• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Lapisan Lempung Terhadap Peningkatan Lengas Tanah Pada Lahan Marginal Berpasir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pemberian Lapisan Lempung Terhadap Peningkatan Lengas Tanah Pada Lahan Marginal Berpasir"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

J.Tek.Ling Vol. 7 No. 2 Hal. 198-205 Jakarta, Mei 2006 ISSN 1441 – 318X

PENGARUH PEMBERIAN LAPISAN LEMPUNG

TERHADAP PENINGKATAN LENGAS TANAH PADA

LAHAN MARGINAL BERPASIR

Sudaryono

Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract

Various methods for water or soil humidity conservation include the use of chemicals (synthetic matter) and plastic or asphalt layer at certain depth under soil profile to hold irrigation or rain water entering into the soil to prevent rapid disappearance from root zone. The present study observed the role of fine texture soil (clay fraction) in increasing water capacity, and releasing power of water for the need of plantation in marginal soil with sand easily pressed structure, and sensitive to water and wind erosion. The study was carried out in Glagah Coast, Kulon Progo, Yogyakarta. The results conclude that the addition of 10 cm of clay layer at the depth of 20-30 cm may optimally increase the humidity of sandy soil.

Key words: Clay fraction, water capacity, marginal soil

1. PENDAHULUAN

Pertambahan jumlah penduduk telah berdampak terhadap kebutuhan sumber daya lahan, sementara sumberdaya lahan sangat terbatas, sedang kerusakan lahan terus mengalami peningkatan, hal tersebut harus mendapatkan perhatian secara serius oleh para pakar pertanian untuk dapat mencari jalan keluarnya. Berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan harus didukung semua pihak, karena kegiatan tersebut mempunyai arti sangat strategis daripada mencetak lahan baru, karena membuka hutan bukan berarti tanpa resiko, apalagi di pulau Jawa, luas hutan yang tersisa kurang dari 30% dari seluruh luas daratan.

Upaya meningkatkan produksi lahan (terutama lahan bermasalah, seperti lahan gambut, kritis, dan marginal lainnya) memiliki beberapa keterbatasan yang harus dapat ditiada- kan, antara lain adalah : cekaman air

(water stress), kemasaman tanah,

ke-terbatasan hara tanaman, pemampatan tanah, rendahnya kandungan bahan organik, draenage jelek, kemunduran mutu tanah akibat erosi, abrasi, pengikisan tanah, dan lain-lain.

Dalam kaitannya dengan daya menyimpan air, tanah pasiran mempunyai daya pengikatan terhadap lengas tanah yang relatif rendah karena permukaan kontak antara tanah pasiran ini didominasi oleh pori-pori mikro(1,2). Oleh karena itu air yang jatuh ke tanah pasiran akan segera mengalami perkolasi dan air kapiler akan

(2)

mudah lepas karena evaporasi. Laju evaporasi ini sangat penting dalam kaitannya dengan penghematan lengas tanah, sehingga penekanan laju evaporasi pada tanah pasiran akan bisa menghemat lengas yang disimpannya, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman.

Beberapa cara untuk mengurangi kecepatan perkolasi pada tanah pasiran dapat dilakukan dengan menggunakan suatu bahan sebagai penghambat telah banyak diteliti dengan menggunakan sejenis bahan kimia berupa bahan sintetis yang berfungsi menaikkan daya penyimpanan air pada tanah pasiran. Kemudian dengan memberi tambahan bahan pengkondisi tanah berupa pupuk kompos atau pupuk organik lainnya akan dapat memperbaiki sifat fisik tanah pasiran3).

Akan tetapi pada umumnya bahan kimia sintetis tersebut terlalu mahal dan sulit diperoleh, terutama di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Oleh karena itu perlu dicari alternatif dengan mencari bahan lain yang murah, mudah didapat dan tidak mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan.

Untuk mengatasi besarnya kehilangan air karena perkolasi ditempuh cara dengan melakukan rekayasa terhadap ekosistem tanah pasiran dengan mencampur atau memberi lapisan lempung pada tanah pasiran yang dapat berfungsi sebagai penghambat laju aliran air ke bawah. Tanah-tanah bertektur lempung mempunyai luas permukaan yang besar, sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara semakin tinggi4). Jumlah kadar lempung pada suatu tanah akan dapat menentukan kapasitas memegang air. Tanah yang mengandung kadar lempung tinggi akan sulit meloloskan air, baik melalui proses penguapan maupun hilangnya air masuk ke lapisan tanah di bawahnya5).

2. MEODOLOGI PENELITIAN

Lapisan tanah lempung yang diletakkan di dalam tanah pasiran akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam meloloskan air. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan/ penempatan lapisan tanah lempung setebal 10 cm dengan 4 (empat) perlakuan dan 3 (tiga) ulangan untuk setiap perlakuan.

2.1. Rancangan Percobaan

Petak-petak penelitian dengan ukuran tiap petak 3 x 6 m, dengan tiga ulangan untuk tiap-tiap perlakuan. Kedalaman pemberian lapisan lempung adalah sebagai berikut:

Perlak I (Bo) : Kontrol (tanpa lapisan lempung) + 20 ton kompos

erlak II (B1) : Lapisan lempung setebal 10 cm pada kedalaman 10-20 cm + 20 ton kompos/ha

Perlak III (B2) : Lapisan lempung setebal 10 cm pada kedalaman 20-30 cm + 20 ton kompos/ha

Perlak IV (B3) : Lapisan lempung setebal 10 cm pada kedalaman 30-40 cm + 20 ton kompos/ha

2.2. Bahan dan Peralatan

Bahan yang digunakan adalah tanah lempung (grumusol). Pelaratan laboratorium untuk analisis sample tanah dan alat untuk pengambilan data di lapangan, terdiri dari : tempat sample tanah (kantong plastik), alat oven, soil sampler, ring infiltrometer, stop watch, cangkul, ember, gayung, penggaris, rol meter, dan timbangan analisis.

Tanah lempung yang akan digunakan sebagai lapisan dihancurkan (ditumbuk) sehingga tidak

(3)

bongkah-bongkah, kemudian dimasukkan kedalam tanah setebal 10 cm ke setiap petak lahan pasiran dengan kedalaman sesuai perlakuan. Selanjutnya tanah pasiran galian ditempatkan kembali diatas lapisan lempung, dan diratakan tanpa dilakukan pemadatan.

2.3. Cara Pengamatan

a) Pengamatan fisik melalui

pengamatan terhadap perubahan kenampakan lahan pasiran selama penelitian berlangsung.

b) Pengamatan infiltrasi, diamati dengan cara :

- Menyiapkan dua tabung infiltrometer dengan diameter yang berbeda

- Kedua tabung infiltrometer dimasukkan vertikal ke dalam tanah, tabung berdiameter besar sedalam 40 cm dan tabung berdiameter kecil sedalam 15

cm. Dengan diameter kecil

terletak di bagian dalam tabung

besar.

- Air dimasukkan diantara dua tabung infiltrometer dan tinggi muka air dijaga tetap

- Tabung infiltrometer kecil diisi air dan dicatat tinggi muka air setelah waktu menunjukkan 30 detik, 60 detik, 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit dan seterusnya setiap 15 menit, sampai penurunan tinggi muka air tetap.

c) Pengambilan sample tanah untuk pengukuran kadar lengas tanah dan berat volume tanah. Sampel tanah diambil sesuai dengan kedalaman nya ( 10 cm, 20 cm, 30 cm dan 40 cm)

3. ANALISIS HASIL

3.1. Keadaan Tanah Sebelum Percobaan

Hasil analisis contoh tanah pasiran sebelum ditambah bahan pengkondisi dan biomikro dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Dari Tabel 1 tersebut di atas menunjukkan bahwa kondisi fisik tanah percobaan termasuk bertekstur tanah pasiran (berdasarkan klasifikasi segitiga USDA) dan struktur tanahnya granuler, porositas tanahnya sampai kedalaman 40 cm adalah 43,92%. Porositas tanah yang besar ini karena penyusunan tekstur tanahnya didominasi oleh fraksi pasir (94,3%) dibandingkan dengan penyusunan yang lain yaitu lempung dan debu.

Berat volume tanah pada kedalaman 0 – 10 cm adalah 1,46 gr/cm3 , pada kedalaman 10 – 20 cm sebesar 1,50 gr/cm3 dan kedalaman 20-30 cm 1,61 gr/cm3.

Tabel 1 : Hasil Analisis Laboratorium pada Tanah Tempat Penelitian Kedalaman Tanah (cm) No Parameter Satuan 0-10 10-20 20-30 30-40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tekstur tanah - Pasir - Debu - Lempung Kelas Tekstur Berat volume Berat jenis Porositas Permeabilitas Klas Bhn. organik N-Total P tersedia K tersedia pH % % % gr/cm3 gr/cm3 % cm/jam - % % ppm me/100g 94.3 2,5 3,2 sandy 1,46 2,65 44,91 34,654 sngt cpt 1,37 0,11 50.32 0.23 5.91 87,66 6,49 5,85 sandy 1,50 2,68 44,03 30,012 sngt cpt 1,34 0,07 42,65 0,19 6,13 86,57 7,48 5,95 sandy 1,61 2,69 44,00 29,546 sngt cpt 1,34 0,08 46,45 0,21 6,16 85,17 8,78 6,05 sandy 1,69 2,69 43,92 29,243 sngt cpt 1,30 0,07 43,76 0,19 6,15

Sedang pada posisi kedalaman 30-40 cm berat volumenya adalah 1,69 gr/cm3. Penentuan berat volume tanah sebelum diolah dapat digunakan sebagai indikasi lapisan padat, semakin padat

(4)

lapisan tanah maka berat volumenya semakin besar. Berat volume tanah cenderung naik jika semakin dalam karena kandungan bahan organik yang semakin rendah, kurangnya agregrasi dan terjadinya pemadatan.

Berat jenis tanah sebesar 2,65 gr/cm3 (pada kedalaman 0-10 cm), 2,68 gr/cm3 (10-20 cm), 2,69 gr/cm3 (20-30 cm), dan 2,69 gr/cm3 (30-40 cm). Berat jenis tanah mempunyai arti penting karena bersama dengan berat volume dan porositas digunakan untuk me-ngetahui kemampuan tanah menyerap dan menyimpan air, dinamika air di dalam dan ketersediaan air dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman.

Permeabilitas tanahnya termasuk kelas sangat cepat yaitu 34,65 cm/jam kedalaman (0 -10 cm), 30,012 cm/jam pada kedalaman (10-20 cm), 29,546 cm/jam (20-30 cm) dan 29,243 cm/jam pada kedalaman (30-40 cm). Perbedaan permeabilitas ini tidak terlepas dari adannya berat volume yang berbeda yaitu semakin dalam maka berat volumenya semakin besar dan berarti semakin padat, itulah sebabnya pada kedalaman 30-40cm permeabilitas tanah lebih rendah, terlalu banyak meloloskan air, mempunyai daya simpan air kecil.

Sedangkan pada sifat kimia tanah pasiran menunjukkan bahwa tanah pasiran yang digunakan untuk percobaan adalah miskin bahan organik 1,30-1,37%, demikian pula unsur hara lainnya. ( N total: 0,07 – 0,11%; K tersedia : 0,19-0,23 ml/100 gr, kecuali kandungan phospor tersedia relatif tinggi yakni 42,65 – 50,32 ppm. Menurut klasifikasi Kohnke6), dapat digolongkan ke dalam tanah yang mengandung unsur hara rendah, meskipun semua unsure utama yang diperlukan untuk

pertumbuhan tanaman tersedia semua. Tipe tanah seperti ini kurang baik untuk usaha pertanian karena terlalu banyak meloloskan air, mempunyai daya simpan kecil, evaporasi besar, maka perlu sekali diadakan usaha perbaikan kesuburan fisik dan kimia agar tanah lebih meningkat kondisi fisiknya3).

3.2. Pengaruh Lapisan Lempung

Tanah lempung yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari daerah Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta dan merupakan tanah Grumusol. Adapun hasil analisis fraksi-fraksinya sebagai berikut : fraksi pasir sebesar (24,74%), fraksi debu (22,76%) dan fraksi lempung (52,50%). Sedang berat volumenya 1,13 gram/cm3.

a. Berat volume tanah

Berat volume tanah berhubungan erat dengan jumlah total ruang pori, semakin besar jumlah total ruang pori akan semakin kecil berat volumenya. Hasil pengukuran berat volume seperti di Tabel 2.

Dari Tabel 2 tersebut di atas menunjukkan bahwa pada awal percobaan (tanah pasir) berat volumenya tinggi, tetapi kemudian setelah ada pemberian pupuk kompos, lapisan lempung dan penyiraman yaitu 21 hari setelah tanam, berat volumenya mengalami penurunan, tanah lebih bergumpal. Tanah yang lepas dan bergumpal akan mempunyai berat persatuan volume (kerapatan massa) rendah dan kerapatan massa yang terjadi ditentukan oleh banyaknya pori maupun butir-butir tanah padat. Besar kecilnya berat volume tanah sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh : i) tekstur tanah, ii) kandungan bahan organik tanah, iii) struktur tanah atau lebih khusus bagian rongga pori tanah3).

(5)

Tabel 2 : Hasil Pengukuran Berat per satuan Volume Tanah Pasiran di Pantai Glagah, Kulon Progo

Berat volume (gram/cm3)

No. Pr Kdlm (cm) Awal*) 21 HST 45 HST 90 HST 1. I 0 - 10 1,46 1,15 1,16 1,25 10 - 20 1,50 1,31 1,29 1,33 20 - 30 1,84 1,54 1,33 1,30 30 - 40 1,32 1,60 1,42 1,40 2. II 0 - 10 1,46 1,17 1,26 1,26 10 - 20 1,50 1,29 1,29 1,32 20 - 30 1,58 1,34 1,28 1,33 30 - 40 1,67 1,38 1,40 1,41 3. III 0 - 10 1,46 1,09 1,14 1,18 10 - 20 1,50 1,28 1,25 1,32 20 - 30 1,52 1,26 1,29 1,39 30 - 40 1,53 1,38 1,34 1,37 4. IV 0 - 10 1,46 1,08 1,15 1,18 10 - 20 1,50 1,30 1,29 1,31 20 - 30 1,78 1,30 1,31 1,33 30 - 40 1,26 1,35 1,39 1,39 Keterangan :

*) : sebelum diberi perlakuan HST : hari setelah tanam Pr : Perlakuan Kdlm : Kedalaman

Pada pengamatan yang ke tiga (45 HST) dan ke empat (90 HST) menunjukkan adanya perubahan berat volume (BV) baik pada kedalaman 0 – 10 cm, 10 – 20 cm, 20 – 30 cm, maupun pada kedalaman 30 – 40 cm. Pada semua perlakuan mengalami kenaikan berat volume atau tanah menjadi semakin padat. Peningkatan BV tersebut dimungkinkan karena akibat pemberian air yang berakibat butir-butir tanah halus tersiram turun masuk ke dalam rongga-rongga antar butiran sehingga tanah mengalami kepadatan.

b. Kadar Lengas Tanah

Pada Gambar 1, terlihat jelas bahwa perlakuan I (kontrol) kadar lengasnya paling rendah dan pada

perlakuan yang lain kadar lengasnya lebih besar. Pengamatan kadar lengas pada kedalaman 0-10 cm, perlakuan II kadar lengasnya paling tinggi dan berturut-turut diikuti perlakuan III dan IV. Kadar lengas perlakuan II mencapai lebih dari 17%, sementara perlakuan I kadar lengasnya kurang dari 9%. Ini berarti bahwa dengan adanya perlakuan pemberian lapisan lempung akan dapat meningkatkan kadar lengas sampai 2 kali lipat.

Gambar 1 Grafik hubungan kadar lengas dengan waktu

Grafik Lengas Tanah (20-30 cm)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 10 20 30 40 Jumlah Hari

Kadar Lengas Tanah (%)

Kontrol Lempung 10 - 20cm Lempung 20 - 30 cm Lempung 30 - 40 cm

Gambar 2:Grafik hubungan kadar lengas dengan waktu

Pada Gambar 2, pengamatan kadar lengas pada kedalaman 10-20 cm, terlihat jelas adanya perbedaan. Grafik perlakuan II (lapisan lempung sedalam 10-20 cm) terlihat jauh lebih, karena pada grafik ini kadar lengas tanah yang

Grafik Lengas Tanah (10 - 20 cm)

0 10 20 30 40 50 60 1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 Jumlah Hari Kontrol Lempung 10 - 20cm Lempung 20 - 30 cm Lempung 30 - 40 cm

(6)

terukur adalah kadar lengas tanah lempung. Pada pengamatan ini, ternyata perlakuan kontrol (tanpa lapisan lempung) relatif lebih rendah dibanding dengan lapisan lempung. Perlakuan III dan IV relatif lebih tinggi grafiknya dan kadar lengasnya bisa mencapai hampir 20% (perlakuan III).

Grafik Lengas Tanah (30-40 cm)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 10 20 30 40 Jumlah hari

Kadar Lengas Tanah (%)

Kontrol Lempung 10 - 20cm Lempung 20 - 30 cm Lempung 30 - 40 cm Gambar 3: Grafik hubungan kadar lengas

dengan waktu

Pada Gambar 3, terlihat jelas perbedaan grafik III (penempatan lapisan lempung sedalam 20-30 cm). Hal ini karena pengamatan kadar lengasnya dilakukan pada kedalaman 20-30 cm yang berarti pada perlakuan III kadar lengas yang terukur adalah kadar lengas lapisan lempung.

Sebagaimana Gambar 1 dan 2, ternyata perlakuan I (tanpa lapisan lempung) grafiknya paling rendah dan perlakuan II dan IV relatif lebih tinggi. Pada grafik perlakuan IV, kadar lengasnya bisa mencapai hampir 25%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan I yang kadar lengasnya kurang dari 10%.

Selanjutnya pada Gambar 4, juga terlihat jelas bahwa grafik perlakuan IV paling tinggi dan nyata benar perbedaan nya dengan grafik yang lainnya, karena pada grafik ini yang terukur adalah kadar lengas tanah lempung (pengamatan pada kedalaman 30-40 cm).

Gambar 4 :Grafik laju infiltrasi pada periode waktu 21 HST Berbeda dengan grafik sebelumnya (pengamatan pada kedalaman 0-10 cm, 10-20 cm dan 20-30 cm), pada Gambar 4 ini (pengamatan pada kedalaman 30-40 cm) tidak begitu terlihat adanya perbedaan pada perlakuan I, II dan III, kadar lengasnya rata-rata kurang dari 10%. Ini terjadi karena pada perlakuan I, II dan III, pada kedalaman 30-40 cm atau dibawahnya sudah tidak ada lapisan penahan aliran dari atas, sehingga air terus turun kebawah dan menyebabkan kadar lengas di bagian atas jadi kecil.

Dari hasil analisis/pengamatan dapat diketahui, semakin bertambah waktunya ternyata nilai kadar lengas tanah yang diberi lapisan lempung tetap lebih tinggi dibanding yang tanpa lapisan lempung. Hal ini jelas terlihat pada Gambar 1, 2, dan 3. Sedang pada perlakuan penempatan lempung pada kedalaman 10-20 cm, kadar lengasnya tertinggi, kadar lengas relative lebih rendah pada kedalaman 20-30 cm dan 30-40 cm

.Pada penempatan lapisan lempung sedalam 20-30 cm, kadar lengasnya relatif lebih tinggi pada kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm, sedang pada kedalaman lain tidak begitu tinggi.

Pada penempatan lapisan lempung sedalam 30-40 cm, semua hasil pengukuran kadar lengas relatif lebih rendah, kecuali pada kedalaman 30-40 cm.

Grafik Laju Infiltrasi Bulan Januari

0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 0 4 0 80 120 1 6 0 2 0 0 2 4 0

Waktu (t) dalam Menit

Laju Infiltrasi (mm/menit)

(7)

Tabel 3: Hasil Pengukuran Laju Infiltrasi

Waktu Perlakuan I Perlakuan II Perlakuan III Perlakuan IV

21 HST 16,295T-0,1895 17,333T-0,3994 14,465T-0,2480 27,3598T-0,2140

45 HST 15,546T-0,1458 18,837T-0,3027 16,387T-0,2709 19,7906T-0,2860

0 HST 24,511T-0,1361 18,708T-0,3314 30,832T-0,3175 35,0643T-0,3220

c. Infiltrasi

Dari data infiltrasi (Tabel-1), selanjutnya dibuat grafik hubungan laju infiltrasi terhadap waktu. Pada Gambar 5 terlihat bahwa pada awal infiltrasi, laju terendah adalah pada perlakuan penempatan lapisan lempung sedalam 20-30 cm (perlakuan III). Sedangkan pada akhir infiltrasi, laju terendah terjadi pada perlakuan penempatan lapisan lempung sedalam 10-20 cm (perlakuan II) diikuti kemudian oleh perlakuan penempatan lapisan lempung sedalam 20-30 cm (Perlakuan III), dan laju tertinggi terjadi pada Perlakuan IV (penempatan lapisan lempung sedalam 30-40 cm).

Gambar 5 : Grafik laju infiltrasi pada periode waktu 45 HST Dari Tabel 1 tersebut di atas menunjukkan bahwa kondisi fisik tanah percobaan termasuk bertekstur tanah pasiran (berdasarkan klasifikasi segitiga USDA) dan struktur tanahnya granuler, porositas tanahnya sampai kedalaman 40 cm adalah 43,92%. Porositas tanah yang besar ini karena penyusunan tekstur tanahnya didominasi oleh fraksi pasir

(94,3%) dibandingkan dengan penyusunan yang lain yaitu lempung dan debu.

Pada Gambar 6, pada awal infiltrasi laju terendah adalah pada Perlakuan I (tanpa lapisan lempung) dan Perlakuan IV (penempatan lapisan lempung sedalam 30-40 cm), sedangkan laju tertinggi pada Perlakuan II (penempatan lapisan lempung sedalam 10-20 cm. Pada akhir infiltrasi, laju terendah adalah pada Perlakuan II (penempatan lapisan lempung sedalam 10-20 cm) diikuti perlakuan III (penempatan lapisan lempung sedalam 20-30 cm), dan laju tertinggi pada perlakuan kontrol (tanpa lapisan lempung).

Gambar 6. Grafik laju infiltrasi pada periode waktu 21 HST Pada Gambar 7, di awal infiltrasi ternyata perlakuan II lajunya terendah, sedangkan laju tertinggi pada perlakuan IV. Begitu pula di akhir infiltrasi, ternyata laju terendah adalah pada perlakuan II dan diikuti perlakuan III, sedangkan laju tertinggi pada perlakuan I, diikuti perlakuan IV.

Tabel Laju Infiltrasi Bulan Februari

0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 40 80 120 160 200 240 Waktu (t) dalam Menit

Laju Infiltrasi (mm/menit)

laju B0 laju B1 laju B2 laju B3

Grafik Laju Infiltrasi Bulan Maret

0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 0 4 0 8 0 120 1 6 0 200 2 4 0

Waktu (t) dalam Menit

Laju Infiltrasi (mm/menit)

(8)

Gambar-7:Grafik laju infiltrasi pada periode waktu 21 HST

Dari Gambar 5, 6, dan Gambar 7 (menunjukkan berturut-turut laju infiltrasi periode waktu 21 HST, 45 HST dan 90 HST) dan dari Tabel 2 diatas, pada perlakuan yang sama ternyata gradiennya (konstanta b) hampir sama. Ini berarti bahwa laju infiltrasi untuk berbagai fase pertumbuhan hampir sama, dan bisa dikatakan bahwa laju infiltrasinya tetap untuk masing-masing perlakuan. Untuk perlakuan pemberian lapisan lempung sedalam 10-20 cm yang mempunyai laju infiltrasi terendah, laju infiltrasi rata-ratanya sebesar 3,06 mm/menit, sedangkan perlakuan kontrol laju infiltrasi rata-ratanya sebesar 8,31 mm/menit.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

a.

Pemberian lapisan lempung pada kedalaman perakaran tanaman (sedalam 20-30 cm) di dalam tanah pasiran ternyata dapat menaikkan kadar lengas tanah dan menurunkan laju infiltrasi. Kenaikan kadar lengas tanah ini disebabkan karena proses grafitasi dan perkolasi dihambat oleh lapisan lempung tersebut.

b. Adanya lapisan lempung di dalam tanah pasiran menurunkan laju infiltrasi, sedang rata-rata infiltrasinya adalah 8,31 mm/menit (tanpa lapisan lempung) menjadi 4,57 mm/menit.

c. Berdasarkan uraian diatas, penempatan lempung sedalam 20-30 cm lebih tepat diterapkan di lapangan, dengan pertimbangan kedalaman tersebut adalah merupakan zone perakaran tanaman.

4.2..Saran

a. Masih diperlukan penelitian lanjutan untuk melihat/mengetahui banyak nya pemberian tanah lempung yang optimal sehingga kondisi tanah pasiran benar-benar cocok untuk pertumbuhan tanaman.

b. Meningkatnya kadar lengas tanah perlu diteliti lebih lanjut hubungan nya dengan penyediaan air bagi tanaman.

c. Tanah lempung bisa disarankan untuk digunakan sebagai lapisan penahan air pada kedalaman perakaran tanaman dalam jumlah dan penempatan yang optimal. d. Perlunya dilakukan penelitian lebih

lanjut, guna melihat pengaruh pemberian lapisan lempung yang dikombinasikan dengan sistem irigasi sprinkler atau sistem irigasi tetes (drip irrigation)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buckman H.D. and Brady, 1982. The

Nature and Properties of Soil. Mc.

Millan Company, New York.

2. Darmawidjaja Isa, 1980. Klasifikasi

Tanah. Balai Penelitian Teh dan Kina,

Gambung.

3. Hardjowigeno, S., 1987. Ilmu Tanah, Edisi 1, Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta.

4. Hillel, 1981. Fundamental of Soil

Physics. Academic Press, New York.

5. Islami T. dan Utomo, 1995. Hubungan

Tanah, Air dan Tanaman. IKIP –

Semarang Press.

6. Kohnke H. 1968. Soil Physic. Mc. Graw-Hill Book Company, New York.

Grafik Laju Infiltrasi Bulan Maret

0 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 0 4 0 8 0 1 2 0 1 6 0 2 0 0

Waktu (t) dalam Menit

l a j u B 0 l a j u B 1 l a j u B 2 l a j u B 3

Gambar

Tabel  1 :  Hasil Analisis Laboratorium  pada Tanah Tempat  Penelitian  Kedalaman Tanah (cm)  No  Parameter  Satuan  0-10  10-20  20-30  30-40  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  Tekstur tanah -   Pasir -   Debu -   Lempung Kelas Tekstur Berat volume B
Tabel 2 : Hasil   Pengukuran Berat per  satuan Volume Tanah Pasiran     di Pantai Glagah, Kulon Progo
Grafik Lengas Tanah (30-40 cm)
Gambar 5 :  Grafik laju infiltrasi pada  periode waktu 45 HST   Dari Tabel  1 tersebut di atas  menunjukkan bahwa kondisi fisik tanah  percobaan termasuk bertekstur tanah  pasiran (berdasarkan klasifikasi segitiga  USDA) dan struktur tanahnya granuler,  po
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel diatas dalam model ANOVA dapat diperoleh nilai F hitung yaitu 11,471 dan nilai F tabel sebesar 3,25 dengan tingkat signifikan 0,000. Oleh karena

Dengan demikian, menolong masyarakat untuk membuat koneksi antara pengalaman personal dan politik merupakan bagian terpenting dalam peningkatan kesadaran, dan tentu

Dianjurkan untuk mengerjakan atau menulis laporan kerja praktek setiap hari selama masa kerja praktek, sehingga pada hari terakhir kerja praktek laporan dapat

Pada sub iterasi kedua piksel bernilai 1 akan diperiksa dan jika memenuhi syarat penghapusan maka piksel diberi nilai 0 dan nilai UBAH ditambah satu kemudian setelah keluar dari

Hal ini disebabkan pada penggorengan pertama vitamin A pada minyak goreng jumlahnya lebih tinggi dari pada minyak yang digunakan pada penggorengan berikutnya (kedua

Dan keempat, pada waktu yang sama, pikiran mengembangkan Jalan Mulia Beruas Delapan, yang delapan ruasnya melonjak dengan kekuatan yang sangat besar, mencapai ketinggian

pengalaman yang dirasakan, dihidupi, disusun ulang, dan diartikan kembali. Hal ini mungkin personal atau umum dan mungkin merupakan hasil dari berhadapan dengan karya