• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT (IBRD Loan, No IND) Tahun Anggaran 1997/1999. LAPORAN KEMAJUAN Tahap 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT (IBRD Loan, No IND) Tahun Anggaran 1997/1999. LAPORAN KEMAJUAN Tahap 4"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT (IBRD Loan, No. 3550-IND)

Tahun Anggaran 1997/1999

LAPORAN KEMAJUAN Tahap 4

Nama Kegiatan : Survailan Longitudinal

Nomor Kontrak : 56/CHN-3/KONT.NF/II/1998

Tanggal : 02 Pebruari 1998

Penanggung jawab kegiatan : Prof. Dr. Soenarto Sastrowijoto, DSTHT.

Yogyakarta, Juni 1998

Dekan Pimpinan Proyek

Fakultas Kedokteran CHN-RL/Fakultas Kedokteran

Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

dr. Purnomo Suryantoro,DTMH,DSAK,Ph.D. Prof. Dr. Soenarto Sastrowijoto, DSTHT.

NIP. 130354354 NIP. 130321317

Mengetahui/Menyetujui

Pemimpin Bagian Proyek Pengembangan Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Drs. Sumali M. Atmojo, MS NIP. 131685545

(2)

KATA PENGANTAR

Laporan Kemajuan Survailan dan Penelitian Lapangan Tahap IV ini disusun untuk memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam surat Perjanjian Kerjasama Survailan dan Penelitian Lapangan dalam penyelenggaraan Longitudinal Survailan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dari bagian Proyek Pengembangan Kesehatan dan Gizi Masyarakat tahun anggaran 1997/1999 nomor 56/CHN-3/KONT.NF/II/1998.

Pelaksanaan Survailan dan Penelitian Lapangan Tahap III ini bertujuan untuk "Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama bagi ibu dan anak melalui penyediaan informasi dan peningkatan efisiensi penggunaan informasi tersebut bagi para perencana dan manajer program kesehatan propinsi dan kabupaten yang mencakup perubahan-perubahan data longitudinal tentang karakteristik demografis, status kesehatan dan nutrisi, serta utilisasi dan efektifitas beberapa intervensi yang mempunyai prioritas tinggi pada penanganan masalah kesehatan masyarakat".

Pada laporan kemajuan ini kami telah menyusun rencana kerja yang dilampiri metodologi, laporan analisis data, rencana kegiatan selanjutnya dan kuesioner.

Demikian laporan kemajuan ini disusun untuk dipergunakan seperlunya.

(3)
(4)
(5)

I. PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Laporan penelitian tahap ketiga tahun anggaran kedua (siklus 5, periode Januari-Maret 1998) bersumber dari hasil analisa data cross-sectional sebagai bagian dari survailan longitudinal yang mencakup survailan demografi, epidemiologi, kesehatan masyarakat dan nutrisi-gizi. Disamping itu sebagai pembanding adalah hasil analisa data pada siklus sebelumnya. Informasi survailan yang diperlukan dan belum terselesaikan pada siklus sebelumnya dilaksanakan pada siklus kelima dan data tambahan ini mencakup informasi spesifik kelengkapan penyelesaian masalah yang belum terjawab pada siklus sebelumnya, antara lain bidan desa, penolong persalinan pertama dan sistem rujukan.

Data dasar yang sesuai atau sama pada siklus sebelumnya akan dianalisa secara komparatif analitik sehingga adanya perubahan atau kecenderungan pola penyakit, faktor resiko, evaluasi program di tingkat masyarakat, dan status nutrisi gizi dapat didiskripsi secara analitis. Data kesehatan dan nutrisi yang dikumpulkan pada tahap ketiga mencakup 1) jumlah, karakteristik, distribusi dan perubahan yang terjadi mengenai kejadian vital dan dinamika penduduk 2) deskripsi epidemiologi mengenai distribusi dan perubahan prevalensi penyakit, faktor resiko khususnya ibu dan anak 3) deskripsi status nutrisi dan gizi ibu dan anak, berdasar ukuran antropometri, dan 4) evaluasi program yang mencakup untuk perawatan kehamilan, program zat besi, KMS ibu hamil, imunisasi dan menyusui. Disamping itu deskripsi mengenai efektivitas dan efisiensi program bidan desa, prevalensi rujukan, pertolongan persalinan dukun bayi, dan biaya perawatan kesehatan.

1.2.

Pelaporan Angka Kejadian Utama

Pengumpulan data secara cross-sectional pada siklus 5 menghasilkan informasi dasar yang mencakup data dasar demografi, epidemiologi, pelayanan kesehatan di masyarakat, dan status nutrisi gizi; khususnya wanita 10-49 tahun dan balita. Di dalam laporan ini informasi utama yang ditambahkan adalah pelayanan bidan desa, penolong persalinan pertama di masyarakat, dan sistem rujukan. Utilisasi tenaga kesehatan yaitu bidan desa, bidan praktek swasta, dan bidan praktek di puskesmas akan dievaluasi efektivitasnya baik untuk perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan. Dalam hal pertolongan persalinan, penolong persalinan pertama menentukan kualitas rujukan dan rujukan ini sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas ibu dan anak akibat proses persalinan. Disamping itu kejadian dan tingkat kekurangan gizi, baik wanita 10-49 tahun dan balita masih tetap dianalisa.

(6)

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian tahap tiga (siklus 5, Januari-Maret 1998) ini ialah mendiskripsi status kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya ibu dan anak, melalui pengumpulan data dasar secara cross-sectional yang mencakup demografi, epidemiologi, kesehatan masyarakat dan nutrisi gizi di tingkat kabupaten.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tidak ada hipotesis tertentu yang diuji pada laporan tahap tiga penelitian, dan menghasilkan profil kesehatan kabupaten Belu yang dapat digunakan untuk menilai situasi pada saat ini dan sebagai titik tolak kajian atas perubahan-perubahan dan kecenderungan pada siklus mendatang. Indikator-indikator dan variabel-variabel terkait yang ditampilkan sebagai profil kesehatan tersebut meliputi:

1. Indikator-indikator demografik berupa tingkat kelahiran, fertilitas, kematian kasar;

2. Indikator-indikator epidemiologi yang berupa prevalensi morbiditas dan mortalitas ibu dan anak, faktor resiko yang berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas tersebut.

3. Indikator-indikator kesehatan masyarakat yang mencakup pelayanan kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit, meliputi utilisasi dan cakupan program-program kesehatan ibu dan anak, kualitas pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat oleh tenaga kesehatan khususnya bidan desa, dan sistem rujukan pertolongan persalinan.

4. Indikator-indikator kesehatan dan nutrisi gizi ibu dan anak, khususnya dengan antropometri.

1.4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dikerjakan pada siklus 5 sesuai dengan siklus sebelumnya, yaitu survailan longitudinal dengan pengumpulan data secara cross-sectional. Data dikumpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan tertutup (standard), dan pemeriksaan anthropometri sebagai indikator status nutrisi-gizi wanita 10-49 tahun dan balita. Survey Rumah tangga dikerjakan pada wilcah yang tersampling dan dilakukan pada populasi studi

at risk. Disamping itu cara manajemen informasi menggunakan ‘household registration

system’, dengan tujuan akan memberikan infomasi yang lebih menyeluruh, efektif dan efisien untuk faktor-faktor determinant, morbiditas dan mortalitas wanita 10-49 tahun dan balita, yang terkait dengan kondisi dengan situasi tiap rumah tangga.

(7)

Analisa data dikerjakan baik secara diskriptif analitik dan komparatif untuk keadaan atau faktor yang terkait dengan status kesehatan dan nutrisi-gizi masyarakat; antara lain untuk tingkat sosial ekonomi, desa-kota, dan lingkungan rumah tangga. Proses menggunakan program yang ditulis secara khusus untuk penelitian ini (SRS) dan SPSS. Analisa data pada laporan tahap ketiga ini berupa deskripsi sebaran frekuensi, tabulasi silang, estimasi berbagai parameter seperti angka kejadian vital, cakupan pelyanan kesehatan, gizi-nutrisi dan morbiditas. Analisa kecenderungan tidak disajikan dalam laporan ini karena hanya melaporkan data siklus ke lima. Analisa kejadian (proporsi dan rate) disajiakan dalam laporan ini untuk beberapa variabel berdasarkan ‘pengamatan orang-hari’ (person days observation atau PDO).

1.5.

DATA DASAR / BASELINE DATA 1997

Pada tahun pertama, kegiatan pokok dari LPKGM adalah mengumpulkan data dasar untuk memperoleh gambaran masalah umum serta untuk pengembangan program dalam sistim survailan. Kegiatan pengumpulan data dasar ini diikuti dengan pengamatan siklus pertama sampai siklus kelima yang dapat diselesaikan pada bulan Maret 1998.

Tabel i. Sampel Penelitian Tahap Tiga Periode Januari-Maret 1998

Jenis Baseline Perubahan

Formulir

Tambah Kurang Total

Rumah Tangga 4648 37 2 39 Individu (SI) 22942 323 30 353 Wanita (WA) 6383 265 279 544 Hamil (HM) 270 162 226 285 Balita (BA) 3192 200 185 385 Anak Sakit(MA) 288 254 219 473

Seperti terlihat pada tabel 1 jumlah rumahtangga yang dicakup pada data dasar 1997 ialah 4648 rumahtangga. Dari sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada 4648 rumahtangga, pada pengumpulan data dasar ditanyakan pula 22.942 karakteristik umum individu, misalnya jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan dan status perkawinannya. Pada data dasar, dari rumahtangga yang diwawancarai berhasil dikumpulkan beberapa kharakteristik wanita usia 10-49 tahun sebanyak 6.383 orang. Duaratus tujuhpuluh (270) diantara mereka ditemukan hamil, sehingga jumlah intrumen HM adalah sebanyak 270 buah. Anak balita yang diwawancari secara mendalam status gizi dan kesehatannya adalah sebanyak 3.192 anak, yang 288 diantaranya adalah menderita sakit dalam dua minggu terakhir.

(8)

II. KEGIATAN YANG TELAH DILAKSANAKAN

2.1.

KEGIATAN SURVAILAN LONGITUDINAL

2.1.1. Pengumpulan data Survailan Longitudinal

Melanjutkan kegiatan survailan siklus sebelumnya telah dilakukan pengumpulan data untuk tahap ketiga tahun anggaran 1997/1999. Dalam pengumpulan data longitudinal telah sampai pada siklus ke-5 (tiga bulanan), yang dilakukan oleh 18 petugas lapangan, dengan 6 orang pengawas dan 2 koordinator wilayah, serta didukung oleh tim komputer, tenaga manajemen data dan administrasi. Data-data longitudinal yang dikumpulkan pada siklus ke-5 (tahap kedua) ini sama dengan tahap sebelumnya yang meliputi; data rutin tiga bulanan (Triwulan, Wanita, Hamil, Balita, Balita Sakit).

2.1.2. Pengumpulan Data Cross-sectional

a. Pengukuran antropometri untuk anak-balita

Untuk mengetahui status gizi balita di Kabupaten Belu, pada siklus ini dilakukan pengukuran antropometri yaitu lingkar lengan atas (LLA). Pada siklus ini dan juga siklus sebelumnya baru pengukuran LLA yang bisa dilakukan, mengingat kegiatan ini yang paling mudah, sementara untuk mengukuran yang lain (BB dan TB) sedang dipersiapkan tenaga dan peralatannya.

a. Pengukuran antropometri untuk wanita usia subur dan ibu hamil

Pada wanita usia subur dan ibu hamil telah dilakukan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) untuk mengetahui status gizi mereka.Pengukuran antropometri dilakukan oleh petugas lapangan bersamaan dengan kunjungan siklus.

b. Palpasi Gondok pada Bumil

Pengukuran palpasi gondok (goiter) terhadap ibu hamil dilakukan oleh petugas khusus mengingat kegiatan tersebut memerlukan kecakapan dan ketrampilan tersendiri.

2.2.

AKTIVITAS PENGEMBANGAN PROGRAM

2.2.1. Intern

(1) Pertemuan Tim Peneliti

Sebagiamana siklus sebelumnya, tim peneliti survailan LPKGM secara rutin mengadakan pertemuan setiap hari Sabtu di kantor Yogya. Peserta pertemuan terdiri dari Peneliti Utama, Wakil Penelti Utama, koordinator survailan dan anggota peneliti survailan yang lain. Dalam pertemuan tersebut dibahas:

(9)

1) Evaluasi kegiatan pengumpulan data di lapangan, 2) Analisis data yang telah dikumpulkan.

3) Pengembangan materi atau substansi penelitian berkaitan dengan pengumpulan data cross-sectional,

(2) Koordinasi Staf Lapangan

Untuk menjamin kelangsungan kegiatan lapangan maka dilakukan pertemuan koordinasi secara rutin tiap bulan, sehingga selama siklus ke-5 ini dilakukan tiga kali pertemuan. Acara dalam pertemuan tersebut antara lain membahas tentang evaluasi dan perencanaan serta permasalahan kegiatan lapangan. Peserta pertemuan adalah para koordinator survai lapangan, koordinator wilayah, bagian manajemen data, humas, dan koordinator administrasi, serta pendamping koordinator lapangan dari Dinkes Dati II Belu. Rincian masing-masing pertemuan terlampir.

(3) Training petugas

Kegiatan training atau retraining petugas dilakukan setiap awal siklus sebelum memulai kegiatan pengumpulan data. Kegiatan ini dimaksudkan untuk penyegaran kembali petugas lapangan terhadap pemahaman formulir dan cara pengisiannya. Rincian kegiatan training terlampir. Kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk koordinasi kegiatan lapangan untuk siklus yang akan segera dimulai.

2.2.2. Ekstern

Aktifitas pengembangan program yang terkait dengan Dinas Kesehatan Dati II Belu lebih banyak dilakukan secara informal. Kerjasama yang baik tetap dikembangkan dengan mengikutsertakan wakil staf Dinkes di dalam organisasi lapangan sebagai pendamping koordinator lapangan. Staf Dinas Kesehatan dilibatkan dalam proses training dan retraining tenaga lapangan dalam rangka menambah wawasan petugas dalam bidang kesehatan dan pendekatan masyarakat.

2.2.3 Lintas sektoral

Koordinasi dengan pemerintah setempat dari tingkat kabupaten sampai tingkat desa dalam hal pengurusan/perpanjangan ijin kegiatan lapangan serta penanganan permasalahan responden dan masyarakat di lapangan.

2.2.4. Supervisi

Dalam rangka menjaga mutu dan kelengkapan data yang dikumpulkan data di lapangan, maka dilakukan pengawasan secara teratur. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat menghasilkan data sesuai dengan yang diharapkan, baik mengenai kualitas data maupun target perolehannya. Adapun supervisi yang dilakukan adalah Supervisi rutin oleh pengawas dilakukan setiap hari sekali bersamaan dengan pengambilan data. Hal ini dapat dilakukan berkaitan dengan ketentuan bahwa pengawas harus tinggal di lokasi bersama petugas untuk memudahkan komunikasi mengingat kondisi jarak dan transportasi. Karena adanya krisis moneter yang sedang

(10)

melanda bangsa Indonesia, maka supervisi oleh peneliti pada siklus ke-5 ini tidak dilakukan. Namun untuk koordinasi dari peneliti dilakukan komunikasi lewat internet yang memungkinkan untuk berkomunikasi setiap hari, dan setiap ada permasalahan selalu dapat dikomunikasikan dan segera mendapat solusi.

2.2.5. Agenda permasalahan

Masalah utama pada siklus ke-5 ini adalah berkaitan dengan krisis moneter yang cukup berpengaruh terhadap jalannya penelitian. Hal ini karena harus melakukan perhitungan kembali terhadap anggaran yang sudah direncanakan. Sebagai contoh untuk ongkos foto copy di Belu naik lima kali lipat dibanding sebelum krisis, demikian juga dengan harga peralatan yang lain. Oleh karena itu diputuskan untuk melakukan penghematan biaya yang sedikit banyak berpengaruh terhadap jalannya proyek terutama untuk sektor transportasi.

(11)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI DAN SOSIAL EKONOMI

3.1.1. Sampel Penduduk Belu Menurut Distribusi Umur

Dalam penelitian ini, dari 4688 rumah tangga yang dikunjungi pada siklus ini, tercacah 25.351 jiwa yang terdiri dari 12.808 laki-laki dan 12.543 perempuan. Dengan demikian, rasio jenis kelamin sampel Kabupaten Belu adalah 102. Namun demikian, angka ini memberikan gambaran secara tegas bahwa sampel penelitian ini mempunyai komposisi jenis kelamin dalam batas-batas normal, karena angkanya diatas 95 dan dibawah 105.

Tabel 1.Karakteristik Penduduk Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Karakteristik Total Tipe Daerah Perkotaan Pedesaan Sampel Penduduk (x 1000) Total 1493 23858 25351 Laki-laki 765 12043 12808 Perempuan 728 11815 12543 Kelompok Umur (%) Bayi (< 1 tahun) 2,5 1,6 12,5 Balita (0-5 tahun) Anak-anak (5-12 tahun) 21,0 21,4 21,4

Usia sekolah (7-12 tahun) 15,8 15,8 15,8

Remaja (15-24 tahun) 19,2 17,2 17,3

Usia lanjut (60+ tahun) 4,6 6,7 6,6

Wanita Usia Subur (15-49 tahun) 29,7 29,4 29,4

Median Umur 19,0 21,0 21,0

Angka ketergantungan (per 1000)

Total 79,9 82,6 82,4

Umur : 0-14 71,7 70,4 70,5

Umur : 60+ 8,2 12,2 12,0

Pada tabel 2 disajikan jumlah, struktur dan komposisi penduduk sampel Kabupaten Belu untuk periode Januari sampai Maret 1998.

(12)

Tabel 2.Distribusi Penduduk Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998 Kelompok

Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (tahun) Perkotaan Pedesaan Total n % n % n % n % n % 0 18 2,4 19 2,6 191 1,6 183 1,5 414 1,6 1 - 4 90 11,8 94 12,9 1313 10,9 1270 10,7 2767 10,9 5 - 9 117 15,3 88 12,1 1661 13,8 1614 13,7 3480 13,7 10 - 14 95 12,4 74 10,2 1551 12,9 1410 11,9 3130 12,3 15 - 19 89 11,6 85 11,7 1147 9,5 1167 9,9 2488 9,8 20 - 24 56 7,3 56 7,7 860 7,1 924 7,8 1896 7,5 25 - 29 57 7,5 85 11,7 842 7,0 921 7,8 1905 7,5 30 - 34 52 6,8 46 6,3 838 7,0 883 7,5 1819 7,2 35 - 39 47 6,1 39 5,4 756 6,3 758 6,4 1600 6,3 40 - 44 39 5,1 40 5,5 622 5,2 563 4,8 1264 5,0 45 - 49 23 3,0 19 2,6 476 4,0 394 3,3 912 3,6 50 - 54 24 3,1 28 3,8 468 3,9 576 4,9 1096 4,3 55 - 59 27 3,5 18 2,5 491 4,1 381 3,2 917 3,6 60 - 64 11 1,4 14 1,9 313 2,6 323 2,7 661 2,6 65 - 69 10 1,3 11 1,5 285 2,4 244 2,1 550 2,2 70 - 74 3 ,4 6 ,8 119 1,0 101 ,9 229 ,9 75 - 79 5 ,7 4 ,5 69 ,6 66 ,6 144 ,6 80 + 2 ,3 2 ,3 41 ,3 37 ,3 82 ,3 Total 765 100,0 728 100,0 12043 100,0 11815 100,0 25354 100,0

Struktur umur penduduk akan mempengaruhi jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang perlu diberikan oleh Pemerintah, yang dalam hal ini pelayanan anak balita yang perlu ditingkatkan. Hal ini menunjuk pentingya untuk mengikuti perubahan struktur penduduk, disamping jumlah yang mengalami peningkatan.

Ciri penduduk lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah rata-rata umur penduduk (atau median umur). Median umur sampel Kabupaten Belu adalah 20 tahun, yang lebih rendah sedikit dibanding dengan data Propinsi NTT (22 tahun). Hal ini dapat dimaklumi karena perbedaan struktur umur antara Kabupaten Belu dan Propinsi secara keseluruhan sedikit berbeda. Pada tingkat propinsi, penurunan kelahiran dalam lima tahun terakhir belum tampak dengan jelas. Namun dapat dimengerti karena memang gerakan KB di daerah ini sedikit terlambat dibanding dengan propinsi lain. Perlu dicatat bahwa kelompok usia 0-4 tahun belum begitu terlihat penurunannya dibanding dengan kelompok umur 5-9 tahun.

3.1.2. Status Pendidikan, Pekerjaan, Perumahan dan Sanitasi

3.1.2.1. Pendidikan

Tingkat pendidikan memiliki arti sangat penting dalam bidang kesehatan. Banyak studi memberikan bukti bahwa tingkat pendidikan wanita atau orang tua pada umumnya

(13)

menentukan tingkat kelengkapan immunisasi pada anaknya. Demikian juga bagi wanita, penggunaan kontrasepsi ternyata sangat berkaitan erat dengan tingkat pendidikan wanita tersebut. Disamping itu, jenis pekerjaan juga berkaitan dengan berbagai ciri-ciri status kesehatan dan juga pemakaian upaya-upaya kesehatan bagi individu. Oleh sebab itu, agar karakteristik secara agregat pada sampel ini dapat diketahui lebih rinci, maka setiap penduduk usia 10 tahun keatas dicatat pendidikannya dan ditanyakan jenis pekerjaan yang dilakukan selama seminggu yang lalu, sesuai dengan konsep Biro Pusat Statistik (BPS).

Tabel 3.Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Perkotaan Pedesaan Total n % n % n % n % n % Tidak sekolah 14 2,6 14 2,7 1870 21,2 2071 23,8 3969 21,4 SD 238 44,1 239 45,4 5267 59,7 5072 58,4 10816 58,3 SMP 99 18,3 114 21,6 941 10,7 969 11,2 2123 11,4 SMA+ 189 35,0 160 30,4 738 8,4 573 6,6 1660 8,9 Total 540 100,0 527 100,0 8878 100,0 8748 100,0 18693 100,0

Sampel penduduk Kabupaten Belu yang terpilih dalam penelitian ini sebagian besar hanya berpendidikan SD dan sederajatnya. Kurang dari 10 persen anggota sampel ini yang berpendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) keatas. Pada Tabel 4 terlihat bahwa Kabupaten Belu secara keseluruhan hampir sepertiganya berpendidikan SD ke bawah. Ada kemungkinan bahwa sampel yang terpilih memang lebih banyak berasal dari desa, sehingga karena secara keseluruhan desa lebih rendah tingkat pendidikannya maka sampel LPKGM memiliki data pendidikan lebih rendah tersebut. Namun dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan sampel dalam penelitian ini adalah relatif rendah dibanding data NTT dan Kabupaten Belu dari SUPAS, 1995.

Rendahnya pendidikan secara keseluruhan disertai pula dengan dominasi status pekerjaan yang lebih bersifat pada sektor pertanian. Dalam penelitian ini tidak dikejar lebih lanjut apakah mereka buruh tani atau memang petani pemilik. Namun atas dasar observasi di lapangan, tampaknya mereka lebih banyak mengerjakan ladang kering mereka sendiri, sehingga relatif sedikit yang tergolong buruh tani. Data ini konsisten dengan data Kabupaten Belu dan Propinsi NTT yang bersumber pada SUPAS, 1995.

3.1.2.2. Pekerjaan

Status pekerjaan penduduk di Kabupaten Belu dibandingkan dengan hasil SUPAS 1995 baik di Kabupaten Belu maupun di Propinsi NTT dapat di lihat pada tabel 4.

(14)

Tabel 4.Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Pekerjaan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Perkotaan Pedesaan Total n % n % n % n % n % Tidak bekerja 255 47,2 470 89,4 2720 33,0 7407 90,8 10852 62,2 Profesi/teknisi 21 3,9 10 1,9 133 1,6 55 ,7 219 1,3 Kepemimp./tata 5 ,9 3 ,6 66 ,8 12 ,1 86 ,5 laksana 59 10,9 18 3,4 148 1,8 50 ,6 275 1,6 Pelaksana/TU 25 4,6 8 1,5 64 ,8 16 ,2 113 ,6 Tenaga penjualan 58 10,7 7 1,3 282 3,4 40 ,5 387 2,2 Tenaga usaha jasa 92 17,0 4 ,8 4720 57,3 553 6,8 5369 30,8 Tenaga usaha pertanian 13 2,4 1 ,2 14 ,2 1 ,0 29 ,2

Tenaga produksi 7 1,3 3 ,6 57 ,7 8 ,1 75 ,4

Tenaga kerja lain 5 ,9 0 ,0 29 ,4 16 ,2 50 ,3

Anggota ABRI 0 ,0 2 ,4 1 ,0 2 ,0 5 ,0

Tidak tahu

Total 540 100,0 527 100,0 8878 100,0 8748 100,0 18693 100,0

Tabel 4 menunjukkan bahwa sektor pertanian paling dominan, sedangkan status pekerjaan berjualan dan sektor jasa masih dibawah 10 persen, yaitu dibawah rata-rata nasional yang mendekati 15-20 persen. Dengan ciri-ciri penduduk yang masih agraris tersebut, maka dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mendalami permasalahan gizi dan kesehatan masyarakat yang terkait dengan masalah mereka. Perlu pula dicatat bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Belu adalah beragama Katholik, sedangkan yang beragama Islam dan Hindu kurang dari 10 persen dari penduduk.

3.1.2.3. Kondisi Rumah Tangga

Status kondisi rumah tangga sebagai ciri perumahan di Kabupaten Belu berdasarkan pada data baseline LPKGM dibandingkan dengan hasil SUPAS 1995 baik di Kabupaten Belu maupun di Propinsi NTT dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5.Karakteristik Rumah Tangga Menurut Jenis Atap Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Jenis Atap Perkotaan Pedesaan Tipe Daerah Total n % n % n % Genteng 3 1,1 8 ,2 11 ,2 Kayu 3 1,1 42 ,9 45 1,0 Ijuk 0 ,0 2 ,0 2 ,0 Seng/asbes 255 95,5 2007 45,2 2262 48,1 Daun/alang-alang 6 2,2 2369 53,4 2375 50,4 Lainnya 0 ,0 12 ,3 12 ,3

(15)

Total 267 100,0 4440 100,0 4707 100,0

Ciri-ciri pokok yang perlu diketahui lebih mendalam adalah kondisi atap, lantai dan dinding dari masing-masing rumah. Selain kondisi ini menggambarkan kondisi status kesejahteraan keluarganya, sangat berkaitan dengan derajat kesehatan penduduk. Dilihat dari segi atap rumah yang dimiliki, maka sebagian besar atap rumah penduduk Belu adalah terdiri dari seng atau asbes (48,2 persen) dan daun atau alang-alang 50,5 persen. Atap yang berasal dari genteng kurang dari 1 persen. Tidak terdapat perubahan yang berarti untuk jenis atap dibanding siklus sebelumnya.

Tabel 6.Karakteristik Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Jenis Lantai Perkotaan Pedesaan Tipe Daerah Total n % n % n % Marmer/keramik 10 3,7 9 ,2 19 ,4 Ubin/tegel/traso 57 21,3 111 2,5 168 3,6 Semen/bata merah 120 44,9 683 15,4 803 17,1 Kayu 0 ,0 246 5,5 246 5,2 Bambu 0 ,0 207 4,7 207 4,4 Tanah 78 29,2 3161 71,2 3239 68,8 Lainnya 2 ,7 23 ,5 25 ,5 Total 267 100,0 4440 100,0 4707 100,0

Lantai terluas tempat tinggal penduduk Kabupaten Belu masih terdiri dari tanah (68,8%). Kurang dari seperlima rumahtangga menempati rumah yang disemen atau terdiri dari bata merah. Lantai yang terdiri dari kayu, bambu atau marmer/keramik masih dibawah 5 persen. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan data SUPAS, 1995. Dibanding dengan data pada tingkat propinsi, memang kondisi di Kabupaten Belu lebih banyak yang memiliki lantai tanah. Pada tingkat propinsi, lantai tanah hanya berkisar 56 persen, sedang pada data SUPAS, 1995 dan LPKGM 1996 masih berkisar 70 persen. Tidak terdapat perubahan yang berarti untuk jenis lantai dibanding dengan siklus sebelumnya.

Tabel 7.Karakteristik Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Jenis Dinding Perkotaan Pedesaan Tipe Daerah Total n % n % n % Tembok 65 24,3 318 7,2 383 8,1 Kayu 0 ,0 6 ,1 6 ,1 Bambu 1 ,4 23 ,5 24 ,5 Seng 1 ,4 71 1,6 72 1,5 Pelepah goang 198 74,2 3942 88,9 4140 88,0 Lainnya 2 ,7 80 1,7 78 1,7

(16)

Total 267 100,0 4440 100,0 4707 100,0

Seperti halnya kondisi lantai, kondisi dinding rumah penduduk masih kurang menguntungkan bagi kesehatan. Hampir seluruh dinding (88,3 persen) terdiri dari pelepah goang atau alang-alang. Hanya sekitar 8,1% rumahtangga memiliki dinding rumah dari tembok. Tidak terdapat perbedaan yang berarti untuk jenis dinding dibanding dibanding siklus sebelumnya.

3.1.2.4. Sanitasi

Sanitasi merupakan indikator yang penting dalam kaitannya dengan kesehatan masyarakat baik pada balita maupun ibu hamil. Kondisi sanitasi di Kabupaten Belu terlihat pada tabel 8.

Tabel 8.Karakteristik Rumah Tangga Menurut Jenis Kakus Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Jenis Kakus Perkotaan Pedesaan Tipe Daerah

Total

n % n % n %

Kakus sendiri dgn tangki 125 46,8 276 6,2 401 8,5 Kakus bersama dgn tangki 23 8,6 40 ,9 63 1,3 Kakus sendiri tanpa tangki 76 28,5 2322 52,3 2398 50,9 Kakus bersama tanpa tangki 33 12,4 247 5,6 280 5,9

Kakus umum 3 1,1 47 1,1 50 1,1 Kolam 0 ,0 15 ,3 15 ,3 Sungai 1 ,4 41 ,9 42 ,9 Lobang 2 ,7 683 15,4 685 14,6 Lainnya 4 1,5 769 17,3 773 16,4 Total 267 100,0 4440 100,0 4707 100,0

Fasilitas tempat buang air besar masih kurang memadai. Hanya sepersepuluh (9,9 persen) rumahtangga memiliki tempat buang air besar dengan septik tank. Lainnya, masih bersifat kakus dengan lobang, atau hanya lobang di tanah. Kedua fasilitas ini tidak jauh berbeda, dan melihat data yang disajikan pada tabel halaman tampaknya terdapat penyamaan konsep dari kakus tanpa septik tank dengan jawaban lobang saja. Oleh sebab itu, kakus tanpa septik tank dan lobang perlu diartikan sama. Karakteristik tempat untuk buang air besar tidak berbeda dibanding siklus sebelumnya.

3.2.

SURVAILAN LONGITUDINAL

(17)

Keadaan status sosial ekonomi rumah tangga di Kabupaten Belu dapat dilihat pada indikator-indikator jenis lantai, dinding, atap, sumber penerangan dan kepemilikan.

Tabel 9. SES rumah tangga survailan longitudinal LPKGM Kabupaten Belu Periode Januari-Maret 1998

Variabel (N=4.688) 1997 n % Lantai bata/marmer/ubin 1012 21,6 Dinding Tembok 366 7,8 Penerangan listrik 1059 22,6 Memiliki radio 1000 21,3 Memiliki TV 385 8,2 Memiliki motor 187 4,0

Prosentase jenis lantai bata/marmer/ubin adalah 21,6%, sementara pada indikator jenis dinding tembok hanya 7,8%. Listrik sebagai sumber penerangan masih rendah di Kabupaten Belu, hanya terbatas di daerah perkotaan saja (22,6%).

Data tentang pemilikan perlengkapan rumah tangga dapat dilihat pada pemilikan radio, TV dan motor. Rumah tangga yang memiliki radio adalah 21,3%, sedangkan rumah tangga yang memiliki TV sebanyak 8,2% dan motor 4,0%. Dengan data-data tersebut dapat dikatakan bahwa status sosial ekonomi rumah tangga di Kabupaten Belu masih sangat rendah.

3.2.2. Survailan Demografi

Salah satu upaya khusus yang dikembangkan dari Laboratorium LPKGM di Belu dan Purworejo adalah perhitungan angka-angka parameter demografi secara langsung, yaitu melalui pencatatan peristiwa kelahiran dan kematian setiap kunjungan 90 hari sekali. Angka-angka kematian dan harapan hidup yang dihitung dengan cara tidak langsung nantinya akan dapat dibandingkan dengan pencatatan secara langsung dari data longitudinal. Pada analisa ini, data longitudinal yang diolah untuk statistik vital adalah mencakup periode Januari sampai Maret 1998.

Pada tabel 10 tampak bahwa dari 3630 wanita pasangan subur memberikan kontribusi 89 kelahiran dalam periode Januari-Maret 1998. Persentase anak laki-laki yang dilahirkan adalah lebih tinggi dibanding wanita. Tingkat fertilitas tertinggi adalah pada usia 25-34 tahun yaitu antara 119-144 dari 1000 pasangan subur per bulan.

(18)

Tabel 10. Tingkat Fertilitas di Kabupaten Belu Periode Januari - Maret 1998 Variabel

n Rasio Kejadian

Pria Wanita Jumlah Pria Wanita Jumlah

Lahir Hidup 53 36 89 19,57 13,62 16,63

Kel. Umur Lahir Hidup

PYO Tingkat fertilitas Pria Wanita Jumlah

15-19 2 1 3 216,45 13,86 20-24 13 4 17 176,25 96,45 25-29 14 12 26 217,68 119,44 30-34 15 12 27 187,03 144,37 35-39 7 6 13 184,33 70,53 40-44 2 0 2 129,16 15,49 45-49 0 1 1 88,81 11,26 Total 53 36 89 1199,70 74,18

Tabel 11 menunjuk migrasi masuk di Kabupaten Belu tertinggi pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu 56,15 per 1000 penduduk per bulan dan umur 15-19 tahun adalah 36,88 per 1000 penduduk per bulan. Keadaan ini terkait dengan migrasi untuk mendapatkan pekerjaan.

Tabel 11. Migrasi Masuk di Kabupaten Belu Periode Januari - Maret 1998 Kelompok

Umur PYO

n rate

Pria Wanita Total Pria Wanita Total

0-4 5 2 7 723,63 13,77 5,55 9,67 5-9 1 6 7 791,53 2,43 15,76 8,84 10-14 0 3 3 667,08 0,00 9,53 4,50 15-19 4 13 17 460,92 16,36 60,06 36,88 20-24 7 12 19 338,40 43,17 68,09 56,15 25-29 6 2 8 404,99 32,03 9,19 19,75 30-34 2 0 2 356,37 11,81 0,00 5,61 35-39 0 1 1 363,36 0,00 5,43 2,75 40-44 0 0 0 269,18 0,00 0,00 0,00 45-49 1 0 1 197,74 9,18 0,00 5,06 50-54 0 0 0 241,34 0,00 0,00 0,00 55-59 0 2 2 205,82 0,00 21,27 9,72 60-64 1 0 1 126,91 15,71 0,00 7,88 65+ 0 0 0 203,35 0,00 0,00 0,00 Total 27 41 68 5350,62 9,97 15,51 12,71

(19)

Tabel 12. Angka Kejadian Lahir Hidup, Lahir Mati dan Keguguran pada Pasangan Usia Subur Kabupaten Belu Periode Januari-Maret

1998 (N=3597, PDO=317886) Kejadian n rate Lahir Hidup 89 8 Lahir Mati 3 0,28 Keguguran 3 0,28

PDO: Person Days Observation

Catatan:Rate adalah jumlah per 1000 orang pasangan usia subur per tahun (365 hari) pengamatan. Kehamilan, abortus dan lahir mati dan kelahiran hidup

Angka lahir mati (0,28) dan keguguran (0,28) jarang sekali dilaporkan meskipun dapat dijadikan indikator status kesehatan wanita dari sudut kemampuan reproduksinya. Demikian juga kemampuan proses reproduksi ini dapat dikaitkan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pada tabel sebelumnya telah disajikan kematian bayi, anak, neonatal dan post-neonatal, tetapi angka-angka tersebut sebenarnya bukan sebagai indikator rate. Angka-angka tersebut adalah angka rasio antara kelahiran dan kematian serta didasarkan pada semua kelahiran hidup. Dengan demikian tidak memberikan peluang untuk memperhatikan keberhasilan kehamilan, yaitu lahir hidup, lahir mati dan keguguran (disengaja atau tidak).

3.2.3. Survailan Epidemiologi

Data dasar survailain epidemiologi yang dikumpulkan secara cross-sectional mencakup proporsi atau rate morbiditas balita, wanita, ibu hamil dan persalinan. Disamping itu informasi faktor risiko atau determinan yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap prevalensi atau rate morbiditas juga diidentifikasi, sehingga dapat dikerjakan analisa deskripsi.

3.2.3.1. Morbiditas balita

3.2.3.1.1. Balita sakit

Dalam 2 minggu terakhir, morbiditas balita dapat ditunjukkan angka (rate) per 1000 per bulan sebagaimana terdapat dalam tabel 13, yang meliputi diare, pilek, batuk dan panas.

Tabel 13. Angka Kejadian Baru (Lama) tentang Sakit Balita di Kabupaten Belu, Periode Januari-Maret 1998

(N=2573, PDO=261864)

Jenis Sakit n Rate*

Diare 20 2

Pilek 81 9

Batuk 58 7

(20)

* angka per 1000 per bulan (30 hari)

PDO: Person Days Observation

Berdasarkan perhitungan rate, batuk dan panas pada balita masing-masing adalah 7 per 1000 balita per bulan, sedangkan diare adalah 2 per 1000 balita per bulan dan rate pilek adalah 9. Angka tersebut menunjukkan bahwa sakit balita sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas. Penyakit infeksi dengan komplikasi pada balita yang sering terjadi adalah kejang dan kelumpuhan.

3.2.3.1.2. Balita Kecelakaan

Kecelakaan: terdapat suatu kecenderungan kecelakaan merupakan penyebab utama

kematian dan kecacatan pada anak di negara maju. Statistik kecelakaan jarang ditemukan karena tidak dicatat atau bila dicatat tidak lengkap/salah.

Tabel 14. Distribusi Kecelakaan Balita Dalam 2 minggu Terakhir Kabupaten Belu Periode Januari - Maret 1998

Jenis kecelakaan Total 0 1 2-4

Kelompok Umur (tahun)

n % n % n % n %

Jatuh 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

Keracunan 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

Syok / Pingsan 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

Kec. Lalu lintas 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

Kebakaran 1 0,0 0 0,0 0 0,0 1 0,1

Digigit binatang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

Trauma benda tajam 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0

3.2.3.2. Morbiditas Ibu

3.2.3.2.1. Karakteristik wanita

Diantara 25 responden yang diamati, berdasarkan jumlah dan kelompok umur, wanita pada kelompok umur 10 - 14 merupakan kelompok umur dengan jumlah 0,3%. Sedangkan kelompok umur 15 - 19 sebanyak 11,3%. Dimana pada kelompok umur tertinggi jumlahnya paling kecil.

(21)

Tabel 15.Proporsi Wanita Pernah Menikah Menurut Kelompok Umur Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Kelompok Umur (tahun) Tipe Daerah Total Perkotaan Pedesaan n % N n % N N % 10-14 0 ,0 64 3 ,2 1329 1393 21,0 15-19 6 8,8 68 107 12,5 855 923 13,9 20-24 25 51,0 49 428 58,3 734 783 11,8 25-29 56 74,7 75 752 85,1 884 959 14,5 30-34 37 90,2 41 727 93,9 774 815 12,3 35-39 31 91,2 34 745 97,0 768 802 12,1 40-44 35 92,1 38 512 97,7 524 562 8,5 45-49 19 00,0 19 362 97,1 373 392 5,9 Total 209 53,9 388 3636 58,3 6241 6629 100,0

Distribusi paritas (anak yang dilahirkan) bagi wanita yang pernah menikah ditunjukkan dalam tabel 16.

Tabel 16.Total Anak yang Dilahirkan oleh Wanita Pernah Menikah Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Kehamilan Perkotaan Pedesaan Tipe Daerah Total n % n % n % 0 15 7,2 413 11,4 428 11,1 1 39 18,7 620 17,1 659 17,1 2 36 17,2 782 21,5 818 21,3 3 44 21,1 694 19,1 738 19,2 4 30 14,4 565 15,5 595 15,5 5 17 8,1 291 8,0 308 8,0 6 15 7,2 162 4,5 177 4,6 7 9 4,3 68 1,9 77 2,0 8 2 1,0 28 ,8 30 ,8 9 1 ,5 8 ,2 9 ,2 10 0 ,0 4 ,1 4 ,1 11 1 ,5 0 ,0 1 ,0 12 0 ,0 1 ,0 1 ,0 Total 209 100,0 3636 100,0 3845 100,0

Kebanyakan wanita pernah melahirkan lebih dari satu kali, dengan paritas tertinggi adalah 12 kali. Sedang jumlah tertinggi adalah wanita yang pernah melahirkan sebanyak 2 kali, yang meliputi 21,4% dari 3825 responden. Dan lebih dari 50 % wanita pernah melahirkan 3 kali atau lebih.

(22)

3.2.3.2.2. Morbiditas Ibu Hamil

1. Karakteristik wanita hamil

Jumlah wanita yang sedang hamil terbanyak ada pada kelompok umur 20-29 tahun yaitu sebanyak 45,2% (111), dan ternyata 0,4 didapati wanita sedang hamil dengan umur kurang dari 15 tahun dan lebih dari 49 tahun sebanyak 1 orang. Sedangkan dari jumlah wanita yang sedang hamil tersebut yang terbanyak adalah dengan pendidikan SD sebesar 61,5% (161), dan selanjutnya sebesar 19,1% (50) berpendidikan SMTP. Dari sebanyak 262 wanita yang sedang hamil tersebut, sebesar 68,6% (90) merupakan kehamilan 1 sampai 3.

Tabel 17.Karakteristik Wanita Hamil Menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah

Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Kelompok Umur (tahun) Tipe daerah Total Perkotaan Pedesaan n % n % n % 15-19 0 ,0 40 10,1 40 10,0 20-24 0 ,0 83 20,9 83 20,6 25-29 1 25,0 114 28,6 115 28,6 30-34 1 25,0 94 23,6 95 23,6 35-39 2 50,0 44 11,1 46 11,4 40-44 0 ,0 17 4,3 17 4,2 45-49 0 ,0 6 1,5 6 1,5 Total 4 100,0 398 100,0 402 100,0

Tabel 18 menunjuk bahwa rate primigravida adalah tinggi yaitu 24,8 per 1000 wanita usia subur per bulan. Disamping itu kehamilan ke lima atau lebih ratenya cukup tinggi, yaitu 21,6 per 1000 wanita usia subur per bulan. Primigravida dan multigravida termasuk kehamilan dengan resiko tinggi untuk morbiditas dan mortalitas baik ibu dan anak.

Tabel 18. Distribusi Urutan Kehamilan Baru Kabupaten Belu Periode Januari - Maret 1998

Urutan Kehamilan n rate

1 61 24,8 2 61 24,8 3 41 16,7 4 30 12,2 5 28 11,4 6 9 3,7 7 12 4,9 8 3 1,2 9 1 ,4 Total 246 100,0

(23)

2. Penyakit Kehamilan

Pengamatan pada wanita hamil, salah satu informasi pokok yang menarik untuk disajikan adalah kejadian kesakitan pada saat kunjungan serta derajat kesakitan yang terjadi yang digambarkan dari jumlah wanita hamil yang terpaksa dirujuk ke rumah sakit. Pada tabel 19, menunjuk bahwa rate sakit ibu hamil adalah 467 per 1000 wanita hamil per bulan dan rate rujukannya adalah 8 per 1000 wanita hamil per bulan, yang dikunjungi bulan Januari sampai dengan Maret 1998 terdapat 255 (lebih dari setengahnya) ditemukan hamil dengan keluhan sakit, dan 5 diantaranya harus dirujuk ke rumah sakit. Dengan menggunakan rate kesakitan per 1000 per bulan maka untuk angka kesakitan adalah 196 sakit per 1000 wanita hamil per bulan dan 4 per 1000 kehamilan per bulan perlu dirujuk ke rumah sakit.

Tabel 19. Angka Kejadian Sakit dan Rujukan pada Wanita Hamil di Kabupaten Belu Januari-Maret 1998

(N=363, PDO=26287)

Kejadian n Rate

Sakit 409 467

Rujukan 7 8

Keluhan yang dialami saat kehamilan adalah setiap makan/minum muntah 33,5% (127), sakit yang sangat pada perut bagian bawah 29,3% (111), lalu bengkak pada bagian muka, tangan dan kaki 12,1% (46). Sedang kasus pendarahan pada jalan lahir hanya 2,9% (11) responden.

Tabel 20.Keluhan Saat Kehamilan Menurut Tipe Daerah (N=402) Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Keluhan Perkotaan Pedesaan

Tipe daerah

(24)

Pendarahan Jalan Lahir 0 ,0 9 2,2

Kejang-kejang 0 ,0 49 12,2

Bengkak Dimuka 0 ,0 49 12,2

Panas Tinggi 0 ,0 38 9,5

Panas Menggigil 0 ,0 66 16,4

Sakit Perut Bag Bawah 0 ,0 134 33,3 Keluar Cairan Keputihan 0 ,0 75 18,7

Keluar Air Kawah 0 ,0 58 14,4

Kencing Sakit 0 ,0 77 19,2

Kulit Warna Kuning 0 ,0 73 18,2

Makan Minum Muntah 0 ,0 94 23,4

Mata Berkunang-kunang 0 ,0 130 32,3

Mudah Pusing 1 ,2 198 49,3

Mata Kabur 0 ,0 35 8,7

Sesak Napas 0 ,0 64 15,9

Sukar Buang Air Besar 0 ,0 17 4,2

Mencret 0 ,0 6 1,5

Selama hamil banyak responden yang menderita penyakit, yang tertinggi adalah anemia 21,6% (82), sedang malaria menduduki urutan kedua 2,6% (10) responden (lihat Tabel 21).

Tabel 21.Penyakit Saat Kehamilan Menurut Tipe Daerah (N=402)

Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Penyakit Perkotaan Pedesaan Tipe daerah n % n % TBC 0 ,0 5 1,2 Diabetes 0 ,0 8 2,0 Darah Tinggi 0 ,0 7 1,7 Malaria 0 ,0 21 5,2 Penyakit Jantung 0 ,0 5 1,2 Penyakit Lever 0 ,0 20 5,0 Anemia 1 ,2 92 22,9

Dalam periode Januari sampai Maret 1998 rate untuk rujukan adalah 8 per 1000 wanita bersalin per bulan.

Tabel 22. Angka kejadian Baru (Lama) tentang Rujukan dan TT Wanita Hamil Kabupaten Belu Periode Januari-Maret 1998

(N=363 PDO=26287)

Kejadian n Rate

Rujukan 7 8

TT 127 145

(25)

3.2.3.2.3. Persalinan Wanita

1. Hasil persalinan

Untuk hasil persalinan kebanyakan responden mengatakan lahir hidup 92,9% (78), sedang 1,2% (1) lahir mati dalam proses persalinan, dan 4,8% (4) mati dalam kandungan.

(26)

Tabel 23.Hasil Persalinan Ibu Menurut Tipe Daerah Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Hasil Persalinan Perkotaan Pedesaan Tipe daerah

Total

n % n % n %

Lahir hidup 5 100,0 108 96,4 113 96,6

Lahir mati dlm proses 0 ,0 2 1,8 2 1,7 Mati dlm kandungan (fetal 0 ,0 2 1,8 2 1,7 death)

Total 5 100,0 112 100,0 117 100,0

Tabel 24.Keadaan Ibu Saat Persalinan Menurut Tipe Daerah (N=115) Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Keadaan Perkotaan Pedesaan

Tipe daerah

Total

n % n % n %

Merasa kencang- 1 ,9 37 32,2 38 33,0

kencang 1 ,9 24 20,9 25 21,7

Dapat suntikan pemacu 0 ,0 11 9,6 11 9,6

Panas badan tinggi 0 ,0 27 23,5 27 23,5

Kejang 1 ,9 48 41,7 49 42,6

Pendarahan banyak 3 2,6 83 72,2 86 74,8

Merasa lelah, lemas

Tabel 24 menunjukkan pada waktu persalinan ibu mendapatkan suntikan sebanyak 20,7% (17), mengalami panas badan tinggi 13,4% (11), mengalami kejang sebanyak 18,3% (15) dan terjadinya perdarahan banyak pada waktu persalinan 29,3% (24). Untuk mengatasi hal tersebut tindakan yang paling banyak dilakukan adalah dengan mencekam rahim 46,3% (38), urutan kedua adalah disuntik 20,7% (17). Selama persalinan 1,2% (1) harus disedot/dikop/vakum.

Tabel 25.Tindakan Selama Proses Persalinan Menurut Tipe Daerah (N=115) Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Jenis Tindakan Perkotaan Pedesaan Tipe daerah

Total

(27)

Tindakan suntik 1 ,9 24 20,9 25 21,7

Tindakan ditampon 0 ,0 4 3,5 4 3,5

Dipijat rahim 0 ,0 41 35,7 41 35,7

Diberi infus 1 ,9 1 ,9 2 1,7

(28)

Tabel 26.Tindakan Medis dalam Persalinan Menurut Tipe Daerah (N=117) Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Jenis Tindakan Medis Perkotaan Pedesaan Tipe daerah

Total

n % n % n %

Menggunakan alat 1 ,9 4 3,4 5 4,3

Disedot (dikop/vakum) 0 ,0 0 ,0 0 ,0

Dengan alat bantu tang 0 ,0 1 ,9 1 ,9

Operase sesar 0 ,0 1 ,9 1 ,9

2. Tempat persalinan

Tempat persalinan yang tersering adalah di rumah (71,4%), sedangkan di tempat atau klinik bersalin 11,9%. Sedangkan di Puskesmas dan polindes belum merupakan tempat persalinan yang mereka inginkan.

Tabel 27.Tempat Persalinan Menurut Tipe Daerah Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Tempat Perkotaan Pedesaan

Tipe daerah Total n % n % n % RS Pemerintah 1 20,0 2 1,8 3 2,6 RS Swasta 0 ,0 4 3,6 4 3,4 Puskesmas/pustu 0 ,0 5 4,5 5 4,3 Klinik swasta 0 ,0 16 14,3 16 13,7 Rumah ibu 4 80,0 80 71,4 84 71,8

Lainnya (rumah lain) 0 ,0 5 4,5 5 4,3

Total 5 100,0 112 100,0 117 100,0

3. Penolong persalinan

Tabel 26 menunjuk bahwa dukun masih merupakan penolong persalinan pertama tersering (41,8%), dan pertolongan persalinan berikutnya bidan adalah 24,0%. Sedangkan dokter yang memberikan pertolongan persalinan di masyarakat (2,1%).

(29)

Tabel 28.Penolong Persalinan Menurut Tipe Daerah Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998

Penolong Pertama Perkotaan Pedesaan Tipe daerah Total n % n % n % Ibu sendiri 0 ,0 10 8,9 10 8,5 Suami 0 ,0 10 8,9 10 8,5 Ibu mertua 0 ,0 3 2,7 3 2,6 Keluarga lain 0 ,0 3 2,7 3 2,6

Dukun tidak terlatih 1 20,0 12 10,7 13 11,1

Dukun terlatih 3 60,0 33 29,5 36 30,8 Perawat 0 ,0 11 9,8 11 9,4 Dokter 1 20,0 1 ,9 2 1,7 Petugas kesehatan 0 ,0 2 1,8 2 1,7 lain 0 ,0 27 24,1 27 23,1 Bidan Total 5 100,0 112 100,0 117 100,0

Tabel 27 menunjuk bahwa penolong persalinan oleh bidan adalah bidan yang bekerja di Puskesmas (25,6%). Sedangkan bidan desa penolong persalinan adalah lebih banyak dibanding bidan praktek swasta.

Tabel 29. Kategori Bidan Penolong Persalinan Kabupaten Belu, Januari-Maret 1998

Kategori n %

Bidan swasta 10 25,6

Bidan puskesmas 10 25,6

Bidan desa 11 28,2

Bidan rumah sakit 8 20,5

Total 39 100,0

3.2.3.2.4. Keluarga Berencana

1. Prevalensi jenis KB

Alat KB yang paling sering dipakai di kalangan responden adalah suntikan 78,4% (91), yang menjadi pilihan wanita, pilihan kedua adalah IUD/AKDR/Sterilisasi 8,6% (10), norplan/implan/susuk 4,3%, sedang alat yang paling jarang digunakan adalah intravag/tisu, yang hanya digunakan oleh 0,9% wanita. Sementara kondom dan sterilisasi pria tidak pernah dipilih sebagai metode kontrasepsi pada periode ini.

(30)

Tabel 30. Alat KB yang Sekarang Dipakai Periode Januari - Maret 1998

Alat mengubah ya, berhenti

Mengubah alat KB setelah 3 bulan yang lalu

total

ya, tdk, pertama

mengubah kali pakai

ya, terus berhenti n % n % n % n % n % pil 0 ,0 0 ,0 0 ,0 1 1,6 1 1,6 iud/akdr/spiral 0 ,0 1 50,0 0 ,0 2 4,8 3 4,8 suntikan 0 ,0 1 50,0 3 75,0 45 9,0 49 79,0 intravag 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 kondom 0 ,0 0 ,0 0 ,0 1 1,6 1 1,6 norplan/implan/susuk 0 ,0 0 ,0 0 ,0 5 8,1 5 8,1 sterilisasi wanita 0 ,0 0 ,0 0 ,0 2 3,2 2 3,2 sterilisasi pria 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 pantang berkala 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 senggama terputus 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 lainnya 0 ,0 0 ,0 1 25,0 0 1,6 1 1,6 Total 0 100,0 2 100,0 4 100,0 56 100,0 62 100,0

Pemantauan tentang perubahan alat KB dalam tiga bulan terakhir menunjukkan bahwa 90,3% adalah pemakai alat KB yang pertama kali, sedangkan yang mengubah alat KB adalah 3,2%, sementara 6,5% berhenti menggunakan alat KB.

Banyak alasan utama mengapa seorang wanita di Kabupaten Belu tidak memakai alat pencegah kehamilan (KB). Dalam tabel di bawah ini disajikan alasan utama wanita tidak menggunakan alat KB.

Tabel 31. Alasan Tidak Menggunakan Alat KB Kabupaten Belu, Januari - Maret 1998

Alasan n %

Suami tidak setuju 2 10,0

Tidak nyaman/merep 6 30,0

Sudah disterilisasi 6 30,0

Mati haid 0 ,0

Lainnya 6 30,0

Total 20 100,0

Alasan utama responden mengapa tidak menggunakan alat pencegah kehamilan (KB), yang tertinggi karena alasan lain-lain sebanyak 30,0%, sedang perasaaan tidak nyaman menduduki urutan kedua sebanyak 30,0%, kemudian diikuti oleh sudah disterilisasi 30,0% dan suami tidak setuju hanya 10,0%.

(31)

Tabel 32. Alasan Ikut KB Kabupaten Belu (Januari - Maret 1998)

Alasan n %

Membatasi jumlah anak 24 33,3

Mengatur jarak 40 55,6 kehamilan 2 2,8 Kesehatan medis 2 2,8 Ekonomi 0 ,0 Tidak tahu 4 5,6 Lainnya Total 72 100,0

Kebanyakan responden menggunakan alat pencegah kehamilan tujuan utamanya untuk mengatur jarak kelahiran (55,6%), lalu diikuti oleh tujuan membatasi jumlah anak (33,3%). Sedang alasan kesehatan dan alasan ekonomi menempati urutan ketiga, masing-masing 2,8%.

Penggunaan alat KB di kalangan responden sebagian menimbulkan masalah, baik yang ringan maupun yang berat. Masalah utama yang timbul adalah tidak haid 52,9% yang kemudian diikuti oleh sakit kepala 22,8% dan lelah/lemah sebanyak 4,9%.

Tabel 33. Masalah kesehatan yang utama selama pakai alat KB Masalah utama kesehatan yang n %

dirasakan

Berat badan naik 3 1,5

Berat badan turun 2 1,0

Perdarahan jalan lahir 9 4,4

Darah tinggi 1 0,5 Sakit kepala 47 22,8 Mual 7 3,4 Tidak haid 109 52,9 Lelah/lemah 10 4,9 Keputihan 8 3,9 Lainnya 8 3,9 Missing 2 1,0 Total 206 100,00

3.2.4. Survailan Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Data dasar survailan kesehatan masyarakat mencakup evaluasi program pelayanan kesehatan, baik pada balita, wanita, ibu hamil dan persalinan. Faktor atau determinan yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan antara lain sosial ekonomi, psiko sosial, dan faktor lingkungan juga diidentifikasi untuk digunakan dalam deskripsi analitik.

(32)

3.2.4.1. Program Kesehatan Balita

3.2.4.1.1. Pemberian Makanan Bayi (ASI)

Target Depkes RI secara nasional adalah jumlah ibu menyusui eksklusif meningkat dari 36% di tahun 1991 menjadi 54% di akhir Pelita V dan menjadi 94% di akhir Pelita VI. Hasil survai demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 1994 menunjukkan 97% bayi berumur 0-3 bulan masih disusui dan menyusui eksklusif ditemukan sebesar 47%. Tidak terdapat laporan jenis indikator yang lain.

Indikator praktek menyusui di daerah Kabupaten Belu didapatkan dengan kuesioner form balita pada rumah tangga dengan balita (formulir terlampir). Analisis berdasar kelompok umur balita sesuai dengan jenis indikator.

Data balita di daerah sampel Kabupaten Belu berdasar kelompok umur dan asal dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 34. Data balita di daerah sampel Kabupaten Belu Periode Januari-Maret 1998

Kategori n

Jumlah data keseluruhan 3417

Jenis kelamin : laki-laki 1714

perempuan 1703

Jumlah balita < 2 tahun 1326

Jumlah balita < 1 tahun 640

Jumlah balita < 6 bulan 249

Kejadian menyusui eksklusif (bayi dibawah 120 hari) sejumlah 68,2%; 1,6% mendapat cairan bukan susu selain ASI sehingga jumlah kejadian ASI penuh 69,8%. Untuk intervensi spesifik meningkatkan kejadian ASI eksklusif ditujukan pada kelompok umur dini yang sudah mendapat tambahan cairan maupun makanan padat. Terlihat pada Tabel 38 bahwa pada kelompok umur 0 bulan sampai 3 bulan secara berurutan 0, 6, 18, dan 48% telah mendapat tambahan minuman/makanan. Keadaan yang tidak menguntungkan ini mempengaruhi kejadian MP-ASI (78,9%). Pemberian makanan tambahan seharusnya baru diberikan pada umur 4-5 bulan sehingga target kejadian MP-ASI 100% (umur 6-9 bulan).

(33)

Tabel 35. Indikator praktek menyusui Kabupaten Belu Periode Januari-Maret 1998

Jenis indikator N n %

Kejadian ASI eksklusif 192 131 68,2

Kejadian ASI hampir eksklusif 192 3 1,6

Kejadian ASI penuh 192 134 69,8

Kejadian mp-ASI 204 161 78,9

Kejadian ASI lanjut 1 tahun 214 176 82,2

Kejadian ASI lanjut 2 tahun 191 70 36,6

Kejadian minum dengan botol < 6 bulan 298 7 2,4 Kejadian minum dengan botol < 12 bulan 603 30 5,0

Kejadian pernah disusui 603 597 99,0

Kejadian menyusu dini 603 9 1,5

Median lama menyusui 139 21 BL

Tabel 36. Pemberian makanan bayi berumur 0-3 bulan (%) Kabupaten Belu Periode Januari-Maret 1998

Umur/bulan ASI cairan susu lain makanan ASI

Hanya ASI + ASI + ASI + Tidak

bukan susu padat

0 (N = 46) 41 0 2 0 3 (89,1%) (0,0%) (4,3%) (0,0%) (6,5%) 1 (N = 47) 39 0 3 3 2 (83,0%) (0,0%) (6,4%) (6,4%) (4,3%) 2 (N = 43) 31 2 1 8 1 (72,1%) (4,7%) (2,3%) (18,6%) (2,3%) 3 (N = 56) 20 1 4 27 4 (55,7%) (1,8%) (7,1%) (48,2%) (7,1%)

Kejadian ASI lanjut 1 tahun cukup tinggi 82,2% dan sampai 2 tahun 36,7%; dengan median lama menyusui 21 bulan. Kejadian bayi dibawah umur 12 bulan yang pernah mendapat ASI cukup tinggi 99,0% akan tetapi kejadian menyusu secara dini (< 1 jam setelah lahir) sangat rendah (1,5%). Kejadian minum dengan botol < 6 bulan sebesar 2,4% dan < 12 bulan sebesar 5,0%.

Implikasi program intervensi meliputi cara dan teknik pemberian ASI yang baik dan benar, ditujukan sejak kehamilan, persalinan dan perawatan bayi selanjutnya. Upaya ditekankan pada segera menyusui setelah melahirkan, tidak memberikan tambahan minuman/makanan dalam 4 bulan pertama, memberikan makanan tambahan pada umur 4-6 bulan, tetap menyusui sampai bayi berumur 24 bulan dan tidak menggunakan dot/botol.

(34)

3.2.4.1.2. Program Imunisasi

1. Cakupan Imunisasi

Cakupan imunisasi dasar pada anak-anak usia 12-23 bulan di Kabupaten Belu masih dibawah cakupan imunisasi dasar menurut SDKI 1994. Sebanyak 2990 (33,9%-46,4%) anak berusia antara 1 tahun sampai 2 tahun telah memperoleh imunisasi BCG, DPT dosis kedua, Polio dosis kedua dan campak. Sasaran yang dicanangkan oleh WHO untuk memberikan vaksinasi pada 90% anak tahun 2000 merupakan hal yang tidak mustahil jika momentum EPI dengan ujung tombak Posyandu dan Puskesmas terus dipelihara dan ditingkatkan dan peran kontak pelayanan kesehatan di sektor swasta semakin dimanfaatkan untuk memperluas cakupan imunisasi.

Tabel 37. Imunisasi lengkap anak usia 12-23 bulan Periode Januari-Maret 1998 Imunisasi lengkap n % Lengkap 490 71,4 Tidak 196 28,6 BCG 608 98,2 DPT 2 582 94,0 Polio 2 592 95,6 Campak 505 81,6 N 686 100,0

Imunisasi pada Balita Total

Imunisasi BCG 2973 98,8

Imunisasi DPT 2 2867 95,3

Imunisasi polio 2 2893 96,1

Imunisasi campak 2673 88,8

N 3009 100,0

Keberhasilan program imunisasi dipengaruhi pula oleh umur pada waktu imunisasi diberikan. Vaksin sebaiknya diberikan seawal mungkin, sejauh tidak ada interferensi yang berarti dari antibodi maternal. Dari data penelitian di antara anak berusia 12-23 bulan yang telah memperoleh imunisasi lengkap diketahui bahwa BCG diberikan rata-rata pada umur 63 hari (2 bulan), DPT dosis kedua pada usia 125 hari (4 bulan). Polio dosis kedua pada usia 125 hari (4 bulan), dan campak pada usia 278 hari (9 bulan).

2. Tempat pelayanan imunisasi

Hasil analisa tempat pemberian imunisasi di antara anak yang telah memperoleh imunisasi lengkap menunjuk bahwa sebagian besar anak mendapat imunisasi di posyandu (> 90%), sedangkan peran pelayanan kesehatan swasta untuk

(35)

imunisasi masih rendah .

Tabel 38. Sebaran frekuensi pemberian imunisasi pada anak usia 12-23 bulan yang telah memperoleh imunisasi lengkap

menurut tempat pelayanan imunisasi Periode Januari-Maret 1998 Tempat pelayanan BCG DPT 2 Polio 2 Campak n % n % n % n % RS Pemerintah 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 RS Swasta 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 Puskesmas/Pustu 19 5,6 19 5,8 15 4,4 19 6,2 Klinik Swasta 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0 Posyandu 317 93,8 304 93,5 320 94,4 286 92,9

Dokter Prakt Swasta 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0

Bidan Praktek Swasta 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0

Polindes 0 ,0 0 ,0 0 ,0 0 ,0

Tak ada keterangan 2 ,6 2 ,6 4 1,2 2 ,6

Lainnya 0 ,0 0 ,0 0 ,0 1 ,3

Total 338 100,0 325 100,0 339 100,0 308 100,0

Imunisasi untuk anak Balita adalah jenis pelayanan kesehatan yang memperoleh perhatian mendalam dalam penelitian ini. Pada tabel 41 dan 42 disajikan beberapa angka kunjungan imunisasi untuk BCG, campak, DPT dan Polio. Untuk kunjungan BCG tampak ada indikasi bahwa terjadi penurunan, sedangkan campak tidak terlihat fenomena adanya penurunan tersebut. Tampaknya pola penurunan angka-angka imunisasi terjadi juga untuk DPT. Namun untuk angka polio terjadi fluktuasi yang dapat dikaitkan dengan kegiatan pekan imunisasi nasional (PIN). Jikalau benar terjadi penurunan angka imunisasi BCG dan DPT secara sistimatis, maka perlu digali lebih lanjut apakah penurunan tersebut berkaitan dengan penurunan kegiatan program imunisasi, termasuk suplai vaksinnya, sehubungan dengan adanya krisis ekonomi. Kajian ini sedang dilakukan di Purworejo dan Belu, yang mungkin akan dapat memberikan kejelasan lebih rinci karena faktor fluktuasi biaya pelayanan kesehatan secara umum menjadi salah satu agenda penelitian yang sedang berjalan.

Tabel 39. Angka kejadian Baru (Lama) tentang Imunisasi Periode Januari-Maret 1998

Jenis Imunisasi N PDO n Rate

BCG 195 14794 17 34 Campak 324 25563 7 8 DPT1 202 15635 15 29 DPT2 261 20463 14 21 DPT3 294 22909 8 10 Hepatitis 296 23133 18 23 Polio 1 207 16077 13 24 Polio 2 251 19363 12 19 Polio 3 273 21409 6 8 Polio 4 301 23562 8 10

(36)

Angka kejadian imunisasi BCG adalah 34 per 1000 per bulan pada periode Januari-Maret 1998, sedangkan campak adalah 8 per 1000 per bulan. Kunjungan angka DPT 1 sampai 3 menunjukkan urutan masing-masing 29, 21 dan 10 per 1000 per bulan. Sementara kunjungan hepatitis menunjuk angka paling rendah yaitu 10 per 1000 per bulan. Kunjungan polio 1 sampai 4 menunjuk angka masing-masing 24, 19, 8 dan 10 per 1000 per bulan secara berurutan.

3.2.4.1.3. Program KMS dan penimbangan

Program KMS sudah berjalan di Belu dan cakupan yang pernah memiliki KMS 41,4% untuk anak 0-5 bulan. Sedangkan di atas 5 bulan lebih dari 90% pernah memiliki KMS.

Tabel 40. Distribusi balita yang pernah memiliki KMS/Kartu Imunisasi Periode Januari-Maret 1998 Kelompok umur n % N (bulan) 0-5 101 41,4 244 6-11 342 88,1 388 12-23 651 95,6 681 24-35 653 95,7 682 36-59 1308 93,9 1393 Total 3055 90,2 3388

Tabel 41. Distribusi balita memiliki KMS/Kartu Imunisasi Periode Januari-Maret 1998

Kelompok Sekarang memiliki KMS

umur Total

(bulan) Ya, dapat Ya, tidak dapat Tidak punya menunjukkan menunjukkan n % n % n % n % 0-5 67 63,2 20 18,9 19 17,9 106 100,0 6-11 159 67,7 64 27,2 12 5,1 235 100,0 12-23 389 77,5 93 18,5 20 4,0 502 100,0 24-35 319 71,4 121 27,1 7 1,6 447 100,0 36-59 638 68,0 278 29,6 22 2,3 938 100,0 Total 1.572 70,6 576 25,9 80 3,6 2.228 100,0

Program penimbangan balita merupakan kegiatan rutin di masyarakat yang berguna untuk mengetahui pertumbuhan anak. Dari hasil survai terungkap bahwa pada balita sejumlah 21,1% tidak pernah ditimbang dalam 3 bulan terakhir penimbangan yang paling

(37)

sedikit terdapat pada anak umur 0 - 5 bulan (47,7%). Sementara untuk anak umur 6 - 59 bulan mencapai 69,5%-76,2%.

(38)

Tabel 42. Frekuensi balita ditimbang dalam 3 bulan terakhir di Kabupaten Belu Periode Januari-Maret 1998

Umur (bulan) n % N 0-5 103 41,5 248 6-11 285 72,9 391 12-23 523 76,2 686 24-35 494 72,1 685 36-59 977 69,5 1406 Total 2382 69,7 3416

3.2.4.1.4. Tempat Pelayanan Balita sakit

Tempat pelayanan balita sakit untuk penyakit pilek paling banyak dibiarkan (tidak diobati) 37,3% kemudian diobati di puskesmas 27,5%. Sedangkan batuk paling banyak adalah puskesmas 46,1% selanjutnya 6,4% dibiarkan (tidak diobati). Tempat pelayanan untuk penyakit panas juga paling banyak di Puskesmas yaitu 45,8% kemudian diobati sendiri 10,4% sementara 3,1% dibiarkan (tidak diobati). Sementara kejadian congek di wilayah studi hanya 5 kasus, 3 kasus diobati di klinik swasta dan yang lain di tempat lainnya.

Tabel 43. Tempat Pelayanan Balita Sakit Kabupaten Belu Periode Januari-Maret 1998 Tempat Mencari

Pertolongan

Pilek Batuk Panas Congek

n % n % n % n % RS Pemerintah 5 2,2 3 1,5 8 3,1 0 ,0 RS Swasta 7 3,1 4 2,0 18 6,9 0 ,0 Puskesmas/Pustu 100 43,7 94 46,1 119 45,8 0 ,0 Klinik Swasta 28 12,2 28 13,7 35 13,5 3 60,0 Posyandu 3 1,3 6 2,9 4 1,5 0 ,0 Dokter Swasta 3 1,3 2 1,0 2 ,8 0 ,0 Bidan Swasta 6 2,6 5 2,5 8 3,1 0 ,0 Apotik/Toko Obat 11 4,8 7 3,4 10 3,8 0 ,0 Dukun 0 ,0 1 ,5 3 1,2 0 ,0 Sinshe 0 ,0 1 ,5 0 ,0 0 ,0 Diobati Sendiri 19 8,3 26 12,7 27 10,4 2 40,0 Dibiarkan 23 10,0 13 6,4 8 3,1 0 ,0 Lainnya 24 10,5 14 6,9 18 6,9 0 ,0 Total 229 100,0 204 100,0 260 100,0 5 100,0

(39)

3.2.4.2. Program kesehatan ibu

3.2.4.2.1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pada tabel 40 disajikan angka-angka kunjungan antenal, khususnya tentang pemberian table besi dan vaksinasi tetanus toxoid (TT). Tampak bahwa tidak seluruh wanita hamil dalam tiga bulan terkahir memperoleh ANC, apalagi zat besi dan TT yang memang hanya diberikan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Angka kunjungan ANC adalah 467 per 1000 wanita hamil per bulan, sementara angka pemberian tablet besi menunjuk 242 per 1000 wanita hamil per bulan, sedangkan angka kejadian TT hanya 149 per 1000 wanita hamil per bulan.

Tabel 44. Angka kejadian Baru ANC, Pemberian Tablet Zat Besi dan TT pada Wanita Hamil di Kabupaten Belu, periode Januari-Maret 1998

(N= 363, PDO= 26287)

Pelayanan n Rate

ANC 409 467

Pemberian Tablet Zat Besi 212 242

TT 127 149

PDO: Person Days Observation

Meskipun kunjungan ANC tidak perlu dilakukan setiap bulan bagi yang hamil muda, angka tersebut memberi dukungan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil masih relatif rendah. Demikian juga pemberian zat besi yang dari data tersebut memberikan indikasi bahwa setiap ANC belum tentu memperoleh tablet besi. Hal ini karena angka angka-angka pemberiaan zat besi selalu lebih rendah dibanding dengan kunjungan ANC. Yang menarik untuk digali lebih lanjut bahwa meningkatnya angka ANC diikuti dengan semakin lebarnya jarak yang menerima zat besi dengan angka yang berkunjung ke ANC. Sedangkan untuk imunisasi TT secara umum angka-angka tersebut tidak memburuk, bahkan cenderung meningkat. Namun khusus tentang zat besi pada waktu ANC hal ini mungkin berkaitan dengan ketersediaan zat besi yang kurang mencukupi karena berkaitan dengan krisis penyediaan obat-obatan di lapangan. Untuk itu akan digali lebih lanjut apakah dugaan tersebut benar.

3.2.4.2.2. Program perawatan kehamilan

1. Pemeriksaan kehamilan

Dari 197 responden yang periksa kehamilan paling banyak diperiksa oleh bidan (90,9%), sedang perawat menjadi pilihan kedua sebanyak (5,6%). Sementara wanita hamil tidak memeriksakan kehamilan ke dukun.

(40)

Tabel 45. Pemeriksa Ibu Hamil Kabupaten Belu Januari-Maret 1998 Pemeriksa n % Dokter Kebidanan 2 1,0 Dokter Umum 4 2,0 Bidan 178 90,4 Perawat 11 5,6 Dukun terlatih 0 ,0

Dukun tak terlatih 0 ,0

Lainnya 2 1,0

Total 197 100,0

2. Tempat Periksa Hamil

Tempat periksa kehamilan yang terakhir yang banyak dipilih adalah di Puskesmas/Pustu (43,7%), selanjutnya adalah posyandu (22,8%), sedangkan di Klinik Swasta (12,7%).

Tabel 46. Tempat Periksa Ibu Hamil Kabupaten Belu Januari-Maret 1998 Tempat Periksa n % RS Pemerintah 5 2,5 RS Swasta 3 1,5 Puskesmas/Pustu 86 43,7 Klinik Swasta 25 12,7 Dokter Swasta 2 1,0 Bidan Swasta 2 1,0 Perawat Swasta 1 ,5 Polindes 27 13,7 Posyandu 45 22,8 Lainnya 1 ,5 Total 197 100,0

3. Frekuensi periksa hamil

Kebanyakan responden memeriksakan kehamilannya dalam tiga bulan terakhir sebanyak 1 kali (48,0%), kemudian 2 kali (34,3%) dan 3 kali (14,7%). Wanita ANC yang memeriksakan kehamilan > 4 kali adalah rendah (2,5%)

(41)

Tabel 47. Cacah Pemeriksaan Kehamilan Kabupaten Belu Januari-Maret 1998

Cacah Periksa n % 0 1 ,5 1 98 48,0 2 70 34,3 3 30 14,7 4 3 1,5 5 2 1,0 Total 204 100,0

4. Jenis pemeriksaan kehamilan

Jenis pemeriksaan yang sering dilakukan adalah penimbangan badan 94% kemudian diikuti oleh pemeriksaan tekanan darah 92,7% dan mendengarkan denyut jantung 88,7%, dan penjelasan tentang makanan 81,9%.

Tabel 48. Jenis pemeriksaan yang dilakukan saat periksa kehamilan (N = 1407)

Periode Januari-Maret 1998 Jenis pemeriksaan n % Berat badan 1.322 94,0 Tinggi badan 1.196 85,0 Tekanan darah 1.304 92,7 Tes darah 793 56,4

Tes air kencing 264 18,8

Pengukuran tinggi rahim 1.047 74,4 Dengarkan denyut jantung 1.248 88,7

Periksa dalam jln lahir 266 18,9

Pernah dikirim (dirujuk) 31 2.2

Penjelasan kejang pd bayi 974 69,2

Penjelasan ttg makanan 1.152 81,9

Tanda bahaya kehamilan 1.042 74,1

Penjelasan ttg menyusui 1.117 79,4

Menerima penjelasan KB 1.039 73,8

Penjelasan renc persalinan 1.035 73,6

5. Alasan tidak memeriksakan kehamilan

Riwayat kesehatan dan kesadaran ibu untuk memeriksakan kehamilannya cukup tinggi 92,1% (1407). Hanya 7,9% (119) yang tidak memeriksakan kesehatan kehamilan si bungsu. Dari 204 wanita hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya, alasan utamanya adalah masalah lain-lain, yakni 53,8% (64), kemudian jarak yang jauh sebesar 14,3% (17), sedangkan alasan kwalitas pelayanan sama sekali bukan menjadi kendala.

(42)

Tabel 49. Alasan utama tak memeriksakan kehamilan Kabupaten Belu, Periode Januari-Maret 1998

Alasan tidak periksa kehamilan bungsu n %

Terlalu jauh 17 14,3

Dijumpai masalah/sakit 13 10,9

Transpot sulit 1 0,8

Tiada pelayanan kehamilan 2 1,7

Tidak tahu kemana 14 11,8

Terlalu susah 8 6,7

Lainnya 64 53,8

Total 119 100,0

6. Kejadian sakit, zat besi dan ANC

Angka kejadian sakit, zat besi dan ANC pada wanita hamil di kabupaten Purworejo pada tahun 1997 dapat dilihat pada tabel 53.

Tabel 50. Angka kejadian Baru (Lama) tentang Sakit, Zat Besi dan ANC pada Wanita Hamil di Kabupaten Belu, periode Januari-Maret 1998

(N=, PDO=39010)

Kejadian n Rate

Sakit 409 467

Tablet Zat Besi 212 242

ANC 409 467

PDO: Person Days Observation

Berdasarkan rate di atas menunjukkan bahwa pada periode Januari sampai Maret 1998 ibu hamil yang menderita sakit dan ANC adalah 467 per 1000 ibu hamil per bulan, sedangkan Tablet Besi adalah 242.

7. Tempat Pelayanan Zat Besi

Tempat pelayanan tablet zat besi yang sering adalah di posyandu (32,2%), sedangkan di puskesmas merupakan tempat distribusi tablet zat besi yang relatif sering digunakan (42,5%) dan di klinik swasta 9,5%.

(43)

Tabel 51. Tempat Asal Mendapat Tablet Zat Besi Kabupaten Belu Periode Januari-Maret 1998

Tempat n % RS Pemerintah 3 1,7 RS Swasta 5 2,9 Puskesmas/Pustu 74 42,5 Klinik swasta 16 9,2 RS Bersalin 0 ,0 Dokter swasta 0 ,0 Bidan swasta 1 ,6 Polindes 18 10,3 Posyandu 56 32,2 Rumah (responden) 0 ,0

Lainnya (organisasi sosial) 1 ,6

Total 174 100,0

3.2.4.2.3. Program Keluarga Berencana

Berdasar atas perhitungan rate menunjukkan bahwa rate akseptor baru KB dalam periode Januari sampai Maret 1998 adalah 8 per 1000 wanita usia subur per bulan dan berhenti menggunakan alat kontrasepsi 6 per 1000 akseptor KB per bulan.

Tabel 52. Angka kejadian Baru (Lama) tentang Pemakaian Alat Kontrasepsi (KB) pada Wanita Usia Subur di Kabupaten Belu, periode Januari-Maret

1998

Pemakaian alat KB N PDO n Rate

Mulai 1676 148516 40 8

Berhenti 1161 102880 21 6

PDO: Person Days Observation

1. Tempat dan petugas pelayanan KB

Tempat tersering untuk pelayanan KB adalah di Puskesmas (51,4%), sedangkan di posyandu terdapat 25,4%, kemudian disusul Rumah Sakit Pemerintah 3,4%.

(44)

Tabel 53. Tempat Memasang Alat KB Kabupaten Belu (Januari - Maret 1998)

Variabel n % Tempat mendapat/memasang RS pemerintah 2 3,4 RS swasta 0 ,0 Puskesmas/pustu 39 66,1 Klinik Swasta 0 ,0

Bidan Praktek Swasta 0 ,0

Posyandu 15 25,4 Apotik/toko Obat 0 ,0 PLKB 1 1,7 Safari Kb 0 ,0 Tidak Di Mana-mana/rumah 0 ,0 Lainnya 2 3,4 Total 12 100,0

Pemasang alat KB yang digunakan oleh wanita adalah bidan (84,7%) merupakan pilihan responden yang tertinggi, kemudian diikuti oleh perawat dan memasang sendiri masing-masing 11,9% dan hanya 3,4% dipasang oleh dokter.

Tabel 54. Pemasang Alat KB Kabupaten Belu Januari - Maret 1998 Pemasang n % Dokter 2 3,4 Bidan 50 84,7 Perawat 7 11,9 Sendiri 0 ,0 Lainnya 0 ,0 Total 59 100,0

3.2.5. Survailan Nutrisi dan Gizi

Pada saat ini, status gizi balita dapat dilihat dari hasil pengukuran LLA yang dilakukan oleh petugas lapangan LPKGM/FK-UGM di Belu. Untuk mengetahui status gizi balita dapat dilihat pada tabel analisis median dan z-skor yang didasarkan pada perhitungan LLA per umur balita.

(45)

Tabel 55. Median dan Z-Skor Balita berdasar pengukuran LLA periode Januari-Maret 1998

Kelompok Umur Median Z-skor N

(Bulan) 0-5 12,0 -0,144 201 6-11 12,3 -0,247 345 12-23 13,0 -0,280 592 24-35 13,5 -0,179 600 36-47 14,0 -0,119 605 48-59 14,2 -0,115 608 Total 13,3 -0,162 2.951

Tabel 56. Proporai status gizi berdasar perhitungan LLA per umur pada balita periode Januari-Maret 1998

Kelompok Umur (Baku Median Us Nhanesi) TOTAL (Bulan)

Persentase LILA/U

Baik Sedang Kurang N %

0-5 75,6 20,4 4,0 201 100 6-11 45,5 48,1 6,4 345 100 12-23 29,9 61,7 8,4 592 100 24-35 37,2 55,2 7,6 600 100 36-47 39,5 52,6 8,0 605 100 48-59 40,1 50,0 9,9 608 100 Total 40,4 51,7 7,9 2.951 100

Status gizi balita di Kabupaten Belu pada periode Januari-Maret 1998 berdasarkan perhitungan LLA per-umur dengan menggunakan baku median US NHANSI menunjukkan bahwa secara umum adalah sedang (52,9%), hanya 2,1% yang status gizinya kurang. Status gizi kurang kebanyakan dialami balita pada usia 12 bulan atau lebih.

Pada wanita yang telah melahirkan anak, angka insiden kasus mulai menyusui dan menyapih disajikan pada tabel 53. Diantara 1023 wanita yang ditemukan sedang menyusui, 134 diantaranya kasus baru dalam bulan tersebut. Dengan demikian angka insidensi menyusui bayi adalah 32 per 1000 wanita menyusui per bulan sedangkan angka insidensi menyapih adalah 13 per 1000 wanita menyusui per bulan. Perbedaan angka yang cukup menyolok antara yang memulai menyusui dan menyapih perlu digali lebih lanjut, karena tidak bisa diterangkan dari perbedaan yang terjadi akibat kematian dari beberapa bayi dan anak selama pengamatan. Meskipun demikian jikalau dilihat dari angka absolut tidak terlalu sulit untuk diterangkan. Disamping itu, menurunnya angka meyusui dan menyapih adalah suatu fenomena yang kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk kajian labih lanjut, karena kedua informasi tersebut tidak mungkin dikumpulkan dari data survai kesehatan umumnya.

(46)

Tabel 57. Angka kejadian Baru Wanita Usia Subur yang Menyusui dan Menyapih di Kabupaten Belu, periode Januari-Maret 1998

Kejadian menyusui N PDO n Rate

Mulai menyusui 1.023 82430 87 32

Berhenti menyusui 1.684 136739 57 13

PDO: Person Days Observation

Data survailan di Kabupaten Belu juga mengumpulkan angka-angka yang berkaitan dengan cakupan “exclusive breastfeeding”. Data tersebut bersama dengan pola konsumsi makan diolah dan dilakukan pada makalah lain. Namun demikian dari data longitudinal ini paling sedikit dapat diperoleh gambaran berapa jumlah wanita yang menyusui baru dan meyapih tiap bulannya dalam satu daerah tertentu, yang bermanfaat untuk memperkirakan kuantitas pelayanan yang perlu diberikan setiap bulannya.

(47)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.

KESIMPULAN

Data yang dikumpulkan pada siklus 5 merupakan kelanjutan dari siklus 4; sebagai informasi cross-sectional yang merupakan bagian dari survailan longitudinal dengan pengumpulan data sequential. Khususnya data cross-sectional dianalisa secara deskriptif analitik, yang mencakup masalah demografi, epidemiologi, kesehatan masyarakat dan status nutrisi gizi.

Secara umum kondisi demografi masih kurang baik, dengan struktur penduduk umur muda, hampir 50% dibawah umur 20 tahun dan balita terdapat pada 13,6%, bayi 2,3%. Sedangkan umur di atas 60 tahun adalah 6,1%. Tingkat pendidikan hampir 80% berpendidikan paling tinggi sekolah dasar (SD) dan kurang dari 10% anggota sampel ini berpendidikan setingkat sekolah menengah tingkat atas. Pekerjaan terbanyak adalah usaha pertanian (55,1%) sedangkan yang tidak bekerja adalah cukup tinggi (33,7%). Kondisi rumah hampir lebih dari separuh menunjuk ke tingkat sosial ekonomi rendah (yang dapat ditunjukkan dari jenis atap daun alang-alang 50,5%, lantai tanah 68,8%, dan jenis dinding pelepah goang 88,3%). Keadaan sanitasi yang merupakan indikator tingkat kesehatan masyarakat adalah relatif rendah. Kakus sendiri/bersama tanpa tangki adalah 57,0%. Penerangan listrik terdapat pada 22,6% dan yang memiliki TV hanya 8,2%.

Morbiditas balita yang tersering adalah infeksi saluran pernapasan atas dengan rate 9 per 1000 balita per bulan untuk pilek dan 7 per 1000 balita per bulan untuk batuk. Sedangkan kejadian diare relatif sedikit dengan rate 2 per 1000 balita per bulan.

Perilaku untuk memperoleh imunisasi bayi adalah tinggi rata-rata lebih dari 90%. Posyandu masih merupakan tempat tersering untuk imunisasi (lebih dari 90%), sedangkan puskesmas melayani imunisasi relatif rendah (6,0%). Frekuensi balita ditimbang setelah umur 5 bulan rata-rata tinggi lebih dari 7%. Hampir semua anak dibawah dua tahun mempunyai kartu imunisasi (lebih dari 80%). Pola menyusui balita sampai anak umur 2 tahun adalah cukup tinggi, sedangkan menyusui secara eksklusif adalah relatif rendah (+ 34%). Tempat pelayanan balita sakit tersering di puskesmas dengan rata-rata 45%, sedangkan di klinik swasta kurang lebih 13%. Balita sakit yang diobati sendiri, tidak mendapat pengobatan secara medis adalah cukup tinggi rata-rata lebih dari 10%.

Status morbiditas wanita hamil ditunjukkan dengan kejadian sakit. Pada siklus ke lima ini ditemukan kejadian sakit sebesar 467 per 1000 kehamilan per bulan dan yang mengalami rujukan sebanyak 8 per 1000 wanita hamil per bulan. Keluhan yang tersering adalah mual dan muntah 33,5%, anemia 33,5% dan kejang 12,9%. Persalinan dengan bayi lahir hidup adalah 92,9%, fetal death 6,0% dan 1,2% dengan bayi lahir mati. Persalinan tersering adalah di rumah (71,4%) dan penolong persalinan yang tersering adalah dukun (41,8%). Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah meningkat khususnya pertolongan oleh bidan (24%). Bidan desa cenderung meningkat untuk memberikan pertolongan persalinan (kurang lebih 28,2%) sedangkan bidan yang praktek swasta menolong persalinan sebanyak 25,6%.

Gambar

Tabel 3.Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998
Tabel 4.Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Pekerjaan Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998
Tabel 7.Karakteristik Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998
Tabel 8.Karakteristik Rumah Tangga Menurut Jenis Kakus Kabupaten Belu Periode April-Juni 1998
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal demikian juga diutarakan oleh Herlant dan Nopithalia(2005:27) berdasarkan penelitiannya memaparkan dalam pembuatan soal guru lebih banyak memilih cara instan

Zirconia merupakan bahan keramik yang mempunyai sifat mekanis baik dan banyak digunakan sebagai media untuk meningkatkan ketangguhan retak bahan keramik lain diantaranya

[r]

Sejalan dengan uraian tersebut, dengan melihat gejala sosial antara bagian yang satu dengan bagian yang lain tidak dapat dipisahkan (holistik) usaha penulis untuk

2alam analisis kualitati&#34; sistematis# kation-kation diklasi&#34;ikasikan dalam lima golongan# berdasarkan si&#34;at-si&#34;at kation itu terdapat beberapa

Dari hasil pembahasan di atas bahwa sangat penting dan juga sangat berarti administrasi pada suatu pendidikan untuk mencapai tujuan yang optimal, yang sebagaian

Dari hasil identifikasi kandidat service dalam subbab 4.3.3.1., didapatkan 10 buah kandidat service yaitu service memasukkan transaksi, transaksi, member, barang, memasukkan

Selain itu, perseroan juga akan melunasi pinjaman dari Bank of New York Mellon cabang Singapura senilai US$90 juta yang baru diperoleh pekan lalu.. Pinjaman kepada Bank of New