• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN DAERAH"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1611

PENGEMBANGAN KAWASAN TRANSMIGRASI BERBASIS

KOMODITAS UNGGULAN DAERAH

Ilham Idrus

Dosen Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar Jl.Perintis Kemerdekaan KM 9 NO 29 Kampus UIM, Tlpn 0411-588-167

Email :ilhamidrus@uim-makassar.ac.id

ABSTRAK

Transmigrasi sebagai model pembangunan komunitas masyarakat mempunyai tiga sasaran pokok. Pertama, meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi (transmigrasi dan masyarakat sekitar permukiman transmigrasi). Kedua, membangun kemandirian (transmigran dan masyarakat sekitar permukiman transmigrasi), dan ketiga, mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi, sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Esensi dari ketiga sasaran tersebut diharapkan dapat membangun komunitas masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan pengembangan potensi sumberdaya wilayah. Untuk membangun komunitas masyarakat yang demikian, tentunya memerlukan proses perencanaan (yang melibatkan pihak-pihak terkait) secara terintegrasi, menyeluruh dan terdiri atas tahapan yang jelas, dengan memperhatikan aspek sosial budaya, ekonomi, hukum, administrasi dan (bahkan) aspek politik. Kecamatan Basidondo dan Kecamatan Lampasio hingga saat ini, kedua kecamatan tersebut belum memperlihatkan kondisi ideal sebagai penghasil tanaman pangan dan perkebunan, padahal kondisi wilayah kedua kecamatan sangat mendukung pengembangan komoditas tersebut. Kondisi aktual itulah yang melatarbelakangi pemilihan objek penelitian, untuk mengkaji, menganalisis dan merumuskan model pengembangan kawasan transmigrasi tersebut dengan model pengembangan berbasis pada komoditas unggulan.

Kata kunci : komoditas, transmigasi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transmigrasi sebagai model pembangunan komunitas masyarakat mempunyai tiga sasaran pokok. Pertama, meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi (transmigrasi dan masyarakat sekitar permukiman transmigrasi). Kedua, membangun kemandirian (transmigran dan masyarakat sekitar permukiman transmigrasi), dan ketiga, mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi, sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Esensi dari ketiga sasaran tersebut diharapkan dapat membangun komunitas masyarakat melalui upaya pemberdayaan dan pengembangan potensi sumberdaya wilayah. Untuk

membangun komunitas masyarakat yang demikian, tentunya memerlukan proses perencanaan (yang melibatkan pihak-pihak terkait) secara terintegrasi, menyeluruh dan terdiri atas tahapan yang jelas, dengan memperhatikan aspek sosial budaya, ekonomi, hukum, administrasi dan (bahkan) aspek politik (Bintang Yulisetyaningtyas, 2008).

Kecamatan Basidondo dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi sebesar 1,99 persen dan Kecamatan Lampasio dengan laju pertumbuhan terendah 0,44 persen (Sumber : Data BPS Tahun 2010) menempatkan transmigran asal Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa barat serta masyarakat transmigrasi lokal. Keseharian, masyarakat transmigran mengolah lahan pekarangan dan hanya

(2)

1612 ditanami dengan tanaman jangka pendek berupa sayur-sayuran dan kacang‐kacangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selain mengharapkan bantuan/jatah hidup dari pemerintah, meskipun beberapa lahan usaha telah diolah dengan tanaman perkebunan dan pertanian dengan produksi yang sangat terbatas.

Masalahnya kemudian, bahwa masyarakat transmigran yang sudah bermukim kurang lebih 6 (enam) tahun tidak lagi berhak mendapatkan jatah hidup dari pemerintah. Lalu, bagaimana masyarakat dapat meningkatkan produktifitas hasil pertanian dan perkebunan? Memang, masyarakat juga dibekali dengan lahan usaha untuk pertanian seluas kurang lebih 2 (dua) hektar untuk masing-masing KK tapi pada umumnya dalam kondisi yang belum layak olah sehingga belum berproduksi secara optimal. Kawasan permukiman belum dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang. Akibatnya, masyarakat kesulitan melakukan aktifitas keseharian baik kegiatan ekonomi ataupun berinteraksi dengan sesama warga antara lain dikarenakan oleh kondisi jalan dan drainase yang masih minim serta jaringan listrik dan telekomunikasi belum memadai.

Hingga saat ini, kedua kecamatan tersebut belum memperlihatkan kondisi ideal sebagai penghasil tanaman pangan dan perkebunan, padahal kondisi wilayah kedua kecamatan sangat mendukung pengembangan komoditas tersebut. Kondisi aktual itulah yang melatarbelakangi pemilihan objek penelitian, untuk mengkaji, menganalisis dan merumuskan model pengembangan kawasan transmigrasi tersebut dengan model pengembangan berbasis pada komoditas unggulan.

Melihat potensi wilayah kedua kecamatan tersebut di kabupaten Toli-toli dari sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor yaitu subsektor pertanian tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan sangat memegang peranan penting dalam menopang roda perekonomian masyarakat setempat, misalnya pada subsektor pertanian tanaman pangan untuk

produksi palawija tahun 2010 mengalami penurunan kecuali komoditi kacang hijau mengalami peningkatan, di tahun 2010 dari 17 jenis tanaman sayur-sayuran yang mempunyai produksi terbesar adalah sayuran jenis cabe yang mencapai 13.908 ton. Komoditi tanaman perkebunan yang merupakan komoditi perdagangan mempunyai peranan strategis, karena disamping merupakan sumber penghasilan devisa Negara, juga yang lebih penting lagi adalah mencakup rangkaian kegiatan produksinya, termasuk peluang terbukanya lapangan kerja yang cukup. Dari ruang lingkup usahanya, maka perkebunan dibagi dalam dua golongan yakni perkebunan besar dan perkebunan rakyat.

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah desa-desa yang merupakan daerah peruntukan kawasan transmigrasi yang terdapat di Kecamatan Basidondo dan Kecamatan Lampasio yang berjumlah 15 (lima belas) desa yang berada dalam wilayah Pemerintah Kecamatan Basidondo dan Kecamatan Lampasio di Kabupaten Toli-Toli propinsi Sulawesi Tengah.

2.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya jika dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan) dan gabungan ketiganya (Syahmuddin, 2010).

(3)

1613

ANALISA DAN PEMBAHASAN

3.1 Spesifikasi Model (Model Specification).

Spesifikasi model pengukuran meliputi aktivitas mendefinisikan variabel latent, variabel teramati dan hubungan antara variabel latent dengan variabel teramati. Pada penelitian ini, arahan kebijakan pemerintah (KP) dan bentuk kerjasama dan partisipasi masyarakat (PM) digunakan sebagai salah satu variabel yang dapat mempengaruhi jenis-jenis komoditas unggulan (KU). Untuk lebih jelasnya, spesifikasi model pengukuran untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Persamaan ukur variabel eksogen (bebas).

a. Arahan kebijakan pemerintah (KP) terdiri dari KP1, KP2, KP3 dengan menggunakan rumus :

KP1 = 1KP1 + 1 KP2 = 2KP2 + 2 KP3 = 3KP3 + 3

b. Bentuk kerjasama dan partisipasi masyarakat (PM) terdiri dari PM1, PM2, PM3, PM4 dengan menggunakan rumus : PM1 = 1PM1 + 1 PM2 = 2PM2 + 2 PM3 = 3PM3 + 3 PM4 = 4PM4 + 4

c. Komoditas unggulan (KU) terdiri dari KU1, KU2, KU3, KU4, KU5 dengan menggunakan rumus : KU1 = 1KU1 + 1 KU2 = 2KU2 + 2 KU3 = 3KU3 + 3 KU4 = 4KU4 + 4 KU5 = 5KU5 + 5

2. Persamaan ukuran variabel endogen (terikat).

Pengembangan kawasan transmigrasi (PK).

PK1 = 1PK1 + 1 PK2 = 2PK2 + 2

PK3 = 3PK3 + 3

Model penelitian dimodifikasi dari kerangka pemikiran yang kemudian dituangkan dalam paradigma penelitian (gambar 1).

Gambar. 1. Paradigma Penelitian

3.2 Estimasi (Estimation)

Dalam tahap ini akan dilakukan estimasi dengan menggunakan Maximum Likehood Estimation. Menurut Gazali dan Fuad (2005 : 39), untuk kuisioner yang menggunakan skala ordinal, maka metode yang tepat digunakan adalah Maximum Likehood Estimation.

(4)

1614

3.3 Uji Kecocokan (Testing Fit)

Tabel 1. Uji Kecocokan (Testing Fit)

No Ukuran Derajat Kecocokan Keterangan Tingkat Kecocokan yang bisa diterima 1 Chi Square Normed Chi Square (x2/df) Menguji apakah kovarians populasi yang diestimasi sama dengan kovarians sampel (apakah model sesuai dengan data) rasio perbandingan antara nilai chi-square dengan degrees of freedom Batas bawah = 1.0 Batas atas = 2.0 atau 3.0 dan x2/df > 5 2 Non-Centraly Parameter (NCP) mengukur tingkat penyimpangan antara simple covariance matrix dan fitted (model).

Kecil 3 Goodness of Fit Indices (GFI) Suatu ukuran mengenai ketepatan model dalam menghasilkan observed matriks kovarian 0.80≤ GFI 0,9 4 Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) Rata-rata perbedaan degree of fredom yang diharapkan terjadi dalam populasi, dan bukan sampel

RMSEA≤ 0,08 (good fit) RMSEA< 0,05 (close-fit) 5 Expected Cross Validation index (ECVI) Mengukur penyimpangan antara fitted (model) matriks kovarian pada sampel yang dianalisis dan kovarian matrik yang akan diperoleh pada sampel lain, tetapi memiliki ukuran sampel yang sama besar ECVI < ECVI Saturated dan ECFI for independen ce model 6 CFI (Comparative Fit Index) Uji kelayakan model yang diusulkan dengan model dasar CFI > 0,9 3.4 Respesifikasi (Respesification)

Apabila model yang telah dirancang menghasilkan out put yang tidak memenuhi ketentuan kesesuain model, maka perlu

dilakukan perubahan. Perubahan tersebut dapat dilakukan dengan menghapus koefisien jalur yang tidak berarti atau menambah jalur pada model yang didasarkan kepada hasil empiris (Bachrudin & Tobing, 2003: 69).

3.5 Interpretasi dan Komunikasi (Interpretation and communication)

Setelah ditemukan model penelitian yang memenuhi ketentuan model penelitian yang sesuai, maka akan dilakukan penyajian melalui diagram path yang menunjukkan tingkat hubungan antar variabel penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-Dasar

Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Ambardi, Urbanus M dan Prihawantoro.S. 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah,. BPPT.

Budihardjo, Eko dan Djoko Sudjarto. 1999.

Kota Bekelanjutan. YAI–TFF. Bandung : Alumni.

Data dan Informasi Kehutanan Propinsi Sulawesi Tengah, Pusat Inventarisasi dan Statistik Kehutanan Badan Planologi Kehutanan Departemen Kehutanan, 2002. Halim, Dk. 2008. Psikologi Lingkungan

Perkotaan. Bumi Angkasa. Jakarta.

Kabupaten Toli-Toli Dalam Angka. 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Toli-Toli, 2010.

Manuwijaya, Mirwanto, 2004, Mengenal dan Memahami Transmigrasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Transmigrasi.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Toli-Toli

2006-2010. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Toli-Toli. 2006.

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Toli-Toli 2005-2015, Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Toli-Toli. 2005.

(5)

1615 Riduwan. 2009. Metode dan Teknik

Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Riyadi dan Bratakusumah, Deddy.

2004.Perencanaan Pembangunan Daerah,. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Soetomo, Sugiono. 2002, Dari Urbanisasi ke

Morfologi Kota: Mencari Konsep

Pembangunan Tata Ruang Kota Yang Beragam”. Universitas Diponegoro press, Semarang.

Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan,

PT. Alumni presse, Bandung.

Sulawesi Tengah dalam Angka 2011 (Sulawesi Tengah in Figures), Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, 2011.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional,

Bumi Aksara press, Jakarta.

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara press, Jakarta.

Undang Undang Nomor 15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.

Undang Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Yunelimeta. 2008. ”Pembangunan Pedesaan

dalam Konteks Agropolitan, Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia (Studi Kasus : Daerah Minangkabau-Sumatera Barat)”. Program Pascasarjana UNDIP, Semarang.

Gambar

Tabel 1. Uji Kecocokan (Testing Fit)

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa tidak diharapkan untuk memperoleh pemecahan masalah, oleh karenanya, pemicu jenis ini harus disusun dengan pernyataan yang jelas, familiar, namun dapat pula

Pada Tampilan menu kata ditemukan pada gambar dibawah ini, pengguna telah memasukan kata atau istilah di list inputan kemudian ditekan button “CARI”, apabila

Kelebihan dari sistem tersebut adalah adanya penggunaan aplikasi online dalam segala kegiatan yang berkaitan dengan penyelesaian klaim, syarat-syarat yang tidak

Perhatikan data olahraga yang digemari siswa kelas VI SD Cemerlang yang disajikan dalam bentuk tabel di depan.. Siswa yang gemar tenis meja

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan pengemudi terhadap persyaratan kendaraan angkutan bahan bakar minyak

• Jika pada usia 6 tahun anak belum bisa melakukan minimal salah satu hal di atas, bawa bayi ke dokter/bidan/perawat. • Bawa anak 2 - 6 tahun setiap 6 bulan ke fasilitas

Materi tesebut terus tumbuh besar dan melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari yg berada dalam suatu satu orbit dan membentuk susunan yg disebut tata surya..

Ada juga orang yang memiliki lahan pertanian tetapi tidak mempunyai keahlian dalam bertani, atau dikarenakan sudah lanjut usia sehingga penggarapannya diwakili orang lain dengan