711
Adaptasi Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2017
I Nengah Suarmanayasa
Universitas Pendidikan Ganehsa, Singaraja, Indonesia *(suarmanayasa_undiksha@yahoo.com)
ABSTRAK
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah salah satu lembaga keuangan desa yang ada di Bali. Sejak berdirinya, LPD telah berhasil mencapai kinerja dengan baik. Seiring berjalannya waktu, peraturan terkait LPD juga mengalami perkembangan. Perda No. 3 Tahun 2017 adalah perda terbaru tentang LPD. Banyak perubahan yang ada di perda baru tersebut. Untuk itu perlu dan penting untuk disosialisasaikan kepada pengurus LPD. Melihat realita di lapangan, banyak pengurus yang belum mengatahui dan paham akan keberadaan perda terbaru tersebut. Berkaitan dengan itu, kegiatan pengbadian kepada masyarakat ini ditujukan untuk mensosialisasikan perda terbaru LPD serta pemberian pelatihan pembuatan laporan keuangan LPD. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Bonyoh, Kintamani, Bangli. Kegiatan melibatkan 15 peserta yang terdiri dari pengurus LPD dari 2 desa yakni desa Bonyoh dan Desa Bayung Gede serta beberapa kelihan banjar dinas. Kegiatan ini direspon baik oleh peserta terlihat dari keseriusan peserta mengikuti dari awal sampai akhir kegiatan. Peserta mengaku dan merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan ini.
Kata kunci: sistem informasi, pelayanan, pendidikan
PENDAHULUAN
Bila dirunut dari awal,
pendirian LPD di Bali tidaklah
semudah seperti membalikkan
telapak tangan. Keputusan untuk mendirikan LPD muncul setelah Menteri Dalam Negeri dengan surat Nomor 412.21/2144/Bangda, perihal: Persetujuan Rencana Diskusi dan
Seminar Kredit Pedesaan
melaksanakan seminar kredit
pedesan di Semarang Jawa Tengah dari tanggal 20-21 Pebruari 1984. Hasil seminar menjadi acuan
pemerintah provinsi Bali mengkaji dan mendalami kredit pedesaan, dan setelah melalui serangkaian diskusi, studi banding dan pembahasan maka diputuskan dibentuknya LPD, yang
didirikan di desa pakraman sekaligus
sebagai pengelola dan penanggung jawab.
Untuk merealisasikan
keputusan tersebut maka Gubernur Bali menerbitkan SK Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 1972 Tahun 1984, tanggal 1 November 1984 didirikan 8 (delapan) LPD dengan
Suarmanayasa-Pengelola Lembaga Perkreditan Desa Melalui …
712
sebaran di masing-masing kabupaten sebanyak 1 (satu) LPD sebagai pilot proyek. Penentuan desa pakraman yang menjadi pilot proyek pendirian LPD diusulkan oleh pemerintah daerah tingkat I (kabupaten) dan diputuskan oleh pemerintah daerah tingkat I (provinsi). Pilot proyek inilah
yang menjadi cikal bakal
perkembangan LPD di seluruh desa
pakraman di Bali. Berbagai tantangan dan rintangan yang menghadang
mampu dilalui oleh seluruh
komponen LPD yang didukung penuh oleh pemerintah provinsi Bali.
Eksistensi LPD sebagai
lembaga keuangan milik desa
pakraman sejak awal pendirian sampai saat ini dilindungi oleh peraturan daerah (perda) provinsi Bali
tentang LPD. Perkembangan
pengaturan/peraturan tentang LPD yang dikeluarkan oleh pemerintah provinsi Bali, yaitu: 1) SK Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 1972 Tahun 1984, tanggal 1 November 1984; 2) diganti dengan Perda Tingkat I Bali No. 2 Tahun 1988 tentang LPD; 3) diganti dengan Perda Provinsi Bali No. 8 Tahun 2002 tantang LPD; 4) diubah dengan Perda Provinsi Bali No. 3 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Perda Provinsi Bali No. 8 tentang LPD; 5) diubah dengan Perda Provinsi Bali No. 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Perda Provinsi Bali No. 8
Tahun 2002 tentang LPD; dan 6) diganti dengan Perda Provinsi Bali No. 3 Tahun 2017 tentang LPD.
Perda Provinsi Bali No. 3 Tahun 2017 adalah perda terbaru tentang LPD. Perda ini baru disahkan dan disetujui oleh DPRD Provinsi Bali pada tanggal 27 April 2017. Ada beberapa perubahan yang dilakukan dalam perda ini. Ada tambahan pasal yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja LPD serta untuk menjaga eksistensi LPD. Misalnya, di perda sebelumnya tidak ada pembatasan umur pengurus LPD, di Perda sekarang sudah ada pasal yang mengatur tentang itu. Pengurus LPD yang sudah berusia 60 tahun sudah harus pensiun. Pasal lain juga mengatur tentang audit LPD. Kalau sebelumnya tidak ada pasal yang
mewajibkan LPD diaudit, tapi
sekarang sudah diatur tentang
ketentuan itu. Terkait lembaga
penjaminan simpanan nasabah LPD juga sekarang sudah diatur. Dan untuk meneguhkan bahwa LPD adalah lembaga keuangan yang berbasis adat dan budaya Bali maka
istilah-istilah yang sebelumnya
menggunakan istilah akuntansi dan keuangan sekarang sudah diganti mengunakan bahasa Bali. Misalnya,
modal diganti dengan udeg, denda
diganti dengan danda, dan
713
Bangli, Tembuku dan Kintamani.
Secara geografis Kecamatan
Kintamani merupakan Kecamatan terluas dari empat kecamatan yang ada di Kabupaten Bangli dengan luas wilayah 520,8 Km2 (Bangli Dalam Angka, 2013). Secara topografi daerah Kecamatan Kintamani merupakan wilayah pegunungan yang memanjang dari ujung utara sampai ujung selatan. Kondisi ini menyebabkan daerah Kintamani menjadi daerah pertanian yang sumbur dan potensial dengan tanaman utama jeruk, kopi, kubis, cabe, tomat, bawang, kol, dan aneka sayuran lainnya. Tanaman holtikultura ini ditanam oleh para petani secara musiman, khsusnya di musim penghujan. Sedangkan pada musim kemarau penanaman tidak dapat dilakukan secara maksimal, karena membutuhkan air yang sangat banyak. Berdasarkan pada proses penanaman yang terjadi pada areal pertanian yang ada di wilayah
Kecamatan Kintamani, proses
perputaran uang yang jumlahnya besar juga biasanya terjadi secara musiman.
Jumlah penduduk Kecamatan Kintamani tercatat sebanyak 92,12 ribu jiwa atau 42 persen dari seluruh penduduk Bangli. Berdasarkan Data Statistik Kabupaten Bangli, jumlah
jumlah banjar dinas sebanyak 175
buah dan 61 buah Desa
Pakraman/Adat. Dari 61 buah Desa Pakraman yang ada di Kecamatan
Kintamani seluruhnya memiliki
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dijadikan sebagai salah satu lembaga keuangan di masing-masing desa. Usaha yang dijalankan Lembaga
Pekreditan Desa adalah usaha
simpan pinjam. LPD dikelola oleh Desa Adat dengan mengutamakan modal sosial sebagai syarat untuk memperoleh pinjaman dengan jumlah
tertentu dengan tanpa adanya
jaminan atau agunan dari peminjam. Jika ada kredit macet, maka sanksi yang diberikan adalah berupa sanksi sosial dengan disampaikan pada paruman desa pakraman. Namun dalam perkembangan selanjutnya
LPD yang dikelola oleh Desa
Pakraman mengalami berbagai
persoalan, mulai dari bandelnya nasabah untuk membayar cicilan, tidak membayar pinjaman sesuai dengan waktu yang disepakati, tidak
mau mengembalikan pinjaman,
penggelapan uang nasabah oleh pegawai LPD, korupsi oleh pengelola LPD dan pengelolaan LPD yang tidak efektif. Kondisi ini menyebabkan beberapa LPD yang ada di Wilayah Kecamatan Kintamani tidak produktif
Suarmanayasa-Pengelola Lembaga Perkreditan Desa Melalui …
714
dan mengalami mati suri dengan asset yang tidak jelas rimbanya. Beberapa LPD di wilayah Kecamatan
Kintamani yang mengalami
permasalahan ini adalah LPD Desa Katung, LPD Desa Bonyoh, LPD Desa Songan, LPD Desa Pinggan dan LPD Desa Sebaya. Bahkan persoalan LPD Desa Katung sampai menyebabkan ketua LPD Desa katung bunuh diri, karena melakukan penggelapan dana
LPD dan tidak mampu
mengembalikannya, sehingga memilih
mengakhiri hidup dengan cara
menggantung diri (Harian Umum Bali Pos, 10 Juli 2010).
Berbagai persoalan yang ada pada LPD diwilayah Kecamatan Kintamani
disinyalir disebabkan karena
beberapa permasalahan, yaitu (1) proses perekrutan pegawai LPD yang tidak berdasarkan pada standar yang
bersifat objektif, (2) kurangnya
kemampuan pegawai LPD dalam melakukan pengelolaan keuangan, (3) lemahnya pengawasan dari lembaga adat dan pemerintahan desa, (4) tidak adanya lembaga pengawas yang bersifat independen, dan (5) kurang pahamnya pengurus LPD tentang Perda LPD. Apalagi saat ini ada Perda terbaru tentang LPD. Berdasarkan pada persoalan sebagaimana di
gambarkan sebelumnya, maka
penting dilakukan sosialisasi Perda No. 3 Tahun 2017 tentang LPD.
Dalam perda tersebut sudah diatur berbagai hal agar LPD bisa beroperasi dengan baik. Ketentuan-ketentuan
yang menuntut profesionalisme
pengurus juga sudah diatur sehingga dengan dipahaminya perda terbaru harapannya LPD akan bisa terus bertumbuh dan bisa melaksanakan
tugasnya untuk kesejehteraan krama
Bali. METODE
Program ini merupakan program yang
bertujuan untuk peningkatan
kemampuan dan keterampilan
pengelola LPD. Untuk kepentingan tersebut, maka metode yang tepat adalah sosialisasi dan pelatihan. Sosialisasi yang dimaksud adalah terkait perda terbaru tentang LPD. Pelatihan diberikan pada pengelola
LPD dalam membuat laporan
pertangungjawaban keuangan LPD. Jadwal pelaksanaan pelatihan akan ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara pengelola LPD yang ada di Kecamatan Kintamani dengan tim pelaksana. Program ini akan akan melibatkan lima belas orang pengelola LPD di Kecamatan Kintamani, dimana akan dipilih masing-masing 3 orang untuk 5 desa yang ada di Kecamatan
Kintamani, sehingga pesertanya
sebanyak 15 orang. Pada akhir
program setiap peserta akan
715
diharapkan pengelola LPD memiliki keterampilan yang memadai dalam membuat laporan pertangungjawaban keuangan LPD.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan ini dilaksanakan di ruang pertemuan kantor Desa Bonyoh,
Kecamatan Kintamani. Kegiatan
diikuti oleh 15 orang yang terdiri dari pengurus LPD Bayung Gede dan LPD Bonyoh serta diikuti oleh perangkat desa dan kelihan banjar dinas. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalam 2 kegiatan yaitu sosialisasi perda dan pelatihan pembuatan laporan keuangan LPD. Penentuan pelaksanaan kegiatan didasarkan kesepakatan antara panitia pelaksana dengan peserta. Mengingat saat observasi awal, di desa tersebut sedang persiapan upacara pitra
yadnya. Agar kegiatan tidak
mengganggu upacara yang akan dan sedang berlangsung, maka disepakati pelakasaan kegiatan bulan Agustus
2017. Pemilihan tempat juga
disepakati bersama agar tidak
memberatkan peserta. Setelah
dilakukan musyawarah maka
disepakati tempat pelaksanaan di ruang pertemuan Desa Bonyoh. Sehingga peserta dari Bayung Gede datang ke lokasi kegiatan.
dapat dilakasanakan. Kegiatan
dilaksanakan dari jam 09.00 wita sampai dengan 15.00 wita. Diawali dengan acara pembukaan oleh kepala
desa Bonyoh, selanjutnya diisi
dengan pemberian materi terkait sosialisasi perda terbaru LPD yakni Perda No. 3 Tahun 2017 tentang LPD. Materi tersebut disampaikan oleh tim dengan memberikan materi terkait perubahan-perubahan yang ada pada perda tersebut. Banyak perubahan yang terjadi seperti, istilah akuntansi yang awalnya sudah digunakan seperti denda, modal dan sejenisnya sekarang sudah diganti dengan mengadopsi istilah yang biasa dikenal
di masyarakat Bali seperti udeg,
danda, panureksa dan sebagainya. Respon peserta sangat bagus. Peserta
sebelumnya ada yang sudah
mengenal perda LPD dan ada juga yang baru mengenal dan tahu tentang keberadaan perda LPD. Rata-rata
kepala LPD sudah mengetahui
tentang Perda tetapi pegawai bahkan kelihan banjar dinas ada yang belum mengenal keberadaan LPD. Acara semakin menarik pada saat dibuka sesi tanya jawab. Saat sesi ini, banyak peserta yang bertanya terkait apa saja yang diatur di dalam perda. Kegiatan sosialisasi perda terbaru LPD berlangsung kurang lebih 2 jam.
Suarmanayasa-Pengelola Lembaga Perkreditan Desa Melalui …
716
Setelah kegiatan sosialisiasi perda dilakukan, dilanjutkan dengan pengenalan tata cara pembuatan laporan keuangan LPD. Laporan keuangan LPD yang dimaksud adalah neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan modal. Sebelum ke materi
inti tentang laporan keuangan,
instruktur juga memberikan
pengetahuan tentang dasar-dasar akuntansi. Pemahaman ini penting agar nantinya pengurus dan pihak terkait dengan LPD tahu dan dapat memahami filosofi serta kegunaan laporan keuangan. Kegiatan ini juga direspon sangat baik oleh peserta, Awalnya peserta bingung dengan istilah akuntansi yang relatif asing didengar, namun setelah dijelaskan dengan sabar akhirnya peserta dapat memahami. Kegiatan ini juga diisi dengan sesi tanya jawab. Banyak
pertanyaan yang disampaiakan
peserta. Ini mencerminkan bahwa peserta mengikuti kegiatan dengan serius. Keseriusan peserta juga terlihat dari bobot pertanyaan yang
disampaikan. Instruktur yang
bertugas juga merasakan bahwa
pemahaman akuntansi terutama
laporan keuangan peserta sudah makin baik.
Pemberian materi terkait
laporan keuangan LPD berakhir
pukul 12.00 wita. Selanjutnya
istirahat dan setelah istirahat
dilanjutkan dengan praktik
pembuatan laporan keuangan.
Peserta diberikan waktu untuk
mengerjakan atau membuat laporan keuangan. Hal ini penting agar peserta semakin memahami dan mampu membuat laporan keuangan LPD. Pengerjaan Laporan keuangan kurang lebih menghabiskan waktu 1 jam. selanjutnya diisi tanya jawab serta kesan dan pesan dari peserta.
Dari kesan dan pesan yang
disampaikan peserta dapat
disimpulkan bahwa: 1) peserta
merasa berterima kasih atas
kehadiran tim dan merasakan
kebermanfaatan atas tambahan ilmu yang diberikan, 2) peserta berharap agar ada kegiatan lanjutan sehingga pemahaman masyarakat makin baik, 3) peserta juga meminta salinan perda dari awal berdiri LPD sampai perda terbaru. Ini penting bagi pengurus LPD agar semakin paham akan tugas dan fungsinya sebagai pengurus LPD.
SIMPULAN
Kegiatan pengabdian pada
masyarakat dapat berjalan sesuai rencana. Kegiatan ini terdiri dari 2
agenda yaitu, sosialisasi perda
terbaru tentang LPD dan pelatihan pembautan laporan keuangan LPD. Sosialisasi perda dirasakan penting
717
pemahaman akan isi dan ketentuan mutlak diperlukan agar pengurus mampu menjalankan tugas dengan baik. Selain pemahaman akan perda, kemampuan teknis terkait laporan keuangan LPD juga sangat penting. Kehadiran tim beserta materi yang disampaikan menjadikan pengurus LPD lebih percaya diri menjadi
pengurus LPD. Peserta merasa
mendapat suntikan energi untuk menjadikan LPD makin baik sehingga misi pembangunan perdesaan akan tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2008. Lembaga Keuangan Mikro: Institusi, Kinerja dan Sustainabilitas. Yogyakarta: Penerbit Andi Bank Indonesia, The & GTZ. 2000.
Legislation, Regulation and Supervision of Microfinance Institutions in Indonesia, Project ProFi. Jakarta: Bank Indonesia
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa Kaplan, Robert and David P. Norton.
1996. The Balance
Scorecard. Havard Business School Press
dalam Menanggulangi
Kemiskinan terkait dengan Kebijakan Otonomi Daerah.
www.ekonomirakyat.org
Sutopo, Wahyudi. 2005. Hubungan antara Lembaga Keuangan Mikro dan Kontribusi Usaha Kecil dalam Penanggulangan Kemiskinan. Usahawan No. 01 Tahun XXXIV, Januari. Wiwin, 2012. Pengaruh Institusi
(Good Governance) Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus LPD di Bali). Jurnal Piramida, Vol. VIII. No. 1:45-55, Juli 2012