah kata yang paling tepat?

Tentu saja kita harus merujuknya kepada peristiwa di lapangan. Carilah kosa kata yang paling mendekati kebenaran. Untuk itu, pengujian silang sangat diperlukan. Begitulah dalam kita memilih kata untuk mendeskripsikan masalah-masalah lainnya.

ekonoMi kaTa

Salah satu penyakit dari penulis pemula adalah kurang hemat dalam kata-kata. Mungkin karena banyak data yang didapat sehingga merasa perlu memasukkan semuanya dalam berita. Atau, karena anglenya kurang tajam. Padahal, space media terbatas. Karena itulah, prinsip ekonomi kata itu juga penting.

Memang tak semata-mata soal ketersediaan tempat. Yang juga tidak bisa diabaikan adalah rasa bahasa dari tulisan. Tulisan yang tidak ekonomis akan terlihat bertele-tele. Sebab, ada kalimat yang sebenarnya tak memiliki makna

(57)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

banyak tapi tetap dimasukkan. Padahal, kalau dibuang, itu tak mengganggu makna kalimat.

Ekonomi kata bisa dilakukan atas kata atau kalimat. Kata yang bisa dihemat antara lain; tetapi jadi tapi, daripada jadi dari, dan sebagainya. Untuk kalimat, harus dilakukan dengan membaca kalimat secara utuh. Setelah itu dilacak kata-kata yang tak memberi arti kepada kalimat

(58)
(59)

Materi 6.

Teknik Wawancara

TUJUAN

 Mahasiswa dan Jurnalis Pemula mengetahui bagaimana melakukan wawancara  Bentuk-bentuk wawancara  Menembus narasumber

KEGIATAN

 Teori  Diskusi

(60)
(61)

Teknik Wawancara

Wawancara barangkali merupakan salah suatu bentuk kagiatan jurnalistik yang paling penting dan paling sulit. Wawancara menuntut sejumlah keterampilan; pengetahuan yang cukup, diplomasi, energi, keterampilan manusiawi, ketekunan dan keberanian.

Wawancara yang bagus seringkali kedengaran seperti orang bercakap-cakap, namun orang bercakap-cakap bukanlah wawancara. Percakapan biasa cenderung tidak tersusun dengan baik; dan tidak selalu bertujuan jelas. Sedangkan wawancara mengikuti rencana tertentu. Suatu wawancara dirancang untuk memperoleh informasi atau untuk menguji kebenaran suatu argument. Jadi, sangat penting untuk itu dan persisnya apa yang ingin anda

BAHAN

(62)

ModUL

BElaJaR

52

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

peroleh dari wawancara itu.

benTuk WaWancara

Berdasarkan bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan, wawancara dapat dibedakan atas tujuh macam:  Man in the street interview

 Casual interview  Personality interview  News interview  Telephone interview

 Prepared question interview  Group interview

Man in The sTreeT inTervieW

Menanyai orang-orang di jalanan, untuk mengetahui tanggapan dan pendapat khalayak terhadap peristiwa tertentu. Orang-orang yang ditanyai/tanggapan tidak ditentukan, tetapi dipilih secara acak. Kelemahan dari wawancara jalanan ini adalah sempitnya waktu untk mengajukan pertanyaan serta untuk memberikan kejelasan. Dengan demikian reaksi yang diwawancarai akan dangkal pula, karena keterbatasan waktu. Untuk lebih amannya dari tuduhan mengada-ada

sebaiknya menggunakan recorder waktu wawancara serta kamera, sebab yang diwawancarai sulit ditemukan kembali untuk re-checking.

casual inTervieW

Adalah wawancara yang dilakukan secara mendadak atau mendesak, atau wawancara yang dilakukan lantaran kebetulan bertemu dengan nara sumber yang relevan dengan masalah yang tengah aktual.

PersonaliTy inTervieW

Atau wawancara mengenai pribadi seseorang yang ditokohkan. Biasanya dimuat dalam bentuk profil, tokoh siapa dan mengapa yang menonjolkan sikap dan pandangannya yang patut dijadikan contoh yang baik oleh khalayak. Wawancara pribadi juga bisadilakukan terhadap orang yang menunjukkan keluarbiasaan, aneh dan bertingkah eksklusif.

(63)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

neWs inTervieW

Adalah satu bentuk wawancara yanbg paling banyak digunakan jurnalis dalam mengumpulkan fakta yang akan disiarkan, baik sebagai sumber berita, maupun untuk mendapatkan suatu konfirmasi atas fakta lainnya. Biasanya, wawancara berita ini dilakukan untuk

mendapatkan bahan berita langsung (straight news) sesuai dengan penetapan jadwal berita (news schedule).

TelePohone inTervieW

Telephone interview adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan telepon, sering digunakan untuk berita-berita yang sangat mendesak deadline. Atau yang sering kita lihat akhir-akhir ini di televisi wawancara dengan nara sumber langsung dilakukan pada saat siaran berlangsung. Kelemahan interview ini, tidak bisa mengetahui reaksi dan mimik air muka yang diwawancarai.

PrePared quesTion inTervieW

Adalah wawancara yang sering digunakan mass media untuk memperoleh tanggapan dan pendapat terhadap hal-hal yang rumit, menyangkut data-data, dan menyangkut disiplin keilmuan.

Untuk jenis ini, daftar pertanyaan dipersiapkan dan ditulis terlebih dahulu kepada nara sumber atau dikirimkan melalui pos atau kurir. Saat nara sumber menjawab pertanyaan yang mewawancarai tidak perlu hadir. Wawancara tertulis ini akan memberikan waktu yang cukup kepada nara sumber guna mempertimbangkan dan memberikan jawabannya.

grouP inTervieW

Group interview adalah wawancara antara serombongan jurnalis dengan sekelompok nara sumber, bisa juga disebut symposium.

Wawancara seperti ini biasanya dimulai dengan sejenis konferensi pers yang kemudian dilanjutkan dengan menghadirkan sekelompok sumber (ahli) dan jurnalis juga

(64)

ModUL

BElaJaR

54

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

terdiri atas beberapa media.

Wawancara (interview) adalah salah satu cara wartawan untuk mendapatkan berita besar secara eksklusif, yakni berita yang tidak bisa dimiliki oleh media lain. Sebelum melakukan wawancara, seorang jurnalis harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya, agar wawancara berlangsung dengan baik sebagaimana yang diharapkan antara lain:

 Tentukan sasaran/topik yang akan ditanyakan. pelajari

juga latar belakang dari nara sumber.

Pelajari sebanyak mungkin segala sesuatu yang menyangkut topic yang hendak diajukan kepada nara sumber.

 Siapkan semua alat bantu yang dibutuhkan (buku

catatan, pena, kamera, dan sebagainya).

Setelah menetapkan topik atau masalah yang hendak ditanyakan, kita sebaiknya menuliskan daftar pertanyaan, fakta-fakta, atau pandangan yang akan dikorek dari nara sumber.

Suatu wawancara dapat bersifat ringan, seperti obrolan, bahkan menghibur. Ada juga wawancara yang semata berisi fakta. Wawancara berusaha menjawab pertanyaan dasar seperti siapa? Apa? di mana? dan kapan? Inilah pertanyaan mudah dan dalam beberapa hal memang itulah yang diperlukan. Namun kita bisa menambahkan pertanyaan analisa seperti apa? dan mengapa?

Tentu ada banyak cara untuk melakukan wawancara bagi suratkabar, radio atau televisi, namun secara umum ada beberapa aturan yang berlaku apapun medianya.  Putuskan apa yang menjadi fokus wawancara dan

apa yang dapat diliput secara realistis mengingat pertimbangan waktu yang tersedia. Fokus ini harus tidak terlalu sempit dan tidak terlalu luas.

 Buatlah persiapan. Cek nama, terutama nama orang yang akan Anda wawancara, fakta-fakta dan angka-angka. Ketegasan anda dan kerjasama dari orang yang anda wawancara akan berpengaruh bila anda membuat kesalahan dan bodoh atas kesalahan fakta.  Buatlah garis besar apa persisnya yang Anda inginkan

(65)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

dari wawancara itu (anda bisa menulisnya dalam

secarik kertas atau membayangkan dalam kepala anda). Anda bisa juga menulis pertanyaan-pertanyaan anda di kertas sebagai panduan, namun jangan pernah mengikuti pertanyaan itu sepenuhnya. Anda bisa lupa pokok persoalan yang sangat penting untuk ditanyakan jika anda hanya berkonsentrasi pada urutan-urutan pertanyaan tertulis yang sudah anda biat tanpa menghiraukan jawaban yang mengalir dari orang yang anda wawancara.

 Bicarakan topik wawancara dengan orang yang anda wawancara. Dia harus mengetahui hasil apa yang anda inginkan dari wawancara itu, sehingga dia dapat siap dengan jawaban yang layak untuk dibaca didengar atau dilihat oleh khalayak.

 Lebih baik wawancara dilakukan sendiri saja.

Wawancara di depan banyak orang lain dapat berubah menjadi seperti pertunjukkan.

 Dengarkan selalu apa yang dikatakan oleh orang yang anda wawancara dan berikan respon selayaknya.  Selama wawancara itu anda harus tetap independen.

Bersikaplah tegas, otoritatif dan menantang, namun anda harus tetap sopan dan bersikap adil.

 Jangan biarkan orang yang anda wawancara mengendalikan jalanya wawancara dan malah mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan harus pendek dan tepat, langsung ke permasalahan. Dengan mengajukan pertanyaan yang panjang dan rumit, anda hanya akan membingungkan orang yang anda wawancara dan audiens.

Berikut beberapa saran yang mungkin membantu:

1.

Tanyakan apa yang kira-kira juga ingin ditanyakan oleh pembaca/pendengar anda

2.

Hindari pertanyaan ‘tertutup’ yang bisa dijawab dengan ‘ya’ atau ‘tidak’. Orang yang sulit mungkin akan memberikan jawaban seperti itu. Lebih banyak anda memulai pertanyaan dengan kata Apa. Siapa. Mengapa, Bagaimana, Kapan dan Di mana?

3.

Ajukan pertanyaan satu demi satu. Orang yang anda wawancarai (dan anda sendiri) mungkin lupa atau

(66)

ModUL

BElaJaR

56

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

dengan sengaja menghindari pertanyaan yang kedua atau ketiga

4.

Jangan membuat asumsi. Seseorang yang

berpengalaman mungkin akan mengatakan sesuatu untuk membelokkan wawancara. Dia juga mungkin juga dapat menunjukkan bahwa anda tidak paham akan apa yang sedang anda bicarakan.

5.

Jangan mengajak bertengkar! Kalau anda kehilangan kesabaran atau mengambil sikap memihak, orang yang anda wawancarai mungkin akan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menentang anda secara langsung dan mengambil alih kendali jalannya wawancara.

6.

Jangan pernah mencoba mencakup topik yang terlalu luas.

7.

Buatlah pertanyaan akhir untuk membungkus pertanyaan anda.

Dalam proses wawancara, si pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh dari orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai dan tidak-mengancam, yakni suasana yang kondusif bagi berlangsungnya wawancara.

Dalam prakteknya, berbagai pikiran muncul di benak si pewawancara ketika wawancara sedang berlangsung. Seperti: Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah terlihat ia bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?

Seorang pewawancara secara sekaligus melakukan berbagai hal: mendengarkan, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat. Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan

kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti pasif atau menjadi pendengar yang baik. Seberapa sukses suatu wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan yang ini secara pas, sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang

(67)

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

diwawancarai.

Sifat wawancara bermacam-macam, tergantung dari informasi apa yang diinginkan si pewawancara dan bagaimana situasi serta kondisi yang dihadapi orang yang diwawancarai. Sifat wawancara bisa sangat bervariasi, dari yang biasa-biasa saja sampai yang antagonistik. Dari yang mempertunjukkan luapan perasaan sampai yang bersifat defensif dan menutup diri.

Jika seorang wartawan mewawancarai seorang pejabat pemerintah tentang keberhasilan salah satu programnya, tentu si wartawan akan mendapat tanggapan yang baik dan panjang-lebar. Namun jika si wartawan mencoba mengungkap praktek korupsi yang diduga dilakukan oleh pejabat bersangkutan, tentu si pejabat akan bersikat defensif bahkan tertutup.

Wartawan yang baik harus mengerti bagaimana cara “memegang” orang yang diwawancarai dan menangani situasi. Wartawan harus bisa merasakan, apa yang harus dilakukan pada momen tertentu ketika berlangsung wawancara –kapan ia harus bersikap lembut, kapan harus ngotot atau bersikap keras, kapan harus mendengarkan tanpa komentar, dan kapan harus memancing dengan pertanyaan-pertanyaan tajam.

PersiaPan WaWancara

Persiapan-persiapan tersebut penting untuk mendapat perhatian, karena jangan sampai mempermalukan diri sendiri, lebih-lebih lembaga yang menjadi induk dari kegiatan wawancara ini. Dengan persiapan yang matang insya Allah mampu menggali sumber berita atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan berita dan sekali lagi sebelum bertemu dengan nara sumber cek ulang peralatan jurnalistik.

Untuk mendapatkan hasil yang baik maka harus mampu menemukan orang yang, sesuai dengan bidang dan keahlian, atau bisa juga karena hobi terkait dengan permasalahan yang akan menjadi topik wawancara. Misalnya, soal kerusakan lingkungan tentunya wawancara

(68)

ModUL

BElaJaR

58

[

MEnulIS aCEh dalaM daMaI

]

di arahkan kepada orang-orang menguasai masalah tersebut, sehingga pembicaraan ‘nyambung’.

Kalau sudah ada janji mau wawancara dan waktu sudah ditentukan maka sudah selayaknya menepati waktu yang sudah disepakati bersama. Namun wawancara itu bisa dilakukan di manadan kapan saja, asal sama-sama dalam kondisi yang memang sifatnya serba mendadak, tetapi penguasan masalah tetap harus dipegang, supaya informasi yang didapatkan sesuai dan memberi nilai tambah pada berita yang diharapkan.

Wawancara bisa dilaksanakan di mana saja, seperti di depan pintu, ketika nara sumber sedang masuk mobil asal nara sumber memberi kesempatan seperti itu. Namun itu diperlukan persiapan matang dari wartawan yang bersangkutan, terutama pengenalan lebih dulu pewancara dengan nara sumber.

Untuk melakukan wawancara memerlukan persiapan dengan langkah-langklah sebagai berikut:

Pertama, sebelum melakukan wawancara harus

menguasai persoalan yang akan dipercakapkan, kalau perlu membuat daftar pertanyaan dari yang bersifat umum sampai detail.

Kedua, tahapan berikutnya menentukan arah

permasalahan yang digali dengan dilengkapi berbagai berita berkaitan dengan bahan yang akan dijadikan bahan wawancara.

Ketiga, setelah menentukan permasalahan,

menetapkan siapa-siapa saja yang akan menjadi nara sumber untuk diwawancarai. Dalam hal ini harus jelas kriterianya mengapa dalam masalah ini harus mewawancarai nara sumber tersebut.

Keempat, mengenali sifat-sifatnya yang akan menjadi

nara sumber sebelum terjadi wawancara. Untuk mengenali lebih dekat nara sumber, bertanya kepada oranglain yang tahu atau dekat dengan nara sumber, atau membaca tulisan dan riwayat hidup termasuk

Referensi

Dokumen terkait

NARA REBRISAT B 111 13 392 Pada FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017.. 1745/Pid.Sus/2016/PN.MKS) dibimbing oleh Bapak Slamet Sampurno selaku Pembimbing I

Lemahnya ukuran yang dimiliki oleh perusahaan mengindikasi adanya keagagalan laporan keuangan yang tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya, dalam

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran bergantung pada tujuan,

bersumber pada Badan Pusat Statistik Tahun 2016 ... Proses Isolasi Bakteri Tanah dengan cara Pengenceran Bertingkat ... Pola Pertumbuhan 10 Isolat Rhizobakteri Tanaman

Peneliti lain telah melakukan penelitian tentang sifat konduktivitas yang tergantung frekuensi dan suhu, dimana pada suhu tertentu suatu bahan mengalami cacat

Mereka menikmati keindahan alam yang dimiliki oleh Wisata Pantai Dalegan. Udaranya yang sejuk dikarenakan banyak pepohonan yang berada disepanjang tepi pantai serta

Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu

Ayat-ayat sabi>lillah yang arah pembahasannya seputar qita>l atau perang ada 17 ayat yang tersebar di dalam al-Qur’an. Ayat-ayat perang tersebut berisi legalitas dan