STUDI ILMU POLITIK Oleh: P. Anthonius Sitepu
Edisi Pertama
Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta2012 pada penulis,
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta 55283
Telp. : 0274-889836; 0274-889398 Fax. : 0274-889057
E-mail : info@grahailmu.co.id
Sitepu, P. Anthonius
STUDI ILMU POLITIK/ P. Anthonius Sitepu - Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2012 Xii + 250 hlm, 1 Jil. : 26 cm.
ISBN: 978-979-756-823-8
KATA PENGANTAR
I
lmu Politik , disiplin ini berkaitan erat dengan studi fenomena politik. Fenomena ini dianggap sebagai ciri-ciri khusus dari pada pemerintahan nasional dengan otoritas lokal maupun regionalnya dan memang di sinilah politik dengan jelas tampak terutama aktivitas politik yang nyata. Politik itu ada di setiap organisa-si, entah itu dalam kegiatan bisnis, serikat pekerja, gereja ataupun itu organisasi-organisasi sosial. Maka politik karenanya dapat dilihat dalam berbagai variasi atau aspek yang dapat digambarkan sebagai persoalan-persoalan yang menyangkut dan berkenaan dengan kekuasaan , dengan resolusi konfl ik , atau juga bisa bekenaan dengan pengambilan keputusan politik. Ilmu Politik adalah ilmu yang mempelajari politik (politics) atau kepolitikan. Politik adalah usaha-usaha untuk menggapai kehidupan yang lebih baik Orang Yunani Kuno , seperti Aristotels , politik baginya berarti mengatur apa yang seyogianya kita lakukan dan apa yang seyogianya tidak dilakukan. Pernyataan Aristotels itu mengingatkan kita sedemikian pentingnya mempelajari politik. Hal ini dikarenakan sejak dari dulu kala, masyarakat mengatur kehidupan bersama, dengan baik, dengan mengingat masyarakat sering behadapan dengan kondisi terbatasnya sumber daya alam dan pada saat yang sama memerlukan suatu pengaturan (regulasi) agar sumber daya yang terbatas itu dapat terdistribusikan secara merata kepada setiap orang dan puas atas hal tersebut. Namun demikian timbul pertanyaan, bagaimana caranya untuk mencapi hal tersebut? Antara lain dapat dicapai dengan membangun sebuah otoritas. Otoritas itu diberikan kepada sebuah sistem politik atau negara. Negaralah yang memiliki otoritas atau kekuasaan untuk membuat langkah-langkah atau kebijakan yang akan menentukan pembagian atau alokasi dari sumber-sumber yang ada itu.Maka dengan demikian, politik suatu negara adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah kekuasaan (power ), pengambilan keputusan (decision making), kebijakan publik (public policy) dan alokasi atau distri-busi (allocation & distribution). Beragam fenomena politik yang telah mendorong keinginan untuk membuat tulisan yang terangkum dalam bentuk buku ini yang diberi judul Studi Ilmu Politik . Disebut sebagai pengantar karena aspek-aspek politik yang dimuat dalam buku ini lebih cenderung kepada pilihan konsep -konsep, dasar-dasar pemikiran tentang politik yang dianggap sangat fundamental menuju ke pengetahuan tentang politik yang lebih mendalam. Sehingga buku ini sepertinya telah mencakup sebagian dari keanekaragaman aspek yang ada yang terkait dengan fenomena politik itu. Maka sebagai landasan konseptual daripada fenomena politik yang dimaksudklan itu adalah pengertian yang lebih luas terhadap makna politik, termasuk dalam hal ini adalah berupa decision making policy dan decision enforcing processes. Namun demikian, di antara para ilmuan politik dan ilmuan sosial lainnya yang mempelajari secara mendalam pengertian atau pemberian
vi Studi Ilmu Politik
makna proses ini ke dalam kelompok-kelompok yang bukan termasuk pengertian kelompok yang bukan terma-suk dalam ketegori atau terminologi pemerintahan (non-governmental) seperti misalnya organisasi-organisasi perburuhan. Akan tetapi juga banyak ilmuan yang telah memusatkan perhatiannya atau studinya pada proses pemerintahan ini. Maka dalam hubungan ini, yang diartikan dengan politik itu adalah the processes of making
government policies. Proses itu melekat dalam pengertian politik di atas dan hal ini berada di dalam
pusat-pusat kegiatan politik seperti halnya di dalam sebuah sistem politik.
Politik pada umumnya yang lebih cenderung hubungan yang bersifat konfl iktual. Politik sebagaimana yang dipergunakan dalam perdagangan, bahwa ini adalah merupakan processes of making government
poli-cies. Sebagaimana umumnya politik itu adalah konfl ik atau paling tidak politik itu senantiasa berkaitan erat
dengan konfl ik. Hal ini disebabkan karena dari beberapa bentuk perjuangan yang ada dalam lingkungan hidup dan kehidupan masyarakat atau di antara manusia yang mencoba untuk memenuhi kepentingan-kepenting-annya, aspirasi-aspirasinya, kehendak-kehendaknya, keinginan-keinginkepentingan-kepenting-annya, yang pada akhirnya terjebak dalam suasana pertentangan-pertentangan, pertikaian-pertikaian, konfl ik-konfl ik dan sebagainya. Kepentingan-kepentingan, kehendak-kehendak, aspirasi-aspirasi yang ada tersebut terbentuk dalam berbagai variasi dan berbeda-beda. Dan dari segi pandang yang lain tampaknya sifat atau hal itu seolah-olah harus diperjuangkan sepertinya ada sebuah dorongan yang mendesaknya demi tercapainya tujuan tersebut. Namun dari sisi yang lain, di seberang sana, juga terdapat suasana dan permasalahan yang serupa. Maka dengan demikian salah satu faktor yang mendorong ke arah suasana konfl ik adalah terjadi sebagai akibat dari kondisi seperti itu yang masing-masing bertemu ke dalam suasana yang bersifat opposing interests.
Kita ini hidup dalam suasana kemasyarakatan, hidup bersama. Dan ini saya kira menjadi dasar suatu kehidupan yakni dalam hidup bersama (people live together) bukan dalam keadaan hidup kesendirian. Ke-hidupan bersama ini sering disebut sebagai masyarakat (society). Di dalam pemikiran yang demikian, terdapat di dalamnya yang pada umumnya seperti, tradisi-tradisi, lembaga-lembaga, aktivitas-aktivitas, kepentingan-ke-pentingan (interests). Manakala kita mencoba untuk merefl eksikan ke dalam kehidupan kita sendiri, serta hen-dak mencoba memahami apa yang telah terjadi dalam hidup kita sendiri, selanjutnya kita akan merealisasikan kisah atau pengalaman hidup kita itu ke dalam terminologi yang bermakna dan spketrum yang lebih luas yaitu di dalam hubungan-hubungan (relasi) kita dengan orang lain. Maka pada saat itulah kita itu masuk ke dalam suasana interaktif. Ketika itu pula mulai berlangsung untuk pertama kalinya pertumbuhan dan perkembangan konfl ik -konfl ik itu. Mengapa?. Hal ini terjadi disebabkan karena adanya perbedaan-perbedaan yang tajam ter-hadap berbagai kepentingan-kepentingan (interests), keinginan-keinginan, kehendak-kehendak dengan yang lain, dan sebagainya yang serupa dengan itu. Jikalau persoalan ini kita rangkum ke dalam satu istilah, namanya nilai-nilai (values). Salah satu nilai yang diartikan di sini adalah demokrasi.
Nilai-nilai demokrasi yang sekaligus juga sebagai konsep dalam ilmu politik yang dalam hubungan ini diungkapkan sebagai nilai politik. Nilai-nilai yang terdapat dalam konsep politik demokrasi, berada dalam pro-ses politik yaitu sebagai, set of arrangement for making reasonable decision, and making the public’s fair play. Perduli terhadap aturan-aturan main seperti misalnya dalam penyelenggaran pemilihan umum (pemilu), hak-hak berserikat (berkumpul). Dan lagi pula demokrasi secara konsepsional, senantisa dikaitkan dengan penger-tian politik (politics sense). Namun dalam kenyataannya (empirik), konsep demokrasi yang pada awalnya yang berasal bahasa Yunani Kuno , yaitu demos dan cratein. Demos, dapat diartikan sebagai rakyat (people) dan cratein, cratos diterjemahkan sebagai kekuasaan (authority,power ). Atau dengan dalam pengertian yang lain, bahwa demokrasi itu adalah, means government by the people not government by the one person (monarchy, dictators) atau dengan government by the few (oligarchy/aristocracy).
Kata Pengantar vii
Maka terkait dengan persoalan di atas, bahwa pengertian demokrasi tersebut dapat dilihat ke dalam dua perspektif, yakni (a). diyakini bahwa demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan (a form of government) dan (b). melihat bahwa demokrasi yang memiliki nilai-nilai substantif atau berupa kebijakan-kebijakan peme-rintah misalnya dalam hal memberikan jaminan kepada masyarakat atau warga negara kebebasan beragama, kemerdekaan untuk berpartisipasi politik, kesetaraan gender, dan keadilaan (equality). Dari dua pandangan di atas, menunjukkan bahwa pada yang pertama, bahwa mereka ini berkonsentrasi pada pendekatan-pendekat-an ypendekatan-pendekat-ang bertitik tolak dari asumsi dasar bagaimpendekatan-pendekat-anakah kebijakpendekatan-pendekat-an-kebijakpendekatan-pendekat-an itu seharusnya diabuat atau di-laksanakan dan yang lain merujuk kepada masalah yang substansial maka ia berhadapan dengan persoalan-persoal an prosedural yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan, apa (what) yang dibuat oleh pemerintah itu.
Dari perspektif lainnya, menunjukkan bahwa demokrasi itu dapat juga dilihat sebagai suatu prosedur dalam sistem kenegaraan dan politik pemerintahan pada umumnya. Maka dengan demikian, demokrasi adalah sebagai instrumen untuk mencapai tujuan nasional. Demokrasi adalah serangkaian prinsip-prinip yang meng-gambarkan bagaiman pemerintahan tersebut akan membuat kebijakan-kebijakannya. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip yang dimaksudkan itu adalah: (a). who should participant in decision making? (b). how much
should each participants vote count?, (c).how many votes are needed to reach a decsion?
Maka dengan merujuk kepada teori ini, yang pertama adalah bahwa setiap orang yang sudah dewasa, di dalam lingkungan masyarakat politik yang akan berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan-kebijakan. Maka oleh sebab itu dalam hubungan ini kita dapat merujuk kepada prinsip yang bersifat “universal participation” sebagai jawaban atas pertanyaan yang ke dua di atas, seturu dengan teori demokrasi prosedural , adalah bahwa “all votes should be counted equality”. Maka dengan dengan demikian, ini merupakan prinsip dasar yang bertitik tolak dari pandangan bahwa “political equality”. Dan yang ketiga, sesuai dengan teori demokrasi prose-dural, bahwa dalam sekelompok orang yang memilki kekuatan mayorits sehingga prinsip ini disebut sebagai sesuatu yang bersifat majority rule. Dari ketiga tingkatan prinsip-prinsip teori demokrasi prosedural yangt telah disebutkan di atas, dilihat sebagai suatu kebutuhan terhadap pembuatan kebijakan-kebijakan yang mengan-dung pengertian dan makna yang bersifat demokratis. Dalam tingkatan kemasyarakatan, yang masih dalam kondisi tradisional, bahwa ketiga-tiga prinsip tersebut, dapat ditemukan di dalam suatu wacana demokrasi yang diartikan dengan demokrasi secara langsung (direct democracy). Namun di dalam tingkatan kemasyarakatan yang sudah modern, atau masyarakat yang sudah maju dan kompleks, maka masyarakat atau warga negara tidak dapat lagi secara langsung berpartisipasi dalam proses politik maupun dalam pemerintahan . Kendatipun demikian, alternatifnya adalah dengan menempuh jalan demokrasi secara tidak langsung (indirect democracy) atau juga dapat disebut sebagai representative democracy setidak-tidaknya dilakukan dengan melalui pemilih-an umum (general election) atau ypemilih-ang sering disebut dengpemilih-an istilah a system of representation .
Di dalam buku ini, yang pertama sekali dipersoalkan adalah mengenai pengertian politik itu sendiri. Dalam hubungan ini seperti yang dikemukakan oleh Surbakti (2010: 1-8) dan dari berbagai literatur lain-nya, bahwa dari berbagai kepustakaan ilmu politik disimpulkan sekurang-kurangnya ada lima konsep dasar atau pandangan tentang politik. Pertama, bahwa politik itu adalah usaha-usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, bahwa politik itu terkait dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan . Ketiga, politik adalah segala kegiatan yang terkait dengan kegiatan yang meng arahkan kepada pencaharian dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik senantiasa berkaitan erat dengan kegiatan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik se-bagai konfl ik dalam rangka mencari dan atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.
viii Studi Ilmu Politik
Perkembangan ilmu politik mengalami kemajuan yang pesat sesudah Perang Dunia Kedua. Terdapat dua pandangan yang berkaitan dengan munculnya Ilmu Politik sebagai sebagai disiplin ilmu. Pertama, pan-dangan yang melihat bahwa Ilmu Politik merupakan salah satu bagian dari pengetahuan sosial lainnya. Kedua, pandangan yang menganggap bahwa Ilmu Politik lahir pada akhir abad 19-an. Dalam perkembangannya, di-pengaruhi oleh ilmu-ilmu sosial lain, yakni Sosiologi, Psikologi, Ilmu Hukum dan sebagainya yang ke semuanya berkembang sesuai dengan keinginan untuk mempelajari fenomena sosial secara lebih rinci. Maka dalam perkembangannya itu, tidak dapat dihindari pengaruhnya (ilmu-ilmu sosial) terhadap ilmu sosial lainnya dalam hal ini misalnya Ilmu Politik yang memperoleh sumbangan yang sangat besar dan berharga dari fi lsafat, sejarah, sosiologi, psikologi dan ilmu hukum. Maka dengan suasana seperti itu Ilmu Politik tampaknya telah menyatu-kannya menjadi ilmu yang memiliki cakrawala dan spektrum yang sangat luas.
Karenanya pembidangan dalam Ilmu Politik terasa semakin penting, dengan harapan agar dengan me-lalui pembidangannya, Ilmu Politik dapat memusatkan perhatiannya pada gejala-gejala yang lebih luas ataupun lebih khusus. Pembidangan ini sebenarnya bukanlah merupakan sesuatu yang asing dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sebagai ilmu pengetahuan, Ilmu Politik yang merupakan salah satu cabang ilmu-ilmu sosial yang telah berdiri sendiri. Dalam Contemporary of Political Science yang diterbitkan oleh UNESCO dengan berdasarkan hasil Konferensi Internasional untuk menelaah, pengajaran, penelitian dan metoda-metoda Ilmu Politik, diungkapkan perincian tentang ruang lingkup Ilmu Politik ke dalam empat kajian pokok yakni, I. Teori Politik: (a). Teori Politik, (b). Sejarah Perkembangan Ide-ide Politik II. Lembaga Lembaga Politik: (a). Undang Undang Dasar, (b). Pemerintahan Nasional, (c). Pemerintahan Daerah dan Lokal, (d). Fungsi Ekonomi dan Sosial Pemerintahan, (e). Perbandingan Lembaga Lembaga Politik. III. Partai Partai, Golongan-golongan dan Pendapat Umum: (a). Partai Partai Politik, (b). Golongan Golongan dan Asosiasi Asosiasi, (c). Partisipasi Ma-syarakat Dalam Pemerintahan dan Administrasi, (d). Pendapat Umum. IV. Hubungan Internasional: (a). Politik Internasional, (b). Organisasi Organisasi dan Administrasi Internasional, (c). Hukum Internasional.
Bertolak dari keragaman aspek yang dibahas dalam Ilmu Pllitik, tulisan dalam buku karangan ini maka buku ini dibagi ke dalam empat bagian pokok. Setiap bagian terdiri dari beberapa bab. Bagian 1 temanya adalah Teori-teori Politik , yang dibahas di dalam bagian ini adalah apakah politik itru?, pemerintahan , sistem politik dan regime, ideologi politik, demokrasi, negara, politik internasional dan politik lokal. Sedangkan dalam bagian 2, mengenai Politik Global dan Politik Lokal: politik internasional atau politik dunia, regionalisme dan Politik dalam negeri (Lokal), Dan dalam bagian 3, temanya adalah Interaksi dan Dinamika Politik terdiri dari budaya politik, komunikasi politik, perwakilan dan perilaku pemilih, partai politik, sistem kepartaian, kelom-pok kelomkelom-pok kepentingan dan gerakan sosial politik. Dan bagian 4 mengambil tema tentang Mekanime dan Pranata-Pranata Pemerintahan, yang terdiri dari konstitusi (UUD), Hukum, lembaga legislatif , lembaga ekse-kutif , birokrasi , militer .
Maka dengan membicarakan buku Pengantar Studi Politik ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan, di sana sini, terutama menyangkut aspek kadar keilmiahannya, metodolo-gi, materi yang disajikan dan sebagainya. Namun demikian, saya berkeyakinan bahwa dengan segala kekurang-an buku ini, memberkekurang-anikkekurang-an diri untuk masuk ke dalam khaskekurang-anah ilmu politik sebagai kontribusi menambah kepustakaan ilmu politik umumnya. Semoga!
Medan, November 2011 P. Anthonius Sitepu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
BAGIAN 1 TEORI-TEORI POLITIK 1
BAB 1 APAKAH POLITIK ITU 3
Defi nisi Tentang Politik 3
Konsep-konsep Politik 10
Pendekatan dalam Ilmu Politik 15
Pendefi nisian Ilmu Politik 18
Konsep, Teori, dalam Ilmu Politik 20
Kedudukan Ilmu Politik 25
BAB 2 PEMERINTAHAN, SISTEM POLITIK DAN REGIME 31
Pengertian Pemerintahan 31
Bentuk Negara & Pemerintahan 32
Dialektika Bentuk Negara 35
Sistem Politik 38
Regime 45
Klasifi kasi Regime Politik 46
Klasifi kasi Modern 48
BAB 3 IDEOLOGI-IDEOLOGI POLITIK 49
Apakah Ideologi Politik Itu? 49
Pemikiran Ideologi Liberalisme 53
Pengertian Ideologi Liberalisme 54
Pemikiran Modern Tentang Demokrasi 58
Negara dalam Legitimasi Theologis 60
Negara dalam Legitimasi Ontologis 61
Negara dalam Legitimasi Sosiologis 62
x Studi Ilmu Politik
Beberapa Pengertian Pokok Nasionalisme 68
Pemikiran dan Ideologi Sosialisme 70
Beberapa Pengertian Pokok Sosialisme 71
Perkembangan Pemikiran Marxisme 72
BAB 4 TEORI DEMOKRASI 75
Perkembangan Teori dan Praktik Demokrasi 75
Perspektif Teori dan Konsep Demokrasi 76
Pengklasifi kasian Demokrasi 83
Menuju Demokrasi Prosedural 87
Demokrasi dalam Praktik Politik 89
Dewan Perwakilan Rakyat dalam Konfi gurasi Politik 94
Partai Politik dan DPR dalam Sistem Politik Demokrasi Terpimpin 95
BAB 5 PEMIKIRAN DAN TEORI NEGARA 99
Negara dalam Konteks Keilmuan 99
Teori Politik 100
Filsafat Politik 102
Ilmu Politik 106
Negara dalam Konsep Politik 108
Ide dan Konsep Negara 108
Konsep Tentang Negara 109
Unsur-unsur Negara 119
Teori Politik Tentang Negara 119
Hubungan Antara Negara dan Masyarakat 121
Teori Tentang Negara dan Kekuasaan Politik 126
Teori Kekuasaan Negara 128
Pelaksanaan Kekuasaan Politik 133
Teori Pembagian Kekuasaan Negara 133
Pembagian Kekuasaan dalam Perspektif 137
BAGIAN 2 HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN REGIONALISME 141
BAB 6 POLITIK INTERNASIONAL DAN REGIONALISME 143
Politik Internasional 143
Perubahan Tatanan Dunia 146
Regionalisme 150
Teori Regionalisme 151
Teori Integrasi Regional dalam ASEAN 152
BAB 7 STUDI POLITIK LOKAL 155
Sentralisasi atau Desentralisasi 155
Konsep Desentralisasi 156
Interaksi dan Dinamika Politik 161
BAB 8 BUDAYA POLITIK DAN KOMUNIKASI POLITIK 163